Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106466 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aditya Maulana Mugiraharjo
"Provinsi DKI Jakarta atau kota Jakarta menjadi pusat aktifitas atau kegiatan di berbagai skala: internasional, dan nasional, yang secara struktural ruang dibagi menjadi tiga: primer, sekunder, dan tersier. Ekonomi Jakarta digerakkan oleh sektor formal dan sektor informal. Salah satu sektor informal yang ada di Jakarta adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Pedagang Kaki Lima menjadi salah satu aktor informal yang mengalami dampak pada masa pandemic COVID 19, salah satunya mengenai kondisi pendapatan bulanan. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. bagaimana analisis perubahan pendapatan PKL pada masa pandemic COVID 19; 2. bagaimana pengaruh faktor sosio demografi terhadap perubahan pendapatan PKL? 3. bagaimana pengaruh faktor profil usaha terhadap perubahan pendapatan PKL? Dalam menjawab pertanyaan tersebut, penulis menggunakan metode regresi logistik biner dan multinomial logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan 52,9% responden mengalami perubahan pendapatan berupa penurunan, sedangkan pada faktor sosio demografi dan profil usaha tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap perubahan pendapatan PKL

DKI Jakarta Province or so called Jakarta has become the center of activities at various scales: international and national, which structurally divided into three: primary; secondary; and tertiary. Jakarta’s economy is driven by the formal and informal sectors. One of the informal sectors in Jakarta is street vendors or Pedagang Kaki Lima. Pedagang Kaki Lima ara one of the informal actors who have experienced an impact during the COVID-19 pandemic, especially to their monthly income. The questions of this research are: 1. How is the street vendors monthly income change during COVID-19 pandemic; 2. How is the influence of socio-demographic factors on monthly inome change of street vendors?; 3. How is the influence of socio-demographic factors on monthly inome change of street vendors? To answer these questions, the author uses binary logistic regression and multinomial logistic regression methods. The results of this study indicate that 52,9% of respondents experienced a decreased income; while soci-demographic factors and business profiles did’nt find a significant effect on change of street vendors monthly income.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqita Oktorini
"Pemberdayaan masyarakat, telah menjadi satu isu sentral dalam diskursus pembangunan, khususnya dalam konteks kajian perkotaan. Teori dan praktik pemberdayan, terus mengalami perkembangan, khususnya model pemberdayaan yang bersifat konstruktif berbasis fenomena akar rumput. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, bentuk dan strategi pemberdayaan masyarakat, jejaring relasi para aktor pemberdayaan, dan praktik operasi spasial PKL Pasar Jiung Kemayoran. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan campuran. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menyimpulkan: 1) Bentuk pemberdayaan PKL Pasar Jiung Kemayoran, menerapkan konsep social empowerment yang ditandai dengan adanya orgahanisasi paguyuban sebagai wadah bersama untuk saling memberdayakan. PKL menerapkan strategi saling menguatkan dan mendukung dengan menggunakan iuran keanggotaan sebagai instrumen pemberdayaan; 2) Jejaring kuasa pada proses pemberdayaan PKL, tidak mencerminkan peran yang linear antara aktor-aktor yang terlibat. Unsur pemerintah lokal yang diwakili oleh Camat dan Lurah Kemayoran, lebih bersikap pasif karena konsep pemberdayaan yang diterapkan, tidak sesuai dengan kebutuhan PKL; dan 3) Operasi praktek spasial PKL Pasar Jiung Kemayoran terbilang unik. PKL menciptakan ruangnya sendiri sebagai respon atas preferensi konsumen dalam bertransaksi.

