Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82457 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Permata Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji program intervensi dramatic play untuk meningkatkan empati anak usia 5-6 tahun. Desain penelitian ini adalah non-experimental within subject. Pelaksanaan rangkaian aktivitas penelitian dilakukan secara tatap muka di sekolah RA Al Ikhlas Kabupaten Bandung. Penelitian ini melibatkan guru sebagai fasilitator yang menyampaikan rangkaian aktivitas. Penelitian diawali dengan praintervensi berupa pemberian materi kepada guru terkait empati, dramatic play, dan rancangan intervensi. Partisipan penelitian adalah anak-anak kelas B berusia lima hingga enam tahun (n=5). Alat ukur yang digunakan saat pre-test dan post-test adalah Skala Empati Anak. Hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor rata-rata anak pada waktu pre-test (M=7, SD=1.78) dan post-test 1 (M=11.16, SD=0.70) Z=-1.841ᵇ, p>0.05. Angka menunjukkan dramatic play tidak efektif meningkatkan empati anak. Hasil analisis statistik kedua menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada skor rata-rata post-test 1 dan rata-rata post-test 2 (M=11.4, SD=0.89) Z=-1.414ᵇ, p>0.05. Angka menunjukkan dramatic play tidak memberi pengaruh setelah jangka waktu tertentu.

This study aims to examine the intervention program “dramatic play” to improving kindergarten’s empathy. This research design is on-experimental within subject. The implementation of research activities was carried out by face-to-face at RA Al Ikhlas School, Bandung Regency. This study involved the teacher as the person who delivered the activities. This study began with pre-intervention to providing materials for teacher related to empathy, dramatic play, and manual program research. The participants were kindergarten children age 5-6 years old (n=5). The measuring instrument used during pre-test and post-test is Skala Empati Anak. Statistical analysis used Wilcoxon Signed Rank Test showed that there was no significant difference on kindergarten’s emotional understanding mean score in pre-test (M=7, SD=1.78) and post-test 1 (M=11.16, SD=0.70) Z=-1.841ᵇ, p>0.05. It shows that dramatic play is no effective in increasing kindergarten’s emotional understanding. The result of the second statistical analysis show that there was no significant difference in the mean score of post-test 1 and post-test 2 (M=11.4, SD=0.89) Z=-1.414ᵇ, p>0.05. It shows that dramatic play doesn’t take effect certain amount of time."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Amartiwi Putri Gavinta
"Perilaku agresif sering ditemui pada anak-anak. Anak-anak yang berperilaku agresif cenderung memiliki empati yang rendah, sebab anak yang memiliki empati akan lebih memahami dan peduli pada orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bercerita dengan boneka tangan dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan 11 anak usia 4-6 tahun dari TPA di Bekasi sebagai partisipan. Intervensi dilakukan dengan bercerita dengan boneka tangan. Terdapat 4 skrip buku cerita yang menjadi acuan selama bercerita. Intervensi dilakukan selama 4 (empat) hari. Peningkatan empati diukur dengan menggunakan alat ukur Empathy Scale for Children (ESC), berupa 12 kartu bergambar dengan cerita singkat yang terdiri dari 3 cerita bergambar untuk masing-masing emosi, yaitu emosi senang, sedih, marah, dan takut. Analisis data penelitian menggunakan uji beda Wilcoxon signed-rank test menunjukkan perbedaan nilai rata-rata empati yang signifikan (p < 0.05) antara sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bercerita dengan boneka tangan efektif dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun. Post-test kedua yang dilakukan dua minggu setelah intervensi menunjukkan terjadinya peningkatan skor empati yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa efektivitas bercerita dengan boneka tangan dalam meningkatkan empati pada anak usia 4-6 tahun masih menetap setelah dua minggu diberikannya intervensi.

