Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fabrian Charlie Nugroho
"Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronik umum yang terjadi pada masyarakat modern. Setelah penyakit jantung dan kanker, penyakit DM mewakili penyebab kematian ketiga pada manusia. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis yang paling umum dari penyakit DM dan DM tipe 2 dapat menyebabkan komplikasi pada jantung yang disebut sebagai diabetic cardiomyopathy. Metformin adalah obat yang meningkatkan sensivitas terhadap insulin dan banyak digunakan sebagai terapi untuk diabetes melitus tipe 2 namun metformin memiliki berbagai macam efek samping yang merugikan. Maka dari itu diperlukan suatu obat alternatif yang lebih aman untuk terapi diabetes melitus tipe 2 yaitu seperti alfa mangostin karena alfa mangostin memiliki efek antidiabetik dan kardioprotektif. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa efek terapi alfa mangostin pada tikus dengan diabetic cardiomyopathy.
Metode: Hewan percobaan yang digunakan berupa tikus jantan galur wistar. Hewan coba dibagi jadi 6 kelompok yaitu kelompok 1 diberikan pakan normal, kelompok 2 diberikan pakan normal dan senyawa alfa mangostin sebesar 200 mg/kg BB tikus,kelompok 3 diberikan pakan tinggi lemak, kelompok 4 diberikan makanan tinggi lemak dan diberikan suntikan streptozotocin lalu diberikan metformin 200 mg/kg BB tikus, kelompok 5 diberikan makanan tinggi lemak dan diberikan suntikan streptozotocin lalu diberikan alfa mangostin 100 mg/kg BB tikus dan kelompok 6 diberikan makanan tinggi lemak dan diberikan suntikan streptozotocin lalu diberikan alfa mangostin 200 mg/kg BB tikus. Gula darah diukur setiap minggu, tekanan darah dan berat badan dan berat jantung diukur pada minggu saat hewan disacrifice. Semua sampel organ jantung dan plasma dari semua kelompok hewan uji yang telah disacrifice di minggu ke 11 akan dianalisa kadar HOMA-IR, MCP-1, TNF-α, IL-6, IL-1β dan dilakukan pemeriksaan histopatologi.
Hasil Penelitian : Pemberian streptozotocin dan diet tinggi lemak menyebabkan gula darah tinggi, tekanan darah tinggi, nilai HOMA-IR tinggi, nilai rasio BB/BJ tinggi, kadar MCP-1, TNF-α, IL-6, IL-1β tinggi dan ukuran sel kardiomiosit besar. Tetapi dengan pemberian metformin dan alfa mangostin dapat merendahkan nilai gula darah , tekanan darah , nilai HOMA-IR, nilai rasio BB/BJ, kadar MCP-1, TNF-α, IL-6, IL-1β.
Kesimpulan : Alfa mangostin memperlihatkan efek anti-inflamasi dan antidiabetik terhadap kadar gula darah dan jantung hewan coba yang diberikan diet tinggi lemak dan disuntik STZ.

Background : Diabetes mellitus (DM) is a common chronic disease that occurs in modern society. After heart disease and cancer, DM represents the third leading cause of death in humans. Diabetes mellitus type 2 is the most common type of DM disease and type 2 diabetes can cause heart complications called diabetic cardiomyopathy. Metformin is a drug that increases insulin sensitivity and is widely used as a therapy for type 2 diabetes mellitus but metformin has a variety of adverse side effects. Therefore we need a safer alternative drug for the treatment of type 2 diabetes mellitus, such as alpha mangostin because alpha mangostin has antidiabetic and cardioprotective effects. The purpose of this study was to analyze the effects of alpha mangostin therapy in rats with diabetic cardiomyopathy.
Method : Test animals or experimental animals used in the form of male wistar strain rats. Experimental animals were divided into 6 groups: group 1 was given normal food, group 2 was given normal food and alpha mangostin compound was 200 mg / kg BW rat, group 3 was given high fat food, group 4 was given high fat food and given streptozotocin injection and then given metformin 200 mg / kg body weight rat, group 5 given high fat food and given streptozotocin injection then given alpha mangostin 100 mg / kg body weight rat and group 6 given high fat food and given streptozotocin injection then given alpha mangostin 200 mg / kg body rat. Blood sugar is measured every week, blood pressure and body weight and heart weight are measured on the week when the animal is disacrifice. All cardiac organ and plasma samples from all groups of test animals that were sacrificed at week 11 will be analyzed for HOMA-IR, MCP-1, TNF-α, IL-6, IL-1β levels and histopathological examination.
