Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163553 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Anisa Maharani
"Hubungan dengan teman sebaya merupakan aspek penting dalam perkembangan remaja. Sejak adanya pandemi COVID-19, keterbatasan interaksi sosial secara langsung menyebabkan menjalin pertemanan bagi remaja terasa melelahkan. Salah satu faktor kunci dalam hubungan teman sebaya adalah relasi anak dengan orang tuanya. Relasi orang tua-anak yang positif dinilai dapat membantu remaja dalam menghadapi situasi pandemi dan meningkatkan kualitas hubungan teman sebaya. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan relasi orang tua-anak dalam memprediksi kualitas hubungan teman sebaya pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan tipe studi cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 651 partisipan dan merupakan remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16,33, SD = 0,74), berjenis kelamin perempuan (n = 390) dan laki-laki yang berdomisili di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui penyebaran kuesioner Parent-Adolescent Relationship Scale dan Peer Friendship Scale. Hasil analisis statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa relasi orang tua-anak secara positif signifikan mampu memprediksi kualitas hubungan teman sebaya (p < 0,01) dengan nilai  = 0,41. Disarankan perlunya membangun iklim keluarga yang positif melalui penguatan relasi orang tua-anak untuk meningkatkan kualitas hubungan teman sebaya pada remaja, khususnya pada masa pandemi COVID-19.

Peer relationship is an important aspect of adolescents’ development. Since the COVID-19 pandemic outbreak, the limited social interactions have made friendships for adolescents feel tiring. One of the key factors in peer relationships quality is child’s relationship with their parents. Positive parent-child relationship is considered to be able to help adolescents in dealing with pandemic situations and improve the quality of peer relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting peer relationship quality among middle adolescents during the COVID-19 pandemic. This research is a correlational study with cross-sectional design and was conducted on 651 participants who are middle adolescents aged 15-18 years (M = 16,33, SD = 0,74), females (n = 390) and males who live in Indonesia. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires Parent-Adolescent Relationship Scale and Peer Friendship Scale. The result of the simple linear regression shows that parent-child relationship positively significant predicted peer relationship quality (p < 0,01) with  = 0,41. It is suggested the need to build a positive family climate through strengthening parent-child relationships to improve the quality of peer relationships in adolescent, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Arieza Fitrizqa
"Pandemi COVID-19 terbukti meningkatkan tingkat distres psikologis pada remaja. Kondisi emosi remaja cenderung mudah terguncang ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, seperti situasi pandemi. Salah satu faktor protektif terhadap terjadinya distres psikologis pada remaja adalah hubungan orang tua-anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kelompok remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16.33, SD = 0,742), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner secara daring kepada 651 partisipan. Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan, untuk mengukur distres psikologis pada remaja digunakan alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya dengan nilai R2 = 6,3% dan β =-0,254 yang berarti setiap kenaikan 1% nilai hubungan orang tua-anak maka nilai distres psikologis berkurang sebesar 0,254. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hubungan orang tua-anak, maka akan menurunkan tingkat distress psikologis. Maka disarankan untuk meningkatkan relasi hubungan orang tua- anak agar dapat menurunkan tingkat distres psikologis pada remaja, khususnya selama masa pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has been shown to increase the level of psychological distress in adolescents. The condition of adolescents tends to be unstable when faced with unusual situations, such as a pandemic. One of the protective factors against adolescent distress is the parent-child relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting psychological distress among adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were middle adolescents aged 15-18 years (M = 16.33, SD = 0,742) males and females who lived in Indonesia. This research is a non-experimental study. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 651 participants. The questionnaires used include Parent-Adolescent Relationship Scale to measure the level of Parent-child relationship, Kessler Psychological Distress Scale (K10) to measure the level of psychological distress. In addition, the results of simple linear regression analysis shows that parent-child relationships negatively significant predicted adolescents psychological distress with R2 = 6.3% and β =-0,254 which means that for every 1% increase in the value of the parent-child relationship, the psychological distress value decreases by 0.254. Therefore, it can be said that the higher the parent-child relationship, the lower the level of psychological difficulties. Thus, it is suggested the need to develop the parent-child relationship to reduce psychological distress in middle adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Farah Nadhifa
