Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94627 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denia Sharfina
"Film sebagai salah satu bentuk media telah dipelajari kekuatannya dalam menyampaikan gagasan tentang aspek sosial dan budaya. Film membantu membentuk dan memperkuat keyakinan budaya, sama seperti film mencerminkan kecemasan, keyakinan, dan nilai yang menghasilkannya. Penelitian ini berfokus pada bagaimana media menangkap pemberdayaan perempuan Indonesia dalam bentuk film Marlina Sang Pembunuh dalam Empat Babak. Disutradarai oleh Mouly Surya pada tahun 2017, film ini bercerita tentang seorang janda bernama Marlina yang tinggal sendirian di puncak bukit Sabana di Sumba, sebuah pulau di Indonesia timur. Dalam film tersebut, kisah Marlina dihadirkan dalam empat babak, yakni “Perampokan,” “Perjalanan,” “Pengakuan,” dan “Kelahiran.” Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis film untuk mengetahui penerapan karakter film saat menghadapi pelecehan seksual. Analisis dilakukan terhadap adegan-adegan yang diargumentasikan untuk menggambarkan film untuk menggambarkan isu-isu sosial, pemberdayaan perempuan, teori kelompok yang diredam, dan patriarki dan pelecehan seksual. Penelitian ini memberikan kontribusi pada kajian yang lebih luas terhadap film-film Indonesia yang menggambarkan perspektif perempuan yang berada pada isu pemberdayaan perempuan, patriarki, pelecehan seksual dan victim blaming, dan Marlina sebagai perwakilan dari muted group.

Film as one form of media has been studied for its power in conveying notions on social and cultural aspects. Films help to shape and strengthen cultural beliefs, just as they reflect the anxieties, beliefs, and values that produce them. This research focuses on how media captures the empowerment of Indonesian women in a form of a movie titled Marlina the Murderer in Four Acts. Directed by Mouly Surya in 2017, the film tells the story of a widow named Marlina who lives alone at the top of the savanna hills on Sumba, an island in eastern Indonesia. In the movie, Marlina's story was presented in four chapters, namely “Robbery,” “Journey,” “Confession,” and “Birth.” This study used a qualitative method and film analysis to determine the application of the characters of the movie when faced with sexual harassment. Analysis is conducted on scenes that were argued to portray film to portray social issues, women empowerment, muted group theory, patriarchy, and sexual harassment. This research contributes to a wider study on Indonesian films that illustrate perspectives of women who are facing issues of women empowerment, patriarchy, sexual harassment, and victim-blaming, and Marlina as the representative of a muted group."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Avie Rajanti Puteri
"Di dalam kebudayaan terdahulu, wanita selalu dianggap sebagai pihak yang minoritas. Kaum pria lah yang menjadi prioritas pertama, pemimpin dan pengambil keputusan. Kaum wanita tidak bisa bebas mengembangkan diri mereka, karena mereka juga dapat disebut juga sebagai kaum yang marjinal. Namun, pada abad ke-21, mereka mempunyai banyak kesempatan untuk mengutarakan pendapat mereka dan menjadi lebih punya kuasa. Perubahan peran gender dalam kehidapan berkeluarga dan bermasyarakat berhasil membawa dampak lahirnya emansipasi bagi kaum wanita. Makalah ini bertujuan untuk menunjukan bagaimana karakter wanita utama dalam film Blind Side mendobrak stereotip peran wanita dalam kedua ruang privat dan publik. Ada dua hal utama yang akan dirujuk oleh makalah ini. Pertama, wanita dalam ruang privat mempunyai kuasa untuk membuat keluarganya lebih baik dari sebelumnya tanpa melupakan perannya sebagai seorang ibu. Kedua, wanita dalam ruang publik mempunyai hak untuk menyuarakan pendapatnya dan mendapatkan posisi di tempat mereka bekerja.

