Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
RA. Afifah Putri Kinasih
"Skripsi ini membahas mengenai tanggung jawab rumah sakit dalam menyelenggarakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi tenaga medis. Fokus dari penelitian ini membahas mengenai jaminan kesehatan BPJS bagi pekerja, regulasi terkait dengan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, dan kewajiban rumah sakit dalam memenuhi hal tersebut khususnya bagi tenaga medis. Pembahasan dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi RSUP Persahabatan Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di RSUP Persahabatan, pelayanan kesehatan terhadap tenaga medis pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penyakit atau kecelakaan yang diakibatkan oleh pekerjaan dan penyakit atau kecelakaan yang bukan akibat pekerjaan. Apabila tidak disebabkan oleh pekerjaan, maka mereka menggunakan BPJS Kesehatan dan mengikuti sistem rujukan berjenjang vertikal, alhasil menciptakan kondisi yang kurang optimal. Hasil dari penelitian ini menyarankan agar pemerintah membuat peraturan pelaksana yang dapat mengatur rumah sakit tipe A agar dapat membuat FKTP bagi pekerjanya. 


This thesis discusses about the responsibility of the hospital in providing health services facilities for its medical personnel. The focus of this study discusses BPJS health insurance for workers, then the regulations related to the implementation of health service facilities in hospitals, and the hospital's obligations to fulfill that responsibility, especially for its medical personnel. The discussion was carried out through a literature study and a study at the RSUP Persahabatan in East Jakarta. This research is a normative juridical research with qualitative method. The results of the study concluded that at RSUP Persahabatan, the right to health services can be broadly divided into 2, i.e., illness and accident caused by work or illness and accident that is not the result of work. If it is not caused by work, then they can use BPJS Kesehatan and adhere to a vertical tiered referral system which was adopted by BPJS Kesehatan. As a result, it creates a condition that are not optimal for its’ medical personnel. The results of this study suggest that the government should make an implementing regulations that could regulate type A hospitals, such as RSUP Persahabatan, so that they can make first tier health services for their workers.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Nurhayatiningsih
"

ABSTRAK

Nama : Tri Nurhayatiningsih
Program Studi : Mutu Layanan Kesehatan
Judul : Analisis Hubungan Faktor Individu dan Faktor Tim Kerja Terhadap
Perilaku Petugas Kesehatan dalam Mendukung Keselamatan Pasien di
RSUP Persahabatan Jakarta Tahun 2019
Pembimbing : Prof. DR. R. Ayu Dewi Sartika, Apt, Msc
Rumah sakit sebagai suatu organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan
dituntut untuk selalu meningkatkan mutu pelayanannya. Salah satu parameter untuk
menilai mutu rumah sakit adalah penilaian akreditasi oleh lembaga yang telah
tersertifikasi nasional maupun internasional. Fokus penilaian pada proses akreditasi
adalah peningkatan mutu berkelanjutan yang mengutamakan keselamatan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa gambaran perilaku tenaga kesehatan dalam
mematuhi standar pelayanan yang mengutamakan keselamatan pasien sehingga risiko
insiden yang dapat membahayakan keselamatan pasien menjadi berkurang dan
berdampak terhadap mutu pelayanan yang lebih baik. Penelitian ini dilakukan dengan
mix method observasi lapangan dan metode kuantitatif dengan desain cross sectional.
Sampel penelitian menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 161 responden. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui observasi
lapangan dan telaah dokumen sedangkan data primer dilakukan melalui pengisian
kuesioner. Hasil penelitian diketahui perilaku petugas yang mendukung keselamatan
pasien pada tingkat kepatuhan 90% sebanyak 64%. Faktor yang mempunyai hubungan
dengan perilaku petugas mendukung keselamatan pasien adalah pendidikan (p value
0,001), profesi (p value 0,047), pengetahuan (p value 0,029), sikap (p value 0,001),
supervise (p value 0,001) dan kerjasama tim (p value 0,001) dengan variabel dominan
dari hasil analisis multivariate adalah sikap (OR 12,382) dan confounding factor umur,
pendidikan, profesi pengetahuan, supervise dan kerjasama tim, namun tidak didapatkan
adanya interaksi antar variabel tersebut. Butir permasalahan yang masih rendah pada
perilaku adalah terkait beban kerja dimana masih ada yang memaksakan bekerja saat
kondisi lelah dan konsentrasi berkurang serta mengerjakan yang diluar kewenangannya.