Community empowerment has become a central issue in development discourse, especially in the context of urban studies. Empowerment theory and practice continue to develop, especially the constructive empowerment model based on grassroots phenomena. This study aims to explain the forms and strategies of community empowerment, the network of relations between the actors of empowerment, and the spatial operations of street vendors at Jiung Kemayoran Market. The study used qualitative methods with a mixed approach. The data used are primary data and secondary data. The results of the study conclude: 1) The form of empowerment of street vendors at Jiung Kemayoran Market, applies the concept of social empowerment which is marked by the existence of community organizations as a common forum to empower each other. Street vendors implement a mutually reinforcing and supportive strategy by using membership fees as an instrument of empowerment; 2) The power network in the process of empowering street vendors does not reflect a linear role between the actors involved. Local government elements, represented by the Camat and Lurah Kemayoran, are more passive because the concept of empowerment applied is not in accordance with the needs of street vendors; and 3) The spatial practice of street vendors at Jiung Kemayoran Market is unique. Street vendors create their own space in response to consumer preferences in transactions. "
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Rizki
"Keberadaan PKL di Jakarta, khususnya Jakarta Selatan dianggap banyak memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Penertiban yang selalu dilakukan untuk mengatasi keberadaan PKL di Jakarta Selatan, khususnya di Melawai dinilai masih kurang efektif karena pedagang akan kembali lagi. Melihat kondisi tersebut, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai mengubah pendekatan dalam mengatasi keberadaan PKL, yaitu dari yang tadinya hanya menertibkan PKL, sekarang telah berubah menjadi menata PKL. Penataan PKL eks-JS 32 Melawai dilakukan pada tahun 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan penataan Pedagang Kaki Lima PKL di Jakarta Selatan studi pada Pusat Jajanan Serba Ada [PUJASERA] Melawai. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist dengan teknik pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi kepustakaan.
Dalam melakukan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan, peneliti menggunakan teori Implementasi Kebijakan dari Edwards III dan teori hibrid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa variabel yang belum terpenuhi yaitu staf dan fasilitas.Implementasi kebijakan penataan PKL di PUJASERA Melawai berjalan dengan baik meskipun masih ada variabel yang belum terpenuhi.

The existence of street vendors in Jakarta, especially in South Jakarta, is considered to have a negative impact on the society. Measures conducted to overcome the existence of street vendors in South Jakarta, especially in Melawai, is considered to be ineffective as the street vendors tend to disobey orders and revert to selling their products. Overseeing the condition, the Government of DKI Jakarta changed their approach, from regulating the street vendors to actually organizing the street vendors by providing space and facilities. The organization of street vendors from JS 32 Melawai started in 2015.
The aim of this research is to elaborate the factors that affect the implementation of related policies to regulate and organize street vendors in South Jakarta, specifically in a PUJASERA in Melawai. This research was conducted using a post positivist approach with qualitative data collection through in depth interviews, direct observations, and literature reviews.
The analysis of this research, related to the factors that affect the implementation of policies, was conducted through Policy Implementation of Edwards III and hybrid theories. The result of this research showed that there are several variables yet to be satisfied, such as staf and facility. It can be seen that policy implementation of street vendors in the PUJASERA located in Melawaiwent well, even though there are several variables that are yet to be fulfilled.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Rahmadani
"Adanya ruang publik memberikan beragam manfaat untuk kehidupan sosial, ekonomi hingga
politik dalam suatu masyarakat. Salah satu manfaat adanya ruang publik adalah sebagai
tempat usaha pedagang kaki lima. Penempatan dalam menjajakan produk/dagangannya
didalam suatu ruang atau wilayah memiliki pola yang sama setiap harinya dan terlihat teratur
sesuai patok (penanda) yang ditinggalkan. Serta ada perbedaan konsentrasi di sepanjang jalur
tersebut. Dari pola ini terlihat adanya negosiasi dan kesepakatan antara beberapa pihak
seperti aktor penguasa untuk menetapkan dan mengatur atas pembagian wilayah atau
teritorialitas. Kanal Banjir Timur (KBT) dipilih sebagai wilayah penelitian karena menjadi
salah satu ruang publik yang peruntukannya dimanfaatkan oleh para pedagang kaki lima
dengan jumlah sangat besar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola serta alasan
pemilihan tempat berdagang PKL secara spasial dan mengkaji bagaimana PKL dan penguasa
pasar KBT dalam mengklaim wilayah kekuasaannya.. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang menggunakan metode observasi lapang, wawancara mendalam dan analisis
deskripstif. Penetapan informan dengan cara mewawancarai gate keeper terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini menunjukan Pola persebaran pedagang kaki lima yang berada di Wilayah
Kanal Banjir Timur memiliki pola intensifikasi, yaitu setiap lokasi atau wilayah mempunyai
berbagai macam variasi produk atau barang. Sedangkan alasan pemilihan tempat yang
dipilih oleh mayoritas pedagang kaki lima adalah jarak tempat tinggal, sumber daya listrik
dan sarana fisik dagang. Keterkaitan pemilihan tempat berdagang pedagang kaki lima
terhadap teritorialitas di Wilayah Kanal Banjir Timur adalah mengenai keamanan dan
kenyamanan peraturan. Hal ini tersirat dari beberapa pedagang kaki lima yang memilih
tempat di paguyuban tersebut karena peraturan-peraturan dan tanda kebesaran paguyuban
atau komunitas tersebut.

