Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160428 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muthia Putri Nadhifa
"Coresidence merupakan proses tinggal bersama yang dilakukan sebuah keluarga berbeda generasi. Proses tinggal bersama ini dilakukan adanya karena dorongan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu, Life Course Theory, personal well-being, faktor ekonomi, dan faktor demografi. Coresidence yang dibahas pada tulisan ini terbatas pada hubungan darah orang tua dengan anaknya. Dalam tinggal bersama, ada pola yang terbentuk karena adanya hubungan pertukaran antar penghuni rumah tinggal. Hubungan pertukaran antar penghuni, aktivitas sehari-hari penghuni dan faktor coresidence membentuk pengaturan ruang di rumah tinggal tiap rumah tangga berbeda. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui coresidence serta seperti apa praktinya dilakukan dan apa implikasi spasial terhadap rumah tinggal pelakunya.

Coresidence is a dwelling process done by multi-generational families. The urge to do this process is caused by several factors, such as Life Course Theory, personal well- being, economic factor, and demographic factor. Coresidence in this writing is restricted by the parent and adult children's blood relations. There are coresidence patterns created because of inhabitant exchange relationships inside the house. Exchange relationships, daily activities, and coresidence factors form space arrangements inside each coresident house different from others. The purpose of this writing is to understand coresidence and its practice as well as its spatial implication inside parent and adult children's houses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annies Sekar Firdausi
"Data statistik menunjukkan sebagian besar lansia di Indonesia masih berperan sebagai kepala rumah tangga, dimana tanggung jawab yang berat sebagai kepala keluarga dapat menurunkan psychological well-being. Literatur-literatur sebelumnya menemukan dampak positif maupun negatif dari tinggal bersama coresidence anak dengan psychological well-being lansia, namun literatur yang meneliti mengenai faktor dalam hubungan lansia dan anak yang tinggal bersama masih terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan persepsi kedekatan dan tingkat psychological well-being pada lansia yang tinggal bersama anak. Alat ukur Relationship Closeness Inventory RCI dan Ryff's Scale of Psychological Well-Being RSPWB diadministrasikan pada 102 orang partisipan lansia yang tinggal bersama anak.
Ditemukan bahwa semakin tinggi persepsi kedekatan dengan anak akan menurunkan psychological well-being lansia yang tinggal bersama r = -.114, p > .05. Selain itu, juga ditemukan bahwa tipe living arrangements akan memengaruhi persepsi kedekatan dan psychological well-being lansia.

National statistics showed majority of older people in Indonesia still took the role as a head of family, which was burdening and could give detrimental effects for older people's psychological well being. Although previous studies had found both beneficial and detrimental effects of coresidence with adult children for older parents psychological well being, there were still limited findings on factors that could affect relationship between parents and their adult children in coresidence living.
Purpose of this study was to seek whether perceived closeness with their adult children would be correlated with older parents psychological well being. Relationship Closeness Inventory RCI and Ryff's Scale of Psychological Well Being RSPWB were administered to 102 older parents who had coresidence living with their adult children.
Findings of this study was the increasing of perceived closeness with adult children was followed by the decreasing of older parents'psychological well being, but not significant r .114, p .05 . Furthermore, types of living arrangements were found as a factor which contributed to older people's perceived closeness and psychological well being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67146
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramesada Prasastyoga
"Kanker merupakan penyakit kronis yang dapat mengganggu fungsi hidup individu sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan caregiver untuk membantu penderita kanker dalam menjalani kehidupannya. Banyak anak dewasa yang memutuskan untuk menjadi caregiver orang tua penderita kanker karena adanya rasa tanggung jawab untuk membalas budi jasa kedua orang tua. Di dalam perawatan yang mereka lakukan, mereka dapat mengalami caregiver strain, yaitu tekanan dan konsekuensi negatif dari perawatan yang dipersepsi dan dirasakan oleh caregiver. Untuk bisa mengatasi hal tersebut, caregiver diduga perlu untuk mempersepsikan adanya keseimbangan dalam hubungan timbal balik antara ia dengan pasien dan anggota keluarga lain agar dapat melihat perannya secara lebih positif. Hal tersebut yang dimaksud dengan caregiver reciprocity.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan caregiver reciprocity pada anak dewasa yang menjadi caregiver orang tua penderita kanker. Partisipan merupakan anak dewasa dari penderita kanker yang telah menyediakan perawatan selama minimal 3 bulan. Caregiver Strain diukur dengan menggunakan The Modified Caregiver Index (Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) dan caregiver reciprocity diukur dengan menggunakan Caregiver Reciprocity Scale (Carruth, 1994). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara caregiver strain dan caregiver reciprocity bersifat negatif dan signifikan. Dengan demikian, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara caregiver strain dan caregiver reciprocity pada anak dewasa yang merawat orang tua penderita kanker.