Upaya yang perlu dilakukan untuk memperbaiki perilaku terkait keselamatan pasien
adalah dengan melakukan pemetaan dan penghitungan beban kerja pegawai khususnya
unit pelayanan pasien, membuat materi edukasi terkait keselamatan pasien melalui
media audio visual, memasukan perilaku terkait keselamatan pasien ke dalam penilaian
kinerja pegawai, membuat program yang dapat memacu pegawai untuk berupaya
menjadikan perilaku keselamatan menjadi budaya kerja. Upaya perbaikan keselamatan
pasien harus dikelola dengan pendekatan sistemik. Sistem ini dapat dilihat sebagai suatu
sistem terbuka, di mana sistem terkecil akan dipengaruhi, bahkan tergantung pada
sistem yang lebih besar.
Kata kunci: keselamatan pasien rumah sakit, perilaku petugas, faktor individu, faktor
tim kerja


ABSTRACT

Name : Tri Nurhayatiningsih
Study Program : Quality Health Services
Title : Analysis of Correlation Individual and Team Work Factor with
Behavior of The Health Providers in Supporting Patient Safety at
Persahabatan Hospital Jakarta
Counsellor : Prof. DR. R. Ayu Dewi Sartika, Apt, Msc
The hospital as an organization engaged in the field of health services is required to
always improve the quality of the services. A parameter for assessing the quality of
hospitals is the assessment of accreditation by institutions that have been national and
international certified. The focus of assessment on the accreditation process is
continuous quality improvement that prioritizes patient safety. This study aims to
analysis description of the behavior of health workers to adhere the service standards
that prioritize patient safety so that the risk of patient safety incidents had been reduced
and have impact on better service quality. This research was conducted with a mix
method study of field observation and quantitative study with a cross sectional design.
The study sample used simple random sampling with a total sample of 161 respondents.
Secondary data collection was carried out through field observations and document
studies while the primary data was carried out through filling in questionnaires. The
results of the study revealed that the behavior of officers who supported patient safety at
90% compliance that amount of 64%. Factors that have a relationship with the behavior
of supporting patient safety are education (p value 0.001), profession (p value 0.047),
knowledge (p value 0.029), attitude (p value 0.001), supervision (p value 0.001) and
teamwork (p value 0.001) with the dominant variable from the results of multivariate
analysis is attitude (OR 12,382) and confounding factor are age, education, profession,
knowledege, supervision and team work, in the otherside not found interaction of that
varaible. The problems that are still low on behavior are related to workloads there are
still who force work when conditions are tired and the concentration is reduced, the
other who work that is beyond their authority. To improve behavior related to patient
safety is to mapping and calculate employee workload, especially the unit of patient
services, make educational materials related to patient safety through audio visual
media, incorporate behaviors related to patient safety into employee performance
indicator, create programs that can support employees to try make safety behavior to be
a work culture.
Keywords: hospital of patient safety, health provides behavior, individual factors, team
work factors

"
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Hastuti
"Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah kesehatan dan keselamatan yang berkaitan dengan tenaga kerja, pekerjaan dan lingkunan kerja, yang meliputi segala upaya untuk mencegah dan menanggulangi segala sakit dan kecelakaan akibat kerja dengan tujuan agar tercipta masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera guna mencapa produktivitas kerja yang optiman. Tujuan K3 antara lain untuk melindungi tenaga kerja atas hak kesehatan dan keselamatan dalam melakukkan kesehatan dan keselamtan setiap orang yang berada di tempat kerja, sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien ."
1999
JMAR-1-2-Jun1999-101
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Nurhidayati
"Penyakit Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernapasan kronik. Asma disebabkan oleh peradangan jalan napas di paru-paru, yang mengakibatkan hipersensitivitas sehingga mudah terjadi iritasi. Pada saat terjadi, saluran udara menyempit dan mengakibatkan berkurangnya udara yang masuk dan keluar paru-paru. Menurut Departemen Kesehatan di Indonesia pravelensi asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian, diperkirakan 2-5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya ada 12,5 juta pasien asma di indonesia. Lingkungan indoor atau lingkungan dalam ruangan atau rumah mampu memberikan kontribusi faktor pencetus serangan asma lebih besar dibandingkan lingkungan outdoor atau luar ruangan. Faktor lingkungan dalam rumah yang dapat mempengaruhi serangan asma bisa berupa kondisi lingkungan fisik rumah dan perilaku dari keluarga penderita asma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan fisik rumah dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dengan studi kasus di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan.
Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan perbandingan 1 : 1 dimana besar sampel yaitu 44 penderita asma akut sebagai kasus dan 44 untuk kontrol. Hasil penelitian didapatkan kondisi kesehatan lingkungan fisik rumah : jenis lantai (p = 1,000; OR = 0,899), jenis dinding (p = 0,800, OR = 0,771), jenis atap (p = 1,000, OR = 1,000), ventilasi (p = 0,830, OR = 1,204), kepadatan penghuni (p = 0,829, OR = 1,207), suhu (p = 1,000, OR = 1,000) dan kelembaban (p = 0,644, OR = 1,379), sumber polutan dalam rumah : jenis bahan bakar yang digunakan (p = 1,000, OR = 2,023) dan penggunaan obat nyamuk bakar (p = 1,000, OR = 0,651) serta zat iritan (Asap rokok) (p = 0,663, OR = 1,330). Karakteristik individu, terkait umur (p = 0,352, OR = 2,222) tidak memiliki hubungan dengan kasus asma akut. Sedangkan jenis kelamin p = 0,002, OR = 0,203 dan riwayat genetik p = 0,000, OR = 47,095. memiliki hubungan dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012 adalah jenis kelamin dan riwayat genetik. Dapat disarankan agar Upaya kesehatan promotif dan preventif terutama ditujukan untuk peningkatan upaya pembinaan dan penyuluhan tentang penyehatan pemukiman rumah sehat/sanitasi rumah dan peningkatan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat terutama untuk pengendalian penyakit asma akut.

Asthma is an inflammatory disease (inflammation) chronic airways characterized by episodic wheezing, coughing and tightness in the chest due to airway obstruction, belongs to a group of chronic respiratory disease. Asthma is caused by inflammation of the airways in the lungs, resulting in hypersensitivity occur so easily irritated. At the event, narrowed airways and lead to less air in and out of the lungs. According to the Ministry of Health in Indonesia pravelensi asthma is a major cause of illness and 10 deaths, an estimated 2-5% of the entire population of Indonesia, means that there are 12.5 million people with asthma in Indonesia. Indoor environment or in a room or home environment can contribute to trigger asthma attacks greater than outdoor or outdoor environments. Environmental factors in the home that may affect asthma attack can be a condition of the physical environment and the behavior of families with asthma. The purpose of this study was to determine the condition of the physical environment with acute asthma cases in the area of East Jakarta Administration City with a case study on Persahabatan Hospital.
This research method using a case-control study design with a ratio of 1: 1 where a large sample of 44 patients with acute asthma as cases and 44 for controls. Results, the physical home environment health conditions: type of flooring (p = 1.000; OR = 0.899), type of wall (p = 0.800, OR = 0.771), type of roof (p = 1.000, OR = 1.000), ventilation (p = 0.830 , OR = 1.204), occupant density (p = 0.829, OR = 1.207), temperature (p = 1.000, OR = 1.000) and humidity (p = 0.644, OR = 1.379), sources of pollutants in the home: the type of fuel used (p = 1.000, OR = 2.023) and the use of mosquito coils (p = 1.000, OR = 0.651) and an irritant (cigarette smoke) (p = 0.663, OR = 1.330). Individual characteristics, related to age (p = 0.352, OR = 2.222) had no connection with the case of an acute asthma. While gender p = 0.002, OR = 0.203 and p = 0.000 genetic history, OR = 47.095 has a relationship with acute asthma cases in East Jakarta Administration City area in 2012.
Based on the results of the study showed that the variables associated with cases of acute asthma in East Jakarta Administration City area in 2012 were gender and genetic history. Can be suggested that health promotion and prevention efforts primarily aimed at improving the coaching and counseling efforts on restructuring settlement healthy home / home sanitation and improvement of knowledge and information to the public, especially for the control of acute asthma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Yulis
"ABSTRAK
Studi Fenomenologi: Upaya Kepala Ruangan menjaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perawat di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Persahabatan Peran kepala ruangan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja perawat sangatlah penting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pengalaman kepala ruangan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja perawat. Penelitian ini menggunakan desain kualitaif dengan metode fenomenologi. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah 7 partisipan kepala ruangan yang diwawancara dengan tekhnik wawancara mendalam terkait pengalamannya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja perawat selama bekerja sebagai kepala ruangan.Teridentifikasi 7 tema pada penelitian yaitu: Peduli dengan kondisi SDM perawat, meningkatkan kesadaran perawat untuk menjaga keselamatan dan kesehatan diri sendiri, Memberi pertolongan dan perlakuan khusus pada perawat yang cedera, mengobservasi jenis kecelakaan dan penyakit yang sering terjadi di ruangan,memberikan suasana kerja yang kondusif dari aspek: manajemen, fasilitas, tim kesehatan dan iklim kerja, meminimalkan atau menghilangkan resiko bahaya dan terjadi penyakit, refleksi kepala ruangan terhadap upaya yang telah dilakukan. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya melakukan pencegahan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja dirumah sakit. Mencegah terjadinya kecelakaan salah satunya dengan meningkatkan peran dan fungsi manajemen kepala ruangan, melalui peningkatan pengetahuan terkait manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, serta kemampuan manajerial dan kempimpinan. Kata Kunci: fenomenologi, keselamatan dan kesehatan kerja, perawat, kepala ruangan.

