Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163920 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifasti Yasmin Arfiananda
"Latar belakang: Prevalensi Soil-transmitted helminths (STH) masih tinggi di Indonesia, terutama di daerah dengan keterbatasan akses air untuk bersih dan aman, dan kurangnya edukasi tentang pentingnya higienitas dan sanitasi, seperti Desa Panimbang di Panimbang, Banten, Indonesia. Penduduk Desa Panimbang, terutama anak usia sekolah berisiko terinfeksi STH karena salah satu kebiasaan buruk mereka yaitu buang air besar secara terbuka. Pada tahun 2018, Sungkar et al. mengumpulkan feses anak usia sekolah pada SDN Panimbang 01 dan 03, mengobati yang terinfeksi STH dengan tiga dosis albendazole, mengumpulkan feses mereka kembali dua minggu setelah pengobatan, dan menemukan hampir semua anak yang sebelumnya positif menjadi sembuh atau negatif. Satu tahun setelah pengobatan pertama, Sungkar et al. ingin mengevaluasi kembali pengobatan dengan tiga dosis albendazole yang diberikan tahun lalu.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kohort untuk mengevaluasi data infeksi STH sebelum dan sesudah intervensi. Data sesudah intervensi yang diukur adalah data satu tahun setelah pengobatan pertama di tahun sebelumnya.
Hasil: Pada tahun 2018, 40,8% dari 382 subyek terinfeksi dengan STH. Pada tahun 2019, prevalensi infeksi STH menurun menjadi 24,6%. Terdapat 216 subyek yang berpartisipasi sebelum dan sesudah pengobatan dengan albendazole. Prevalensi infeksi STH pada 216 subyek tersebut juga menurun, dari 41,7% menjadi 22,7%. Kedua penurunan ini signifikan secara statistik (p value < 0,05). Proporsi infeksi untuk semua tipe STH menurun secara signifikan. Namun untuk askariasis, penurunan yang signifikan hanya ditemukan pada perempuan (p value < 0,05), dan untuk trichuriasis, penurununannya tidak signifikan untuk kelompok umur 10-12 tahun (p value 0,021). Berdasarkan pengamatan telur cacing pada feses anak, terdapat penurunan jumlah telur rata-rata yang signifikan untuk askariasis dan trichuriasis.
Kesimpulan: Prevalensi dan intensitas infeksi STH satu tahun setelah pengobatan dengan tiga dosis albendazole menurun secara signifikan.

Introduction: Soil-transmitted helminths (STH) prevalence is still high in Indonesia, especially in areas with limited access to clean and safe water, and lack of education about the importance of hygiene and sanitation, such as Panimbang Village in Panimbang, Banten, Indonesia. The villagers of Panimbang village, especially the school-aged children, are at risk of STH infection due to their bad habits of open defecation. In 2018, Sungkar et al. collected the school-aged children of SDN Panimbang 01 and 03 stool, treated the positive students with triple-dose albendazole, collected their stool again two weeks after treatment, and found that almost all positive students were cured. One year later after the first treatment, Sungkar et al. would like to re-evaluate the triple-dose albendazole treatment a year ago.
Method: This study uses a cohort design to evaluate pre and post intervention data of STH infections in which the re-measurement is conducted in one year period post prior study.
Result:In 2018, 40,8% of 382 subjects are infected by STH. The prevalence of STH infection in 2019 dropped to 24,6%. There were 216 subjects who were present before and after albendazole treatment. The prevalence of STH infection in 2018 and 2019 has decreased as well from 41.7% to 22.7%. The decreases were both statistically significant (p<0,05). The proportion of infection for all types of STH infection have all reduced significantly. However, for ascariasis, the significant reduction only happens in female (p value < 0.05), and as for trichuriasis, there were no significant reduction for 10-12 years old group (p value 0.021). Based on helminths’ eggs examination in the children’s stool, there was a significant reduction in the average number of eggs for both ascariasis and trichuriasis.