Result : Administration of streptozotocin and high-fat diets causes high blood sugar, high blood pressure, high HOMA-IR values, high BB / BJ ratio values, MCP-1 levels, TNF-α, IL- 6, high IL-1β and large cardiomyocyte cell sizes . But by giving metformin and alpha mangostin can lower blood sugar values, blood pressure, HOMA-IR values, BB / BJ ratio values, MCP-1 levels, TNF-α, IL-6, IL-1β.
Conclusion : Alfa mangostin exhibits anti-inflammatory and antidiabetic effects on blood sugar and heart of experimental animals which are given a high-fat diet and STZ injections.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Mustikaningtyas
"ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Depok menduduki peringkat 2 di Jawa Barat dengan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 terbanyak. Insulin direkomendasikan sebagai salah satu terapi diabetes lini pertama untuk mengontrol kadar glukosa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 agar tercapai hasil terapi sesuai dengan yang direncanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian model cross sectional dan menggunakan teknik consecutive sampling sebagai teknik dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel 79 orang pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kepatuhan insulin masih rendah sebanyak 52 orang 65,8 . Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok, Dinas Kesehatan Depok, perawat, dan masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan terapi insulin.

ABSTRAK
Abstract Diabetes Mellitus is the fourth leading non infectious diseases cause of death in the world. Depok was ranked 2nd in West Java with the highest number of people with type 2 diabetes mellitus. Insulin is recommended as one of the first line diabetes therapy to control glucose levels. Therefore, it is important to know the adherence level of insulin therapy in people with type 2 diabetes mellitus in order to achieve the satisfied results of therapy. This study aimed to identify the level of adherence in insulin therapy among people with type 2 diabetes mellitus in Depok City. This research was a quantitative research using a cross sectional design and using consecutive sampling as a technique in sampling. The number of samples were 79 patients with type 2 diabetes mellitus who came to the Regional General Hospital of Depok City. The result showed that the level of insulin adherence came still low as many as 52 people 65.8 . This study is expected to provide information to the Regional General Hospital of Depok City, Depok Health Office, nurses, and the community to improve adherence to insulin therapy."
2017
S67065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Rastiti
"Kadar HbA1c sebagai parameter keberhasilan terapi pasien Diabetes Melitus DM dipengaruhi oleh berbagai hal. Pasien DM tipe 2 yang fungsi ginjalnya menurun sering kali diberi vitamin B12. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi faktor faktor yang mempengaruhi kadar HbA1c pasien yang menggunakan vitamin B12.
Metode penelitian adalah potong lintang. Sampel adalah rekam medis pasien rawat jalan yang menderita DM tipe 2 di RS Pasar Rebo, periode Mei-November 2015 di Jakarta yang menerima vitamin B12 dan menjalani pemeriksaan kadar HbA1c. Analisis data dilakukan dengan Kai Kuadrat. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 42 orang.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi klinis pasien dan penggunaan obat tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kadar HbA1c. Kondisi klinis pasien yang dianalisis ialah usia, jenis kelamin, penyakit ginjal kronik, hipertensi, hiperlipid, dan gout. Penggunaan obat yang dianalisis adalah pemakaian metformin, sulfonilurea, akarbosa, dan pioglitazon HCl.

HbA1c levels as parameters of the success for the treatment of patients with diabetes mellitus DM was influenced by many things. Type 2 diabetes patients whose kidney function decline often given vitamin B12. This study was aimed to evaluate the factors affecting HbA1c levels of patients who use vitamin B12.
The method was a cross sectional study. Samples were outpatient medical records of patients who suffer from type 2 diabetes in Pasar Rebo Hospital, the period from May to November 2015 in Jakarta who received vitamin B12, and undergo HbA1c levels. Data analysis was done by Kai Squares. The number of samples that meet the criteria as much as 42 people.