ABSTRACT
Phenomenology Study Effort of head nurse to keep the occupational safety and health of nurse in Rumah Sakit Umum Pusat RSUP PersahabatanThe head nurse rsquo s role in maintaining the safety and occupational health nurses is essential. The purpose of this research is to gain an experience of head nurses in maintaining the safety and occupational health nurses.This study used qualitative design with the phenomenological approach. Seven participants were partisipated by in depth interview techniques related to their experiences while working as the head nurses. This research Identified seven themes Concern for the condition of the human resources of nurses, Enhance nurses awareness of the importance of keepingthe safety and healthiness of theirselves, Give aid and special treatment to injured nurse,Observe types of accidents and illnesses that often occur in the room, Provide a conducive working atmosphere of the management, facilities, health care team and work climate aspects, Minimize or eliminate the risk of danger and illness occurs, The last reflection of head nurses to the efforts that have been made. This study recommends the importance of preventing the accident and occupational diseases in the hospital. One way to protect the accidents by improving the roleand function of Leadeship and management of the head nurses, improving knowledge about occupational safety and health management and leadership ability. Keywords Phenomenology, occupational safety and health, nurses, head nurses. "
2017
T46892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donatila Mano S.
"Resistensi antimikroba menjadi masalah kesehatan global. Infeksi bakteri resisten dapat
meningkatkan biaya perawatan kesehatan, lama perawatan di rumah sakit, morbiditas
dan mortalitas baik di negara maju maupun negara berkembang. Penelitian yang
menghubungkan antara infeksi oleh bakteri gram negatif resisten antibiotik dengan
biaya dan lama perawatan rumah sakit belum banyak dilakukan terutama di Indonesia.
Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang melihat perbandingan biaya
perawatan dan lama rawat rumah sakit pada pasien dengan infeksi bakteri gram negatif
resisten antibiotik dan peka antibiotik. Pengambilan data dilakukan secara konsekutif
dengan kriteria inklusi adalah pasien yang berusis ≥18 tahun dan dirawat inap dengan
hasil biakan positif terdapat isolat bakteri Gram negatif. Kriteria eksklusi adalah data
psien dari laboratorium mikrobiologi yang tidak sesuai dan pasien yang tidak mendapat
antibiotik. Dari 359 isolat hasil penelitian didapatkan sebanyak 221 isolat (61.6%)
merupakan isolat bakteri gram negatif yang resisten antibiotik. Adapun bakteri tersebut
terdiri K. pneumoniae penghasil ESBL sebanyak 97 isolat (27%), E. coli penghasil
ESBL sebanyak 85 isolat (23.7%), P. aeruginosa yang resisten meropenem sebanyak 11
isolat (3.1%) dan A. baumannii resisten meropenem sebanyak 28 isolat (7.8%). Hasil
perhitungan biaya perawatan pasien yang terinfeksi bakteri resisten memiliki rerata
sebesar Rp 26.010.218,- sedangkan pasien yang terinfeksi bakteri peka memiliki rerata
biaya perawatan sebesar Rp 18.201.234,- (p<0.05). Pasien yang terinfeksi A. baumannii
resisten meropenem memiliki biaya rawat inap yang paling besar, diikuti E. coli
penghasil ESBL, K. pneumoniae penghasil ESBL, dan P. aeruginosa resisten
meropenem. Jumlah hari rawat pasien yang terkena infeksi bakteri adalah 14 hari, dan
pasien yang terkena infeksi bakteri nonresisten adalah 9 hari (p<0.05). Hasil penelitian
ini memperlihatkan bahwa infeksi bakteri Gram nehatif resisten mengakibatkan biaya
perawatan dan lama rawat rumah sakit meningkat secara bermakna dibandingkan pasien
dengan infeksi bakteri peka antibiotik. Pemeriksaan mikrobiologi sangat penting
dilakukan, agar pasien mendapatkan antibiotik yang tepat.