Conclusion: One year after triple-dose albendazole treatment, the prevalence and intensity of STH infection has decreased significantly.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Refirman DJ
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian : Penelitian mengenai faktor pendukung transmisi STH telah dilakukan terhadap murid-murid sekolah dasar di dusun Talang Dabok dan dusun Sungai Rengit, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Sampel penelitian terdiri dari 139 murid SD Talang Bungin II dan 141 murid SD Sungai Rengit. Terhadap murid-murid tersebut dilakukan pemeriksaan tinja dengan cara modifikasi Kato-Katz dan modifikasi Harada Mori. Selain itu juga diberikan kuesioner untuk mengetahui faktor pendukung transmisi STH serta dilakukan pemeriksaan tanah untuk mengetahui adanya pencemaran lingkungan oleh telur cacing.
Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan prevalensi STH pada murid SD Talang Bungin II sebesar 69,8% terdiri dari A. lumbricoides 40,3%, T trichiura 41,0% dan casing tambang 38,8% dengan intensitas sangat ringan dan ringan. Pada murid SD Sungai Rengit prevalensi STH sebesar 90,8% terdiri dari A. lumbricoides 58,9%, T. trichiura 75,9% dan cacing lambang 39,7% dengan intensitas ringan. Didapatkan faktor pendukung transmisi STH yang agak berbeda pada murid-murid ke dua sekolah dasar tersebut. Pada murid SD Sungai Rengit kebiasaan buang air besar- di halaman merupakan faktor yang sangat mempengaruhi infeksi STH. Faktor ekonomi dan pekerjaan orang tua sangat mempengaruhi transmisi A. lumbricoides, sedangkan pada murid SD Talang Bungin II kebiasaan mencuci tangan dan kondisi halaman rumah berpengaruh terhadap transmisi T. trichiura. Kebiasaan memakai alas kaki, menimbun tinja serta keadaan ekonomi berpengaruh terhadap infeksi cacing tambang. Sumber air, pendidikan orang tua dan kondisi halaman rumah sangat mempengaruhi trasnmisi A. lumbricoides. Hasil pemeriksaan tanah menunjukkan pencemaran tanah oleh telur cacing A. lumbricoides dan Trichuris lebih banyak ditemukan di dusun Sungai Rengit. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan adanya infeksi STH endemis dengan prevalensi tinggi di dusun Sungai Rengit dan Talang Dabok. Faktor yang menjadi pendukung transmisi STH adalah kebiasaan buang air besar di halaman, cuci tangan sebelum makan, pemakaian alas kaki, keadaan sosial ekonomi dan pendidikan orang tua.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinna Irianti
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas penyuluhan mengenai pencegahan infeksi STH pada murid madrasah tsanawiyah di Pacet, Cianjur. Desain penelitian adalah pre-post study dengan intervensi penyuluhan kesehatan. Data diambil menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pencegahan infeksi STH pada 10 September 2011. Semua murid Madrasah Tsanawiyah X Pacet, Cianjur diikutsertakan pada penelitian ini (total populasi). Data diolah dengan program SPSS 16.0 dan dianalisis dengan uji Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, dan Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan dari 133 murid madrasah yang terbanyak adalah laki-laki (54,1%), kelas 2 (41,4%), riwayat belum pernah terinfeksi (56,4%), dan riwayat orang sekitar pernah terinfeksi (78,9%). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dan kelas (Kruskal Wallis, p>0,05), riwayat terinfeksi (Mann-Whitney, p>0,05), dan riwayat sekitar terinfeksi (Mann-Whitney, p>0,05) namun berbeda bermakna dengan jenis kelamin (Mann-Whitney, p<0.05). Ditemukan pula perbedaan bermakna antara delta score dengan jenis kelamin (Mann-Whitney, p<0,05) dan kelas murid tsanawiyah (Kruskal Wallis, p<0,05), namun tidak pada riwayat infeksi murid dan orang sekitar (Mann-Whitney, p>0,05). Terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan murid tsanawiyah sebelum dan sesudah penyuluhan (Wilcoxon, p<0,05).
Disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan murid tsanawiyah di Pacet, Cianjur mengenai pencegahan infeksi STH. Peningkatan pengetahuan dipengaruhi oleh jenis kelamin dan kelas, tetapi tidak dipengaruhi oleh riwayat infeksi murid dan orang sekitar.

This research was aimed to know the effectiveness of health education on knowledge level of prevention of STH infection among tsanawiyah students in Pacet, Cianjur. The design used was pre-post study with health education as the intervention. The data was taken using questionnaire regarding prevention of STH infection on 10 September 2011. All students in Madrasah Tsanawiyah X Pacet, Cianjur were involved (total population). Data was processed using SPSS 16.0 and analyzed with Mann-Whitney, Kruskal-Wallis, and Wilcoxon test.