Aggressive behavior is often found in children. Children who behave aggressively tend to have low empathy, because children who have empathy will understand and care more about others. This study aims to determine the effectiveness of storytelling using hand puppets in increasing empathy in children aged 4-6 years. This research was conducted by involving 11 children aged 4-6 years from TPA in Bekasi as participants. The intervention was done by telling stories using hand puppets. There are 4 storybook scripts that the researcher will use as a reference during storytelling. The intervention will be carried out for 4 (four) days. Increased empathy was measured using the Empathy Scale for Children (ESC), in the form of 12 picture cards with short stories, each of which consists of 3 picture stories for each emotion, happy, sad, angry, and afraid. Analysis of research data using the different Wilcoxon signed-rank test showed a significant difference in the mean value of empathy (p < 0.05) between before and after the intervention. The results showed that storytelling with hand puppets was effective in increasing empathy in children aged 4-6 years. Post-test 2 conducted two weeks after the intervention showed a significant increase in empathy scores, so it can be said that the way of storytelling with hand puppets increases empathy in children aged 4-6 years persisted after two weeks of receiving the intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarrah Hasyim Abdullah
"ABSTRAK
Pengembangan empati merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi munculnya masalah perilaku sosial seperti perilaku agresif. Penelitian ini membahas mengenai program intervensi kegiatan bercerita menggunakan puppetry untuk meningkatkan pemahaman empati anak usia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas dari kegiatan bercerita dengan menggunakan puppetrydalam meningkatkan pemahaman empati pada anak usia 5-6 tahun. Partisipan pada penelitian ini terdiri dari 11 siswa di PAUD X. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Emosi Dasar-Anak Usia Dini (ED-AUD) yang di adaptasi dari alat ukur Bryant Empathy Scales for Children (Bryant, 1982) dan sistem skoring yang digunakan adalah Empathy Scoring System yang dikembangkan oleh Strayer (1993). Desain penelitian ini adalah One Group Pre-Test-Post Test Design. Kegiatan bercerita dilakukan dengan hand puppet dan stick puppet yang dilakukan selama 5 sesi. Pembuatan cerita dilakukan dengan mempertimbangkan aspek empati mengenai 4 emosi dasar, yaitu senang, marah, sedih, dan takut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan bercerita dengan puppetry secara signifikan dapat meningkatkan pemahaman empati anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan mengukur tingkah laku empati ataupun dengan menggunakan kelompok kontrol.

ABSTRACT
Empathy development is a program that can be done to overcome the emergence of social behavior problems such as aggressive behavior. This study discusses the intervention program of storytelling activities using puppetry to increase empathy understanding of children aged 5-6 years. The purpose of this study is to look at the effectiveness of storytelling activities using puppetry in increasing empathy understanding in children aged 5-6 years. Participants in this study consisted of 11 students in PAUD X. Measuring instruments used in this study were Basic Emotions-Early Childhood (ED-AUD) adapted from the Bryant Empathy Scales for Children (Bryant, 1982) and the scoring system used is the Empathy Scoring System developed by Strayer (1993). The design of this research is One Group Pre-Test-Post Test Design. Storytelling activities were carried out with hand puppets and stick puppets conducted for 5 sessions. The making of the story is done by considering aspects of empathy regarding the 4 basic emotions, which are happy, angry, sad, and afraid. The results showed that storytelling activities with puppetry could significantly increase empathy understanding for children aged 5-6 years. This research can be developed by measuring empathy behavior or by using a control group."
2019
T55323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munadira
"Memeroleh kesempatan untuk lebih dapat terlibat dalam partisipasi sosial dan menjalin pertemanan dengan siswa reguler merupakan salah satu manfaat utama dari pendidikan inklusif. Dalam membahas mengenai pertemanan, kualitas pertemanan merupakan aspek yang paling penting untuk diteliti karena dapat menentukan tingkat kepuasan dalam pertemanan. Empati, diasumsikan merupakan salah satu faktor yang memprediksi kualitas pertemanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara empati dan kualitas pertemanan pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian ini bersifat korelasional dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner self-report. Empati siswa diukur dengan menggunakan Social Skills Improvement System SSIS yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliot 2008 , sedangkan kualitas pertemanan diukur dengan menggunakan Friendship Quality Questionnaire FQQ yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993 . Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 siswa berkebutuhan khusus yang berasal dari lima wilayah di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan r=0,221, p.

