Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156600 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kandla Gifari Akbar
"Pelat lambung kapal merupakan bagian konstruksi kapal yang akan mengalami kerusakan akibat serangan korosi di lingkungan air laut pertama kali. Salah satu metode pengendalian korosi pada pelat lambung kapal adalah dengan menerapkan sistem proteksi katodik, seperti menggunakan anoda korban. Akan tetapi, banyaknya pilihan anoda korban yang tersedia membuat para pemilik kapal kesulitan dalam menentukan anoda korban yang memiliki kinerja optimal untuk memproteksi struktur pelat lambung kapal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi kinerja dua produk (X dan Y) anoda korban paduan aluminium Al-Zn-In yang memiliki komposisi kimia berbeda pada pelat baja kapal AH 36 di lingkungan air laut dengan melakukan analisis pada nilai laju korosinya. Metode yang dilakukan dalam penelitian, yaitu melakukan observasi lapangan pada kapal dengan mengumpulkan data pengurangan ketebalan pelat kapal yang telah berlayar selama 2,5 tahun dan sedang menjalani pengedokan di galangan kapal. Selain itu, juga dilakukan pengujian laboratorium dengan metode weight loss dan linear polarization resistance pada spesimen uji pelat baja AH 36, dua produk anoda korban paduan aluminium Al-Zn-In yang memiliki komposisi kimia berbeda dan menggunakan elektrolit berupa air laut dengan salinitas 33,00 o/oo. Pada observasi lapangan didapati bahwa penggunaan anoda korban paduan aluminium X untuk memproteksi pelat baja lambung kapal yang telah beroperasi selama 2,5 tahun dapat menurunkan laju korosi rata-rata yang dialami pelat lambung kapal menjadi sebesar 0,108 mm/tahun. Selain itu, berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang dilakukan, diperoleh bahwa laju korosi paling rendah dialami spesimen baja yang diproteksi dengan anoda korban paduan aluminium Y, dimana diperoleh nilai laju korosi rata-ratanya sebesar 0,1265 mm/tahun (metode weight loss) dan 0,0983 mm/tahun (metode linear polarization resistance). Kemudian, disusul pada urutan kedua oleh spesimen baja yang diproteksi dengan anoda korban paduan aluminium X, dimana didapati nilai laju korosi rata-ratanya sebesar 0,1646 mm/tahun (metode weight loss) dan 0,1982 mm/tahun (metode linear polarization resistance). Untuk laju korosi yang paling tinggi dialami oleh spesimen baja Z yang tidak diproteksi dengan anoda korban paduan aluminium, dimana diperoleh nilai laju korosi rata-ratanya sebesar 0,2138 mm/tahun (metode weight loss) dan 0,2551 mm/tahun (metode linear polarization resistance). Sehingga, dapat diketahui bahwa anoda korban paduan aluminium Y memiliki kinerja paling optimal dalam memproteksi pelat baja kapal AH 36 dari kerusakan akibat serangan korosi di lingkungan air laut.