The results from 133 students showed the highest proportions of students were male (54.1%), second grader (41.4%), had never been infected (56.4%), and had their surroundings infected (78.9%). There was no significant difference between knowledge level and grade (Kruskal Wallis, p>0.05), infected history (Mann- Whiteny, p>0.05) and surrounding infected history (Mann-Whiteny, p>0.05), although there was a significant difference with gender (Mann-Whitney, p<0.05). Moreover, there was significant difference between delta score and gender (Mann-Whitney, p<0.05) and grade (Kruskal Wallis, p<0.05), but not in students and surrounding infected history (Mann-Whitney, p>0.05). There was significant difference in knowledge level before and after health education (Wilcoxon, p<0.05).
In conclusion, health education was effective in improving the knowledge level of prevention of STH infection among tsanawiyah students in Pacet, Cianjur. The improvement was associated with gender and grade, but not with infected history and surrounding infected history.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Muhamad Trianto
"Infeksi soil-transmitted helminths STH di Indonesia masih tinggi terutama di daerah miskin, berpendidikan rendah, dan higiene buruk seperti di Desa Pero Konda, Sumba Barat Daya. Sayangnya, Desa Pero Konda tidak pernah mendapatkan survey prevalensi serta program pemberantasan STH dari puskesmas setempat. Untuk memberantas STH di daerah berisiko tinggi, WHO menganjurkan albendazol 400mg dosis tunggal untuk pengobatan masal. Meski demikian angka kesembuhan STH setelah pemberian albendazol 400mg bervariasi di tiap-tiap daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian albendazol dosis tunggal 400mg terhadap prevalensi STH di Desa Pero Konda. Penelitian eksperimental semu ini menggunakan desain pre-post study. Subjek diwawancara dan dilakukan pemeriksaan feses sebelum dan sesudah pemberian albendazol 400mg dosis tunggal. Pengambilan data sebelum pemberian albendazol dilakukan pada bulan Agustus 2015. Evaluasi dilakukan pada bulan Januari 2016. Hasil penelitian menunjukan prevalensi Ascaris lumbricoides menurun signifikan

Soil transmitted helminthes STH infection prevalence is high in Indonesia rsquo s low educated and deprived area with poor hygiene like Pero Konda Village, South West Sumba District. Unfortunately, local community health center had never conducted STH prevalence survey and elimination program in Pero Konda Village. To eliminate STH in high risk area, WHO recommends the use of single dose albendazole 400mg mass treatment. However, the cure rate after single dose albendazole 400mg treatment varies from one place to another. The aim of this study was to assess the effect of single dose albendazole 400mg treatment towards STH infection in Pero Konda Village. This study was a quasi experimental with pre post design. Subjects were interviewed and their feces were collected before and after treatment with single dose albendazole 400mg. Pre treatment data collection and treatment were done on August 2015 and the post treatment data collection was conducted on January 2016. STH infections were assessed using fecal examination with light microscope. Result showed that Ascaris lumbricoides infection significantly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Naflah Gozali
"ABSTRACT
Kebijakan pemberantasan Soil Transmitted Helminths saat ini adalah menggunakan albendazol oral dosis tunggal namun, metode tersebut hanya efektif terhadap Ascaris lumbricoides dan tidak untuk Trichuris trichiura. Albendazol triple dose lebih efektif dari dosis tunggal namun sulit diimplementasikan sehingga diperlukan antelmintik yang memiliki efektifitas serupa dengan frekuensi pemberian lebih mudah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas mebendazol 500mg double dose dan albendazol 400mg triple dose dalam pengobatan trikuriasis. Randomized controlled trial dilakukan pada anak-anak berusia 1-15 tahun di desa Pero, Sumba Barat Daya pada bulan Juli 2016. Sebanyak 303 anak diminta mengumpulkan tinja kemudian diperiksa dengan metode Kato-Katz untuk mengetahui prevalensi trikuriasis dan anak yang positif dibagi dua kelompok secara acak. Kelompok pertama diberi albendazol triple dose dan kelompok kedua diberikan mebendazol double dose. Dua minggu setelah pengobatan dilakukan pemeriksaan tinja untuk mengetahui angka kesembuhan pengobatan. Dari 303 anak yang diperiksa didapatkan 190 subjek positif T.trichiura prevalensi 62,7, kemudian diambil 47 subjek berdasarkan rumus besar sampel untuk masing-masing kelompok. Proporsi trikuriasis setelah pengobatan albendazol triple dose adalah 38,3 sedangkan mebendazol double dose 36,2. Pada uji McNemar tidak didapatkan perbedaan bermakna pada kedua jenis pengobatan p> 0,05. Angka kesembuhan albendazol triple dose 61,7 dan mebendazol double dose 63,8. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada angka kesembuhan tersebut uji chi square p>0,05. Disimpulkan mebendazol double dose sama efektifnya dengan albendazol triple dose. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas mebendazol double dose dengan triple dose dalam pengobatan trikuriasis.