Getting a chance to be more involved in social participation and establishing friendships with regular students is one of the key benefits from an inclusive education. In discussing about friendship, the friendship quality is the most important aspect to be studied because it can determine the level of satisfaction in friendship. Empathy, is assumed to be one of key factor that could predict friendship quality. This research was conducted to find out the relationship between empathy and quality of friendship among students with special needs, in inclusive elementary school. This is a correlational study and research variables are measured by self report questionnaire. Empathy was measured by Social Skills Improvement System SSIS developed by Gresham and Elliot 2008 , while Friendship quality was measured by Friendship Quality Questionnaire FQQ developed by Parker and Asher 1993 . Participants in this research were 108 special needs student from five area in Jakarta. The result shown that there is a significant relationship r 0.221."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shani Safarah Rohmah
"Tingginya angka perundungan di usia anak-anak memperlihatkan bahwa anak-anak perlu dilatih untuk berempati sejak dini. Empati membuat anak lebih peka dengan lingkungannya dan mempertimbangkan orang lain dalam berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas kegiatan sosiodrama dalam meningkatkan empati
anak berusia 5-7 tahun. Alat ukur empati yang digunakan dalam penelitian ini merupakan adapatasi dari Bryants Empathy Index for Children dengan skala yang merupakan
adaptasi dari The empathy continuum: Integrated emotional-cognitive scoring system. Desain penelitian ini adalah within subject experimental design, yaitu mengukur empati anak sebelum dan sesudah kegiatan sosiodrama. Kegiatan sosiodrama merupakan aktivitas bermain peran secara berkelompok dengan muatan situasi sosial tertentu.
Kegiatan sosiodrama dalam penelitian ini menggunakan 3 situasi sosial dengan masingmasing menekankan emosi sedih, marah, dan takut. Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah di Kota Cilegon, Banten selama tiga pekan dan melibatkan 30 orang partisipan. Analisis hasil penelitian menggunakan teknik Wilcoxons signed rank test menunjukkan bahwa kegiatan sosiodrama meningkatkan empati anak berusia 5-7 tahun secara signifikan (Z = -4,35, p = ,000). Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir pada populasi yang lebih besar karena keterbatasan jumlah partisipan. Selain itu, efek dari kegiatan sosiodrama bertahan setelah tiga minggu tanpa perlakuan. Di sisi lain hal tersebut juga mengindikasikan bahwa empati anak tidak berkembang lebuh lanjut tanpa adanya program pengembangan empati. Dengan demikian, pihak sekolah dan keluarga perlu memiliki program khusus untuk mendorong perkembangan empati anak.

The high rate of bullying among children shows that children need to learn to empathize as early as possible. Empathy makes children more sensitive to their environment and considers others to behave. This study aims to see the effectiveness of socio-drama activities in increasing empathy for children aged 5-7 years. The measuring instrument used in this study is the adaptation of Bryants Empathy Index for Children with a scale that is the result of an adaptation of the empathy continuum: Integrated emotional cognitive scoring system. The design of this study is within-subject experimental design,
which measures the empathy of children before and after socio-drama activities. Sociodrama activity is a role-playing activity in groups with the content of certain social situations. Sociodrama activities in this study used 3 social situations with each stressing the emotions of sadness, anger, and fear. This research was conducted at a school in Cilegon, Banten for three weeks and involved 30 participants. Analysis of Wilcoxons signed rank test technique showed that socio-drama activity significantly increased the empathy of children aged 5-7 years (Z = -4.35, p = .000). Due to limited participants, this result study could not be generalized to a bigger population. Fortunately, the effect of sociodrama activity persisted after three weeks without any treatment. On the other hand, it also indicates that a childs empathy does not develop further without an empathy development program. Therefore, school and parents sould have a special program to foster the childrens empathy development.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T55165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Korifanny Petrisia
"ABSTRAK
Meningkatnya jumlah anak-anak sebagai pelaku beberapa tindak kejahatan memperlihatkan bahwa anak membutuhkan empati sebagai penyangga perilaku. Pemahaman empati akan membantu anak memahami apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga akan peka saat melakukan sebuah perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pembacaan buku cerita bergambar untuk meningkatkan pemahaman empati anak usia 3-4 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Empathy Scale for Children ESC . Disain penelitian ini adalah one group pre-test-post-test design. Metode pembacaan yang digunakan adalah dialogic reading, yang merupakan metode pembacaan cerita interaktif dengan tanya jawab antara pembaca cerita dengan anak. Pembacaan cerita menggunakan 4 buku cerita bergambar yang bercerita mengenai perasaan senang, sedih, marah dan takut. Pembacaan cerita dilakukan selama 4 hari pada TK XY, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat dengan total partisipan sebanyak 29. Analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan buku cerita bergambar dengan dialogic reading secara signifikan meningkatkan pemahaman empati anak usia 3-4 tahun. Untuk penelitian selanjutnya, dapat melakukan checklist perilaku sebelum dan sesudah intervensi atau melakukan pembacaan buku cerita secara individu dengan orang tua atau guru.