The hull plates are part of the construction that will be damaged by corrosion attack in the seawater environment for the first time. One way to control corrosion on ship plates is to apply a cathodic protection system, such as the use of a sacrificial anode. However, the many choices of sacrificial anodes available make it difficult for ship owners to determine which sacrificial anode has the optimal performance to protect the hull plate structure. Therefore, this study aims to evaluate the performance of two products (X and Y) of the aluminium alloy sacrificial anode Al-Zn-In with different chemical compositions on the steel plate of the AH 36 ship in a seawater environment by analyzing the corrosion rate value. The method used in this research is to conduct field observations on ships by collecting plate reduction data on ships that have been sailing for 2,5 years and are undergoing docking at the shipyard. In addition, laboratory tests were also carried out using weight loss and linear polarization resistance methods on test specimens of AH 36 steel plate, two aluminium alloy sacrificial anode products Al-Zn-In which have different chemical compositions and use electrolytes in the form of seawater with a salinity of 33, 00 o/oo. On-field observations, it was found that the use of aluminium alloy X sacrificial anode to protect the hull steel plate operating for 2,5 years can reduce the average corrosion rate experienced by the hull plate to 0,108 mm/year. Based on the results of laboratory tests, it was found that the lowest corrosion rate was experienced by steel protected with aluminium alloy sacrificial anode Y, where the average corrosion rate was 0,1265 mm/year (weight loss method) and 0,0983 mm/year (linear polarization resistance method). Then, followed in second place by steel specimens protected with aluminium alloy X sacrificial anode, where the average corrosion rate values ​​were 0,1646 mm/year (weight loss method) and 0,1982 mm/year (linear polarization resistance method). The highest corrosion rate was experienced by Z steel specimens that were not protected with an aluminium alloy sacrificial anode. The average corrosion rate was 0,2138 mm/year (weight loss method) and 0,2551 mm/year (linear polarization resistance method). Thus, it can be seen that the aluminium alloy sacrificial anode Y has the most optimal performance in protecting the steel plate of the AH 36 ship from damage due to corrosion attacks in the seawater environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Ahmad Aprilando
"Pengaruh substitusi terak baja sebagai agregat kasar pada kekuatan tekan dan korosi baja tulangan pada beton geopolimer berbahan dasar fly ash dalam air laut dan lingkungan hujan asam Nilai kuat tekan dievaluasi dengan mengukur beban maksimum yang dapat diterima menggunakan peralatan pengujian kompresi Kuat tekan tergantung pada beberapa faktor seperti waktu dan suhu curing serta proporsi pencampuran Kekuatan tekan beton geopolimer dengan substitusi terak baja lebih tinggi dibandingkan dengan beton geopolimer normal dengan agregat kerikil Nilai kuat tekan optimum ditemukan pada hari ketiga curing pada suhu 60oC untuk beton geopolimer dengan substitusi terak baja dan beton geopolimer normal Korosi tulangan dievaluasi dengan mengukur kepadatan arus korosi menggunakan polarisasi linear potensiostatik scan Laju korosi icorr baja tulangan dalam beton geopolimer dengan substitusi terak baja lebih tinggi dibandingkan dengan beton geopolimer normal tanpa terak baja dalam medium air laut Sedangkan dalam lingkungan hujan asam substitusi terak baja meningkatkan ketahanan korosi Laju korosi geopolimer beton dengan substitusi terak baja ditemukan lebih rendah dibandingkan dengan beton geopolimer normal Laju korosi sangat tinggi pada hari hari awal dan menurun seiring waktu.

The effect of steel slag substitution as coarse aggregate on compressive strength and corrosion of reinforcing steel in fly ash based geopolymer concrete in seawater and acid rain environment was studied The compressive strength was evaluated by measuring maximum acceptable load using compression testing equipment The compressive strength depends on several factors such as time and temperature of curing and mixing proportion The compressive strength of geopolymer concrete with steel slag substitution is higher as compared to normal geopolymer concrete with gravel aggregate The compressive strength optimum was found in the third day curing at temperature 60oC for both of geopolymer concrete with steel slag substitution and normal geopolymer concrete The reinforcement corrosion was evaluated by measuring the corrosion current density using liner polarization potentiostatic scan The Corrosion rate icorr of reinforcing steel in geopolymer concrete with steel slag substitution were found to be higher as compared to normal geopolymer concrete without steel slag in seawater medium Whereas in acid rain environment steel slag substitution increase corrosion resistance Corrosion rate geopolymer concrete with steel slag substitution were found to be lower as compared to normal geopolymer concrete The corrosion rate is very high early days and decreases by time "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Hermawan
"Salah satu permasalahan penggunaan baja karbon pada anjungan lepas pantai adalah korosi, yang dapat menyebabkan penipisan dan kerusakan pada struktur baja. Oleh karena itu diperlukan perlindungan untuk material baja tersebut agar terjaga dari korosi eksternal sampai waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme perlindungan korosi dan mekanisme kelekatan cat epoksi yang ditambahkan serbuk aluminium paduan A356.2, yang diaplikasikan pada material pelat baja karbon ASTM A36 di dalam larutan klorida. Metode pengujian meliputi uji tarik cat, uji gores dan sembur garam, pengamatan makro, pengamatan mikro, SEM dan EDX, uji EIS dan Polarisasi. Hasil penelitian menunjukan sistem pengecatan yang menggunakan campuran epoksi 100 ml yang ditambahkan 50 gram serbuk A356.2 memiliki ketahanan korosi yang tinggi dan campuran serbuk A356.2 dapat berfungsi sebagai material penghalang dari korosi eksternal di lingkungan laut.