Antimicrobial resistance is a global health problems. Resistant bacterial infection
increases hospital costs, length of hospital stay, morbidity and mortality in both
developed and developing countries. A few research has been found linking infection
with antibiotic resistant Gram-negative bacteria with the hospital costs in Indonesia.
This study is a cross-sectional study, analyze the comparison of hospital costs in
patients with antibiotic-resistant Gram-negative bacterial infections and antibiotic
sensitive infections. The sample method is consecutive non-random sampling, with
inclusion criteria were patients who were aged ≥18 years and hospitalized with Gram
negative bacterial positive culture. Exclusion criteria were inappropriate patient data
and patients not receiving antibiotics. From 359 isolates, 221 isolates (61.6%) were
antibiotic resistant Gram negative bacteria. The bacteria consisted of 97 isolates (27%)
of ESBL-producing K. pneumoniae, 85 isolates (23.7%) were ESBL-producing E. coli,
28 isolates (7.8%) were meropenem-resistant A. baumannii, and 11 isolates (3.1%) were
meropenem-resistant P. aeruginosa. The average hospital cost of patients with antibiotic
resistant Gram-negative bacteria was Rp. 26,010,218, whereas patients with antibiotic
sensitive infection was Rp. 18,201,234, - (p<0.05). Patients with meropenem resistant
A. baumannii have the highest hospital costs, followed by ESBL-producing E. coli,
ESBL-producing K. pneumoniae, and meropenem-resistant P. aeruginosa. The average
length of hospital stay in patients with antibiotic-resistant Gram-negative bacterial
infections was 14 days, whereas patients with antibiotic sensitive infection was 9 days
(p<0.05). The results showed that resistant Gram-negative bacterial infection is
significantly higher hospital costs and hospital stay compared to patients with antibioticsensitive
bacterial infections. Microbiological culture is important to do, so the patients
will get the right antibiotics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Donatila Mano S.
"Resistensi antimikroba menjadi masalah kesehatan global. Infeksi bakteri resisten dapat meningkatkan biaya perawatan kesehatan, lama perawatan di rumah sakit, morbiditas dan mortalitas baik di negara maju maupun negara berkembang. Penelitian yang menghubungkan antara infeksi oleh bakteri gram negatif resisten antibiotik dengan biaya dan lama perawatan rumah sakit belum banyak dilakukan terutama di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang melihat perbandingan biaya perawatan dan lama rawat rumah sakit pada pasien dengan infeksi bakteri gram negatif resisten antibiotik dan peka antibiotik. Pengambilan data dilakukan secara konsekutif dengan kriteria inklusi adalah pasien yang berusis ≥18 tahun dan dirawat inap dengan hasil biakan positif terdapat isolat bakteri Gram negatif. Kriteria eksklusi adalah data psien dari laboratorium mikrobiologi yang tidak sesuai dan pasien yang tidak mendapat antibiotik. Dari 359 isolat hasil penelitian didapatkan sebanyak 221 isolat (61.6%) merupakan isolat bakteri gram negatif yang resisten antibiotik. Adapun bakteri tersebut terdiri K. pneumoniae penghasil ESBL sebanyak 97 isolat (27%), E. coli penghasil ESBL sebanyak 85 isolat (23.7%), P. aeruginosa yang resisten meropenem sebanyak 11 isolat (3.1%) dan A. baumannii resisten meropenem sebanyak 28 isolat (7.8%). Hasil perhitungan biaya perawatan pasien yang terinfeksi bakteri resisten memiliki rerata sebesar Rp 26.010.218,- sedangkan pasien yang terinfeksi bakteri peka memiliki rerata biaya perawatan sebesar Rp 18.201.234,- (p<0.05). Pasien yang terinfeksi A. baumannii resisten meropenem memiliki biaya rawat inap yang paling besar, diikuti E. coli penghasil ESBL, K. pneumoniae penghasil ESBL, dan P. aeruginosa resisten meropenem. Jumlah hari rawat pasien yang terkena infeksi bakteri adalah 14 hari, dan pasien yang terkena infeksi bakteri nonresisten adalah 9 hari (p<0.05). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa infeksi bakteri Gram nehatif resisten mengakibatkan biaya perawatan dan lama rawat rumah sakit meningkat secara bermakna dibandingkan pasien dengan infeksi bakteri peka antibiotik. Pemeriksaan mikrobiologi sangat penting dilakukan, agar pasien mendapatkan antibiotik yang tepat.