The presence of public spaces provides many benefits for social, economic, and political
lives in a society. One of the public space benefits is as a place for street vendors to operate.
Placement in selling products in a place or area has the same daily pattern and appear as
organized according to the marks left. Concentration difference is also present along the
path. From this pattern, one can observe negotiations and agreements between several
parties, such as ruler actors determining and regulating the area distribution or territoriality.
The Kanal Banjir Timur (KBT) was chosen as the study site because it is a public space
utilized by street vendors in a considerable number. The study aimed to analyze the pattern
and reason behind street vendor selling place selection spatially and review how street
vendors and KBT ruler actors claim their territories. The study was a qualitative study using
the field observation method, in-depth interviews, and descriptive analysis. Informant
selection was conducted by firstly interviewing the gatekeeper. The study result
demonstrates the street vendor distribution pattern in the Kanal Banjir Timur area, with an
intensification pattern, where each location or area has various products or goods.
Meanwhile, the reasons behind the location selection by most vendors were the distance
from residence, electrical resources, and physical trade facilities. The association between
selling place selection and territoriality in the Kenal Banjir Timur area was safety and
comfort of regulations. It was implied by several street vendors selecting the place in such an
association because of the regulations and status symbol of the association or community"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Amanda Devina
"ABSTRACT
Paper ini membahas mengenai uneven development dan mendeteksi circular causation yang terjadi di kawasan Kalibata. Perkembangan tidak merata terjadi antara kawasan berjualan pedagang kaki lima dan kawasan berjualan di Kalibata City. Metode penelitian dilakukan dengan studi pustaka sebagai landasan teori untuk memahami terjadinya perkembangan tidak merata dan terjadinya circular causation dalam perkembangan tidak merata. Pengambilan data dilakukan melalui studi lapangan dengan melakukan wawancara, observasi, dan mapping secara langsung. Informasi yang didapatkan dari mapping digunakan untuk membandingkan perbedaan proses produksi dari antara dua kawasan. Kalibata City sebagai kawasan formal dan area berjualan PKL sebagai kawasan informal memiliki perbedaan potensi yang menjadikan adanya perbedaan proses produksi di kedua kawasan. Artikel ini menemukan bahwa: 1 fasilitas pengunjung di PKL jauh lebih sederhana dibandingkan Kalibata City; 2 area PKL tidak terjamin legalitas sehingga ada kemungkinan penggusuran, 3 area berjualan PKL terbatas pada area pinggir rel kereta, 4 alat produksi PKL lebih sederhana dibandingkan Kalibata City, dan 5 kemampuan PKL lebih terbatas dibanding pekerja di Kalibata City. Kami juga menemukan terdapat 3 jenis produksi di PKL kompleksitas rendah, sedang, tinggi . Sementara, proses produksi di Kalibata City bekerja secara lebih terstruktur dan terorganisir. Perbedaan proses produksi yang dijalankan memicu terjadinya perbedaan perkembangan antar kawasan. Circular causation menjadikan perbedaan perkembangan yang ada menjadi semakin parah. Kawasan Kalibata City sebagai wilayah formal akan terus mampu melakukan perkembangan kawasan, sedangkan kawasan PKL dengan keterbatasannya akan terus memiliki kesempatan perkembangan yang terbatas.

