Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177154 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Freta Oktarina
"Pasar merupakan satu simpul penting di dalam ruang kota. Sebagai generator perekonomian dan tempatberkumpul bagi masyarakat, pasar berperan besar dalam mengarahkan kota dan membentuk struktur sosio-budaya masyarakat. Salah satu pasar paling berpengaruh di Indonesia adalah Pasar Tanah Abang, sebuah pusat grosir tekstil terletak di Kota Jakarta. Dengan intensitas perdagangan yang tinggi, Pasar Tanah Abang tidak saja telah menghidupkan Jakarta, namun merupakan tonggak perekonomian nasional yang menjangkau hingga ke berbagai pelosok daerah. Di sisi lain, dengan kedudukan strategis yang dimilikinya Pasar Tanah Abang juga merupakan sumber permasalahan bagi kota dan pemicu hadirnya beragam konflik ruang.
Ruang adalah sebuah produksi sejarah. Di balik kehadiran sebuah pasar terkandung perjalanan yang menghantarkannya untuk sampai pada keberadaan hari ini. Pasar Tanah Abang yang dibangun pada tahun 1735 merupakan di antara jejak kolonial yang masih terus hidup hingga era pasca kemerdekaan. Kolonialisme telah mengambil volume begitu besar di dalam perjalanan Indonesia. Konflik-konflik di dalam ruang kota hari ini sebagian lahir dari konstruksi ideologi yang terbangun pada era kolonial. Penelitian Pasar Tanah Abang digagas sebagai suatu langkah untuk lebih mengenali aspek-aspek terkait keberlangsungan pasar dan memperoleh pemahaman lebih menyeluruh, terutama dalam penjelasan mengenai jejak historis pasar. Melalui kajian arsip dan dokumen, penelitian mencoba menelusuri peran kuasa pengelolaan pasar dan perdagangan tekstil di dalam ruang-ruang pasar untuk menggali makna di balik keberadaan arsitektur Pasar Tanah Abang sejak pasar berdiri hingga kini.
Temuan menunjukkan jejak historis Pasar Tanah Abang merupakan sebuah ceruk yang menyimpan satu rentang perjalanan mengenai perkembangan pasar dan arsitektur di Indonesia beserta segenap aspek yang melingkupinya. Pasar Tanah Abang adalah sebuah gambaran mengenai peran kuasa kota dalam pembangunan pasar dan intervensi yang berlangsung di sepanjang pengelolaan pasar, paradigma di dalam konsep pasar di Indonesia sebagai ruang transisi dari pasar tradisional era kolonial menuju pasar modern pasca kemerdekaan, dan peran perdagangan tekstil sebagai sebuah kekuatan di dalam pergerakan pasar Indonesia bersamaan merupakan pengarah serta penentu sistem kemasyarakata

The market is an important node in the urban space. As a generator of the economy and a gathering place for the community, the market plays a major role in directing the city and shaping the socio-cultural structure of society. One of the most influential markets in Indonesia is Tanah Abang Market, a textile wholesale center located in Jakarta City. With a high trading intensity, Tanah Abang Market has not only revived Jakarta, but is a pillar of the national economy that reaches out to various remote areas. On the other hand, with its strategic position, Tanah Abang Market is also a source of problems for the city and a trigger for various spatial conflicts.
Space is a historical production. Behind the presence of a market is a journey that led the market to arrive at its existence today. Tanah Abang Market, which was built in 1735, is one of the colonial traces that have survived into the post-independence era. Colonialism has taken up so much volume in Indonesia's journey. Conflicts in urban space today are partly born of ideological constructions that were built in the colonial era. The Tanah Abang Market research was initiated as a step to better identify aspects related to market sustainability and gain a more comprehensive understanding, especially in explaining the historical traces of the market. Through archive and document studies, the research tries to trace the role of the power of market management and textile trade in market spaces to explore the meaning behind the existence of Tanah Abang Market architecture since the market was built in the colonial era until now.
The findings show that the historical footprint of Tanah Abang Market is a niche that stores a range of journeys regarding the development of markets and architecture in Indonesia and all the aspects that surround it. Tanah Abang Market is an illustration of the role of city power in market development and the interventions that take place throughout market management, a paradigm in the concept of the market in Indonesia as a transitional space from the colonial era traditional market to the post-independence modern market, and the role of textile trade as a force in the movement of the Indonesian market as well as a guide and determinant of the social system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Murni Yuliani
"Penelitian ini menjelaskan tentang perubahan Pasar Tanah Abang dari pasar tradisional menuju sebuah pasar modern yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta sistem pengelolaan pasar yang lebih memadai sebagai dampak dari kebijakan pembangunan masa gubernur Ali Sadikin ( menjabat, 1966- 1977) dan Tjokropranolo ( menjabat, 1977- 1982). Penelitian ini juga meninjau keberhasilan dan kegagalan dari program ini dengan mempertimbangkan kondisi pedagang, bangunan dan sistem pengelolaan pasar. Dalam kajian ini ditemukan bahwa pasar Tanah Abang pada tahun 1975 telah terjadi perubahan menuju kearah pasar modern yang meliputi perubahan bangunan, sistem pengelolaan pasar dan sistem penjualan serta pembelian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Heuristik, Kritik, Intepretasi, dan Historiografi.

