Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erina Jahra Millenia Saputra
"Rou Shi adalah seorang penulis terkemuka, penerjemah, dan tokoh revolusioner. Pada tahun 1930, Rou Shi menulis cerpen “Ibu yang Menjadi Budak (Wèi Núlì De Mǔqīn)”. Cerpen ini menceritakan tentang seorang tokoh Ibu yang disewakan oleh suaminya sendiri sebagai jalan keluar dalam menghadapi kemiskinan keluarganya. Tokoh Ibu disewakan kepada keluarga cendekiawan yang tidak memiliki keturunan, karena istri cendekiawan tidak mengizinkan cendekiawan untuk menikah lagi, maka mereka memutuskan untuk menyewa seorang perempuan untuk mengatasi ketiadaan keturunan dalam keluarganya. Lahirnya anak dalam keluarga menjadi representasi bisa berlanjutnya garis keturunan keluarga cendekiawan tersebut. Dari hasil analisis, bisa terungkap bahwa tokoh Ibu menjadi budak dan tidak bisa mendapat hak-haknya sebagai perempuan karena ia hidup dalam keluarga yang masih terikat tradisi lama dan karena status sosialnya yang rendah. Tokoh Ibu tidak hanya menjadi budak bagi sang suami, tetapi juga menjadi budak bagi perempuan lain dan keluarganya akibat sistem yang umum berlaku pada masyarakat Cina pada masa itu.

Rou Shi was a prominent writer, translator, and revolutionary figure. In 1930, Rou Shi wrote the short story “A Slave Mother (Wèi Núlì De Mǔqīn)”. This short story tells the story of a mother who is rented by her husband as a way out in facing her family's poverty. The character Mother is rented to a scholar's family who has no children, because the scholar's wife does not allow the scholar to remarry, so they decide to hire a woman to overcome the absence of children in his family. The birth of a child in the family is a representation of the continuation of the lineage of the scholar's family. From the results of the analysis, it can be revealed that Mother becomes a slave and cannot get her rights as a woman because she lives in a family that is still bound by old traditions and because of her low social status. Mother not only became a slave to her husband, but also became a slave to other women and their families due to the system that was common in Chinese society at that time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vieka Febra Halim
"Penelitian ini membahas tentang representasi kehidupan seorang perempuan dalam tatanan masyarakat Cina tradisional berdasarkan peran tokoh perempuan yang disebut sebagai tokoh Ibu dalam cerita pendek Wèi núlì de mǔqīn (为奴隶的母亲- Ibu Yang Menjadi Budak) karya Rou Shi (柔石). Dalam masyarakat Cina tradisional, perempuan memiliki kedudukan sosial yang lebih rendah dibanding dengan laki-laki. Konsep ini menyebabkan perempuan Cina tidak memiliki kebebasan untuk menentukan hidupnya sendiri. Penelitian ini menghubungkan bagaimana kedudukan tokoh perempuan Ibu dalam cerita pendek ini dengan kondisi sosial perempuan dalam masyarakat Cina tradisional.

This study discusses the representation of a woman's life in a traditional Chinese society based on the role of a female character called the Mother in the short story Wèi núlì de mǔqīn (为 奴隶 的 母亲 - Slave Mother) by Rou Shi (柔石). In traditional Chinese society, women have a lower social rank than men. This concept causes Chinese women not to have the freedom to decide their own life. This research relates how the female character of the mother in this short story with the social conditions of women in traditional Chinese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Natasha Premaswari
"Karya sastra bukan hanya menjadi buah imajinasi seorang penulis, melainkan juga sebagai jembatan aspirasi penggambaran fenomena sosial nyata. Cerpen Feizao ditulis pada tahun 1924, merupakan sebuah karya yang lahir dari buah pemikiran seorang intelektual revolusioner, Lu Xun, yang identik dengan karya sastra realisme kritisnya. Cerpen Feizao memiliki tiga tokoh perempuan pendamping yang membentuk sebuah representasi perempuan pada saat itu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan representasi tiga tokoh perempuan yang dibangun dalam kisah ini. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif analisis dan metode intrinsik penokohan pada tokoh. Hasil dari penelitian ini memaparkan adanya penggambaran perempuan tradisional dan modern yang berusaha diungkapkan Lu Xun melalui tindak dan tutur tokoh-tokoh dalam cerpen.

