Ditemukan 194444 dokumen yang sesuai dengan query
Maria Ulfah
"Work from home dan online learning akibat pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan perilaku pengasuhan orang tua kepada anak. Pola asuh yang tepat melalui penerapan perilaku yang baik dapat menstimulasi perkembangan emosional anak. Namun, perkembangan emosional anak berisiko bermasalah apabila penggunaan pola asuh tidak tepat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara pola asuh orang tua dan perkembangan emosional anak prasekolah pada masa pandemi COVID-19. Penelitian berdesain cross sectional ini melibatkan 186 orang tua dari anak prasekolah di PAUD/TK/RA di Jakarta yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ) dan Ages and Stages Questionnaire: Social-Emotional (ASQ:SE)–2. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dan perkembangan emosional anak prasekolah (p = 0,002; OR = 3,903). Anak prasekolah yang diasuh oleh orang tua dengan pola asuh otoritatif 3 kali memiliki perkembangan emosional yang tinggi dibanding diasuh orang tua dengan pola asuh permisif. Peneliti merekomendasikan adanya penyampaian hasil pola asuh oleh perawat komunitas atau pengembangan media edukasi oleh mahasiswa keperawatan atau pihak sekolah dalam promosi kesehatan. Selain itu, orang tua diharapkan lebih memperhatikan, mengawasi, dan mengantisipasi perilaku anak yang tidak sesuai dari perkembangan emosionalnya.
Work from home and online learning due to the COVID-19 pandemic has caused changes in parenting behavior for children. Appropriate parenting through good behavior can stimulate children's emotional development. However, the emotional development of children is at risk of problems if the use of parenting is not appropriate. This study aims to identify the relationship between parenting styles and the emotional development of preschool children during the COVID-19 pandemic. This cross-sectional design study involved 186 parents of preschool children in several PAUD/TK/RA in Jakarta who were selected using the purposive sampling technique. The instruments used are the Parenting Style and Dimension Questionnaire (PSDQ) and the Ages and Stages Questionnaire: Social-Emotional (ASQ:SE)–2. The results showed has a relationship between parenting styles and children's emotional development (p = 0.002; OR = 3,903). Preschool children who are cared for by parents with authoritative parenting have three times higher emotional development than those raised by parents with permissive parenting. Researchers recommend the delivery of the results of parenting by community nurses or the development of educational media by nursing students or schools in health promotion. In addition, parents can expectedly pay more attention, supervise, and anticipate children's inappropriate behavior from their emotional development."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Annisa Imania
"
ABSTRAKPerkembangan emosional merupakan perkembangan yang penting bagi anak prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan emosional pada anak usia prasekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik komparatif dan pendekatan cross-sectional. Sebanyak 300 ibu dari anak usia prasekolah di Kecamatan Beji Kota Depok menjadi responden pada penelitian ini yang diambil dengan cara cluster random sampling. dengan mengisi kuesioner terkait pola asuh dan perkembangan emosional anak prasekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia prasekolah memiliki perkembangan emosional dengan skor median 149. Selain itu ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan domain surgensi, afeksi negatif, upaya kendali, dan skor total perkembangan emosional anak prasekolah (p=0,0001). Hasil penilitian diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi untuk menstimulus perkembangan emosional dan mengintegrerasikan perkembangan lainnya dalam proses pembelajaran di sekolah.
ABSTRACTEmotional development is an important development for preschoolers. This study aims to determine the correlation between parenting parents and emotional development in preschoolers. This study used a quantitative research with comparative analytic design with cross-sectional approach. 300 mothers of preschoolers in Kecamatan Beji, Kota Depok became respondents which were taken by cluster random sampling. Mother filled out questionnaires about parenting and emotional development of preschoolers. The results of this study indicate that preschoolers have emotional development with an median score of 149. In addition, there was significant relations between parenting and each score of surgency, negative affectivity, and effortful control dimension and also the total score of preschool children emotional development (p = 0.0001). This study results are expected to be used as information to stimulate emotional development and integrate other developments in the learning process."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Alifia Ainayya Salsabila
"Adanya pandemi Covid-19 mengganggu kualitas relasi teman sebaya dengan berkurangnya kesempatan untuk berinteraksi secara langsung. Salah satu faktor yang membantu remaja mengembangkan hubungan pertemanan yang sehat adalah empati. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara empati dengan relasi teman sebaya pada remaja di masa pandemi Covid-19. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-18 tahun yang berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Partisipan dalam penelitian ini yaitu 651 siswa dari berbagai Sekolah Menengah Atas di kota besar, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar. Alat ukur yang digunakan adalah The Basic Empathy Scale in Adults (BES-A) untuk mengukur empati dan Adolescence-Reported Scale untuk mengukur relasi teman sebaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara empati dengan relasi teman sebaya pada remaja di masa pandemi Covid-19 (r = .376, p<0,01). Disamping itu, ditemukan pula bahwa remaja perempuan memiliki tingkat empati yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan remaja laki-laki.