ABSTRACT
This paper discusses the uneven development and detects the circular causation that occurs in the Kalibata area. Uneven development occurs between the street vendor trade area and Kalibata City trade area. The research method is done through literature study as the theoretical basis in order to understand about the uneven development and the occurrence of circular causation in uneven development. Data collection is done through field study by conducting interviews, observation, and direct mapping. Information obtained from mapping is used to compare the differences in production processes between two regions. Kalibata City as the formal area and street vendors trade area as the informal area have different potential that generates the difference in production process in both areas. This article found that 1 street vendors consumer facilities is simpler than Kalibata City 2 street vendor area doesnt have legal permit, thus making them susceptible to eviction, 3 street vendor trade area is limited to the area beside the railway, 4 the tools used by the street vendors are less sophisticated than Kalibata City, and 5 the street vendors have limited skills than the workers in Kalibata City. We also found there are 3 types of production of street vendors low, mid, high complexity. Meanwhile, production process in Kalibata City is ran in a more structured and organized way. The differences in the production trigger the developmental differences between these regions. Circular causation makes the existing developmental differences worse. Kalibata City area as a formal area will continue to be able to develop its area, while the area of PKL with its limitations will continue to have limited opportunities to develop. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asfarinal
"Kota Tua Jakarta, sebagai situs warisan bersejarah, mengandung potensi besar sebagai tujuan pariwisata yang menarik. Dalam hal ini, peran Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi sangat penting meningkatan ekonomi sektor informal perkotaan. Tesis ini bertujuan untuk melakukan analisis tipologi PKL di Kota Tua Jakarta guna mendukung keberlanjutan destinasi pariwisata. Metodologi dipergunakan mix methode dan analisis spasial, untuk memahami peran dan karakteristik PKL. Hasil penelitian mengidentifikasi beberapa tipologi PKL, termasuk pedagang tradisional, pedagang kuliner, pedagang tetap dan tidak tetap. Setiap tipologi memberikan kontribusi unik dalam meningkatkan daya tarik Kota Tua Jakarta sebagai destinasi pariwisata. Analisis ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika PKL dan menyediakan dasar untuk perencanaan strategis pengelolaan PKL guna memaksimalkan kontribusinya terhadap kemajuan Kota Tua Jakarta sebagai destinasi pariwisata. Selain itu juga membahas berbagai tantangan yang dihadapi oleh PKL, termasuk masalah regulasi, aksesibilitas, dan dampak pariwisata terhadap lingkungan sekitar. Implikasi penelitian ini adalah menyediakan dasar bagi pihak berwenang dan pemangku kepentingan terkait untuk merancang kebijakan yang mendukung pengelolaan PKL secara berkelanjutan di Kota Tua Jakarta, Kesimpulan dari tesis ini memberikan wawasan yang mendalam tentang peran krusial PKL dalam membentuk dan memelihara keunikan kota tua sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan.

The Old Town Jakarta, as a historical heritage site, contains great potential as an attractive tourist destination. In this case, the role of the Five-legged Trader (PKL) becomes crucial to the economic growth of the informal urban sector. This thesis aims to conduct a typological analysis of the PKL in Old Town Jakarta to support the sustainability of tourist destinations. The methodology uses a mix of methods and spatial analysis, to understand the roles and characteristics of PKL. The research results identify several PKL typologies, including traditional merchants, culinary traders, and fixed and non-fixed traders. Each typology makes a unique contribution to enhancing the attractiveness of Old Town Jakarta as a tourist destination. This analysis provides in-depth insight into the PKL dynamics and provides a basis for strategic planning of PKL management to maximize its contribution to the progress of the Old City of Jakarta as a tourist destination. It also discussed the various challenges faced by PKL, including regulatory issues, accessibility, and the impact of tourism on the environment. The implications of this study are to provide a basis for the authorities and relevant stakeholders to design policies that support the sustainable management of PKLs in the Old Town of Jakarta. The conclusion of this thesis provides in-depth insight into the crucial role of the PKL in shaping and preserving the uniqueness of the old city as a sustainable tourist destination."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevira Stani
"Kawasan segitiga emas Jakarta merupakan salah satu pusat kota di Indonesia yang berkembang pesat dan selalu sibuk dengan berbagai macam aktivitas, terutama aktivitas perkantoran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran pedagang makanan kaki lima serta karakteristiknya di sekitar perkantoran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Pedagang makanan kaki lima berdagang menggunakan gerobak atau sepeda mulai dari pagi hingga sore hari. Pedagang makanan kaki lima mengelompok searah dengan jaringan jalan, memanfaatkan trotoar di sekitar gedung perkantoran untuk berdagang. Pedagang makanan kaki lima tersebar di sekitar perkantoran dengan karakteristik lokasi berdagang tertentu, sehingga menghasilkan karakteristik pedagang makanan kaki lima yang membentuk koridor.