In the traditional culture, women were always considered as the second sex. The first priority, the leader and the decision maker were always men. Women could not be free to explore themselves as a marginalized community. However, in the 21st century, they have more chances to point out their opinion and to be more powerful. The changing of gender role in the family and society leads the emancipation for them. This paper attempts to show how the main female character in film Blind Side breaks the stereotype of women’s role in both private and public spaces. There are two major points that this paper attempts to make. First, women in private space have the power to make the family better in their own way without forgetting the role as mothers. Second, women in public space have their rights to speak out and get the position at the office where they work.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2002
331.4 WOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Terry Muthahhari
"The objective of this research is to know how women are being represented through the analysis of meaning: denotation, connotation, and myth as well as understanding the dominant ideology that influence the way representation system works. This research uses the semiotics model initiated by Roland Barthes. The data are collected directly from School Textbook 2013 Curriculum downloaded from electronic books online system of Indonesian Education and Cultural Ministry. In explaining the representation of women, researcher uses the concept of representation system, gender bias, stereotype, and the culture of femininity and masculinity. The result of this research shows that three pictures from the school textbook resulted into negative stereotypes and myth regarding women position, role, and jobs in family and society. Women are pictured as a gender associated with only indoor activities such as taking care of household’s errands. Further, when women are pictured as having a job, physical attributes become the main feature of women’s jobs, such as beautiful body shape. From the semiotics analysis, this research can conclude that women representation in School Textbook 2013 curriculum is still entangled with stereotypes of women with gender bias tendencies.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana perempuan direpresentasikan melalui makna denotasi, konotasi dan mitos serta ideologi dominan yang mengendalikan sistem representasi tersebut. Analisis semiotika yang digunakan adalah analisis dua sistem penandaan Roland Barthes. Data diperoleh secara langsung dari Buku Ajar Kurikulum 2013 di situs online buku elektronik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam membahas representasi perempuan, digunakan konsep sistem representasi, bias gender, dan budaya feminimitas dan maskulinitas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat tiga gambar di dalam buku ajar yang menciptakan stereotipe dan mitos negatif mengenai perempuan yaitu: Perempuan adalah gender yang lebih cocok untuk melakukan kegiatan indoor seperti mengurus pekerjaan rumah tangga. Anak perempuan harus selalu mengikuti pekerjaan dan peran yang dimiliki oleh ibunya. Dalam konteks masyarakat, ketika perempuan digambarkan memiliki pekerjaan, aspek kualitas fisik menjadi atribut utama yang ditonjolkan. Melalui analisis semiotika, representasi perempuan dalam Buku Ajar Kurikulum 2013 tidak lepas dari stereotipe yang sifatnya bias terhadap posisi perempuan dalam masyarakat."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S60404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Bagus Suwarso
"ABSTRAK
Tesis ini membahas peranan, dampak, faktor pendukung dan penghambat program
microfinance terhadap pemberdayaan perempuan sebagai wujud pengembangan
program dari sebuah lembaga social enterprise yang membentuk dan mengelola
operasional Rumah Belajar. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian di Pusat Microfinance Yayasan Cinta
Anak Bangsa telah sesuai dengan anjuran Schumacher (1983) tentang bantuan
terbaik dalam pemberdayaan wanita adalah bantuan intelektual. Pengembangan
teori Chun (1997) dalam tulisan Mayoux (2005a) mengenai dampak
pemberdayaan perempuan melalui microfinance tentang perubahan material,
perubahan persepsi dan perubahan relasional telah tergambar, meskipun masih
memiliki beberapa kekurangan.

ABSTRACT
This thesis discusses the role, impact, supportive and obstructive factors of
microfinance on women empowerment as form of a social enterprise agency’s
program development which establishes and manages Learning Houses operation.
The approach used is qualitative with descriptive type of research. The research
result at Microfinance Center of Yayasan Cinta Anak Bangsa has been in
accordance with suggestion of Schumacher (1983) that women empowerment’s
best aid is intellectual assistance. Theoretical development of Chun (1997) in
Mayoux’s writing (2005a) about the impact of women empowerment through
microfinance on material, perception and relational changes have been described,
although it still has some weaknesses."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dordrecht-Holland: Foris Publications, 1987
331.4 IND (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Boserup, Ester
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1984
331.1 BOS wt (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Lewenhak, Sheila
London: Macmillan Press , 1980
331.4 LEW w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gonoga, Sizi Lia
"Kegagalan kontrasepsi mempunyai konsekuensi negatif diantaranya kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas maternal. Kegagalan kontrasepsi dipengaruhi oleh faktor individu dari pengguna dan kualitas alat/metode kontrasepsi. Salah satu faktor individu adalah faktor budaya yang dapat dilihat dari keberdayaan perempuan dalam peningkatan kualitas kesehatan, termasuk dalam penggunaan kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asosiasi keberdayaan perempuan pada kegagalan kontrasepsi di Indonesia. Sumber data yang digunakan adalah hasil SDKI 2017 dengan unit analisis periode penggunaan alat kontrasepsi sampai dengan perempuan hamil saat menggunakan alat kontrasepsi. Variabel tidak bebas adalah durasi penggunaan kontrasepsi. Variabel bebas adalah kepemilikan aset, partisipasi dalam keputusan rumah tangga, pendidikan, status bekerja, umur, status tempat tinggal, jumlah anak, metode kontrasepsi, alasan penggunaan kontrasepsi, penggunaan internet, serta indeks kekayaan. Keberdayaan perempuan dilihat dari indeks keberdayaan perempuan yang diukur dari empat indikator yaitu kepemilikan aset atas nama istri, keputusan dalam rumah tangga secara sendirian, bekerja dibayar dengan cash, dan bersekolah minimal SMP. Indeks keberdayaan perempuan dihitung menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA). Data dianalisis dengan menggunakan metode survival analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa keberdayaan perempuan signifikan berasosiasi negatif dengan kegagalan kontrasepsi. Keempat faktor keberdayaan perempuan berpengaruh signifikan terhadap kegagalan kontrasepsi setelah dikontrol dengan faktor sosioekonomi, demografi, dan lingkungan. Variabel yang berasosiasi positif dengan kegagalan kontrasepsi adalah partisipasi dalam keputusan rumah tangga, pendidikan, status tempat tinggal, dan penggunaan internet. Variabel yang berasosiasi negatif dengan kegagalan kontrasepsi adalah kepemilikan aset, status bekerja, jumlah anak, metode kontrasepsi, serta indeks kekayaan.