The results shown that patient 39 s clinical condition and use of the drug was not have a significant effect on HbA1c levels. The clinical condition of patients analyzed were the age, sex, chronic kidney disease, hypertension, hiperlipid, and gout. The use of drugs analyzed were the use of metformin, sulfonylurea, akarbosa, and pioglitazone HCl.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Eka Herastuti
"Diabetes melitus tipe 2 merupakan kasus diabetes yang paling umum terjadi dengan peningkatan prevalensi setiap tahun. Penyakit diabetes dapat menyebabkan biaya perawatan tinggi dan penurunan kualitas hidup. Terapi pengobatan diabetes yang beragam variasi dapat memberikan efektivitas dan biaya yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efektivitas biaya terhadap kombinasi metformin-pioglitazon dan metformin-glimepirid pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan teknik pengumpulan data retrospektif. Data penelitian diambil dari rekam medis dan data biaya pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dengan kombinasi metformin-pioglitazon dan metformin-glimepirid di RSUD Pasar Rebo tahun 2020-2022. Parameter untuk melihat efektivitas terapi adalah pencapaian target HbA1c <7,0% dengan minimal 3 bulan. Data biaya pengobatan pasien menggunakan biaya langsung medis dengan perspektif rumah sakit. Nilai efektivitas terapi yang dihasilkan menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok metformin-pioglitazon dengan metformin-glimepirid (p > 0,05). Berdasarkan hasil analisis, nilai inkremental efektivitas antara kedua kelompok terapi sebesar 8% dan nilai inkremental total biaya sebesar Rp350.170,00. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terapi kombinasi metformin-pioglitazon lebih efektivitas-biaya dibandingkan metformin-glimepirid dengan penambahan biaya sebesar Rp43.771,25 untuk berpindah dari terapi metformin-glimepirid menjadi metformin-pioglitazon pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Pasar Rebo.

Diabetes mellitus type 2 is the most common case of diabetes with an increase in prevalence every year. Various diabetes treatment therapies can provide different effectiveness and costs. This study was performed to analyze cost-effectiveness of the combination of metformin-pioglitazone and metformin-glimepiride in patients with type 2 diabetes mellitus. This method was cross-sectional with retrospective data collection techniques. The research data was taken from medical records and cost data for type 2 diabetes with combination of metformin-pioglitazone and metformin-glimepiride at Pasar Rebo Hospital in 2020-2022. The parameter to see effectiveness of therapy is achievement of HbA1c target of <7.0% at least 3 months. Patient treatment cost data using medical direct costs with a hospital perspective. The resulting therapeutic effectiveness value showed no significant difference between the metformin-pioglitazone group and metformin-glimepiride (p > 0.05). Based on the results of the analysis, incremental value of effectiveness between the two therapy groups was 8% and total incremental value of cost was Rp350,170.00. Based on the results of this study, metformin-pioglitazone combination therapy is more cost-effective than metformin-glimepiride with additional cost of Rp43,771.25 by changing metformin-glimepiride therapy to metformin-pioglitazone in type 2 diabetes mellitus patients at RSUD Pasar Rebo."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Wijaya
"Latar belakang: Diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan suatu kelainan metabolik dengan keadaan hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh defek pada kerja insulin dengan komplikasi multisistem. Salah satu organ yang sering mengalami keadaan resistensi insulin adalah organ otot skelet. Resistensi insulin akan menyebabkan gangguan ekspresi dan translokasi GLUT4 pada otot skelet sehingga berdampak pada gangguan proses ambilan dan penggunaan glukosa di jaringan, serta berkontribusi terhadap progresi penyakit DMT2. Metformin merupakan suatu obat lini pertama yang paling sering digunakan oleh pasien dengan DMT2, tetapi penggunaannya dapat menimbulkan beberapa efek samping yang kurang nyaman dan menurunkan tingkat kepatuhan berobat pasien. Alfa-mangostin (AMG), salah satu senyawa dalam perikarp buah manggis dipercaya memiliki efek antidiabetik sehingga dapat dipertimbangkan sebagai kandidat terapi dalam menghadapi keadaan resistensi insulin pada DMT2
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian AMG pada ekspresi protein transporter GLUT4 pada jaringan otot skelet tikus dengan DMT2.
Metode: Studi ini dilakukan pada tikus jantan dari galur Wistaryang dibagi menjadi enam kelompok, yaitu: kontrol, kontrol+AMG 200 mg/kgBB, DMT2, DMT2+metformin 200 mg/kgBB, DMT2+AMG 100 mg/kgBB, dan DMT2+AMG 200 mg/kgBB. Model DMT2 dibuat melalui induksi tikus dengan diet tinggi lemak-karbohidrat dan injeksistreptozotocin (STZ). Ekspresiprotein GLUT4 pada jaringan otot skelet masing-masing kelompok tikus diukur dengan ELISA kit Cusabio CSB-E13908rdan spektrofotometer.