Jakarta Golden Triangle region is one of the city center in Indonesia are growing rapidly and is always busy with various activities, especially activities of the office. This study aims to determine the distribution pattern of sidewalk food vendors as well as their characteristics around the office. The method used in this research is descriptive analysis method. Street food vendors to use a cart or bicycle trade from morning to evening. Sidewalk food vendors clustered in the direction of the road network, utilizing the sidewalks around the office building for trade. Street food vendors scattered around the office with the characteristics of the location of a particular trade, resulting in a characteristic street food vendors that make a coridor."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43226
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Nurwidiastuti
"Penelitian ini membahas tentang keberadaan PKL di Surakarta yang menjamur pasca terjadinya krisis ekonomi 1997 dan kerusuhan Mei 1998. Sebagai salah satu bagian dari sektor informal, PKL menjadi pekerjaan yang menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Namun, jumlahnya yang semakin banyak kemudian menimbulkan berbagai masalah perkotaan. Pemerintah Surakarta yang dipimpin oleh Joko Widodo kemudian mengadakan pola penataan PKL yang bersifat humanis. Salah satu yang dinilai paling berhasil adalah relokasi PKL dari Monumen Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo. Relokasi 989 PKL ini berlangsung tanpa menimbulkan kerusuhan dan dilakukan dengan prosesi budaya lokal. Keberhasilan ini membuat Surakarta dianugerahi gelar Kota Terbaik dan menjadi proyek percontohan bagi daerah dan Negara lain yang mengalami permasalahan serupa.

This study discusses about the existence of street vendors in Surakarta which boomed after 1997 economic crisis and May 1998 chaos. As a part of informal sector, street vendors become a labor-intensive occupation and give contribution to local revenue. In other hand, the increasing number of street vendors later was causing many urban problems. Surakarta government, led by Joko Widodo as Mayor held street vendors regulation which based on humanity. One of the most successful program was the relocation of Monumen Banjarsari's street vendors to Klithikan Notoharjo Market. The relocation of these 989 street vendors came off with no chaos and held with local culture procession. This successful program makes Surakarta awarded as Best City and becomes pilot project for other region and country facing similar problem."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Naroth
"ABSTRAK
Karakter perekonomian di Indonesia umumnya ditandai dengan munculnya dua sektor yaitu sektor formal dan informal. Demikian juga di DKI Jakarta, di mana sektor formal mempunyai daya tampung tenaga kerja yang sangat terbatas sehingga timbul sektor informal yang mampu menampung kelebihan tenaga kerja. Dari berbagai bentuk sektor informal tersebut yang cenderung mampu menyerap tenaga kerja lebih besar adalah kegiatan pedagang kaki lima. Selanjutnya pedagang kaki lima ini ternyata menimbulkan dilema karena selain sangat intensif menyerap tenaga kerja dan merupakan penghasil pendapatan bagi Pemerintah DKI Jakarta melalui perolehan Retribusi, yaitu Rp. 1,3 miliar per tahun, namun di sisi lain kehadiran kegiatan usaha ini ternyata juga menimbulkan masalah, karena kegiatan usahanya dilakukan secara bergerak, mencegat dan mengejar konsumen ke tempat-tempat yang sudah mempunyai fungsi sebagai sarana perkotaan seperti trotoar, taman, halte bis dan sebagainya, sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas, menyumbat roil-riol, terganggunya kesehatan dan sanitasi serta obstruksi terhadap kebersihan, ketertiban dan keindahan yang pada akhirnya menimbulkan pencemaran bagi lingkungan.