A Literary works is not only as the result of an authors imagination, but also as an aspiration to portray real social phenomenon. Feizao is a short story that written in 1924 by a revolutionary intellectual, Lu Xun, who was identical with his critical realism works. Feizao short story has three additional women characters that configured a representation of women at that time. The purpose of this study is to reveal the representation of three women characters that created in this story. The research method used by the author is descriptive analysis and intrinsic approach. The results of this study revealed that there is a representation of traditional and modern women that Lu Xun tried to express through actions and dialogues of the characters in the story."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Warren, James Francis
Singapore: Singapore University Press, 1981
959.9 WAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Asyifa
"Cerpen Hati Seorang Budak (奴隶的心 Nuli de Xin) adalah karya yang ditulis oleh Ba Jin pada tahun 1931. Hati Seorang Budak mengambil perbudakan sebagai latar sosial cerpen. Cerpen ini menceritakan pertemanan antara Peng dan Zheng yang berbeda latar belakang keluarga. Peng adalah anak dari keluarga budak, sedangkan Zheng adalah anak dari keluarga pemilik budak. Latar belakang keluarga dan kondisi hidup yang bertolak belakang mempengaruhi karakter, sikap, cara hidup dan pandangan mereka terhadap perbudakan. Hal-hal tersebut hadir melalui dialog-dialog kedua tokoh, hampir di seluruh teks, yang dideskripsikan oleh Zheng sebagai narator cerita. Bagaimana pandangan kedua tokoh terhadap perbudakan, dan bagaimana sikap mereka dalam menghadapi perbudakan tersebut akan menjadi materi yang akan diulas dalam artikel ini. Melalui analisis tokoh dan penokohan Peng dan Zheng, dan mengupas pandangan masing-masing tokoh tentang lawan bicaranya, akan terlihat bahwa Peng sangat membenci kaum pemilik budak dan berambisi menjadi revolusioner untuk menghilangkan perbudakan, sedangkan Zheng menganggap menjadi pemilik budak adalah hal membanggakan.

The Heart of A Slave short story is the work of Ba Jin in 1931. The Heart of a Slave takes slavery as a storys social background. This story tells about a friendship between Peng and Zheng with different family backgrounds. Peng is a child of a slave family, while Zheng is a child of a family of slave owners.The difference of backgrounds and social conditions of Peng and Zheng affect their characters, attitude, the way of living, and views towards slavery. These things are present through the dialogues of the two characters, almost throughout the text,described by Zheng as the narrator of the story. How the two characters see slavery, and how they attitude facing slavery will be the focus of this article. Analyze the characterization of Peng and Zheng, and explore the views of each character about his interlocutor, will explain that Peng hates slave owners and has ambition to be a revolutionary to eliminate slavery, while Zheng assume being a slave owner is a proud thing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ainurrahma Dwi Saraswati
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai representasi perempuan maghribi dalam cerita pendek Femmes d rsquo;Alger dans Leur Appartement karya Assia Djebar yang diterbitkan pada tahun 1975. Hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai perempuan Aljazair yang terkurung dalam budaya patriarki pada masa sebelum hingga kolonialisasi Prancis terjadi. Status menikah dan belum menikah menjadi penentu eksistensi para wanita maghribi. Ruang domestik dan ruang publik perempuan pada masa tersebut juga memiliki peran penting dalam representasi perempuan maghribi yang didominasi budaya patriarki.

ABSTRACT
This article discusses the representation of maghribi women in Femmes d rsquo Alger Dans Leur Appartement, a short story by Assia Djebar published in 1975. The result provides an overview of the Algerian women who trapped in patriarchal culture in the French pre colonization and post colonization. The status of married and unmarried women determines the existence of maghribi women. The domestic and public spaces of Algerian women on that time, also had an important role in the representation of maghribi women dominated by patriarchal culture."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Nur Shabrina
"ABSTRAK
Dalam karya sastra, perempuan direpresentasikan dengan nilai-nilai yang seringkali mengerdilkan dan merendahkan selama berabad-abad. Artikel ini meneliti bagaimana perempuan direpresentasikan dalam Clair de Lune, sebuah cerita pendek karya Guy De Maupassant yang ditulis pada abad ke-19. Artikel ini berupaya melihat nilai-nilai tradisional yang merepresentasikan perempuan (yaitu, perempuan sebagai makhluk yang tercela, perempuan sebagai penggoda, cinta dan kelembutan sebagai kekuatan perempuan atas laki-laki) melalui perspektif sosiologi dan sastra. Artikel ini menunjukkan bagaimana gambaran buruk tentang perempuan dalam cerita, nyatanya, adalah kekuatan mereka atas laki-laki. Selain itu, artikel ini juga menggugat gagasan bahwa perempuan terjebak di dalam penindasan laki-laki. Artikel ini menyimpulkan bahwa cerita Clair de Lune berbicara untuk maslahat perempuan.