One of the problems with the utilization of carbon steel in offshore platforms is corrosion, which can cause thinning and damage to steel structures. Therefore, steel material needs to be protected from external corrosion until a predetermined time. This study aims to investigate the mechanism of corrosion protection and the sticking mechanism of epoxy paint with A356.2 aluminum alloy powder, which was applied to ASTM A36 carbon steel plate material in chloride solution. The test methods include paint tensile test, scratch and salt spray test, micro observation, macro observation, SEM, EDX, EIS test, and Polarization. The results of the research show that painting system containing 100 ml epoxy mixture with addition of 50 grams of A356.2 powder has high corrosion resistance and the powder mixture A356.2 can function as a barrier from external corrosion in marine environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Refai Muslih
"Studi tentang laju korosi pada baja tahan karat SUS304 dalam lingkungan air laut buatan yang dipengaruhi oleh tegangan sisa yang diukur menggunakan difraksi sinar-X metode cos- α. Korosi dalam banyak hal tidak dikehendaki. Kualitas dan penampilan benda akan berubah menurun karenanya. Salah satu pemicu korosi adalah tegangan sisa yang ada di permukaan bahan. Penelitian ini menampilkan hubungan antara tegangan sisa permukaan dengan laju korosinya. Pada penelitian ini digunakan baja tahan karat SUS 304 sebagai sampel dan air laut buatan yaitu larutan NaCl 3,5% sebagai elektrolitnya. Komposisi unsur dan fasa dari sampel didapat dengan uji Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) dan X-ray Diffraction (XRD). Topografi permukaan sampel diamati dengan mikroskop optik dan Atomic Force Microscope (AFM). Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada setiap proses yang dilalui oleh sampel. Sampel uji tarik sebanyak 9 buah dipersiapkan dari pelat setebal 6 mm yang dipotong dengan wirecut. Perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa diberikan kepada sampel dengan suhu 600 ℃ selama 1 jam dan didinginkan secara alami. Permukaan sampel dihaluskan dengan amplas sampai grit 2000. Sampel-sampel dikelompokkan menjadi 3 group dan kemudian dilakukan penarikan dengan regangan (strain, ε) sebesar 1%, 2% dan 3% secara berurutan. Tegangan sisa rata-rata pada sampel setelah perlakuan panas adalah -47 MPa. Tegangan total pada sampel yang telah dideformasi 1, 2 dan 3% berturut turut adalah 295, 315 dan 328 MPa. Perendaman sampel di dalam air laut buatan selama 48 jam tidak banyak mengubah karakter permukaanya. Hal ini diperoleh dari data EIS dimana tidak dijumpai adanya semicircle yang utuh dari seluruh sampel yang digunakan. Sirkuit ekivalen yang terdeteksi adalah hambatan elektrolit (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) dan lapisan pasif permukaan sampel (CPE2) beserta dengan hambatannya berturut-turut R2 dan R3. Pengukuran potensiodinamik menunjukkan penurunan potensial korosi dari -151 mV menjadi -290mV untuk sampel tanpa deformasi dan terdeformasi 3% secara berurutan. Arus korosi meningkat seiring dengan peningkatan derajat deformasi. Dari data-data hasil eksperimen telah didapat hubungan yang jelas antara laju korosi dengan tegangan sisa permukaan yang diukur dengan metode cos-⍺.