ABSTRACT
The increasing number of children as offenders shows that children need empathy as buffer for their behavior. Empathy understanding will help children to have perspectives of what other people feel, hence children will have some consideration before act. The aim of this research is to test the effectiveness of picture storybook with dialogic reading to develop empathy understanding of children age 3 4 years old. The effectiveness of picture storybook with dialogic reading is measured using Empathy Scale for Children ESC . The Research design is one group pre test post test design. This research using dialogic reading as the reading method, which is interactive reading method between the storyteller and children. The storytelling use 4 picture storybooks each about happy, sad, anger and scare that conducted for 4 days at XY Kindergarten, Payakumbuh, West Sumatra. The statistical results demonstrate that there is significant difference at children rsquo s empathy understanding score before and after the book reading. For further research, can do the behavior checklist before and after the intervention or do one to one book reading with teacher or parent."
2017
T49688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Reza Phallaphi
"Empati penting untuk memicu perilaku prososial anak, seperti mengikuti aturan sosial dan terlibat dalam perilaku altruisme. Oleh karena itu, perkembangan empati pada anak penting untuk dinilai agar dapat diantisipasi jika perkembangannya terhambat. Kuesioner Empathy Quotient-Child EQ-C dan Systemizing Quotient-Child SQ-C dapat digunakan untuk menilai keterampilan empati pada anak. Namun, kuesioner tersebut belum ada untuk Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji diagnostik EQ-C dan SQ-C versi Bahasa Indonesia. Studi ini adalah studi potong lintang yang melibatkan 100 siswa/i kelas I-VI SDN 01 Pagi Rawasari beserta orangtuanya. Pengambilan sampel melalui sistem acak. Uji diagnostik yang dilakukan berupa uji kesahihan isi, kesahihan construct, kehandalan konsistensi internal, dan kehandalan test-retest. Analisis kesahihan isi menunjukkan pernyataan nomor 17, 23, 32, dan 54 pada EQ-C dan SQ-C versi Bahasa Indonesia tidak sahih. Kesahihan construct yang dianalisa berdasarkan Principal Component Analysis PCA dan uji korelasi Pearson mendapatkan hasil yang baik. Konsistensi internal untuk EQ-C dan SQ-C versi Bahasa Indonesia mendapatkan hasil berupa Cronbach rsquo;s Alpha sebesar 0,82 baik dan 0,66 cukup. Test-retest yang dianalisa berdasarkan Intra-Class Correlation ICC mendapatkan EQ-C dan SQ-C versi Bahasa Indonesia berturut-turut sebesar 0,69 cukup dan 0,79 baik. Dengan demikian EQ-C dan SQ-C versi Bahasa Indonesia sahih dan handal untuk digunakan pada populasi anak di Indonesia.