The Covid-19 pandemic has disrupted the quality of peer relationship by reducing the opportunity to interact directly. One of the factors that help teens develop healthy friendships is empathy. This study aims to see the relationship between empathy and peer relationship in adolescence during pandemic Covid-19. The population in this study are adolescence aged 15-18 years who live in Indonesia. This research is a non-experimental research. Participants in this study were 651 students from various high schools in big cities, namely Jakarta, Bandung, Surabaya, and Makassar. The measuring instruments used are The Basic Empathy Scale in Adults (BES-A) to measure empathy and the Adolescence-Reported Scale to measure peer relationship. The results of this study indicate that there is a significant positive correlation between empathy and peer relationship in adolescenc during pandemic Covid-19 (r = .376, p<0.01). In addition, it was also found that female adolescennce had a significantly higher level of empathy than male."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fadillah Nur Fitriyani
"Pandemi COVID-19 menjadi salah satu faktor pemicu stres bagi remaja. Dukungan sosial dan kecerdasan emosional diperlukan oleh remaja agar mampu mengelola stresnya menjadi respon adaptif dan tidak berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan sosial dan kecerdasan emosional dengan tingkat stres siswa SMP di Jakarta Timur selama pandemi COVID-19. Metode penelitian yang digunakan penelitian ini desain penelitian deskriptif korelatif melalui pendekatan cross sectional. Sebanyak 426 siswa SMP di Jakarta Timur dengan kriteria responden pengambilan sampel dengan teknik stratified random sampling serta purposive sampling. Kuesioner menggunakan analisis data dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial dan tingkat kecerdasan emosional baik tinggi dan rendah memiliki nilai mendekati sama; hanya 41,8% responden memiliki tingkat stres normal. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel dukungan sosial dengan tingkat stres (p=0,001), dan adanya hubungan yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan tingkat stres (p=0,013). Temuan penelitian ini dapat membantu siswa lebih aware terhadap permasalahan yang mengganggu fisik dan psikologisnya dan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
The COVID-19 pandemic is one of the factors that trigger stress for teenagers. Social support and emotional intelligence are needed by adolescents to be able to manage their stress into an adaptive and not prolonged response. This study aims to determine the relationship between social support and emotional intelligence with the stress level of junior high school students in East Jakarta during the COVID-19 pandemic. The research method used in this research is descriptive correlative research design through a cross sectional approach. A total of 426 junior high school students in East Jakarta with the criteria of respondents taking samples with stratified random sampling technique and purposive sampling The questionnaire using data analysis with univariate and bivariate analysis with chi square test shows that the level of social support and the level of emotional intelligence both high and low have nearly the same value; only 41.8% of respondents had normal stress levels. The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between social support variables and stress levels (p=0.001), and a significant relationship between emotional intelligence variables and stress levels (p=0.013). The findings of this study can help students become more aware of the problems that interfere with their physical and psychological and nurses in providing nursing care according to patient needs."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fitri Windiastri
"Pola asuh ibu merupakan faktor yang memengaruhi perkembangan anak, khususnya perkembangan sosial emosional anak. Perkembangan sosial emosional dapat mengidentifikasi kemampuan sosial, emosional, intelektual, dan perilaku positif lainnya pada anak usia prasekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dan perkembangan sosial emosional anak usia prasekolah di PAUD Desa Parakan Jaya, Bogor. Desain penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional pada 103 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner parenting styles and dimentions questionnare dan kuesioner perkembangan sosial emosional anak usia 4-5 tahun dan 5-6 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh ibu dengan perkembangan sosial emosional anak usia prasekolah 4-5 tahun dan 5-6 tahun p value = 0,225; 0,108 . Faktor lain seperti usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan jenis kelamin anak tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan perkembangan sosial emosional anak. Namun demikian, pada penelitian ini ditemukan bahwa mayoritas perkembangan sosial emosional anak meragukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan screening sejak dini untuk mendeteksi adanya penyimpangan perkembangan sosial emosional anak.