Study of the corrosion rate of SUS304 stainless steel in an artificial seawater environment affected by residual stresses measured using X-ray diffraction cos-α method. Corrosion is in most cases undesirable. The quality and appearance of objects will change and decrease because of it. One of the triggers of corrosion is the residual stress on the surface of the material. This research shows the relationship between surface residual stress and corrosion rate. In this study, stainless steel SUS 304 was used as the test object and artificial seawater as electrolyte, namely 3.5% NaCl solution. The elemental composition and phase of the sample were obtained from Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) and X-ray Diffraction (XRD) tests. The surface topography of the sample was observed with an optical microscope and Atomic Force Microscope (AFM). Residual stress measurements are carried out at each process that the sample goes through. Nine pieces of tensile test samples were prepared from a 6 mm thick plate which was cut with a wirecut. Heat treatment to remove residual stress was given to the samples at 600 ℃ for 1 hour and naturally cooled. The surface of the sample was ground with sandpaper to 2000 grit. The samples were grouped into 3 groups and then drawn with strains of 1%, 2% and 3% respectively. The average residual stress in the sample after heat treatment is -47 MPa. The total stress in the 1, 2 and 3% deformed samples were 295, 315 and 328 MPa, respectively. The immersion of the sample in artificial seawater for 48 hours did not change the surface character much. It was obtained from the EIS data where there was no intact semicircle of all the samples used. The equivalent circuits detected were the electrolytic resistance (R1), constant phase element (CPE) double layer (CPE1) and the sample surface passive layer (CPE2) along with their respective resistances R2 and R3. Potentiodynamic measurements showed a decrease in corrosion potential from -151 mV to - 290mV for 3% deformed and undeformed samples, respectively. The corrosion current increases as the degree of deformation increases. From the experimental data, a clear relationship has been obtained between the corrosion rate and the surface residual stress as measured by the cos-⍺ method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Budiarto
"Dross aluminium yang dihasilkan oleh industri peleburan aluminium dapat menyebabkan polusi udara dan pencemaran lingkungan, untuk itu pemanfaatan ulang dross aluminium sebagai pengganti sebagian pasir pada struktur beton diharapkan bisa mengurangi masalah lingkungan yang ditimbulkan dan bisa menjadi sumber bahan baku alternatif pengganti pasir. Dampak fraksi filler dross aluminium 0%, 5% dan 8% terhadap kekuatan tekan dikarakterisasi dengan compressive strength test pada umur beton 1, 3, 7 dan 28 hari. Ketahanan korosi struktur beton dipelajari dengan potentiodyanamic polarization dan electrochemical impedance spectroscopy. Kandungan ion klorida dianalisis menggunakan X-ray fluorescence spectrometry per ketebalan 10 mm dan perubahan struktur setelah siklus dry-immerse beton di lingkungan klorida selama 30, 60 dan 90 hari dievaluasi dengan scanning electron microscope. Hasil investigasi sifat mekanik beton menampilkan kekuatan tekan cenderung menurun dengan naiknya fraksi dross aluminium. Hasil uji elektrokimia menampilkan ketahanan korosi cenderung meningkat dengan naiknya fraksi dross aluminium, selain itu hasil polarisasi potensiodinamik juga menampilkan perpanjangan rentang pasivasi baja tulangan. Hasil karakterisasi X-ray fluorescence spectrometry menunjukkan peningkatan ion klorida terhadap waktu paparan dan kenaikan fraksi dross aluminium. Pengamatan struktur mikro membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi ion klorida dipengaruhi oleh pola retak dan munculnya rongga udara dalam struktur beton. Kesimpulan menunjukkan bahwa modifikasi konsentrasi dross aluminium memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap struktur beton, kekuatan tekan dan ketahanan korosi.