"Pandemi COVID-19 mengakibatkan keadaan menjadi serba tidak pasti yang kemudian menyebabkan meningkatnya gangguan psikologis pada remaja. Salah satu faktor protektif yang dapat membantu remaja selama masa pandemi COVID-19 adalah harapan. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan harapan. Salah satu dukungan sosial yang terdekat bagi remaja adalah hubungan orang tua-anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi harapan pada remaja madya selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pendekatan kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 651 remaja madya berjenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan rentang usia 15-18 tahun (M = 16.33). Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan harapan diukur dengan menggunakan Adult Hope Scale. Hasil pengujian analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak secara positif signifikan dapat memprediksi harapan pada remaja (p < 0,01) dengan nilai R2 sebesar 18,3% dan dan β = 0,428. Penelitian ini menyarankan untuk membangun hubungan orang tua-anak yang positif guna meningkatkan tingkat harapan pada remaja, terutama pada masa pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic left the situation in a state of uncertainty which then led to an increase in psychological disorders in adolescents. One of the protective factors that can help adolescents during the COVID-19 pandemic is hope. Social support is one of the factors related to hope. One of the closest social supports for adolescents is the parent-child relationship. This study aims to see whether the parent-child relationship can predict hope in middle adolescents during the COVID-19 pandemic. This research is a non-experimental research with a quantitative approach. The participants in this study were 651 middle adolescents, female and male, with an age range of 15-18 years (M = 16.33). The parent-child relationship was measured using the Parent-Adolescent Relationship Scale. Meanwhile, hope is measured using the Adult Hope Scale. The test results of simple linear regression analysis showed that the parent-child relationship positively significantly predicted the hope of adolescents (p < 0.01) with an R2 value of 18.3% and and β = 0.428. This study suggests building a positive parent-child relationship in order to increase the level of hope in adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifia Ainayya Salsabila
"Adanya pandemi Covid-19 mengganggu kualitas relasi teman sebaya dengan berkurangnya kesempatan untuk berinteraksi secara langsung. Salah satu faktor yang membantu remaja mengembangkan hubungan pertemanan yang sehat adalah empati. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara empati dengan relasi teman sebaya pada remaja di masa pandemi Covid-19. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-18 tahun yang berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Partisipan dalam penelitian ini yaitu 651 siswa dari berbagai Sekolah Menengah Atas di kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar. Alat ukur yang digunakan adalah The Basic Empathy Scale in Adults (BES-A) untuk mengukur empati dan Adolescence-Reported Scale untuk mengukur relasi teman sebaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara empati dengan relasi teman sebaya pada remaja di masa pandemi Covid-19 (r = .376, p<0,01). Disamping itu, ditemukan pula bahwa remaja perempuan memiliki tingkat empati yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan remaja laki-laki.

The Covid-19 pandemic has disrupted the quality of peer relationship by reducing the opportunity to interact directly. One of the factors that help teens develop healthy friendships is empathy. This study aims to see the relationship between empathy and peer relationship in adolescence during pandemic Covid-19. The population in this study are adolescence aged 15-18 years who live in Indonesia. This research is a non-experimental research. Participants in this study were 651 students from various high schools in big cities, namely Jakarta, Bandung, Surabaya, and Makassar. The measuring instruments used are The Basic Empathy Scale in Adults (BES-A) to measure empathy and the Adolescence-Reported Scale to measure peer relationship. The results of this study indicate that there is a significant positive correlation between empathy and peer relationship in adolescenc during pandemic Covid-19 (r = .376, p<0.01). In addition, it was also found that female adolescennce had a significantly higher level of empathy than male."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Ratnika Sari
"Mahasiswa keperawatan yang berada pada masa remaja akhir yaitu sudah mampu mengenali permasalahan dan memikirkan apa yang menjadi penyebab serta sudah mampu memikirkan solusi untuk masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan data demografis Mahasiswa S1 Reguler FIK UI dengan Perilaku adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan 242 sampel diambil dengan stratified sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah di modifikasi dari penelitian olum,et.al (2020). Analisis penelitian ini menggunakan uji Kruskal-Wallis, Chi-Square dan Pearson Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden berada pada rentang usia 18-22 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan (92,6%), berasal dari suku Jawa (46,3%) dengan pendapatan lebih dari atau sama dengan rata-rata UMR (75,6%), serta sebagian besar berasal dari angkatan 2020 (26,8%). Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik (54,9%), sikap yang positif (71,1), keterampilan yang baik (73,1%) serta perilaku yang baik (57,4%). Berdasarkan analisis bivariat bahwa usia memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku (p-value 0,002 ) dan angkatan masuk juga memilki hubungan yang signifikan dengan perilaku (p-value 0,010). Jenis kelamin , suku dan status sosial ekonomi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan perilaku adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi COVID-19.