Empathy is an important factor for developing prosocial behavior, such as following social rules and engaging in altruism behavior. Therefore, it is needed to be assessed in every children included primary school students. Empathy Quotient Child EQ C and Systemizing Quotient Child SQ C questionnaire is one that could assess empathy and systemizing skills in children. However, it is not validated in Indonesian language. This study aimed to validate the Indonesian version of EQ C and SQ C. This study was a cross sectional study involving 100 students of SDN 01 Rawasari grade 1 6 and their parents. The sample collection was done by simple random sampling. The study tried to identify content validity, construct validity, internal consistency reliability, and test retest reliability of Indonesian version of EQ C and SQ C. The results of the study found that Indonesian version of EQ C and SQ C consisted of 51 statements 25 items for EQ C and 26 items for SQ C . The construct validity was good enough based on Principal Component Analysis PCA and Pearson correlation test. Internal consistency of the EQ C and SQ C was good Cronbach's alpha 0.82 and 0.66. Test retest reliability by ICC analysis was 0.69 and 0.79. In conclusion, Indonesian version of EQ C and SQ C is valid and reliable to be used among primary school students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helvira Novianti Pratiwi
"Fenomena bullying pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif cukup menghawatirkan. Hal tersebut dapat disebabkan karena kurangnya keterampilan kerjasama yang dimiliki anak berkebutuhan khusus. Keterampilan kerjasama diasumsikan memiliki hubungan dengan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan pada anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian yang bersifat korelasional ini menggunakan sampel anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah dasar inklusif negeri maupun swasta dengan rentang usia middle childhood atau 6-12 tahun sebanyak 108 partisipan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 dan Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993.
Hasil analisis korelasional keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan. Dengan kata lain, semakin tinggi keterampilan kerjasama anak berkebutuhan khusus, maka akan semakin tinggi pula kualitas pertemanan yang dimiliki. Selain itu, terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan berdasarkan jenis kelamin. Hasil analisis menunjukkan bahwa anak perempuan memiliki keterampilan kerjasama dan kualitas pertemanan yang lebih tinggi daripada anak laki-laki. Orang tua dan guru di sekolah dasar inklusif disarankan untuk mengembangkan keterampilan kerjasama guna meningkatkan kualitas pertemanan anak berkebutuhan khusus.

The rate of bullying against children with special needs in inclusive primary schools is highly alarming. Children with special needs are at greatest risk of being bullied because they typically lack of cooperation skills. It is assumed that cooperation skills would determine the quality of friendship in children with special needs.The purpose of this study is to examine whether there is a correlation between cooperation skills and the quality of friendship in children with special needs in in inclusive primary schools. This correlational study used a sample of children with special needs who attend inclusive primary schools. They were in middle childhood, aged 6 to 12 years. In total, 108 participants were involved for this study. Social Skills Improvement System Gresham Elliot, 2008 and Friendship Quality Questionaire Parker Asher, 1993 were used as research instruments.
The findings of this study indicate that there is a positive and significant correlation between cooperative skills and the quality of friendship in children with special needs. In other words, it appears that higher cooperation skills lead to a high quality friendship in special needs children. Moreover, this study found that cooperation skills and the quality of friendship in special needs children would vary significantly by gender. Girls reported to have better cooperation skills, thus having a higher quality of friendship than boys.The results advocate that developing cooperation skills for children with special needs is important because it helps them build friendships in an inclusive environment. They provide an insight to parents and teachers in inclusive primary schools that these cooperations skills should be reinfornced to maintain quality of friendship in children with special needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Anita Widyarti
"Temuan Proyek The Indonesian Early Childhood and Development (ECED) menyebutkan bahwa anak-anak usia dini di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dalam hal pembentukkan kesiapan belajar mereka di sekolah formal. Atas dasar itu peneliti membuat modul pembelajaran numerasi untuk anak usia 5-6 tahun sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan matematika, agar anak-anak usia dini di Indonesia memiliki kesiapan yang cukup memadai untuk belajar di sekolah formal tingkat dasar. Modul pembelajaran numerasi yang disebut dengan Metode ABA (Ayo Belajar Angka) ini dibuat dengan menggunakan design based research yang didasarkan pada analisis terhadap Standar Nasional dan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia dan kemudian diperkaya dengan Learning Pathway in Numeracy yang dibuat oleh Julie Wagner berkerja sama dengan Mathematic Teaching and Learning Department at The Offife of Superintendent of Public Instruction Washington. Sedangkan untuk menguji keberhasilan modul dalam meningkatkan kemampuan numerasi anak, digunakan desain Quasi Experimental dalam bentuk Nonequivalen Control Group Design, yaitu dengan mengukur kemampuan numerasi anak dengan cara membandingkan skor pretest dan post test pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi yang tidak dipilih secara random. Hasil pengolahan data statistik uji t berpasangan pada kelompok intervensi menunjukkan bahwa nilai sig = 0.001 < 0.05, yang berarti rata-rata skor pretest dan skor post test pada kelompok intervensi berbeda nyata secara statistik, atau dengan kata lain terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan numerasi anak setelah mereka mengerjakan modul pembelajaran numerasi metode ABA.