Cancer is a chronic disease which can deteriorate the daily function of an individual. Hence, caregivers are needed to help patiens with cancer in their daily lives. Many adult children become caregivers for their parents with cancer because they feel that they have responsibility to give back to their parents. In their care activities, they can experience caregiver strain which is defined as pressures and negative consequences of the care perceived by caregivers. In order to overcome caregiver strain, it is assumed that they need to have high level of caregiver reciprocity which is defined as perception about balance in their reciprocal relationship with patient and other family members. It is assumed that caregiver reciprocity will enable them to see their role in a positive manner.
The objective of this research is to identify the correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity among adult children who become caregivers for their parents with cancer. Participants are adult children of cancer patients who have provided care for at least 3 months. Strain is measured using The Modified Caregiver Index ( Robinson, 1983; Thornton & Travis, 2003) and caregiver reciprocity is measured using Caregiver Reciprocity Scale (Carruth, 1994). The result shows that correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity is negative and significant. Therefore it is concluded that there is a significant negative correlation between caregiver strain and caregiver reciprocity of adult children who become caregivers for their parents with cancer.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranindiska Nurlistyo Naistana
"Hidup bersama orang tua atau mertua adalah hal yang umum di Indonesia dan memengaruhi partisipasi kerja perempuan yang cenderung lebih banyak terlibat dalam pekerjaan rumah tangga dan perawatan dibandingkan laki-laki. Kehadiran orang tua/mertua di rumah tangga memberikan spillover dan crowding out effect pada partisipasi kerja perempuan menikah. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui Teori Produksi Rumah Tangga Becker. Penelitian ini menggunakan data Susenas Tahun 2022, dan metode logistik biner serta multinomial logistik, menemukan bahwa hidup bersama orang tua/mertua meningkatkan peluang perempuan menikah untuk bekerja, bekerja di sektor formal, dan memiliki jam kerja yang panjang. Namun, hidup bersama orang tua/mertua yang membutuhkan perawatan menurunkan peluang bekerja, bekerja di sektor formal, dan mengurangi jam kerja mereka.

Living with parents or in-laws is common in Indonesia and affects women's labor force participation, as women tend to be more involved in household chores and caregiving compared to men. The presence of parents/in-laws in the household creates spillover and crowding out effects on the labor force participation of married women. This phenomenon can be explained through Becker's Household Production Theory. Using data from the 2022 Susenas and employing binary logistic and multinomial logistic methods, this study finds that living with parents/in-laws increases the likelihood of married women working, working in the formal sector, and having excessive working hours. However, living with parents/in-laws who require care decreases the likelihood of working, working in the formal sector, and reduces their working hours."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Meutia Rossy
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat korelasi kualitas hubungan menantu dan mertua dengan Psychological Well-Being menantu yang tinggal bersama mertua. Partisipan penelitian ini adalah dewasa muda usia 20-40 tahun yang sudah menikah dan sedang bertempat tinggal dalam satu rumah bersama mertuanya. Terdapat sebanyak 81 Partisipan, dimana terdapat 52 perempuan dan 29 laki-laki. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur Ryff's Psychological Well-being (RPWB) dan alat ukur Positive and Negative Social Exchange (PANSE) untuk mengukur kualitas hubungan menantu dan mertua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kualitas hubungan positif dengan psychological well-being menantu yang tinggal bersama mertua (r= 0,308, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,01). Kemudian, terdapat pula korelasi yang negatif dan signifikan antara kualitas hubungan negatif dengan psychological well-being menantu (r = -0,291, p = 0,01, signifikan pada LoS 0,01)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Soraya
"Masa lanjut usia (lansia) merupakan tahap terakhir dari tahapan perkembangan manusia yang sering diidentikan dengan masa penurunan dan ketidakberdayaan. Seiring menurunnya kemampuan fisik, lansia membutuhkan bantuan dalam kehidupannya sehari-hari. Living arrangements pengaturan mengenai dimana dan dengan siapa seseorang tinggal ? adalah salah satu perubahan yang dialami lansia berkaitan dengan aspek psikososial (Papalia, Olds, & Feldman, 2004). Penelitian Silverstein, Cong, dan Li (2006) mengindikasikan adanya pengaruh antara living arrangements dan psychological well-being. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being lansia yang tinggal bersama keluarga di rumah sendiri, lansia yang tinggal di rumah anak, dan lansia yang tinggal di panti werdha. Selanjutnya ingin diketahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan diantara ketiganya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara psychological well-being ketiga kelompok lansia.