ABSTRACT
The current STH eradication policy is to use single dose oral albendazole, however this treatment is only effective against Ascaris lumbricoides and not for Trichuris trichiura. Albendazole triple dose is more effective than single dose but is difficult to implement so an antelmintic that has similar effectiveness but less delivery frequency is required. This study was aimed to determine the effectiveness of mebendazole 500mg double dose and albendazole 400mg in the treatment of trichuriasis. A randomized controlled trial was conducted on children aged 1 15 years old in Pero village, Southwest Sumba in July 2016. A total of 303 children were asked to collect feces and then examined by Kato Katz method to determine the prevalence of positive trichuriasis, afterwards the children were divided into groups by random. The first group was given triple dose and the second group was given double dose mebendazole. Two weeks after the treatment, the stools were reexamined to determine the rate of cure of treatment. Of 303 children examined, 190 subjects were T.trichiura positive prevalence 62,7 , then 47 subjects based on the sample formula were selected for each group. The proportion of trichuriasis after treatment of albendazoe triple dose was 38.3 while mebendazole double dose was 36.3. In McNemar test, there was no significant difference between the two treatments p 0.05. Cure rate of albendazole double dose was 61.7 and mebendazole double dose was 63.8. There was no significant difference in the cure rate chi square test p 0.05. In conclusion, mebendazole double dose is as effective as albendazole triple dose. Further research is needed to determine the effectiveness of mebendazole double dose and triple dose in the treatment of trichuriasis. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Salima Ridwan
"Prevalensi STH yang tinggi di Asia 67 dapat menyebabkan malnutrisi, anemia, gangguan kognitif, serta gangguan pertumbuhan. Albendazol 400mg triple dose merupakan antelmintik spekrum luas namun efektivitasnya berbeda-beda di setiap wilayah. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penelitian untuk mengetahui manfaat deworming menggunakan albendazol triple dose terhadap status gizi anak di Desa Perobatang, Kabupaten Sumba Barat Daya. Penelitian dilakukan dengan desain pre-post study, data diambil pada bulan Juli 2016 dan Januari 2017. Subjek 1-15 tahun diminta mengumpulkan feses untuk diperiksa dengan metode kato katz untuk diagnosis STH, antropometri, dan minum albendazol 400mg tiga hari berturut-turut. Data diolah dengan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi STH sebelum diberikan deworming adalah 95,5 dengan rincian T.trichiura 85,2 , A.lumbricoides 71,6 , dan cacing tambang 18,2 . Setelah diberikan albendazol triple dose, prevalensi STH menurun signifikan uji McNemar, p< 0,001 menjadi 53,4 dengan rincian T.trichiura 39,8 , A.lumbricoides 22,7 , dan cacing tambang 1,1 . Sebelum deworming, subjek yang memiliki status gizi baik 33 , gizi kurang 47,7 , dan gizi buruk 19,3 . Setelah deworming, jumlah subjek dengan gizi baik meningkat menjadi 75 dan gizi kurang menjadi 25 ; gizi buruk tidak ditemukan. Disimpulkan deworming dengan albendazol triple dose efektif meningkatkan status gizi anak di Desa Perobatang.