Antimicrobial resistance is a global health problems. Resistant bacterial infection increases hospital costs, length of hospital stay, morbidity and mortality in both developed and developing countries. A few research has been found linking infection with antibiotic resistant Gram-negative bacteria with the hospital costs in Indonesia. This study is a cross-sectional study, analyze the comparison of hospital costs in patients with antibiotic-resistant Gram-negative bacterial infections and antibiotic sensitive infections. The sample method is consecutive non-random sampling, with inclusion criteria were patients who were aged ≥18 years and hospitalized with Gram negative bacterial positive culture. Exclusion criteria were inappropriate patient data and patients not receiving antibiotics. From 359 isolates, 221 isolates (61.6%) were antibiotic resistant Gram negative bacteria. The bacteria consisted of 97 isolates (27%) of ESBL-producing K. pneumoniae, 85 isolates (23.7%) were ESBL-producing E. coli, 28 isolates (7.8%) were meropenem-resistant A. baumannii, and 11 isolates (3.1%) were meropenem-resistant P. aeruginosa. The average hospital cost of patients with antibiotic resistant Gram-negative bacteria was Rp. 26,010,218, whereas patients with antibiotic sensitive infection was Rp. 18,201,234, - (p<0.05). Patients with meropenem resistant A. baumannii have the highest hospital costs, followed by ESBL-producing E. coli, ESBL-producing K. pneumoniae, and meropenem-resistant P. aeruginosa. The average length of hospital stay in patients with antibiotic-resistant Gram-negative bacterial infections was 14 days, whereas patients with antibiotic sensitive infection was 9 days (p<0.05). The results showed that resistant Gram-negative bacterial infection is significantly higher hospital costs and hospital stay compared to patients with antibiotic-sensitive bacterial infections. Microbiological culture is important to do, so the patients will get the right antibiotics."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usep Suhendra
"Latar Belakang. Mikroangiopati diabetik DM seperti nefropati, retinopati, dan neuropati merupakan komplikasi umum diabetes melitus tipe 2 T2DM . Paru merupakan salah satu organ target dari komplikasi mikrovaskular dan penurunan kapasitas difusi paru pada mikroangiopati DM masih sedikit diketahui.
Metode. Penelitian ini bersifat potong lintang pada subjek T2DM yang menjalani pemeriksaan kapasitas difusi paru terhadap karbon monoksida DLCO, albumin urin, funduskopi dan elektromiografi EMG di poliklinik rawat jalan DM terpadu. Kriteria eksklusi yaitu penyakit paru akut atau kronis.
Hasil. Sebanyak 52 subjek L/P:20/32 usia 58 10,4 tahun sebagian besar menunjukkan HbA1c>6,5 41/52 78 , tidak pernah merokok 41/52 78,8 . rerata terdiagnosis DM 10,5 6,9 tahun, sebanyak 33 63,5 le;10 tahun dan 19 36,5 subjek >10 tahun. Subjek dengan neuropati lebih banyak ditemukan yaitu sebesar 41/52 26,3 diikuti nefropati 29/52 18,6 dan retinopati 9/52 5,8 dengan rerata DLCO sebesar 16,01 4,12 ml/menit/mmHg . Penurunan kapasitas difusi pada Mikroangiopati DM ditemukan sebanyak 14/52 25 subjek, didapatkan nilai p pada nefropati sebesar p=0,27, retinopati p=0,36 dan neuropati p=0,49.
Kesimpulan. Gangguan kapasitas difusi paru pada mikroangiopati DM mengalami penurunan namun tidak mempunyai hubungan yang yang bermkana, hal ini menunjukkan gangguan faal difusi paru pada mikroangiopati DM.

Background. Diabetic microangiopathy such as nephropathy, retinopathy and neuropathy is a common complications of type 2 diabetes mellitus T2DM . The lung is one of the target organs in the development of vascular complications in diabetic patients and little is known about the impairment of pulmonary diffusing capacity due to the diabetic microangiopathy.
Method. The subjects were T2DM patients underwent carbon monoxide lung diffusion capacity DLCO test, urine test, funduscopy and electromyography EMG examination with consecutively from diabetic outpatient clinic. The exclusion criterias were acute or chronic pulmonary diseases.