Hasil: Studi ini menunjukkan adanya peningkatan ekspresi protein GLUT4 secara signifikan pada dua kelompok percobaan, yaitu: kelompok tikus DMT2+metformin 200 mg/kgBB (p=0,038) dan kelompok tikus DMT2+AMG 200 mg/kgBB (p=0,045) jika dibandingkan kelompok tikus DMT2.
Simpulan: AMG dapat meningkatkan ekspresi protein GLUT4 pada jaringan otot skelet tikus dengan DMT2. Dengan demikian, AMG memiliki potensi untuk dijadikan sebagai kandidat terapi dalam tata laksana penyakit DMT2 di masa depan. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat diaplikasikan.

Background: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disorder characterized by chronic hyperglicemic condition caused by defect in insulin action which leads to multisystem damages. One of the organ that is frequently affected by insulin resistance is skeletal muscle. Insulin resistance impairs skeletal muscle's GLUT4 expression and translocation which results in the disturbance of glucose's reuptake and utilization and contributes to the progression of T2DM. Metformin is one of the first line drugs used in treating T2DM although the usage of metformin can cause many side effects that results in inconvenience and low compliance of the T2DM patients. Alpha-mangostin (AMG), a compound found in mangosteen`s pericarp, is believed in its antidiabetic effect. It is considered as therapeutic candidate in treating insulin resistance in T2DM.
Objectives: This study aims to evaluate the administration of AMG`s effect on GLUT4 transporter`s expression in T2DM-induced rat`s skeletal muscle tissue.
Methods: This study is done on the male Wistar rats divided into 6 groups, which were control group, control+AMG 200 mg/kg group, T2DM group, T2DM+metformin 200 mg/kg group, T2DM+AMG 100 mg/kg group, and T2DM+AMG 200 mg/kg group. T2DM were induced using the high fat/high glucose diet followed by streptozotocin injection. The expression of skeletal muscle`s GLUT4 is measured by ELISA kit Cusabio CSB-E13908r and spectrofotometer.
Results: This study demonstrated that AMG significantly increased the expression of GLUT4 transporterin 2 trial groups,T2DM+metformin 200 mg/kg body weight group (p=0,038) and T2DM+AMG 200 mg/kg body weight group(p=0,045) compared to the T2DM group.
Conclusion: AMG increased GLUT4 transporter`s expression in T2DM rat`s skeletal muscle. Therefore, AMG arises as the potential therapeutic candidate in treating T2DM. Future studies are essential to get better applicable results."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nizar Hamzah Al Faris
"Propolis merupakan senyawa resin yang dikumpulkan dan diolah oleh lebah madu dari berbagai macam sumber tanaman dan banyak digunakan sebagai obat tradisional. Propolis tersusun atas komponen yang bervariasi serta memiliki aktivitas biologis yang luas dimana salah satunya adalah aktivitas anti-diabetes. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik di seluruh dunia yang diindikasikan oleh hiperglikemia atau tingginya kadar gula darah. Penyakit ini disebabkan oleh defisiensi sekresi insulin, resistansi enzim insulin, atau kerusakan. Diantara klasifikasi diabetes melitus, tipe 2 adalah kasus paling banyak dengan proporsi 90 - 95% dari total kasus diabetes. Sayangnya, obat diabetes melitus komersial saat ini masih menghasilkan banyak efek samping yang berbahaya. Pada aktivitas antidiabetes propolis, penelitian umum yang dilakukan membahas nilai kritis seperti gula darah, HbA1c, dan berat badan subjek penelitian. Disisi lain, penelitian yang menjawab aktivitas antidiabetes masih terbatas pada struktur atau kelas senyawa kimia tertentu seperti pada flavonoid, steroid, dan isoflavonoid. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian aktivitas antidiabetes tipe 2 dari propolis secara in silico dan mempelajari mekanismenya pada tubuh manusia. Sebagai bentuk kebaruan, akan menggunakan 30 senyawa uji yang berasal dari dua kelompok propolis Sulawesi Selatan yaitu hasil penelusuran menggunakan LC-MS / MS dan berdasarkan publikasi Miyata et al. (2020). Penelitian ini diawali dengan penentuan target protein yang meregulasi diabetes melitus tipe 2. Kemudian persiapan bahan dilakukan untuk masing-masing ligan dan target protein. Selanjutnya dilakukan analisis penambatan molekuler, analisis interaksi molekuler, visualisasi 2D dan 3D. Berdasarkan hasil analisis, aktivitas antidiabetes tipe 2 diperoleh dari senyawa 1,2,2-Trimethyl-3 - [(4-methylphenyl) carbamoyl] cyclopentane carboxylic acid dengan menginhibisi Aldose Reductase, Macarangin dengan mengaktivasi NAD-Dependent protein deacetylase sirtuin-6, (1'S) -2-trans, 4-trans-absisic acid dengan menginhibisi Dipeptidyl Peptidase 4, serta Broussoflavonol F dan Glyasperin A dengan menginhibisi Fructose-1,6-bisphosphatase. Dari hasil analisis pada penelitian ini ditunjukkan bahwa aktivitas antidiabetes dari propolis sulawesi selatan terbukti pada skala atomik.