High prevalence of STH in Asia 67 could lead into malnutrition, anemia, cognitive impairment, and growth disorders. Triple dose albendazole 400mg is a broad spectrum antihelminthic agent, however its effectiveness varies in every region. This study is to determine the benefits of deworming using albendazole triple dose on children rsquo s nutritional status in Perobatang Village, Southwest Sumba District. The study was conducted with pre post study design data was taken in July 2016 and January 2017. Subjects age 1 to 15 years of age were asked to collect the stool for the examination with kato katz method for the diagnosis of STH, anthropometry, and taking albendazole 400mg for three consecutive days. Data were processed with SPSS version 20. Results showed the prevalence of STH prior to the treatment was 95.5 T.trichiura 85.2 , A.lumbricoides 71.6 , and hookworm 18.2 . Post treatment showed the prevalence of STH decreased significantly McNemar test, p"
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecilia Anggraini
"Infeksi soil-transmitted helminths (STH) adalah penyakit yang sering dijumpai di daerah pedesaan dan perkebunan Indonesia. Anak-anak sangat rentan terkena infeksi ini dan komplikasinya adalah terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencegah infeksi STH. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan kesehatan tentang perilaku proteksi diri terhadap infeksi STH pada murid tsanawiyah di Madrasah X, Pacet, Cianjur. Desain penelitian adalah pre-post study. Data diambil tanggal 10 September 2011 dengan membagikan kuesioner berisi pertanyaan mengenai perilaku proteksi diri terhadap infeksi STH kepada 133 murid (total populasi). Data diolah dengan program SPSS 17.0. Hasilnya menunjukkan responden terbanyak adalah laki-laki (54,1%), kelas dua (41,4%), riwayat terinfeksi STH negatif (56,%) dan riwayat orang sekitar positif terinfeksi (78,9%). Pada uji Mann-Whitney/Kruskal-Wallis, tidak didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan dan delta score dengan jenis kelamin (Mann-Whitney, p>0,05), kelas (Kruskal-Wallis, p>0,05), riwayat infeksi (Mann-Whitney, p>0,05), riwayat infeksi orang sekitar (Mann-Whitney, p>0,05). Sebelum penyuluhan, nilai median adalah 50 (10-82) dan setelah mendapat penyuluhan median menjadi 70 (20-100). Uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan penyuluhan kesehatan memiliki effek dalam meningkatkan pengetahuan perilaku proteksi diri terhadap STH.

Soil-transmitted helminths infection is easily found in rural areas in Indonesia. Moreover, children are really prone to be infected. It can cause the worst complication for them, which is the delay of growth and development. The purpose of this research is to know the effect of health education about protective behavior related to STH among tsanawiyah students in Pacet, Cianjur. Research design was pre-post study. Data were taken at 10 September 2011 by giving questioners about protective behavior of STH to 133 students (total population). The data was analyzed by SPSS 17.0 program. Then, the result showed most students are male (54,1%), second grade (41,4%), negative infected history (56%) and positive surrounding infected history (78,9%). By analyzing the data with Mann-Whitney/Kruskal-Wallis test, there were no association between knowledge level before health education & delta score and gender (Mann-Whitney,p>0,05), grade (Kruskal-Wallis, p>0,05) ,negative infected history (Mann-Whitney,p>0,05) , surrounding infected history (Mann-Whitney,p>0,05). Before health education, median score was 50 (10-82). Then, it increased to 70 (20-100) after health education. In other words, Wilcoxon test described that there was a significant difference between health education and knowledge level. In conclusion, health education has an effect to increase knowledge of protective behavior related to STH. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Annisa
"Desa Pero Konda, Sumba Barat Daya SBD , merupakan salah satu desa di daerah tertinggal yang memiliki faktor risiko tinggi infeksi soil-transmitted helminths STH . Infeksi STH dapat mempengaruhi status gizi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi status gizi dan pengaruh pengobatan menggunakan albendazol dosis tunggal terhadap infeksi STH di Desa Pero Konda. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental semu dengan desain pre-post study. Data diambil pada bulan Agustus 2015 dan Januari 2016. Data infeksi STH didapatkan dari pengumpulan feses yang diperiksa menggunakan mikroskop cahaya. Status gizi diukur dengan menghitung Z-score berdasarkan grafik WHO. Jumlah sampel yang dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 66 anak yang berumur 1-12 tahun. Hasil menunjukkan bahwa sebelum pengobatan, 84,8 anak memiliki status gizi baik, sedangkan 15,2 lainnya berstatus gizi kurang. Setelah pengobatan, jumlah anak dengan gizi baik menurun menjadi 75,8 , status gizi kurang bertambah menjadi 19,7 , dan terdapat anak dengan gizi buruk 4,5 . Hasil juga memperlihatkan bahwa setelah pengobatan, prevalensi STH tetap tinggi. Infeksi Ascaris lumbricoides menurun, namun infeksi Trichuris trichiura dan cacing tambang meningkat. Disimpulkan bahwa albendazol dosis tunggal dapat mengurangi secara signifikan prevalensi Ascaris lumbricoides; namun, tidak menurunkan prevalensi Trichuris trichiura dan cacing tambang. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pengobatan dengan albendazol triple dose terhadap infeksi STH dan hubungannya dengan status gizi anak di Desa Pero Konda.