Aluminum dross was produced by the aluminum smelting industry can induce air pollution and environmental defilement, therefore reused of aluminum dross as a partial replacement of sand in a concrete structure is intended to diminish the environmental problems and it can be an option source of raw material to replace sand. The impact of aluminum filler fraction of 0%, 5% and 8% on compressive strength was analyzed by compressive strength tests on concrete age of 1, 3, 7 and 28 days. Corrosion resistance of concrete structures was studied by potentiodyanamic polarization and electrochemical impedance spectroscopy. The chloride ion content was analyzed using X-ray fluorescence spectrometry every 10 mm thickness and structure evolution after concrete dry-immerse in the chloride environment for 30, 60 and 90 days were evaluated by scanning electron microscope. The results of the mechanical properties examination indicated compressive strength tend to alleviate with the increase the aluminum dross fraction. Electrochemical test results display that corrosion resistance tends to increase with increasing aluminum dross fraction, furthermore, potentiodynamic polarization results also indicate an extended range of reinforced bar passivation. The results of X-ray fluorescence spectrometry characterization showed a chloride ions enhancement towards the exposure time and aluminum dross fraction escalation. Micro structure verification prove that the concentration of chloride ions escalation is influenced by crack patterns and the appearance of air cavities in concrete structures. The consequences illustrate the strong influence of aluminum dross on concrete structure, compressive strength and corrosion resistance of concentrate modification."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chumairah Desiana
"Bahan baku baja selama ini kebanyakan berasal dari bijih besi hematit. Tidak adanya bahan baku bijih besi ini di Indonesia mendorong perusahaan besi baja untuk membuat baja dari mineral laterit yang tersebar di Indonesia dengan kandungan Fe cukup tinggi sekitar 50%. Baja laterit masih diproduksi terbatas dan belum banyak diaplikasikan. Salah satu contoh aplikasi baja laterit adalah sebagai material jembatan TEKSAS diatas Danau Mahoni, Universitas Indonesia. Karena terpapar secara langsung pada lingkungan, maka ketahanan korosi baja laterit perlu diketahui. Pada kondisi aplikasi ini baja laterit mungkin terbasahi air danau, dan faktor lingkungan seperti temperatur dapat mempengaruhi ketahanan korosi baja laterit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap laju korosi baja karbon dari bijih besi hematit dan baja laterit pada lingkungan air danau FTUI. Perbedaan mendasar baja laterit dan baja karbon adalah adanya elemen tambahan Ni dan Cr pada baja laterit yang menggolongkan baja laterit sebagai baja paduan rendah (low alloy steel) dan dapat mempengaruhi ketahan korosi dari baja. Pengujian laju korosi menggunakan metode weight loss dimana kedua jenis baja direndam dalam air danau selama 1, 2, 3, 4 dan 5 hari dengan 3 variasi temperatur, yaitu temperatur ruang, 50°C dan 70°C.
Dalam penelitian ini disimpulkan laju korosi baja karbon cenderung menurun 13% dan baja laterit cenderung konstan seiring dengan bertambahnya waktu pada temperatur ruang dan cenderung menurun sekitar 12% pada baja karbon dan 17% pada baja laterit dengan bertambahnya waktu pada temperatur 50°C dan pada 70°C laju korosi cenderung menurun 9% untuk baja karbon dan 20% untuk baja laterit. Laju korosi baja karbon dan baja laterit meningkat dengan bertambahnya temperatur. Pada baja karbon laju korosi meningkat dari 4,4 mpy pada temperature ruang menjadi 10,3 mpy pada temperatur 50°C dan 11,5 mpy pada temperature 70°C. Pada baja laterit laju korosi juga meningkat dari 3,58 mpy pada temperature ruang menjadi 9,09 mpy pada temperatur 50°C dan meningkat lagi menjadi 11,5 mpy pada temperatur 70°C. Laju korosi baja laterit mempunyai ketahanan korosi yang lebih baik dari baja karbon karena pengaruh elemen paduan yang terkandung dalam baja laterit.

Most of steel are produced from hematite iron ore. The scarcity of hematite iron ore in Indonesia, encouraged iron & steel company to produced steel from laterite mineral, which has high deposit in Indonesia with high grade iron (50%Fe). Laterite steel now are produced with limited quantity. One of the application of laterite steel as material in TEKSAS bridge on Mahoni lake, University of Indonesia. Because laterite steel directly exposed to environment, corrosion resistance of laterite steel is an important factor. Laterite steel bridge may wetting with lake water and environment factor, like temperature could effect laterite steel corrosion resistant.