Propolis is a resin compound which is collected and processed by honey bees from various plant sources and is widely used as traditional medicine. Propolis is composed of various components and has extensive biological activity, one of which is anti-diabetic activity. Diabetes mellitus is a metabolic disease throughout the world that is indicated by hyperglycemia or high blood sugar levels. This disease is generally caused by deficiency of insulin secretion, insulin enzyme resistance, or both. Among the classification of diabetes mellitus, type 2 is the most cases with a percentage of 90 - 95% of the total diabetes cases. In antidiabetic activity of propolis, research is generally conducted to discuss critical values ​​such as blood glucose, HbA1c, and body weight of research subjects. Unfortunately, current diabetes mellitus therapy still produces many dangerous side effects. On the other hand, research that answers the mechanism of antidiabetic activity is still limited to the structure or class of certain chemical compounds such as flavonoids, steroids, and isoflavonoids. This research will evaluate type 2 antidiabetic activity of propolis in silico and study its mechanism in the human body. As a form of novelty, 30 molecules derived from two groups of South Sulawesi propolis, namely results of LC-MS / MS identification and based on the publication of Miyata et al. (2020). The research begins with the determination of target proteins which regulate type 2 diabetes mellitus. Then material preparation was carried out for each ligand and target protein. Furthermore, molecular docking analysis, molecular interaction analysis, 2D and 3D visualization were performed. Based on the analysis, type 2 antidiabetic activity was obtained from 1,2,2-Trimethyl-3 - [(4-methylphenyl) carbamoyl] cyclopentane carboxylic acid with the mechanism of inhibiting Aldose Reductase, Macarangin by activating the NAD-Dependent protein deacetylase sirtuin-6, (1'S) -2-trans, 4-trans-abscisic acid with the mechanism of inhibiting Dipeptidyl Peptidase 4, and Broussoflavonol F and Glyasperin A with the mechanism of inhibiting Fructose-1,6-bisphosphatase. From the results of the analysis in this study it was shown that the antidiabetic activity of South Sulawesi propolis was proven on the atomic scale."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Hiperglikemia merupakan gejala metabolik berupa peningkatan glukosa darah melebihi batas normal, yang dikaitkan dengan diabetes melitus (DM). Modifikasi gaya hidup yang lebih sehat, seperti dilakukannya restriksi kalori dengan metode fasting-mimicking diet (FMD) dapat dilakukan sebagai alternatif pendekatan untuk pengendalian DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh FMD berbahan nabati yang tersedia di Indonesia, terhadap kadar glukosa darah dan resistensi insulin. Penelitian dilakukan terhadap tikus jantan galur Sprague-Dawley model hiperglikemia yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan (n=16), yakni kelompok hiperglikemia (high fat diet[HFD]-streptozotosin[STZ] 35 mg/kgBB dan CMC Na 0,5%), kelompok metformin (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan metformin 250 mg/kgBB), kelompok FMD (HFD-STZ 35 mg/kgBB dan FMD), dan kelompok normal diet (ND) (CMC Na 0,5%). Pemberian perlakuan dilakukan selama 28 hari. Tikus dilakukan pengecekan glukosa darah puasa (GDP) dan berat badan setiap minggu perlakuan dan dikorbankan untuk diambil sampel darahnya setelah perlakuan berakhir. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) digunakan untuk mengukur resistensi insulin. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar GDP dengan adanya pemberian FMD, walaupun tidak terdapat perbedaan signifikan antara GDP pra-perlakuan dengan GDP minggu ke-4 perlakuan (p>0,05). Hasil penelitian juga menunjukkan nilai HOMA-IR kelompok FMD mendekati nilai HOMA-IR kelompok ND dan lebih rendah secara signifikan dibandingkan nilai HOMA-IR kelompok hiperglikemia (p<0,05), yang berarti pemberian FMD pada tikus hiperglikemia menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah dibandingkan dengan tikus hiperglikemia yang tidak diberikan FMD. Sebagai kesimpulan, pemberian FMD dapat menurunkan GDP dan menghasilkan tingkat resistensi insulin yang lebih rendah pada tikus model hiperglikemia.