This Research examined about transformation of Tanah Abang market from a traditional market to modern market. the modern version of  Tanah Abang is now equipped with more adequate facilities and infrastructure following the policies of Jakarta governors Ali Sadikin ( in office, 1966-1977) and Tjokropranolo ( in office, 1977- 1982). This research discusses the successful and unsuccessful from this program by examining the condition of the shopkeepers, the market itselft, and the regulation systems. Transformation that occured in Tanah Abang market are the main theme of the explanation. In this study it was found that the Tanah Abang matket in 1975 had changed towards the modern market which included changes in buildings, market management systems, sales and purchasing systems. Historical research methods uses consisted of heuristics, criticism, interpretation, and historiography."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Sukmara Christian Permadi
"Pengelolaan Pasar Tanah Abang selalu menjadi permasalahan krusial sejak masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso (1997) hingga Gubernur Anies (2018), yaitu mengenai kehadiran pedagang kaki lima (PKL) dan kemacetan. Dalam 100 hari kepemimpinannya Gubernur Anies mengeluarkan kebijakan penutupan salah satu ruas jalan untuk area berjualan PKL sehingga menimbulkan pro dan kontra. Permasalahan tersebut dalam penelitian ini dikaji menggunakan model inkremental dari teori kebijakan publik dan model eksternalitas dari teori ekonomi neo-klasik.
Model inkremental merupakan suatu model yang memandang kebijakan publik sebagai kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya, dengan hanya melakukan perubahan-perubahan seharusnya. Sedangkan, model eksternalitas adalah model yang memandang dampak (dari transaksi) terhadap pihak ketiga (yang tidak ikut transaksi) dalam suatu kesepakatan yang dibuat antara pihak pertama dan pihak kedua.
Penelitian ini hendak menjawab mengenai alasan mengapa Gubernur Anies mengeluarkan kebijakan pengelolaan Blok G Pasar Tanah Abang dengan menutup salah satu ruas Jalan Jatibaru Raya serta siapa yang menerima manfaat dari kebijakan pengelolaan Blok G Pasar Tanah Abang dan pihak-pihak mana saja yang dirugikan atas diterapkannya kebijakan tersebut. Dalam menetapkan kebijakan tersebut Gubernur Anies beralasan untuk mengakomodasi para PKL.
Penelitian ini menemukan dugaan bahwa kebijakan penutupan jalan tersebut dilakukan untuk mengakomodasi janji politik Gubernur Anies saat Pilkada DKI 2017 terhadap masyarakat Tanah Abang, sehingga sangat diduga beberapa pihak yang menerima manfaat dari diberlakukannya kebijakan tersebut adalah para PKL, Haji Lulung, dan Anak Wilayah (Komunitas Pemuda Tanah Abang di bawah binaan Haji Lulung). Selain itu, pihak-pihak yang dirugikan dari kebijakan tersebut adalah Pedagang Blok G, pejalan kaki, dan supir Angkot.
Penerapan kebijakan tersebut pada akhirnya membuat Gubernur Anies dinilai melakukan maladministrasi oleh Ombudsman, salah satunya dengan melanggar Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sehingga Ombudsman memunculkan rekomendasi penon-aktifan jabatan Anies sebagai gubernur kepada Kementerian Dalam Negeri.