Results. A total of 52 subjects m/f: 20/32 ages 58 10.4 years mostly showed HbA1c> 6.5 41/52 78 , never smoked 41/52 78.8 . diagnosed DM rates of 10.5 6.9 years, 33 63.5 le;10 years and 19 36.5 subjects> 10 years. Subjects with more neuropathy were 41/52 26.3 followed by nephropathy 29/52 18.6 and retinopathy 9/52 5.8 with DLCO average of 16.01 4.12 ml / min / mmHg . The decrease in diffusion capacity in Microangiopathy DM was found in 14/52 25 subjects, obtained p value on nephropathy of p=0.27, retinopathy p=0.36 and neuropathy p=0.49 respectively.
Conclusion. This study demonstrated that diffusion capacity is impairment in diabetic microangiopathy patients. Pulmonary diffusion capacity has no association with diabetic microangiopathy but there is a decreased pulmonary diffusion physiology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T59197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ita Perwira
"Infeksi virus dengue masih merupakan masalah kesehatan dunia saat ini termasuk di Indonesia. Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2009 dilaporkan 158.912 kasus dengan jumlah kematian 1.420 orang (CFR 0,89%). Tingginya jumlah rawat inap di rumah sakit ini juga menjadi beban yang cukup besar.
Tujuan: untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat inap pada pasien yang terinfeksi virus dengue di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur.
Metode: Menggunakan desain potong lintang (cross-sectional).
Hasil: Jumlah kasus infeksi dengue di RSUP Persahabatan tahun 2010 adalah 2168. Didapatkan subjek 450 orang dari total 633 subjek yang tercatat selama 1 Januari - 31 Juni 2010. Berdasarkan hasil analisis multivariat diperoleh 4 variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan lama rawat inap pasien yang terinfeksi virus dengue yaitu lama sakit sebelum masuk RS (p=0.000, OR=0.229, 95% CI 0.134-0.392), penyulit (p=0.003, OR = 2.050, CI 95% : 1.276 ? 3.293),jumlah trombosit (p=0.013, OR=2.585, 95% CI 1.220-5.478) dan jumlah leukosit (p=0.024, OR=1.624, 95% CI 1.065-2.475). Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan lama rawat inap adalah jumlah trombosit. Dari hasil tersebut disarankan agar klinisi dan akademisi perlu meningkatkan standar pelayanan penyakit yang lebih efektif dan efisien pada pasien yang terinfeksi virus dengue.

Background: Dengue fever remains as health problem in the world, especially in tropic and sub-tropic zone include Indonesia. DKI Jakarta province in 2009 was reported 158.912 cases with mortality rate 1.420 cases (CFR 0,89%). Very high of hospitalization rate in the hospital due to dengue infection increase the burden for the government and community.
Objective: to find out factors affect to the hospitalization days in patients with dengue virus infection in Persahabatan Hospital, East Jakarta
Method: This study was implemented using cross-sectional design.
Result: There was 450 subject from total 633 cases reported during 1 January - 31 June 2010. Based on bivariate analysis there is 4 variable which has significant correlation with hospitalization days in patients with dengue virus infection in Persahabatan Hospital. They are days of sick before hospitalized (p=0.000, OR=0.229, 95% CI 0.134-0.392), complication (p=0.003, OR = 2.050, CI 95% : 1.276 ? 3.293), trombocyte (p=0.013, OR=2.585, 95% CI 1.220-5.478), leucocyte (p=0.024, OR=1.624, 95% CI 1.065-2.475). Dominant variable which has significant correlation with hospitalization days is trombocyte. From those result, suggestion for clinician and academician are to increase services standart to be more effective and efficient for patients with dengue virus infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T28623
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
I. G. K. Wijasa
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kepuasan tenaga perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Jakarta. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan penelitian survai, yang sifatnya deskriptif korelatif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional.
Berdasarkan penelitian kepustakaan, diperoleh pemahaman bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh pelbagai keadaan seperti : prestasi kerja, pemberian penghargaan, pemberian tanggung jawab dan pemberian kesempatan berkembang.
Pola hubungan tersebut diteliti kebenarannya terhadap perawat di Ruang Rawat Inap RSUP Persahabatan, Jakarta. Data-data yang diperlukan, dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur, yang selanjutnya diolah serta dianalisis.