Parenting style is a factor that influences a children's development, especially for social emotional development. Social emotional development begun to identify social, emotional, intellectual, and other positive behaviors in preschoolers. This research aims to know the correlation between mother's parenting style and social emotional development of preschool aged children 4 6 years old in PAUD at Parakan Jaya Village of Bogor. Design research use analytic descriptive approach cross sectional at 103 respondents. Data collection by parenting styles and dimentions questionnare and social emotional development questionnare for 4 5 years old and 5 6 years old. The results of this research show there is a no relationship of the correlation between mother's parenting style and social emotional development of preschool aged children 4 5 years old and 5 6 years old p value i.e. 0.225 0.108 . Other factors such as age, education, employment, and sex show there is a no relationship with the children's social emotional development. However, this research found that majority of the children's social emotional development is questionable. So, screening is necessary to indentify the deviation of the children's social emotional development. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69144
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Reza Wahyu Dwi Prastya
"Usia prasekolah merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan anak. Keterlambatan perkembangan umumnya terjadi pada masa prasekolah dan dialami oleh 10-15% anak prasekolah. Gangguan perkembangan pada anak prasekolah membuat anak memiliki performa lebih rendah dari temannya yang dapat memengaruhi kesiapan bersekolah. Penelitian kesiapan bersekolah pada anak usia prasekolah masih terbatas di Indonesia. Pola asuh orang tua dapat memengaruhi kesiapan bersekolah. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Data kesiapan bersekolah diperoleh melalui kuesioner BRIGANCE Early Childhood Screens III dan pola asuh orang tua melalui kuesioner Parenting Styles and Dimension Questionnaire (PSDQ). Penelitian dilaksanakan di TK Negeri Menteng 01 dan TK Negeri Cilacap, Jakarta. Penelitian ini melibatkan 18 anak (23,7%) berusia 4 tahun dan 58 anak (76,3%) berusia 5 tahun dengan mayoritas anak perempuan. Hasil skrining menunjukkan bahwa 20 anak (26,3%) tidak siap masuk sekolah. Rerata usia ibu yaitu 34,92 tahun dan rerata usia ayah 37,48 tahun. Pola asuh orang tua yang umum diterapkan adalah otoritatif (86,8%), diikuti permisif (11,8%), dan otoriter (1,3%). Temuan menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pola asuh dan kesiapan bersekolah (p<0,001). Pola asuh permisif lebih umum pada anak laki-laki, sedangkan anak perempuan lebih sering dididik dengan pola asuh otoritatif. Pola asuh otoriter ditemukan pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih rendah. Terdapat hubungan signifikan antara pola asuh dan kesiapan bersekolah. Anak yang dididik dengan pola asuh otoritatif memiliki tingkat kesiapan sekolah yang lebih tinggi.
Preschool age is a critical period in child development. Developmental delays generally occur during the preschool period and are experienced by 10-15% of preschool children. Developmental disorders in preschool children make them perform lower than their peers, which can affect their readiness for school. Research in school readiness in preschool children is still limited in Indonesia. Parenting styles can affect school readiness. This study used a cross-sectional design. School readiness data was collected through the BRIGANCE Early Childhood Screens III questionnaire and parenting styles data was collected through the Parenting Styles and Dimension Questionnaire (PSDQ) at TK Negeri Menteng 01 and TK Negeri Cilacap, Jakarta. This study involved 18 children (23,7%) aged 4 years and 58 children (76,3%) aged 5 years with a dominance of girls. Screening results showed that 20 children (26,3%) were not ready for school. The most common parenting style was authoritative (86.8%), followed by permissive (11.8%), and authoritarian (1.3%). The findings showed a significant association between parenting styles and school readiness (p<0.001). Permissive parenting style is more common in boys, while girls are more often educated with a authoritative parenting style. Authoritarian parenting style was found in families with lower socioeconomic conditions. There is a significant relationship between parenting styles and school readiness. Children who are raised with a democratic parenting style have a higher level of school readiness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rizqika Puspitasari
"Remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan hingga menyebabkan adanya transisi peran. Proses transisi peran ini dianggap sebagai masa-masa krusial sebab remaja menjadi lebih rentan mengalami tekanan psikologis yang berujung pada munculnya gangguan mental emosional. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif orang tua dan teman sebaya untuk membantu remaja mencegah dan menangani kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan dukungan sosial teman sebaya terhadap gangguan mental emosional pada remaja. Gangguan mental emosional (GME) diukur menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), pola asuh orang tua diukur dengan Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), dan dukungan sosial teman sebaya diukur dengan Social Provisions Scale (SPS). Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional pada 336 remaja di SMK Kemala Bhayangkari Delog dan SMA Negeri 66 Jakarta yang dipilih secara non acak (non-probability sampling) dengan metode stratified sampling. Hasil penelitian diperoleh hampir setengah dari total remaja terindikasi GME dengan skor borderline-abnormal. Selain itu, diketahui juga bahwa sebagian besar orang tua remaja menerapkan pola asuh permisif dan remaja yang memeroleh dukungan sosial teman sebaya kategori tinggi mendominasi dengan persentase >92%. Hasil analisis uji chi square mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap GME pada remaja (p = 0,428) dan tidak ada pula hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap GME pada remaja (p = 0,597). Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk promosi kesehatan jiwa dalam upaya pencegahan gangguan mental emosional pada remaja.