ABSTRACT
Over the centuries in literature works, women have been represented with values that are oftentimes diminutive and deprecative. This article examines how women are represented in Clair de Lune, a short story by Guy de Maupassant written in the 19th century. This article attempts to see the traditional values women are being represented with (i.e., women as a despisable being, women as a seducer, love and softness as womens power over men) through a sociology and literature perspective. It addresses how the deprecative images of the women in the story are, in fact, their power over men. It also challenges the notion where women are trapped under mens oppression. This article concludes that the short story is actually speaking in womens favor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penggantian slave arm MS-Manipulator di hotcell uji 02 dan 03 di instalasi radiometalurgi (IRM). Penggantian ini agar 5 (lima) unit MS-manipulator yang tidak berfungsi di kedua hotcell uji tersebut, dapat digunakan kembali. slave arm di hotcell uji 02 dan 03 menggunakan hanging device sehingga tidak dapat ditarik ke operating area. Proses penggantian meliputi; setting zero position pada master arm unit, pelepasan mekanisme pengunci slave arm dan wall tube unit, pelepasan slave arm unit yang rusak di dalam hotcell dengan power manipulator karena slave arm menggunakan hanging device, pemasangan booting baru ke slave arm unit yang baru, penarikan wall tube dari dinding hotcell bersamaan dengan master arm menggunakan stager manipulatr, pemasangan slave arm unit yang baru (yang sudah dipasangi booting baru) ke wall tube dan manipulator ke dinding hotcell. Green house dibuat pada daerah kerja di operating area untuk membatasi daerah terkontaminasi. Paparan radiasi sangat rendah ke operating area, begitu juga tingkat kontaminasi pada ujung slave arm. Teknik penggantian slave arm unit ini sudah dapat dilakukan oleh staf bidang uji radiometalurgi dengan mengikuti tahapannya seperti yang telah tertuang pada instruksi kerja No. PR 15 E05 018. MS-manipulator yang rusak di hotcell uji 02 dan 03 sudah dapat digunakan kembali."
PIN 8:15 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian R.T.L. Syam
"Sastra sebagai cerminan kondisi masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Saat ini ada banyak karya sastra yang mengangkat kebudayaan dalam sastra dengan tema kedaerahan. Salah satunya adalah cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Cerpen tersebut mampu memberikan gambaran yang baik mengenai upacara Rambu Solo’ sebagai kebudayaan masyarakat Toraja yang masih dilakukan hingga saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan warna lokal dan representasi sistem kepercayaan aluk todolo masyarakat Toraja dalam cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerpen “Rambu Solo’” karya Sulfiza Ariska memuat beberapa hal terkait warna lokal. Pertama, adanya penggunaan nama diri yang mengacu pada hari dan tempat kelahiran, serta bentuk panggilan yang digunakan masyarakat Toraja. Kedua, cerpen “Rambu Solo’” bertema proses perjuangan keluarga Raiya untuk menyelenggarakan upacara Rambu Solo’ bagi Ambe. Ketiga, latar tempat dalam cerpen adalah Tongkonan, sumbung, dan dapur. Selain itu, warna lokal juga ditunjukkan dengan adanya motivasi masyarakat Toraja saat mempersembahkan hewan ternak dalam Rambu Solo’, mata pencarian, prosesi pemakaman dalam Rambu Solo’, dan makna ukiran bagi masyarakat Toraja. Representasi sistem kepercayaan aluk todolo dalam cerpen “Rambu Solo’” dihadirkan melalui adanya objek penyembahan, pokok ajaran aluk, dan hukum dalam aluk todolo.

Literature as a reflection of the condition of society cannot be separated from culture. Currently there are many literary works that raise culture in literature with regional themes. One of them is the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. The short story is able to provide a good picture of the ceremony Rambu Solo’ as a Toraja culture which is still practiced today. This study aims to explain the local color and representation of the belief system of aluk todolo people of Toraja in the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska. This study uses a qualitative descriptive method with a sociology of literature approach. The results showed that the short story “Rambu Solo’” by Sulfiza Ariska contained three things related to local colors. First, there is the use of self-names that refer to the day and place of birth, as well as the form of calling used by the Toraja people. The short story “Rambu Solo’” is themed on the process of the Raiya family's struggle to hold a ceremony Rambu Solo’ for Ambe. Second, the setting in the short story is Tongkonan, sumbung, and the kitchen. Third, the local color is also shown by the motivation of the Toraja people when offering livestock in the ceremony Rambu Solo’, livelihood, funeral processions in the ceremony Rambu Solo’, and the meaning of carving for the Toraja people. Representation belief system aluk todolo in the short story “Rambu Solo’” presented through their object of worship, the basic teachings of aluk and the law in aluk todolo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>