Nursing students who are in their late teens are able to recognize problems and think about what is the cause and are able to think of solutions to these problems. This study aims to identify the relationship between the demographic data of the Regular S1 students of FIK UI and the behavior of adapting new habits during the COVID-19 pandemic. This study used a cross sectional research design with 242 samples taken by stratified sampling. This study uses knowledge, attitudes and skills instruments that have been modified from the research of olum, et.al (2020). The analysis of this study used the Kruskal-Wallis, Chi-Square and Pearson Chi-Square tests. The results showed that the respondents were in the age range of 18-22 years, most of them were female (92.6%), came from Javanese ethnicity (46.3%) with income more than or equal to the average UMR (75, 6%), and most of them are from the class of 2020 (26.8%). Most of the respondents have good knowledge (54.9%), positive attitude (71.1), good skills (73.1%) and good behavior (57.4%). Based on bivariate analysis that age has a significant relationship with behavior (p-value 0.002 ) and the entry force also has a significant relationship with behavior (p-value 0.010). Gender, ethnicity and socioeconomic status did not have a significant relationship with the behavior of adapting new habits during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Rizky Ramadhiany
"Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini dapat memicu dialaminya distres psikologis pada remaja atau memperparah distres psikologis yang sudah dialami sebelumnya. Dalam menghadapi hal tersebut, harapan dapat dilihat sebagai salah satu faktor protektif dalam kesehatan mental individu, khususnya di masa pandemi COVID-19 saat ini. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu kontribusi harapan terhadap distres psikologis pada remaja madya dalam konteks pandemic COVID-19 di Indonesia. Studi dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan meminta partisipan mengisi alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) (Kessler et al., 2003) dan Adult Hope Scale (AHS) (Snyder et al., 1991) versi Bahasa Indonesia yang telah diadaptasi. Partisipan pada penelitian sejumlah 651 remaja madya yang terdiri dari siswa Sekolah Menengah Atas di beberapa kota besar di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan kontribusi harapan yang negatif dan signifikan (R² =.038; F(1,649)=26.63; p<.05) terhadap distres psikologis. Harapan berkontribusi sebesar 3.8% terhadap penurunan distres psikologis. Dimensi agency thinking (β = -.068, p<.05) memiliki kontribusi lebih besar terhadap penurunan distres psikologis dibandingkan pathways thinking (β = -.151, p>.05) yang artinya semakin tinggi agency thinking yang dimiliki remaja, maka distres psikologis yang dialami akan semakin rendah.

The current COVID-19 pandemic can trigger psychological distress in adolescents or exacerbate previously experienced psychological distress. In dealing with the psychological distress, hope can be seen as one of the protective factors in individual mental health, especially during the current COVID-19 pandemic. Therefore, this study aims to find out the contribution of hope to psychological distress in middle adolescents in the context of the COVID-19 pandemic in Indonesia. The study was conducted using a quantitative method by asking participants to fill out the Indonesian version of the Kessler Psychological Distress Scale (K10) (Kessler et al., 2003) and Adult Hope Scale (AHS) (Snyder et al., 1991) which have been adapted into Bahasa. Participants in the study were 651 middle-adolescents consisting of high school students in several big cities in Indonesia. The results of this study indicate a negative and significant contribution of hope (R² = .038; F(1,649)=26.63; p<.05) on psychological distress. Hope contributed 3.8% to the decrease in psychological distress. The agency thinking dimension (β = -.068, p<.05) has a greater contribution to the reduction of psychological distress than pathways thinking (β = -.151, p>.05) which means that the higher the agency thinking adolescents have, the lower psychological distress they are experienced."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Rahmawati
"Pandemi Covid-19 (coronavirus diseases 2019) yang disebabkan oleh virus SARS-Cov-2 yang pertama kali muncul Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada akhir tahun 2019. Virus ini muncul di berbagai negara di dunia sehingga menciptakan dampak yang signifikan bagi masyarakat dan ekonomi global. Tidak hanya itu, pandemi Covid-19 juga menimbulkan kekhawatiran dan berbagai gangguan kesehatan mental lainnya di masyarakat. Selain itu, tenaga kesehatan juga rentan terhadap gangguan kesehatan mental selama menangani pasien Covid-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi gejala kecemasan dan depresi pada tenaga kesehatan laboratorium terpadu di Rumah Sakit Universitas Indonesia selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Rumah Sakit Universitas Indonesia pada bulan Juli 2021. Analisis yang digunakan yaitu, univariat, bivariat dan multivariabel dengan derajat kepercayaan 95%. Dari 42 tenaga kesehatan laboratorium terpadu RS UI didapatkan prevalensi gejala kecemasan sebesar 11,9% dan prevalensi gejala depresi sebesar 14,3%. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara gejala kecemasan ataupun depresi dengan variabel independen penelitian.