Old age is the last phase of human development which often seen as a period of degradation. Since the physical abilities are getting weak, elderly require aid in their everyday life. Living arrangements ? the arrangements of where and with whom someone liveis one of change experienced by elderly related to psychosocial aspect ( Papalia, Olds & Feldman, 2004). Research by Silverstein, Cong, and Li (2006) indicated existence of influence between living arrangements and psychological well-being. By this research, the researchers are willing to find descriptions of psychological well-being of elderly who live in institution, adult children?s house, and own house. Besides, the researchers want to know whether there are difference which significant among the third groups. Result of the research found that there are significant differences among psychological well-being of the third groups of elderly."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Cahyaningrum
"ABSTRAK
Salah satu masalah kesehatan yang umum dialami oleh anak adalah demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua tentang demam dan manajemen demam anak di rumah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan cross sectional di RSUD Cibinong pada bulan Mei-Juni 2014. Alat penelitian yang gunakan yaitu kuesioner.. Uji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Fihser’s Exact. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian adalah 56 orang, 77% diantaranya jenis kelamin perempuan, 91% kategori dewasa awal, 57% memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK dan 64%-nya tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT). Tingkat pengetahuan tentang demam yang diperoleh pada penelitian ini adalah 0% kategori baik, 50% kategori cukup dan 50% kategori kurang. Sebanyak 86% tidak mampu melakukan manajemen demam di rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan orang tua tentang demam dan manajemen demam anak di rumah (p=0,0022). Oleh sebab itu diperlukan usaha peningkatan tingkat pengetahuan orang tua mengenai demam, sehingga kemampuan manajemen demam juga akan ikut meningkat.

ABSTRACT
One of the common diseases sufferred by children is fever. This research aims at finding out the relationship of the knowledge of parents about fever and children’s fever management at home. This research was conducted with the descriptive-coorelative research design with the cross sectional in RSUD Cibinong on May-June 2014. The tools of this research was questionnaire. The hypothesis examination done for this research was Fisher’s Exact test. The number of respondents involved in this research were 56 parents, with 77% female respondents, 91% were categorized as early adults, 57% with Senior High School/ Vocational School education, and 64% were unemployed/ housewives. The data for the knowledge of these parents about fever that was collected in this research were 0% for good category, 50% for sufficient category, and 50% for insufficient. There were 86% of parents could not do the fever management at home. This result showed that there was a meaningful relationship between the parents’ knowledge about fever and the children fever management at home (p=0,0022). Therefore efforts to improve the level of knowledge of parents about fever until fever management capability will also follow up."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilma Ranjani Wijaya
"Latar Belakang Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan perkembangan saraf yang paling umum terjadi pada anak-anak dan remaja di dunia. Psikoedukasi merupakan landasan tatalaksana GPPH, termasuk psikoedukasi bagi keluarga. Orang tua terbukti memainkan peran penting dalam diagnosis dan penanganan anak-anak dan remaja dengan GPPH. Diperlukan penelitian mengenai pengembangan psikoedukasi yang efektif untuk mengajarkan orang tua penderita GPPH di Indonesia mengenai penanganan anaknya. Metode Penelitian ini menggunakan desain penelitian intervensi pre-post yang menggunakan ADHD Knowledge Questionnaire yang diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dari See et al. (2021) sebagai pre-test dan post-test. Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa pengetahuan tentang GPPH pada pre-test dan posttest meningkat secara signifikan (P <0,001) di setiap kategori. Nilai rata-rata kuesioner adalah 38,0% (SD±21,4) pada pre-test dan 58,3% (SD±26,2) pada post-test. Nilai tinggi berkorelasi secara signifikan dengan kesadaran memiliki kenalan dengan GPPH (p < 0,01) pada pre-test dan dengan tingkat edukasi (p < 0,01) pada post-test. Pembahasan Pengetahuan orang tua mengenai GPPH relatif rendah sebelum psikoedukasi dan meningkat sehingga memadai pada post-test. Intervensi ini efektif dalam semua kategori informasi GPPH bagi semua orang tua terlepas dari faktor pribadi, selain tingkat edukasi, yang perlu disesuaikan. Kesimpulan Psikoedukasi, terutama pendekatan dengan bimbingan ahli dalam platform online, merupakan metode yang bermanfaat dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan tentang ADHD bagi orang tua di Indonesia.