Pero Konda Village located in Sumba Island is one of the most underdeveloped regions in Indonesia with high risk of soil transmitted helminthes STH infections. These parasites could affect nutritional status of the subjects. This study aimed to know the nutritional status and to evaluate the effectiveness of treatment using single dose albendazole on the prevalence of STH infections in Pero Konda Village. This was a quasi experimental study using pre post design. Data were collected twice on August 2015 and January 2016. Data of STH infections were from stool samples examined under light microscope. Nutritional status was assessed by determining Z score in accordance with WHO chart. Total subject included was 66 children ranging between 1 12 years old. This study showed that before treatment, nutritional statuses were normal 84,8 and underweight 15,2 . After conducting treatment, nutritional statuses were normal 75,8 , underweight 19,7 , and severely underweight 4,5 . The result also showed that prevalence of STH were still high after treatment. Prevalence of Ascaris lumbricoides infections decreased, while prevalence of Trichuris trichiura and hookworm infections increased. In conclusion, single dose albendazole significantly reduced the infections of Ascaris lumbricoides, but it did not reduce the prevalence of Trichuris trichuria and hookworm infections. It is needed to examine the effectiveness of treatment using triple dose albendazole for children on the prevalence of STH infection and its association with children rsquo s nutritional statuses in Pero Koda Village."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S70372
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kimberly Gabrielle Batanghari
"Prevalensi soil-transmitted helminthes (STH) tinggi di Indonesia, terutama di daerah padat penduduk dan berpenghasilan rendah. Pengetahuan tentang pencegahan infeksi STH adalah kunci penanggulangan masalah ini. Tujuan riset ini untuk mengetahui efektifitas penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang pencegahan infeksi STH pada anak panti. Studi eksperimental ini dilakukan di panti asuhan kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Koleksi data dilakukan tanggal 10 Juni 2012 dimana anak panti asuhan diminta mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan. Kuesioner meliputi pertanyaan tentang pencegahan infeksi STH. Data diolah menggunakan program SPSS versi 11.5 dan diuji dengan chi square test dan marginal homogeneity. Hasil yang didapat sebagai berikut; Dari 142 anak, 59 (41,5%) laki-laki dan 83 (58,5%) perempuan berpartisipasi, 78 (54,9%) berpendidikan SD, 55 (38.7%) SMP dan 9 (6.4%) SMA. Tingkat pengetahuan respoden tidak berhubungan dengan karakteristik demografi (chi square, p>0,05). Sesudah penyuluhan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan sedang dan baik 33 (23,2%) menjadi 42 (29.6%) dan 1 (0.7%) menjadi 14 (9.9%). Tingkat pengetahuan buruk menurun dari 108 (76,1%) menjadi 86 (60,6%). Terdapat perbedaan bermakna pada Uji marginal homogeneity (p<0,001). Disimpulkan penyuluhan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan anak panti asuhan mengenai pencegahan STH.