Hyperglycemia is a metabolic symptom in the form of an increase in blood glucose exceeding normal limits, which is associated with diabetes mellitus (DM). Healthy lifestyle modifications, such as calorie restriction with the fasting-mimicking diet (FMD) method, can be used as an alternative approach to controlling type 2 diabetes. This study aims to determine the effect of FMD using plant-based ingredients available in Indonesia on blood glucose levels and insulin resistance. The study was conducted on male rats of the Sprague-Dawley strain model of hyperglycemia, which were divided into 4 treatment groups (n = 16), namely the hyperglycemic group (high fat diet [HFD]-streptozotocin [STZ] 35 mg/kgBW and CMC Na 0.5%), the metformin group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and metformin 250 mg/kgBW), the FMD group (HFD-STZ 35 mg/kgBW and FMD), and the normal diet (ND) group (CMC Na 0.5%). The treatment was carried out for 28 days. Rats were checked for fasting blood glucose (FBG) and body weight every week of treatment and sacrificed for blood samples after the treatment ended. Homeostasis model assessment of insulin resistance (HOMA-IR) was used to measure insulin resistance. The results showed a decrease in FBG levels with the administration of FMD, although there was no significant difference between pre-treatment FBG and FBG at the 4th week of treatment (p>0,05). The results also showed that the HOMA-IR value of the FMD group was close to the HOMA-IR value of the ND group and was significantly lower than the HOMA-IR value of the hyperglycemic group (p<0,05), which means that administering FMD to hyperglycemic rats resulted in lower levels of insulin resistance than the hyperglycemic rats that were not given FMD. In conclusion, administration of FMD can reduce FBG and result in lower levels of insulin resistance in hyperglycemic rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhona Irani
"Glikosaminoglikan merupakan komponen penyusun glikokaliks yang berperan penting dalam per selektivitas muatan anionik kapiler glomerulus. Gangguan hemodinamik dan metabolik akibat hiperglikemia kronis menyebabkan peluruhan komponen glikokaliks endotel. Beberapa pedoman telah menyetujui keamanan tiap OAD berdasarkan fungsi ginjal. Tujuan penelitian adalah menilai keamanan penggunaan metformin (metformin dan metformin-glimepirid) berdasarkan fungsi ginjalnya serta menilai perbandingan kadar GAG urin pasien DMT 2 kelompok risiko rendah terhadap risiko sedang-tinggi PGK. Desain penelitian potong lintang dan metode consecutive di Puskesmas Depok Jaya dan Kecamatan Pasar Minggu. Sampel urin dan darah dikumpulkan untuk pengukuran eLFG, HbA1c, ACR, dan kadar GAG urin. Sebanyak 137 partisipan dinilai keamanan penggunaan metformin berdasarkan fungsi ginjalnya. Terdapat ketidaksesuaian pada 1 partisipan dalam penggunaan metformin (n=55) dan semua partisipan (n=82) sesuai dengan pedoman dalam penggunaan metformin-glimepirid. Hanya 121 partisipan yang dianalisis kadar GAG urin menggunakan 1,9-DMMB dan terdiri dari 4 yaitu kelompok risiko rendah PGK: G1-A1(eLFG ≥90ml/min/1,73m² - <30mg/g) (n=25) dan G2-A1(eLFG 60-89ml/min/1,73m² - <30mg/g) (n=45) serta risiko sedang-tinggi PGK: GI-A2(eLFG ≥ 90ml/menit/1,73m² - >30mg/g) (n=23) dan G2-A2(eLFG 60-89ml/menit/1,73m² - >30mg/g) (n=28). Tidak ada perbedaan bermakna (p<0,05) pada karakteristik dasar dan klinis keempat kelompok kecuali usia (p=0,006) dan HbA1c (p<0,001). Tidak terdapat perbedaan kadar GAG urin yang bermakna antara kelompok G1 dengan G2 (p=0,290) serta pada keempat kelompok (p=0,221). Terdapat perbedaan kadar GAG urin yang bermakna (p=0,034) pada kelompok normoalbuminuria dan albuminuria. Faktor lain seperti durasi DMT 2 >5 tahun dan komorbiditas dapat meningkatkan kadar GAG urin. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjut mengenai potensi GAG urin pada awal perkembangan penyakit ginjal diabetes.