The management of the Tanah Abang Market has always been a crucial problem since the leadership of Governor Sutiyoso (1997) to Governor Anies (2018), namely regarding the presence of street vendors (PKL) and congestion. In his 100 days of leadership, Governor Anies issued a policy of closing one of the road segments for selling street vendors, which gave rise to pros and cons. These problems in this study were examined using incremental models of public policy theory and externality models of neo-classical economic theory.
The incremental model is a model that views public policy as a continuation of activities that have been carried out by the previous government, only by making changes it should. Whereas, the externality model is a model that views the impact (of transactions) on a third party (who does not participate in a transaction) in an agreement made between the first party and the second party.
This research is about to answer the reasons why Governor Anies issued a policy on managing the Blok G Tanah Abang Market by closing one of the Jatibaru Raya Road segments and who benefited from the management policy of the Blok G Tanah Abang Market and which parties were disadvantaged for the implementation of the policy. In establishing the policy, Governor Anies reasoned to accommodate the street vendors.
This study found the allegation that the road closure policy was carried out to accommodate Governor Anies political promises during the 2017 DKI Pilkada to the people of Tanah Abang, so it was highly suspected that some parties who benefited from the enactment of these policies were street vendors, Haji Lulung and Regional Children (Youth Community Tanah Abang under the guidance of Haji Lulung). In addition, the aggrieved parties of the policy are Block G Traders, pedestrians, and public transportation drivers.
The implementation of this policy ultimately made Governor Anies considered maladministration by the Ombudsman, one of which was by violating Law No. 22 of 2009 concerning Road Traffic and Transportation so that the Ombudsman raises recommendations for the deactivation of Anies position as governor to the Ministry of Home Affairs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T52521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasibuan, Gusprian Paulus
"Dalam usaha meningkatkan kualitas pasar para ahli banyak mengeluarkan ide ide mengenai perencanaan pasar seperti perhitungan antropomtrik untuk mendapatkan ergonomis pada pasar. Dengan mempelajari perhitungan antropometrik pada interior pasar kita dapat melihat apakah nilai ergonomis mutlak diperlukan dalam keberlangsungan pasar. Pada skripsi ini digunakan Pasar Tanah Abang sebagai studi kasus dan blok yang dimati adalah Blok F dan Blok B Tanah Abang. Pada studi kasus ini akan ditampilkan analisis managemen bangunan dan perhitungan antropometrik pada koridor dan unit retail dalam pasar. Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa kualitas management dan nilai ergonomis dari perhitungan antropometri ini tidak mutlak untuk keberlangsungan pasar tetapi juga kehidupan sosialnya.