Adolescents experience rapid growth and development, even leading to role transition. This role transition process is considered a crucial time because adolescents become more vulnerable to psychological stress that leads to the emergence of mental emotional distress Therefore, an active role of parents and peers is needed to help adolescents prevent and handle these conditions. This study aims to determine the relationship between parenting and peer social support on mental emotional distress in adolescents. Mental emotional distress were measured using the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), parenting styles were measured with the Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), and peer social support was measured with the Social Provisions Scale (SPS). The research design used was a cross sectional research design on 336 respondents at SMK Kemala Bhayangkari Delog and SMA Negeri 66 Jakarta who were non-randomly selected (non-probability sampling) with stratified sampling method. The results showed that almost half of the total adolescents indicated experiencing mental emotional disorders with borderline-abnormal scores. In addition, it is also known that most adolescents' parents apply permissive parenting and adolescents who get high category peer social support dominate with a percentage of >92%. The results of the chi square test analysis showed that there was no significant relationship between parenting styles and mental emotional distress in adolescents (p = 0.428) and there was also no significant relationship between peer social support and mental emotional distress in adolescents (p = 0.597). The results of this study can be one of the references for mental health promotion in an effort to prevent mental emotional distress in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Shifa Syahidatul Wafa
"Ibu bekerja pada umumnya memiliki waktu yang terbatas untuk berinteraksi dengan anaknya padahal anak usia prasekolah sedang mengalami puncak perkembangan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan arah hubungan antara pola asuh ibu bekerja dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Desain penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional yang melibatkan 45 responden ibu bekerja beserta anaknya di dua TK di Kelurahan Cipayung Jakarta Timur dengan teknik Cluster Sampling.
Hasil uji Korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara pola asuh otoriter (r= -0,071) dan permisif (r= -0,164) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah, namun terdapat hubungan yang lemah dan positif antara pola asuh demokratis (r= 0,036) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk memberikan informasi kepada ibu yang bekerja tentang jenis pola asuh yang dapat mendukung perkembangan kognitif anak.