Sampel penelitian dipilih secara purposive yakni seluruh perawat yang bertugas di Ruang Rawat Inap Bedah sebanyak 60 orang. Adapun profil perawat yang menjadi sampel penelitian adalah 86,7% merupakan perawat wanita dan 13,3% perawat pria. Sebagian besar responden (45%) telah bekerja kurang dari 10 tahun, 40% antara 11-20 tahun dan 15% telah bekerja lebih dari 20 tahun. Sebanyak 70% dari responden berusia antara 30-50 tahun dan selebihnya (30%) berusia 22-29 tahun. Dilihat dari pendidikannya, sebagian dari mereka (83,4%) responden berpendidikan SPK, selebihnya 10% berpendidikan D3 Keperawatan, 3,3% S1 Keperawatan dan 3,3% berpendidikan lain-lain yang setara dengan SPK.
Hasil penelitian tentang gambaran kepuasan kerja menunjukkan bahwa 61,7% perawat di Ruang Rawat Inap Bedah RSUP Persahabatan Jakarta, dinyatakan telah mendapat kepuasan kerja. Sebanyak 88,3% menyatakan puas terhadap bentuk penilaian prestasi; 31,7% menyatakan puas terhadap penghargaan; 70% menyatakan puas terhadap tanggung jawab yang diberikan; 46,&% menyatakan puas terhadap kesempatan berkembang; dan 53,3% menyatakan puas terhadap pekerjaannya.
Selain dari pada itu didapatkan pula gambaran faktor intrinsik perawat yang dinyatakan telah mendapatkan penilaian prestasi amat baik 41,7%; yang diberi penghargaan 43,3%; yang diberi tanggung jawab 43,3% dan yang diberi kesempatan berkembang 11,7%.
Setelah dilakukan analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square terhadap hubungan keempat faktor intrinsik dan kepuasan kerja, ternyata hanya ada dua faktor intrinsik yang menunjukan hubungan bermakna yakni: faktor prestasi kerja (x=3,72469, df=1 dan c=O,05) dan faktor tanggung jawab (x=4,5.1776, df 1 dan c=0,05).
Oleh karena itu dari hasil penelitian ini, disarankan kepada Pimpinan RSUP Persahabatan Jakarta untuk mempertahankan dan menyempurnakan pola penilaian prestasi dan pemberian tanggung jawab kepada perawat dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja serta secara bertahap meningkatkan/memperbaiki pola pemberian penghargaan dan pemberian kesempatan berkembang agar lebih bermakna.

The objective of this study is to get information about job satisfaction of the nurses working in the hospital wards, of Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta. In this respect, a descriptive correlative field research was conducted by utilizing a Cross Sectional approach.
Based on literature study, it was found that job satisfaction is influenced by various conditions such as work performance, reward achievement, responsibility of growth.
In this study, such correlation patterns were observed to a number of nurses working in the surgery wards of RSUP Persahabatan, Jakarta. The necessary data were collected trough a structured questionnaire which were then processed and analyzed.
Samples of the study were selected purposively, those are 60 nurses working in surgery wards, consisting of females, (86,7%) and males (13,3%). A part of them (45%) had worked for less than 10 years, 40% between 11 and 20 years and 15% for more 20 years. Of the total respondents, 70% were 30 to -50 years old and the rest (30%) were between 22 and 29 years old. According to the educational background, most respondents (83,4%) graduated from the Nursing High School (SPK), 10% from Nursing Academy, 3,3% from the University and 3,3% from other institutions equal to the Nursing High School.
This study of job satisfaction found that 61,7% of the respondents, nurses in the surgery wards of RSUP Persahabatan Jakarta, said they had got satisfaction. Of the total respondents, 88,3% were satisfied with the performance; assessment with the reward achievement (31,7%); with the responsibility their job (70%); the possibility of growth (46,7%); and with the job (53,3%).
Besides, the study also found some intrinsic factors of the respondents which were stated as having the best performance (41,7%); rewards (43,3%); responsibility (43,3%) and possibility of growth (11,7%).
Having done the bivariat analysis by utilizing the Chi-Square statistical test on the correlation of the four intrinsic factors and job satisfaction, there were only two intrinsic factors showing significant correlation namely performance assessment factor (x=3,72469, df1 and a=0,05 and responsibility factors (x=4,51776, ,:11 and a-0,05).
Based on the study results and in order to increase job satisfaction of the nurses, it is suggested to RSVP Persahabatan Jakarta management to maintain the patterns of existing working system and to improve gradually the patterns of responsibility, reward achievement and possibility of growth so that it correlate to the nurse's performance assessment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>