In an effort to improve the quality of the market many experts coming up with ideas on planning the market such as the anthropometric calculation to get on the ergonomic of market. By studying anthropometric calculations on the interior of market we can see whether the value of ergonomics is absolutely necessary in the sustainability market. In this essay the writer used Tanah Abang Market as a case study and the block he used is a Block F and Block B Tanah Abang. In this case study will be shown building management analysis and anthropometric calculations on the corridor and retail units in the market Based on the analysis conducted can be concluded that the quality of management and ergonomic value of the anthropometric calculations for the sustainability of the market is not absolute but also social life."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Amalia
"Kawasan Pasar Tanah Abang merupakan kawasan yang lukratif. Tidak heran apabila di kawasan ini terjadi pengklaiman dan penguasaan ruang oleh berbagai kelompok dengan tujuan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik-praktik klaim ruang oleh kelompok-kelompok penguasa Kawasan Pasar Tanah Abang serta memetakan teritori yang terbentuk. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Data didapatkan melalui studi literatur, observasi dan wawancara. Metode analisis yang diterapkan yaitu triangulasi sumber data. Analisis spasial dilakukan dengan menelaah mental maps ataupun sketsa lapang hasil observasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian, ada dua bentuk praktik klaim ruang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok penguasa di Kawasan Pasar Tanah Abang. Pertama, yaitu klaim langsung dengan cara meletakkan objek, simbol, atau tanda pada ruang. Kedua, yaitu klaim melalui kerjasama dengan pemilik lahan. Batas ruang terwujud dalam bentuk objek-objek seperti bendera, spanduk, tiang, pagar dan tembok. Untuk kelompok formal seperti ormas, batas ini mudah diidentifikasi karena tercantum simbol kelompok yang jelas. Sementara untuk kelompok kecil informal, batas ruang lebih sulit diidentifikasi karena tidak memiliki simbol kelompok. Teritori kelompok ada yang terbentuk mengikuti jalan dan ada yang berbentuk area yang tidak dilewati jalan. Kelompok yang teritorinya mengikuti jalan biasanya saling berbatasan langsung satu sama lain, sementara kelompok yang teritorinya berbentuk area cenderung lebih terpisah dari kelompok-kelompok lain. Secara umum, tempat-tempat yang paling menjadi incaran kelompok penguasa adalah tempat yang dekat dengan pusat keramaian seperti gedung-gedung pasar dan stasiun. Hal ini sebab setiap kelompok memiliki motif ekonomi. Selain motif ekonomi, beberapa kelompok juga memiliki motif sosial dalam melakukan klaim ruang. Kelompok dengan motif sosial memiliki tempat kumpul resmi di teritorinya, yakni berupa pos atau kantor.

Tanah Abang Market area is a lucrative area. Thus, it is plausible that there are groups, with certain goals, who would attempt to claim and control this area. This study aims to examine the practices of space claims by the ruling groups of the Tanah Abang Market Area and to map the territories that formed. This research was conducted with a qualitative approach. Data were collected through literature study, observation, and interviews. The analytical method applied was a triangulation of data sources. Spatial analysis was carried out by examining mental maps or field sketches from observations and interviews. Based on the research, there were two forms of space claims done by the ruling groups in this area. The first was direct claims by placing objects, symbols, or signs in space. The second was claims through mutual partnerships with the landowners. Space boundaries were manifested in the form of objects such as flags, banners, poles, fences, and walls. For formal groups such as mass organizations, these boundaries were easy to identify because the group's symbols were displayed. For informal small groups, their boundaries were more difficult to identify because they did not depict the group's identity. Some groups' territories run parallel to the main roads, while others formed as an area without any road passing through it. Groups whose territory runs parallel to the main roads were located directly adjacent to or near each other. Groups whose territory was in the form of areas tend to be more separate from other groups. In general, the places most targeted by them were those with close proximity to the crowds, such as the market buildings and the train station. This was because each group has economic motives. Apart from it, some groups also have social motives. Groups with social motives tend to have official meeting places in their territory, in the form of a guardhouse or office."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Sulistyo Nugroho
"

Penelitian ini bertujuan mendeteksi Unplanned Evasion (UPE) pada wajib pajak orang pribadi di sektor UMKM di Indonesia yang berfokus di Pasar Tanah Abang. UPE adalah manipulasi yang dilakukan oleh WP pada saat melaporkan kewajiban perpajakannya. Penelitian ini menggunakan metode Benford’s law dengan data internal DJP. Hasil tes digit pertama dan dua digit pertama menunjukkan bahwa pendapatan yang dilaporkan tidak mengikuti Benford’s law. Untuk mengukur besarnya UPE, digunakan model faktor distorsi, sebesar –11,28%, menyimpulkan bahwa secara agregat ada UPE yang substansial. Studi ini juga mengeksplorasi lebih lanjut heterogenitas berdasarkan jenis kelamin dan usia, menemukan bahwa UPE terkonsentrasi diantara laki-laki dan wajib pajak yang lebih tua.