The Covid-19 pandemic (coronavirus diseases 2019) caused by the SARS-Cov-2 virus which first appeared in Wuhan City, Hubei Province, China at the end of 2019. This virus appeared in various countries in the world, causing a significant impact on society and the global economy. Covid-19 pandemic has also caused concern and various other mental health disorders in the community. Furthermore, healthcare workers are also vulnerable to mental health disorders while treating Covid-19 patients. The purpose of this study is to estimate the prevalence of anxiety and depression symptoms in healthcare workers in the integrated laboratory at the Universitas Indonesia Hospital during the Covid-19 pandemic. This study uses a cross sectional design conducted at the Integrated Laboratory of the Universitas Indonesia Hospital in July 2021. The analysis used is univariate, bivariate and multivariable with a 95% confidence interval. Of 42 integrated laboratory health workers at Universitas Indonesia Hospital, the prevalence of anxiety symptoms was 11.9% and the prevalence of depressive symptoms was 14.3%. The results of the bivariate analysis with the chi-square test there is no significant relationship between symptoms of anxiety or depression with the independent variables of the study."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Budi Nugroho
"Latar Belakang: Pandemi COVID-19 di Indonesia belum resmi berakhir, dan karena perilaku protektif yang terlihat diabaikan, menjadi sangat penting untuk terus dikampanyekan guna meningkatkan kesadaran masyarakat dan menerapkan protokol kesehatan dalam rangka mengendalikan penyebarannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi risiko dan pengalaman masyarakat terhadap penularan COVID-19 di Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode lintang potong dan dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2022 dengan menggunakan survei daring. Kuesioner dikembangkan berdasarkan kuesioner standar (ECOM, 2015) tentang persepsi risiko wabah penyakit menular. Kuesioner ini kemudian didistribusikan melalui berbagai platform media sosial, termasuk WhatsApp, Facebook, dan Instagram.
Hasil: Penelitian ini mengungkapkan bahwa responden wanita lebih banyak daripada pria (61,3%), memiliki pendidikan sarjana (38,5%), bekerja di perusahaan swasta (32,3%), dan pernah tertular Covid (43,8%). Responden yang memiliki skor persepsi risiko di atas rata-rata adalah 60%. Menurut kesepuluh data distribusi persepsi risiko, sebagian besar responden menganggap COVID-19 sebagai ancaman. Memakai masker, rutin mencuci tangan, jaga jarak fisik, dan tinggal di rumah tetap menjadi pilihan dan efektif untuk mencegah penularan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki penularan COVID-19 yang intens secara langsung maupun tidak langsung.
Kesimpulan: Meskipun sebagian besar responden khawatir akan penularan Covid-19, mereka menyatakan siap untuk penularan dan sadar bagaimana mengendalikan dan mencegah penularan.

Background: The COVID-19 pandemic in Indonesia has not officially ended, and due to the apparent underestimation of protective behavior, it is imperative to continuously promote public awareness and implement health  protocols  to control its spread. Therefore, this study aims to analyze the community's risk perception and experiences of COVID-19 transmission in Indonesia.
Methods: This cross-sectional study was conducted from July to August 2022 using an online survey. The questionnaire was developed based on a standard questionnaire (ECOM, 2015) on the risk perception of an infectious disease outbreak. It was then distributed through various social media platforms, including WhatsApp, Facebook, and Instagram.