Glycosaminoglycans are components of the glycocalyx which play an important role in the permeselectivity of the anionic charge of the glomerular capillaries. Hemodynamic and metabolic disturbances due to chronic hyperglycemia cause the breakdown of the glycocalyx component of the endothelium. Several guidelines have agreed on the safety of each OAD based on renal function. The aims of this study were to assess the safety of using metformin (metformin and metformin-glimepiride) based on kidney function and to evaluate the comparison of urinary GAG levels in patients with DMT 2 in low-risk groups to moderate-high risk of CKD. Cross-sectional research design and consecutive in Depok Jaya Public Health Center and Pasar Minggu District. Urine and blood samples were collected for measurement of eGFR, HbA1c, ACR, and urinary GAG levels. A total of 137 participants assessed the safety of using metformin based on their kidney function. There was a discrepancy in 1 participant in the use of metformin (n=55) and all participants (n=82) according to the guidelines for the use of metformin-glimepiride. Only 121 participants were analyzed for urine GAG ​​levels using 1,9-DMMB and consisted of 4 low risk groups for CKD: G1-A1(eGFR 90ml/min/1.73m² - <30mg/g) (n=25) and G2-A1(eGFR 60-89ml/min/1.73m² - <30mg/g) (n=45) and moderate-high risk of CKD: GI-A2(eGFR 90ml/min/1.73m² - >30mg/g) (n=23) and G2-A2(eLFG 60-89ml/min/1.73m² - >30mg/g) (n=28). There was no significant difference (p<0.05) in the baseline and clinical characteristics of the four groups except age (p=0.006) and HbA1c (p<0.001). There was no significant difference in urine GAG ​​levels between the groups G1 with G2 (p= 0.290) and in the four groups (p= 0.221). There was a significant difference in urine GAG ​​levels (p= 0.034) in the normoalbuminuria and albuminuria groups. Other factors such as duration of DMT 2 > 5 years and comorbidities can increase urinary GAG levels. Therefore, further studies are needed regarding the potential of urinary GAGs in the early development of diabetic kidney disease. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muttia Amalia
"Pendahuluan –Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) merupakan sindrom inflamasi progresif dengan peningkatan risiko komplikasi kardiovaskular berupa Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD). Proses thromboinflamasi pada DMT2 ASCVD dikaitkan dengan perubahan pada jumlah serta fungsi leukosit dan trombosit. Rasio leukosit (Neutrophil-Lymphocyte Ratio, Monocyte-Lymphocyte Ratio, Platelet-Lymphocyte Ratio) serta penanda biologis dari netrofil (Peptydil Arginine Deiminase-4), monosit/makrofag (Interleukin-6), dan trombosit (Platelet Glycoprotein 1b-α) dikenali sebagai penanda biologis yang dapat memprediksi perubahan plak stabil dan tidak stabil pada pasien DMT2 ASCVD. Studi ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara klasifikasi pasien DMT2 2 risiko sangat tinggi (Very High Risk / VHR) dan risiko tinggi (High Risk / HR) dan pada pasien DMT2 dengan Acute Coronary Syndrome (ACS) terhadap parameter inflamasi NLR, MLR, PLR, GPIbα, PAD4, dan IL-6.
Metodologi – 75 pasien DMT2 ACSVD yang menjalani pengobatan di rawat jalan dan unit gawat darurat Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita dilibatkan dalam studi ini. Pasien dikategorikan sebagai DMT2 risiko tinggi, DMT2 risiko sangat tinggi, dan DMT2 ACS. Parameter metabolisme dan inflamasi diukur dan dianalisis pada ketiga kelompok DMT2 ASCVD tersebut.
Hasil dan Diskusi – Nilai parameter metabolisme kolesterol total dan Low Density Lipoprotein (LDL) serta parameter inflamasi NLR, MLR, PLR, dan IL-6 ditemukan lebih tinggi dan signifikan pada kelompok DMT2 ACS. Nilai Gp1bα ektodomain (Glikokalisin) ditemukan lebih tinggi pada kelompok DMT2 risiko tinggi dan DMT2 risiko sangat tinggi menggambarkan hubungan Gp1bα dan ADAM17 yang terkait dengan keseimbangan pembentukan dan pembersihan trombosit. Nilai PAD4 yang lebih tinggi pada kelompok DMT2 risiko tinggi dan DMT2 risiko sangat tinggi menggambarkan proses perbaikan jaringan dan induksi polarisasi makrofag menjadi fenotip antiinflamasi yang berperan terhadap perbaikan fungsi kardiovaskular. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai NLR dan kolesterol total yang tinggi serta nilai PAD4 yang rendah merupakan prediktor terjadinya keadaan ACS (plak tidak stabil) pada pasien DMT2 ASCVD.