 


This study intends to detect Unplanned Evasion (UPE) among individual taxpayers in MSMEs sector in Indonesia that focus on Tanah Abang Market. UPE refers to manipulation by taxpayers at the time of filing their tax obligations. This research uses Benford's law and internal data from the DGT. The first digit and first two-digit tests showed that reported income did not follow Benford's law. To measure the magnitude of UPE, this study uses a distortion factor model, suggesting distortion of –11.28%, concludes that there is substantial UPE at the aggregate. The study further explores heterogeneity by gender and age, finding that UPE is concentrated among men and older taxpayers.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Amirah
"Penulisan ini disusundalam penjabaranatas penelitian di Pasar Tanah Abang terkait pungutan liar yang telah membudaya, dianalisis secara kriminologis, dan bertujuan agar dapat memberikan pemahaman mengapa permasalahan tersebut sulit untuk diatasi. Asumsi awal penulis bahwa analisis dapat dilakukan melalui enam focal concernsdari teori budaya kelas menengah ke bawah oleh Walter Miller. Namun, ditemukan bahwa selain enam focal concerns, permasalahan ini terjadi karena adanya hubungan kekeluargaan, informative function of reinforcement, gangguan internal, dan gagalnya pemolisian komunitas.
Dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer, penulis mewawancarai beberapa warga kawasan Pasar Tanah Abang sebagai pihak yang memahami dan terlibat langsung dengan pungutan liar serta melakukan pengamatan di kawasan tersebut agar dapat memberikan penjelasan yang komprehensif. Hingga pada akhirnya setelah memahami mengapa pungutan liar sulit diatasi, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan saran yang tepat dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut dengan efektif.

This study is compiled in a form ofelucidation of field research in The Tanah Abang Market, discussed about extortion or illegal payments that has been entrenched, criminology analyzed, and aims to provide an understanding why the problem is difficult to overcome. The initial assumption is the analysis can be done through the six focal concerns of middle-class cultural theory by Walter Miller. However, it was found that in addition to the six focal concerns, this problem occurs because of the ties of kinship, informative function of reinforcement, internal disturbance, and the failure of community policing.
By using primary data collection techniques, the author interviewed several residents around Tanah Abang Market area as the parties who understand and engage directly with the extortion and observed around the region in order to provide a comprehensive explanation. Ultimately, after understanding why the extortion difficult to overcome, this study is expected to be useful in providing the right advices in order to get over these problems effectively.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Ramanda Diaz
"Perkembangan sistem jual beli di Indonesia setelah pandemi COVID-19 telah mengubah pola belanja masyarakat, terutama di kota besar seperti Jakarta. Pasar Tanah Abang, pusat perdagangan tekstil dan garmen terbesar di Asia Tenggara, mengalami penurunan omzet lebih dari 50%. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik perjalanan barang, model freight generation, distribusi angkutan barang, serta perubahan yang terjadi saat ini.Metode Four Step Model (4SM) diterapkan untuk memodelkan perjalanan angkutan barang, mencakup trip generation dan trip distribution. Data tahun 2022 dibandingkan dengan 2024 untuk melihat fluktuasi angkutan barang berdasarkan volume pengiriman, frekuensi perjalanan, dan perubahan rute distribusi. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan frekuensi perjalanan dengan volume barang lebih kecil pada 2024. Jumlah pekerja menjadi faktor utama yang memengaruhi volume angkutan barang di Pasar Tanah Abang. Temuan ini memberikan rekomendasi bagi pemerintah dan pelaku industri untuk mengembangkan kebijakan dan infrastruktur transportasi yang adaptif terhadap kebutuhan logistik era digital.