Ini adalah hal menarik, karena merupakan suatu masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, di mana kalau kita amati Jl. Gelora IX, Jl. Palmerah Selatan, J1. Gelora VI, J1. Palmerah Barat, J1. Palmerah Utara, trotoar dan sebagian dari bahu/badan jalan tersebut dipakai oleh pedagang kaki lima sehingga diduga sebagai salah satu penyebab timbulnya kemacetan lalu lintas yang rutin di jalan-jalan tersebut.
Fokus dari analisis penelitian ini adalah sejalan dengan hipotesis saya yaitu bahwa aktivitas pedagang kaki lima, peraturan, sikap petugas pasar setempat, sikap pedagang formal, serta sikap dan golongan pembeli merupakan unsur-unsur yang mempengaruhi keteraturan lingkungan Pasar pedagang kaki lima tersebut. Bila dilihat dari ilmu lingkungan, di mana lingkungan hidup manusia terdiri dari lingkungan hidup sosial, lingkungan hidup buatan dan lingkungan hidup alam, maka dalam kaitan dengan pedagang kaki lima di kawasan Palmerah ini terlihat bahwa lingkungan hidup sosial terdiri dari pedagang kaki lima itu sendiri dengan segala aktivitasnya, peraturan, para petugas, pedagang formal, dan para pembeli, kesemuanya merupakan unsur-unsur yang saling berinteraksi dan mempunyai pengaruh yang menentukan bagi lingkungan hidup buatan yaitu teratur atau tidaknya corak pasar pedagang kaki lima itu, bila coraknya tidak teratur, maka dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup alam.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk memahami melalui kesimpulan-kesimpulan atau tesis yang diperoleh, mengenai keteraturan pasar dan peranan pedagang kaki lima serta struktur pasar yang bersangkutan. Penelitian ini bersifat explanatory, dan pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif, sedangkan metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kepustakaan dan metode penelitian lapangan (pengamatan, wawancara dengan berpedoman dan wawancara dengan berstruktur/melalui Kuesioner)."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Yasmin
"Jalan dapat disebut sebagai ruang publik apabila disekitarnya manusia dapat melakukan berbagai macam kegiatan, seperti berjalan, menggunakan kendaraan bermotor, bersosialisasi maupun berkegiatan komersil. Pedagang kaki lima makanan adalah salah satu contoh dari masyarakat kota yang melakukan kegiatan komersil di jalan. Kehadiran mereka di jalan dan trotoar telah menjadi fasilitas pemenuh kebutuhan makan dan minum untuk para pengguna jalan. Pedagang kaki lima makanan juga berperan dalam menghidupkan suasana kawasan disekitar jalan. Namun pada kenyataannya, kehadiran pedagang kaki lima makanan justru menganggu fungsi utama jalan dan trotoar. Hal tersebut menyebabkan terhampasnya hak pengguna jalan lainnya. Oleh karena itu, penempatannya tidak semuanya berada di jalan dan trotoar tetapi juga ditempatkan di lokasi khusus, seperti lokasi penampungan pedagang kaki lima makanan. Dimana jika mereka diletakkan di trotoar, maka trotoar tersebut harus memiliki lebar minimal 4 meter atau 5 meter dan peletakkannya diletakkan di sudut- sudut trotoar tidak diseluruh bagian trotoar. Sehingga, keberadaan mereka tidak menganggu fungsi ruang publik.

Streets can be referred to as public space when people can perform various activities on its surrounding, such as walking, riding vehicles, interacting with others and doing commercial activities. Street food hawker is one example of people that perform commercial activities on the street. Street food hawker rsquo s existence on streets and sidewalks has become a facility of the streets as they provide amenities for streets users which are foods and drinks. They also play a role in making the streets and its surrounding more lively. However, in fact, the existence of street food hawkers actually disturb the main functions of streets and sidewalks. This causes the deprivation of other street users 39 rights. Therefore, street food hawkers should not be placed all on the streets or sidewalks, but also placed in specific place, such as food centers or markets. Street food hawkers only allowed to use the sidewalks with approximately 4 metre or 5 metre width and placed at the corner of sidewalks. Thus, their existence does not disturb the function of public space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S69465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>