Result: This study revealed that there were more female respondents than men (61.3%), held bachelor’s degree (38.5%), work in private company (32.3%), and been infected by Covid (43.8%). Respondents who have risk perception score above average is 60%. According to all ten risk perception distribution data, most respondents considered COVID-19 a threat. Wearing mask, regularly wash hands, physical distancing, and stay at home still options and effective to prevent the transmission. This showed that most respondents had intense COVID-19 transmission directly or indirectly.
Conclusion: Although most of respondents worry of Covid-19 transmission, they stated ready for transmission and aware how to control and prevent the transmission.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriel Bagaskoro Budiyanto
"Tujuan dari studi ini adalah untuk meneliti apakah tingkat return harian dari indeks milik perusahaan Morgan Stanley Capital International Emerging Market memiliki ketahanan terhadap volatilitas asimetris yang muncul ketika dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Alasan utama munculnya volatilitas yang asimetris ini dikarenakan pasar keuangan dilanda oleh krisis, yaitu pandemi Covid-19 yang menyerang seluruh negara di dunia dan dampaknya paling dirasakan oleh negara-negara berkembang. Sampel dari penelitian ini terdiri 24 negara berkembang dari wilayah Asia, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika. Metode yang digunakan untuk menganalisis hal tersebut adalah GJR-GARCH. Penelitian ini menemukan bahwa wilayah dengan tingkat leverage effect paling rendah merupakan negara-negara berkembang di Asia dikarenakan negara-negara berkembang di Asia bagian Tenggara (ASEAN) memiliki mayoritas saham dengan nilai yang masih berkembang sehingga memiliki tingkat sentimen investor yang lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara yang sahamnya sudah memiliki nilai tinggi.

The purpose of this study is to examine whether the daily rate of return of the index belonging to the company Morgan Stanley Capital International Emerging Markets has resistance to the asymmetric volatility that arises when faced with the Covid-19 pandemic. The main reason for the emergence of this asymmetrical volatility is because the financial market was hit by a crisis, which is the Covid-19 pandemic that attacked all countries in the world and its impact was felt most by developing countries. The sample of this study consisted of 24 developing countries from Asia, Europe, the Middle East, Africa, and America. The method used to analyze this event is GJR-GARCH. This study found that the regions with the lowest levels of leverage effect are developing countries in Asia, especially developing countries in Southeast Asia (ASEAN) most of their stocks have a value that is still small and developing so that they have a lower level of investor’s sentiment compared to other countries. countries whose stocks already have a high value."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Ishfahanie
"Penutupan institusi pendidikan sebagai salah satu langkah penerapan kebijakan pembataan sosial berskala besar, menyebabkan mahasiswa berisiko mengalami kesepian. Kesepian yang terjadi pada mahasiswa dapat berdampak pada kesehatan mental mahasiswa, salah satunya berisiko mengalami psychological distress. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesepian selama pandemi Covid-19 dengan psychological distress pada mahasiswa. Penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif-korelasi dan teknik potong lintang melibatkan 591 mahasiswa, didapatkan melalui teknik virtual network sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji kai kuadrat didapatkan ada hubungan antara kesepian selama pandemi Covid-19 dengan psychological distress (p=0,000). Penelitian ini membantu pelayanan, penelitian, dan pendidikan keperawatan terkait kesepian dan psychological distress. Peningkatan concern dan awareness perawat terhadap fenomena kesepian dan stresor lainnya yang dapat mengancam kesejahteraan psikologis mahasiswa direkomendasikan.

The closure of educational institutions as one of the steps in implementing large-scale social restriction puts college students at risk of experiencing loneliness. Loneliness can dangerously affects students’ mental health, one of negative mental health risk caused by loneliness is psychological distress. This study aims to determine the relationship of loneliness during Covid-19 pandemic and psychological distress in college students. Quantitative research with descriptive-correlation design and cross-sectional technique involving 591 students, obtained through virtual network sampling technique. The result of the bivariate analysis with the Chi-square test found a relationship between loneliness during Covid-19 pandemic and psychological distress (p=0,000). This research supports the development of nursing services, research, and education related to loneliness and psychological distress. It is recommended to increase nurses’ concern and awareness of the phenomenon of loneliness and other stressors that can affect students’ psychological well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>