Prevalence of soil-transmitted helminthes (STH) infection is high in Indonesia, especially amongst those who live in crowded, low-income areas. The knowledge of preventive measures towards STH infection, mainly A. lumbricoides and T. Trichuria could be the pivotal answer in reducing the spread of STH infections. The aim of this research is finding out the effectiveness of health education with the hopes of increasing the knowledge level of the subjects. This experimental study was conducted in an orphanage located in Lubang Buaya, East Jakarta on 10th of June 2012 by filling up questionnaires before and after health education was given. All subjects participated. Questionnaire contains questions pertaining preventive measures to avoid STH infections. Data was processed with SPSS version 11.5 and tested with chi- square test and marginal homogeneity. Collected information showed 59 (41.5%) male and 83 (58.5%) female participants. Of the 142 correspondents, 78 (54.9%) were in primary school, 55 (38.7%) in middle school and 9 (6.4%) in high school. Before and after health education showed an increase in knowledge levels for fair and good; from 33 (23.2%) to 42 (29.6%) and 1 (0.7%) to 14 (9.9%) respectively. Marginal homogeneity test showed a significant difference with p<0.001 between the orphans? knowledge level before and after health education. To conclude, health education for respondents was effective in increasing the knowledge level towards prevention of STH."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Halimi
"Prevalensi infeksi soil-transmitted helminths (STH) di Indonesia cukup tinggi, terutama di daerah perkebunan, dan anak-anak usia sekolah memiliki resiko terinfeksi paling tinggi. Tujuan riset ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan perilaku membersihkan diri berkaitan dengan infeksi (STH) pada murid Madrasah Tsanawiyah (MTs) X, Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study. Pengumpulan data melalui kuesioner dilakukan di MTs X dengan mengikutsertakan semua murid, 133 orang. Data dianalisis dengan program SPSS 17.0. Hasilnya menunjukkan terdapat 54,1% murid laki-laki, 41,4% kelas 8, 56,4% tidak pernah terinfeksi cacing STH, dan 78,9% mengetahui orang di sekitar yang pernah cacingan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara perilaku membersihkan diri terkait infeksi STH dengan gender (Mann-Whitney, p>0,05), kelas (Kruskal-Wallis, p>0,05), dan riwayat infeksi (Mann-Whitney, p>0,05), namun berbeda bermakna dengan riwayat infeksi sekitar (Mann-Whitney, p<0,05). Peningkatan pengetahuan perilaku setelah penyuluhan tidak berbeda bermakna dengan gender (Mann-Whitney, p>0,05), riwayat infeksi (Mann-Whitney, p>0,05), dan riwayat infeksi sekitar (Mann-Whitney, p>0,05), namun berbeda bermakna dengan kelas (Kruskal-Wallis, p<0,05). Setelah penyuluhan, pengetahuan mengenai perilaku kebersihan berbeda bermakna dengan sebelum penyuluhan (Wilcoxon, p<0,05); tampak pada nilai median yang meningkat dari 72 (20-92) menjadi 100 (52-100). Disimpulkan penyuluhan efektif dalam meningkatkan pengetahuan murid mengenai perilaku kebersihan terkait infeksi STH. Peningkatan pengetahuan berhubungan dengan kelas, namun tidak berhubungan dengan gender, riwayat infeksi, dan riwayat infeksi sekitar.

The prevalence of Soil-Transmitted Helminths (STH) infection in Indonesia is high, especially in plantation areas, and school-aged children are at the greatest risk for this infection. The aim of this study is to know the effectiveness of health education on the knowledge of hygienic behavior related to STH infection in students of Madrasah Tsanawiyah (MTs) X, Pacet, Cianjur, West Java. Pre-post study design was used. Data was collected through questionnaires at MTs X filled by all 133 students. Analysis was done using SPSS 17.0 program. Result showed 54,1% were male, 41,4% eighth graders, 56,4% had never been infected with STH, and 78,9% had surrounding acquintances infected with STH. Hygienic behavior has no significant difference with gender (Mann-Whitney, p> 0,05), grade (Kruskal-Wallis, p>0,05), and infected history (Mann-Whitney, p>0,05), but there was a significant difference with surrounding infected history (Mann-Whitney, p<0,05). Knowledge increase after education has no significant difference with gender (Mann-Whitney, p>0,05), infected history (Mann-Whitney, p>0,05), and surrounding infected history (Mann-Whitney, p>0,05), but there was a significant difference with grade (Kruskal-Wallis, p<0,05). After health education, students’ knowledge had significant difference with before education (Wilcoxon test, p<0,05). The median increased from 72 (20-92) to 100 (52-100). In conclusion, health education is effective in improving students’ knowledge of hygienic behavior related to STH infection. Knowledge increase is associated with grade, but not with gender, infected history, and surrounding infected history."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>