The development of buying and selling systems in Indonesia after the COVID-19 pandemic has significantly changed shopping patterns, especially in major cities like Jakarta. Pasar Tanah Abang, the largest textile and garment trade center in Southeast Asia, experienced a revenue decline of over 50%. This study aims to describe the characteristics of freight trips, freight generation models, the scale of goods transportation distribution, and the changes currently occurring. The Four Step Model (4SM) method was applied to model freight trips, covering trip generation and trip distribution. Data from 2022 was compared with 2024 to observe fluctuations in goods transportation based on shipment volume, trip frequency, and changes in distribution routes. The study results show an increase in trip frequency with smaller shipment volumes in 2024. The number of workers was found to be the main factor influencing the volume of freight generated at Pasar Tanah Abang. These findings provide recommendations for the government and industry players to develop policies and transportation infrastructure that are more adaptive to logistics needs in the digital era. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita
"Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yang diharapkan berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional, masih menghadapi berbagai masalah terutama masalah permodalan. Tesis ini membahas pengaturan prinsip KYC oleh bank terhadap UMKM, dan bagaimana mekanisme pemberian kredit kepada UMKM serta kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh UMKM Pakaian Jadi di Pasar Tanah Abang dalam memperoleh pembiayaan dari bank. Metode penelitian hukum normatif yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan prinsip KYC dilaksanakan dengan ketat oleh bank dan sama untuk semua nasabah termasuk UMKM. Mekanisme pemberian kredit untuk UMKM sama seperti mekanisme pemberian kredit kepada perusahaan tanpa membedakan skala perusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan UMKM sulit mendapatkan tambahan modal kerja yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan usaha. Dalam rangka meningkatkan peran dan daya saing UMKM, perlu dipertimbangkan kembali pengaturan prinsip KYC oleh bank untuk UMKM agar lebih fleksibel tetapi tetap aman bagi bank.

Micro, Small and Medium Enterprises (SMEs), which are expected to play a significant role in the national economy growth, still faces many problems, particularly the problem of capital. This thesis discusses rules on KYC principles applied by banks to SMEs, loan mechanism for SMEs and the constraints faced by the Garment SMEs in Tanah Abang Market to obtain financing from banks. Normative legal research methods used in this study shows that rules on KYC principles have been executed by the banks strictly and alike for all customers, including SMEs. Loan mechanisms applied for SMEs are similar as those applied for general business form without taking into consideration the scale of the business form. As a result, it is difficult for SMEs to obtain additional working capital as needed to improve or develop its business competitiveness. In order to enhance the role and competitiveness of SMEs, it is necessary to reconsider rules on KYC principles applied by banks to SMEs in a more flexible yet secure approach.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T42314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Salam
"Masalah premanisme dan kondisi tata ruang yang tidak beraturan di Pasar Tanah Abang seolah telah menjadi masalah yang tidak berujung, masalah tersebut tidak bisa hanya diliahat dari pengaruh aspek fisik namun juga perlu dilihat pengaruh dari aspek interaksi sosial yang ada di dalamnya, terutama kelompok etnik Betawi dan Cina yang merupakan kelompok etnik yang dominan di Tanah Abang karan perjalanan sejarah terbentuknya Tanah Abang yang terikat dengan dua kelompok etnik tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus, dengan menganalisis secara mendalam interaksi sosial yang dilakukan kelompokn etnik Betawi dan Cina di pasar Tanah Abang serta faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya masalah premanisme dan perubahan penggunaan lahan di Tanah Abang. Ditemukan bahwa etnik Cina memiliki pengaruh yang cukup besar atas penataan ruang yang tidak beraturan di pasar Tanah Abang karna telah memberikan dampak perubahan penggunaan lahan di kawasan sekitar pasar Tanah Abang, sementara etnik Betawi telah memberikan pengaruh besar terhadap muncul masalah premanisme di Tanah Abang karna adanya pola intekasi bisnis keamanan dengan para pedagang dan pemilik bisnis di Tanah Abang.

The problem of thuggery and irregular spatial conditions at Tanah Abang Market seems to have become an endless problem, this problem cannot only be seen from the influence of the physical aspect but also needs to be seen from the influence of the aspects of social interaction in it, especially the Betawi ethnic group and The Chinese are the dominant ethnic group in Tanah Abang because of the historical course of the formation of Tanah Abang which is tied to the two ethnic groups. This study uses a qualitative case study approach, by analyzing in depth the social interactions carried out by ethnic Betawi and Chinese groups in the Tanah Abang market and what factors influence the emergence of the problem of thuggery and changes in land use in Tanah Abang. It was found that the Chinese ethnicity had a considerable influence on the irregular spatial planning at the Tanah Abang market because it had an impact on changes in land use in the area around the Tanah Abang market, while the Betawi ethnicity had a major influence on the emergence of thuggery problems in Tanah Abang due to the pattern of security business integration with traders and business owners in Tanah Abang."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>