The objective of this research to observe the influence of temperature to corrosion rate of carbon steel from hematite iron ore and laterite steel on lake water environment. The difference between carbon steel and laterite steel, are addition of Cr and Ni on laterite steel, which classified laterite steel into low alloy steel and may effected corrosion behaviour of steel. Corrosion rate measurement are conducted by weight loss method, which both of steel immersed in lake water with time period 1, 2, 3, 4 and 5 day at room temperature, 50°C and 70°C.
The conclusion of this research was the corrosion rate of carbon steel decreased 13% and laterite steel were constant with immersion time at room temperature. But, tendency of carbon steel and laterite steel corrosion rate decreased with immersion time in temperature 50°C and 70°C. Carbon steel decrease about 12% and laterite steel 17% in temperature 50°C. Corrosion rate of carbon steel in temperature 70°C decrease 9% and laterite steel 20%. The corrosion rate of carbon steel and laterit steel increased with increasing temperature. Corrosion rate of carbon steel increase from 4,4 mpy in room temperature into 10,3 mpy in temperature 50°C and 11,5 mpy in temperature 70°C. Corrosion rate of laterite steel increase from 3,58 mpy at room temperature to 9,09 mpy at temperature 50°C and to 11,5 mpy at temperature 70°C. Laterite steel have higher corrosion resitance than carbon steel because of addition element on laterite steel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41763
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zidane Ramadhan
"Sumber daya minyak dan gas di Indonesia dapat ditambang menggunakan anjungan lepas pantai. Namun, lingkungan laut merupakan lingkungan yang cukup korosif bagi material anjungan lepas pantai sehingga diperlukannya metode proteksi seperti proteksi katodik berupa anoda korban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan unsur Ti terhadap struktur mikro dan perilaku degradasi paduan anoda korban Al-5Zn. Paduan Al-5Zn dengan variasi penambahan Ti (0,01%, 0,03%, dan 0,05%) dibuat dengan metode pengecoran. Analisis struktur mikro dan distribusi unsur dilakukan dengan mikroskop optik (OM) dan energy dispersive spectroscopy (EDS). Pengujian perilaku degradasi pada penelitian ini meliputi cyclic potentiodynamic polarization (CPDP), electrochemical impedance spectroscopy (EIS), dan pengujian kapasitas arus
Hasil pengujian OM menunjukkan bahwa penambahan Ti memperkecil ukuran butir anoda korban Al-5Zn dengan ukuran butir terkecil diraih oleh sampel A1 (Al-5Zn- 0,01Ti). Pengujian CPDP menunjukkan bahwa penambahan Ti meningkatkan nilai Epit yang menunjukkan peningkatan ketahanan terhadap korosi terlokalisasi. Hasil EIS menunjukkan bahwa penambahan Ti meningkatkan diameter kurva setengah lingkaran penurunan laju korosi. Sampel A1 menunjukkan ketahanan korosi terbaik di antara semua sampel. Pengujian kapasitas arus menunjukkan bahwa penambahan Ti akan menambah kapasitas arus anoda korban Al-5Zn dengan nilai kapasitas arus terbesar dimiliki oleh sampel C1 (Al-5Zn-0,05Ti).

Oil and gas resources in Indonesia can be mined using offshore platforms. However, the marine environment is quite corrosive for offshore platform materials, so protection methods such as cathodic protection in the form of sacrificial anodes are needed. This study aims to determine the effect of Ti addition on the microstructure and degradation behavior of Al-5Zn sacrificial anode alloy. Al-5Zn alloys with various Ti additions (0.01%, 0.03%, and 0.05%) were made by casting method. Microstructure and elemental distribution analyses were carried out by optical microscopy (OM) and energy dispersive spectroscopy (EDS). Degradation behavior testing in this study includes cyclic potentiodynamic polarization (CPDP), electrochemical impedance spectroscopy (EIS), and current capacity testing.