Contraceptive failure has negative consequences including unwanted pregnancies and abortions which can cause maternal morbidity and mortality. Contraceptive failure is influenced by individual factors from the user and the quality of the contraceptive method/device. One of the individual factors is the cultural factor which can be seen from the empowerment of women in improving the quality of health, including in the use of contraception. This study aims to analyze the association of women's empowerment with contraceptive failure in Indonesia. The data source used is the results of the 2017 IDHS with the unit of analysis from the period of using contraception to when women become pregnant while using contraception. The dependent variable is the duration of contraceptive use. The independent variables are asset ownership, participation in household decisions, education, employment status, age, residence status, number of children, contraceptive methods, reasons for using contraception, internet use, and wealth index. Women's empowerment is seen from the women's empowerment index which is measured from four indicators, namely asset ownership in the name of the wife, making decisions in the household alone, working paid with cash, and attending at least junior high school. The women's empowerment index is calculated using the Principal Component Analysis (PCA) method. Data were analyzed using survival analysis method. The results of the analysis show that women's empowerment has a significant negative association with contraceptive failure. The four factors of women's empowerment have a significant effect on contraceptive failure after controlling for socioeconomic, demographic, and environmental factors. Variables that are positively associated with contraceptive failure are participation in household decisions, education, residence status, and internet use. Variables that are negatively associated with contraceptive failure are asset ownership, working status, number of children, contraceptive methods, and wealth index."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesyalia Zara Aisyah
"Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menguraikan penerapan strategi dan teknik penyulihbahasaan (subtitling) dalam film Indonesia Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak mengingat keterbatasan ruang. Sumber data dalam penelitian ini berupa transkripsi dialog film dalam bahasa Indonesia dan sulih bahasa film dalam bahasa Prancis. Dalam menganalisis data, peneliti ini merujuk pada teori penyulihbahasaan oleh Gottlieb, serta kode etikpenyulihbahasaan oleh Karamitroglou, Carroll dan Ivarsson. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari sepuluh strategi penyulihbahasaan, satu, yaitu transkripsi, tidak diterapkan oleh penerjemah dalam film Marlina. Sementara itu, strategi penyulihbahasaan yang paling banyak diterapkan adalah transfer, diikuti oleh kondensasi. Strategi transfer digunakan untuk menerjemahkan kalimat sederhana, sedangkan strategi kondensasi digunakan untuk dialog yang mengandung unsur kelewahan ragam percakapan. Penerapan kedua strategi itu memperlihatkan pengaruh genre film Marlina pada sulih bahasa yang dihasilkan. Dialog film Marlina berkarakteristik singkat, serta bertempo cepat. Oleh karena itu, dalam menerjemahkan dialog dalam bentuk sulih bahasa, penerjemah memerlukan pengetahuan mendalam mengenai penerapan strategi penyulihbahasaan agar terjemahannya berhasil.

This qualitative research aims to describe the used of subtitling strategies and techniquesin Indonesian film Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak due to spatial constraints. The corpus comprised of Indonesian audio script of the movie and its French subtitle. The theoretical framework is based on Gottlieb`s ten strategies of subtitling, and Karmitroglou`s, Carroll and Ivarsson`s codes of subtitling. The results indicate that out of ten strategies, one strategy, transcription, is not applicable to the corpus. The most common strategies are transfer, then condensation. Transfer is used to translate simple phrases, while condensation is used to translate dialogs with unimportant utterances. It is concluded that the genre of Marlina has a crucial role in the variation of used strategies. The dialogs in Marlina are short and fast-tempo. Therefore, in order to create good subtitles, the use of those strategies become essentials for subtitlers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>