Most of working mothers have limited time to interact with their children while preschool-aged children reach their peak cognitive development. This research is aimed to identify the power and the linear relationship between parenting styles and cognitive development of preschool-aged children. Design used in this research is Cross Sectional which took 45 respondents of working mothers and their children in kindergartens at administrative village of Cipayung East Jakarta as the sample of the study who were chosen by using Cluster Sampling technique. The result of Spearman’s Rank Correlation test showed there were weak and negative correlation between authoritarian parenting (r= -0,071) and permissive parenting (r= -0,164) with the cognitive development of preschool-aged children, however there were weak and positive correlation between authoritative parenting (r= 0,036) and the cognitive development of preschool-aged children. This research is recommended to the health practitioner to give information to working mothers about the type of parenting styles that can support children’s cognitive development."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59807
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Azkya Milfa Laensadi
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran dari persepsi gaya pengasuhan orang tua pada efikasi-diri dalam pengambilan keputusan karir melalui mediasi trait kecerdasan emosi pada siswa SMK. Responden dari penelitian ini adalah sebanyak 702 siswa SMK kelas 12. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia yaitu Career Decision Self Efficacy-Short Form, Parental Authority Questionnaire dan Trait Emotional Questionnaire. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik regresi berganda dan model mediasi sederhana PROCESS Hayes. Hasil pengujian analisis regresi menunjukkan bahwa gaya pengasuhan authoritative ayah, authoritative ibu, authoritarian ayah, serta trait kecerdasan emosi terbukti signifikan memiliki peran pada efikasi-diri keputusan karir. Hasil analisis mediasi menunjukkan bahwa gaya pengasuhan authoritative ayah dan ibu terbukti signifikan dan positif memiliki peran pada efikasi diri dalam pengambilan karir melalui mediasi parsial trait kecerdasan emosi. Selain itu, gaya pengasuhan authoritarian ayah dan ibu terbukti signifikan secara negatif memiliki peran pada efikasi-diri keputusan karir melalui mediasi parsial trait kecerdasan emosi. Sedangkan gaya pengasuhan permissive ayah dan ibu tidak terbukti signifikan memiliki peran pada efikasi-diri keputusan karir melalui mediasi trait kecerdasan emosi. Saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi terhadap pihak terkait didiskusikan dalam akhir penelitian.
This study aimed to examine the role of perceived parenting styles on career decision self-efficacy through mediation of trait emotional intelligence in vocational high school students. The respondents of the study were 702 students in 12 grade. The adapted Career Decision Self Efficacy-Short Form, Parental Authority Questionnaire, and Trait Emotional Questionnaire were used in this study. The data were analysed using multiple regression and Hayes PROCESS simple mediation model. Regression analyses showed that paternal and maternal authoritative parenting styles, paternal authoritarian, and trait emotional intelligence significantly predicting career decision self-efficacy. Mediation analyses showed that trait emotional intelligence partially and positively mediated the effect of paternal and maternal authoritative parenting styles on career decision self-efficacy trait emotional intelligence partially and negatively mediated the effect of paternal and maternal authoritarian parenting styles on career decision self-efficacy. The results also showed that trait emotional intelligence did not significantly mediated the effect of paternal and maternal permissive parenting styles on career decision self-efficacy. The implication for further research are given on the end of study.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T55207
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Filza Nashira
"Situasi pandemi COVID-19 memunculkan banyak perubahan dalam kehidupan remaja. Terbatasnya aktivitas remaja menyebabkan meningkatnya masalah emosional yang dihadapi mereka. Tidak hanya itu, kebahagiaan remaja juga terbukti menurun pada situasi pandemi COVID-19. Untuk menghadapi hal ini, diperlukan tingkat kecerdasan emosional yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kecerdasan emosional dan kebahagiaan pada populasi remaja di Indonesia dalam situasi COVID-19. Partisipan penelitian berjumlah 232 orang remaja berusia 15-21 tahun yang belum menikah. Kebahagiaan diukur menggunakan alat ukur Subjective Happiness Scale (SHS), sementara kecerdasan emosional diukur menggunakan alat ukur Trait Meta-Mood Scale Short-Form (TMMS-SF). Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis Pearson correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara kecerdasan emosional dan kebahagiaan remaja pada situasi COVID-19 (r 0,433; p < 0,05). Penelitian juga menemukan hubungan positif antara dimensi-dimensi kecerdasan emosional (perhatian emosional, kejelasan emosional, regulasi emosi) dan kebahagiaan.
The COVID-19 pandemic situation has brought about many changes in the lives of adolescents. The restricted activities of adolescents have caused an increase in the emotional problems that they face. Not only that, the happiness of adolescents has also been proven to decline during the COVID-19 pandemic. To deal with this, a good level of emotional intelligence is needed. This study aims to examine the relationship between emotional intelligence and happiness among adolescents in Indonesia during the COVID-19 situation. The research participants were 232 unmarried adolescents aged 15-21 years old. Happiness was measured using the Subjective Happiness Scale (SHS), while emotional intelligence was measured using the Trait Meta-Mood Scale Short-Form (TMMS-SF). Data of the research were analyzed using the Pearson correlation analysis technique. The result shows a positive correlation between emotional intelligence and adolescents’ happiness during the COVID-19 situation (r 0.433; p < 0.05). This research also finds positive correlations between the dimensions of emotional intelligence (emotional attention, emotional clarity, emotion regulation) and happiness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library