OM test results showed that the addition of Ti reduced the grain size of Al-5Zn sacrificial anodes, with the smallest grain size achieved by sample A1 (Al-5Zn-0.01Ti). CPDP testing showed that the addition of Ti increased the Epit value, indicating increased resistance to localized corrosion. EIS results showed that the addition of Ti increased the diameter of the corrosion rate reduction semicircle curve. Sample A1 showed the best corrosion resistance among all samples. Current capacity testing shows that the addition of Ti will increase the current capacity of the Al-5Zn sacrificial anode, with the largest current capacity value belonging to sample C1 (Al-5Zn-0.05Ti).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Amadeo Christoffer
"Casting Aluminium telah menjadi salah satu material terpenting dalam industri. AC4C adalah salah satu dari banyak paduan Silikon-Aluminium yang digunakan ketika ketahanan terhadap korosi, kemampuan castability yang baik dan rasio kekuatan-terhadap-berat yang tinggi diperlukan. Paduan aluminium AC4C yang digunakan sebagai string set dibuat dengan komposisi Al 92,69% berat, Si 6,76% berat, Mn 0,25% berat, Fe 0,21% berat, Ag 0,09% berat. Terdapat penelitian tentang peningkatan ketahanan korosi dari casting aluminium yang sangat bervariasi dari metode casting yang digunakan, perawatan, penambahan impuritas, dan perlakuan pada permukaan. Dalam penelitian ini, sampel AC4C dianodisasi dalam larutan H2SO4 7,5 °C 5 M dalam 30, 60, dan 90 menit dengan sumber listrik DC 5V yang mengalirkan rapat arus 22,6mA/cm2 . Setelah itu, sampel disegel (sealing) dalam air mendidih selama 15 menit sebelum diuji perilaku korosinya. Pengujian dilakukan dengan melakukan polarisasi potensiodinamik dalam larutan NaCl 3,5% untuk setiap sampel. Difraksi sinar-X digunakan untuk menentukan fase dan struktur kristal sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatkan waktu anodisasi, didapatkan perubahan pada perilaku korosi material AC4C. Hasil menunjukkan bahwa dengan peningkatan waktu anodisasi, laju korosi menurun dari nilai awal yaitu 2,01 x 10-1 mm/tahun menjadi 2,72 x 10-2 mm/year.

Al-Si is one of many Silicon-Aluminium alloy used when corrosion resistance, good castability and high strength-to-weight ratio are required. This Al-Si alloy were used as string set were made with composition of Al 92.69 wt%, Si 6.76 wt%, Mn 0.25 wt%, Fe 0.21 wt%, Ag 0.09 wt%. There have been many studies on improving corrosion resistance of casting aluminium vary widely from the casting methods used, treatments, adding impurities, and surface finishing. In this research, AC4C samples were anodized in 7.5 °C H2SO4 solution in 30, 60, and 90 minutes with DC of 5V potential. Afterwards, samples were sealed in boiling water for 15 minutes before being tested for its corrosion behavior. Tests were carried out by performing potentiodynamic polarization in 3.5% NaCl solution for each sample. X-ray diffraction were used to determine the phases and crystal structure of the samples. The results show that by increasing the anodization time, the corrosion rate decreases from the initial of 2,01 x 10-1 mm/year to 2,72 x 10-2 mm/year.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi
"Pabrik pengeringan konsentrat tembaga memiliki peranan penting sebagai tahap akhir dalam proses penambangan tembaga. Keberlangsungan operasi pabrik sangat dipengaruhi oleh kondisi bangunan dan fasilitas yang berbahan dasar baja. Persentase tembaga yang ada dalam konsentrat berkisar antara 20-40 %, Kalkopirit memiliki jumlah tembaga yang besar pada akhir ekstraksi. Pengaruh kehadiran kalkopirit dapat meningkatkan laju korosi pada baja melalui pasangan galvanik. pemilihan sistem coating untuk mellindungi baja menjadi penting dimana ketahanan material coating dipengaruhi oleh kekuatan terhadap cacat pada lapisan. Pada penelitian ini lima sistem organik coating yang diaplikasikan pada baja karbon A 36 dievaluasi kekuatannya terhadap korosi akibat kehadiran konsentrat tembaga dengan metode Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), uji sembur garam dan uji tarik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem coating C2, C3, C4 dan C5 mempertahankan sifat penghalang yang baik selama proses perendaman, nilai impedansi |Z| pada frekuensi rendah lebih dari 108 Ω.cm2 setelah 30 hari. Coating modifikasi epoksi (C1) memiliki impedansi terendah dengan resistansi di bawah 106 Ω.cm2 memberikan perlindungan korosi yang buruk