Introduction – Diabetes Mellitus type 2 (T2DM) is a progressive inflammatory syndrome with an increased risk of cardiovascular complications in the form of Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD). The thromboinflammatory process in T2DM ASCVD is associated with changes in the number and function of leukocytes and platelets. The leukocyte ratio (Neutrophil-Lymphocyte Ratio, Monocyte-Lymphocyte Ratio, Platelet-Lymphocyte Ratio) as well as biological markers of neutrophils (Peptydyl Arginine Deiminase-4), monocytes/macrophages (Interleukin-6), and platelets (Platelet Glycoprotein 1b-α) are recognized as a biological marker that can predict stable and unstable plaque changes in T2DM with ASCVD. This study was conducted to analyze the relationship between the classification of T2DM patients with very high risk (VHR), high risk (HR), and early onset ACS on the inflammatory parameters NLR, MLR, PLR, GPIbα, PAD4, and IL-6.
Methodology – This study included 75 ACSVD T2DM patients being treated at Harapan Kita Heart and Blood Vessel Center Hospital's outpatien and emergency unit. Patients were classified as having high risk T2DM, extremely high risk T2DM, or ACS T2DM. In the three T2DM ASCVD groups, metabolic and inflammatory parameters were evaluated and studied.
Results and Discussion – The metabolic indices total cholesterol and Low Density Lipoprotein (LDL), as well as the inflammatory markers NLR, MLR, PLR, and IL-6, were shown to be greater and significant in the T2DM ACS group. Gp1b ectodomain (Glycocalysin) values were found to be greater in the high risk T2DM and very high risk T2DM groups, demonstrating the relationship between Gp1b and ADAM17, which is associated to platelet production and clearance balance. Higher PAD4 values in the high risk T2DM and very high risk T2DM groups represent tissue repair and the activation of macrophage polarization into an anti-inflammatory phenotype, which contributes to improved cardiovascular function. According to this study, high NLR and total cholesterol levels, as well as low PAD4 levels, are predictors of ACS (unstable plaque) in ASCVD T2DM patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Mohammad Nuzul
"Tingginya prevalensi diabetes mellitus tipe 2 dan makanan khas daerah yang mengandung cukup banyak lemak menyebabkan peningkatan resiko peripheral arterial disease di Kota Palu. Latihan Buerger Allen merupakan salah satu cara mencegah dan mengatasi penyakit ini. Akan tetapi, latihan tersebut kurang digunakan karena belum adanya penelitian terkait latihan ini yang dipublikasikan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan ini terhadap sirkulasi perifer pada ekstremitas bawah pasien diabetes mellitus tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi-experimental, model pretest?posttest nonequivalent control group dengan 24 responden. Latihan ini diberikan kepada kelompok perlakuan selama 4 hari, 3 kali sehari, 2 siklus latihan selama 22 menit. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna nilai ankle brachial index antara pretest dan posttest pada kelompok perlakuan (p = .047; α .05), sebaliknya tidak ada perbedaan yang bermakna pada kelompok kontrol (p = .083; α .05). Secara statistik disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara nilai ankle brachial index posttest kelompok perlakuan dengan kontrol (p = .045; α .05), sehingga disimpulkan latihan ini efektif meningkatkan sirkulasi arteri perifer ekstremitas bawah. Disarankan agar latihan ini diberikan kepada pasien diabetes mellitus tipe 2.

Patient with diabetes mellitus have high risk of peripheral arterial disease. The risk increased on Palu City due to high prevalence of diabetes mellitus type 2 and food culture with high amount of fats. The Buerger-Allen exercise studies showed positive effect to improve lower extremity perfusion among patients with type 2 diabetes mellitus. However, this exercise gradually has been dropped in recent decades due to lack of published study in Indonesia. The study aimed to identify the effectiveness of this exercise to improve peripheral circulation of lower extremity. This study is the quasi-experimental with a pretest-posttest nonequivalent control group model, which enrolled 12 experimental and 12 control participants. Exercise had provided for 4 days, 3 times a day, and 2 cycles exercise for 22 minutes. The result showed significant difference of ankle-brachial index between the experiment and control group (p = .045; α .05). This study recommends Buerger-Allen exercise to be applied to patients with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>