The Indonesian Early Childhood Education and Development (ECED) Project found that children aged 5-6 years in Indonesia needs to get more serious attention in preparing their readiness to study at formal schools. Based on the finding, the researcher creates a numeracy learning module to improve their ability in math, so they are ready to study in formal schools, in this case at primary level. A numerical learning module called ABA Method (abbreviation for "Ayo Belajar Angka" in Bahasa Indonesia - "Let's Learn Numbers" in English) was created by using a research based design that was conducted based on an analysis from the National Standards and Curriculum of Early Childhood Education in Indonesia enriched with Learning Pathway in Numeracy by Julie Wagner who worked with the Mathematic Teaching and Learning Department at The Office of the Superintendent of Public Instruction Washington. A nonrandomized pretest-post test control group design was used to check the effectiveness of the module which measures their numeration abilities by comparing the pretest with the post test score. The result of paired t-statistical data test within the intervention group showed that the value of sig = 0.001 < 0.05, which means the average pretest score and post test score in the intervention group was statistically different or in other words there was a significant increase on their numeration abilities after they do the ABA method of numerical learning module."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Astari Hendriana
"Tidak semua guru menerapkan kebiasaan mengucapkan tolong, maaf, terima kasih (TOMAT) pada kehidupan sehari-harinya. Diketahui bahwa guru kurang memiliki pengetahuan mengenai cara menanamkannya pada peserta didik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas psikoedukasi kepada guru TK dalam menambah pengetahuan mengenai cara menanamkan kebiasaan mengucapkan TOMAT pada peserta didik yang berusia 5-6 tahun dengan jumlah partisipan sebanyak tujuh orang (n=7). Efektivitas psikoedukasi dapat diketahui dari perbandingan skor pengetahuan pada sebelum dan sesudah psikoedukasi. Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Ranks Test. Ditemukan hasil yang signifikan (p<0,05) pada hasil pretest dan post-test 1 serta post-test 1 dan post-test 2. Penemuan ini mengindikasikan bahwa psikoedukasi kepada partisipan efektif untuk menambah pengetahuan mengenai cara menanamkan kebiasaan pengucapan kata tolong, maaf, terima kasih, pada anak usia 5-6 tahun. Efektivitas psikoedukasi pun masih ditemukan setelah melewati jangka waktu tiga minggu. Limitasi dari penelitian ini adalah ada beberapa partisipan yang sudah memiliki cukup pengetahuan mengenai kebiasaan mengucapkan TOMAT dari sebelum psikoedukasi dilakukan sehingga kenaikan skor pengetahuannya tidak terlalu banyak. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa penambahan pengetahuan guru dapat dilakukan melalui psikoedukasi yang disesuaikan dengan kebutuhan atau kesulitan yang dimiliki guru.

Not all of preschool teachers apply the habit of saying please, sorry, thank you (TOMAT) in their daily life. Other than not having the habit of saying TOMAT, participants also found not having enough knowledge on how to instill the habit on saying it. Therefore, the purpose of this study is to know the effectivity of psychoeducation to increase teacher’s knowledge with the total of participant included in this study is seven teachers (n=7). Psychoeducation’s effectivity can be known through comparing scores between before and after the psychoeducation. Wilcoxon Signed Ranks Test is used as the method to test effectivity where significant result (p<0,05) is found on pre-test – post-test 1 and post-test 1 – post-test 2. This result indicating that psychoeducation used in this study is effective to increase teacher’s knowledge. The psychoeducation can still influence teacher’s knowledge even after some times. Some participants already have enough knowledge on the habit of saying TOMAT therefore even after psychoeducation, the increase in their knowledge score is not too much. This study implicates that the increase of teacher’s knowledge can be done through psychoeducation that is suitable with the need or the difficulty the teachers have."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>