The copper concentrate dewatering plant has an important role as a step end in the copper mining process. The continuity of plant operation is very influenced by the condition of buildings and facilities made of steel. Percentage of copper present in the copper concentrate is in the range of 20 to 40 %. Thus, Chalcopyrite is preferable to get large amount of copper at the end of the extraction. The presence of chalcopyrite increases the corrosion rate of carbon steel through a galvanic couple. Probably the most important step in coating selection is to evaluate the conditions under which the coating must perform. In this study, five organic coating systems were applied to A-36 steel and evaluated evaluated for their strength against galvanic corrosion in the presence of copper concentrate by electrochemistry impedance spectroscopy (EIS) measurement, salt spray test and pull off test. The test results showed that C2, C3, C4 and C5 coating systems maintained good barrier property during the immersion process, the impedance value |Z| at a low frequency are more than 108 Ω.cm2 after 30 days in immersion exposure. Epoxy modified coating (C1) had the lowest impedance with resistance under 106 Ω.cm2 providing poor corrosion protection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alif Zharfan Athallah Mz
"Umumnya kabel tembaga yang biasa dijumpai pada kehidupan sehari-hari, namun ada jenis kabel yang lain biasa digunakan yaitu berbahan dasar Al 6061. Pada kali ini digunakannya penambahan logam tanah jarang berupa Lanthanum dan Samarium. Kemudian akan dibandingkan keefektifannya menggunakan pengujian LPR, Konduktivitas Listrik, dan SEM berikut EDX. Ditujukan dengan hasil uji yang memiliki sifat korosi yang lebih baik dan konduktivitas yang tinggi Pada penelitian ini menggunakan logam tanah jarang sebagai grain refinement yaitu berupa Lanthanum dan Samarium. Menggunakan sebanyak 5 sampel yaitu, 0.5% La; 0,5% Sm ; 0,25% La + 0,25% Sm, Paduan Al 6061 tanpa tambahan La & Sm tanpa dicor ulang, dan paduan Al 6061 yang dilakukan cor ulang. Didapat hasil dari penelitian kali ini, pada paduan Al-0,5 La paling tinggi konduktivitasnya sebesar 2.084.866,323 S/m dibandingkan dengan paduan lain termasuk pada paduan Al 6061 murni yang tidak ditambahkan logam tanah jarang. Pada laju korosi yang terendah pada paduan Al- 0,5 Sm, dimana diperoleh nilai laju korosinya adalah sebesar 0,0013 mm/tahun dibandingkan dengan paduan lain termasuk pada paduan Al 6061 murni yang tidak ditambahkan logam tanah jarang.

Generally, copper cables are commonly found in everyday life, but there is another type of cable that is commonly used, namely made from Al 6061. At this time, the addition of rare earth metals in the form of Lanthanum and Samarium was used. Then it will be compared its effectiveness using LPR, Electrical Conductivity, and SEM tests following EDX. Aimed at the test results that have better corrosion properties and high concentration In this study using rare earth metals as grain refiners, namely in the form of Lanthanum and Samarium. Using as many as 5 samples, namely 0.5% La; 0.5% Sm ; 0.25% La + 0.25% Sm, Al 6061 alloy without additional La & Sm without being recorched, and Al 6061 alloy re-cast. The results obtained from this research, in Al-0.5 La alloys, the highest conductivity was 2.084.866,323 S/m compared to other alloys including pure Al 6061 alloys which were not added rare earth element. At the lowest corrosion rate in Al-0.5 Sm alloy, where the corrosion rate value is obtained is 0.0013mm/year compared to other alloys including pure Al 6061 alloys which were not added rare earth metals.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>