Introduction Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) is the most common neurodevelopmental disorder among children and adolescents in the world. Psychoeducation is a cornerstone of ADHD management, including the psychoeducation of relatives. Parents have been found to play a crucial role in the diagnosis and management of their children with ADHD. Therefore, a study is needed on the development of psychoeducation that is effective in increasing the knowledge of parents on how to help their children with ADHD in Indonesia. Method This study is a pre-post interventional study that uses an ADHD Knowledge Questionnaire adapted and translated into Indonesian from See et al. (2021) as a pre-test and post-test. Results Wilcoxon signed ranks test reveals that the knowledge of ADHD in the pre-test and posttest increased significantly (P < .001) across every category. The mean score was 38.0% (SD±21.4) on the pre-test and 58.3% (SD±26.2) on the post-test. Increased ADHD knowledge was significantly associated with having other friends or relatives with ADHD (p < 0.01) in the pre-test and with their level of education (p < 0.01) in the post-test. Discussion The parents’ knowledge of ADHD was relatively low before psychoeducation and increased to average levels in the post-test. The intervention is effective in all disorder information categories for parents of all personal factors, except their education level, which needs to be adjusted for. Conclusion Psychoeducation is a beneficial and effective method to increase knowledge of ADHD for parents in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Financy Ramadhani
"Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perawatan anggota rumah tangga lansia yang mengalami disabilitas dan membutuhkan long-term care lebih banyak dilakukan oleh perempuan dan berpotensi mempengaruhi alokasi waktu yang dimiliki perempuan tersebut antara untuk perawatan anggota keluarga termasuk lansia, dan berperan aktif dalam angkatan kerja. Perempuan, terutama perempuan kawin, biasanya akan keluar dari pasar kerja atau mengurangi jam kerja mereka apabila terdapat lansia yang membutuhkan perawatan di dalam rumah tangganya. Menggunakan data SUSENAS Kor 2018 dan regresi multinomial dan regresi tobit, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skor gangguan fungsional lansia, yang merupakan pendekatan kebutuhan long-term care, dengan status bekerja (formal dan informal) dan jam kerja perempuan kawin yang ada di Indonesia.
Penelitian ini menemukan bahwa lansia yang tinggal bersama dengan perempuan kawin di Indonesia secara rata-rata masih berada pada kelompok lansia "muda" dan dalam taraf belum membutuhkan long-term care. Dengan kondisi demikian, penelitian ini belum dapat menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan antara peningkatan skor gangguan fungsional lansia dan status bekerja (formal dan informal) serta jam kerja perempuan kawin yang tinggal bersama dengan lansia tersebut.

Previous studies showed that the caregiving to disabled and requiring long-term care elderly is mostly performed by women. The caregiving women, especially the married ones, often facing the problem of time allocations, between work and caring for family members and disabled elderly. Using SUSENAS Kor 2018 data, this study investigates the relationship between the score of functional impairment of the elderly, which is an approach to long-term care needs, with working status (formal and informal) and working hours of married women co-residing with the elderly in Indonesia.
This study found that the elderly who co-reside with married women in Indonesia are, on average, still in the "young old" age group and at the stage where they do not need long-term care yet. Consequently, this study provides no evidence of the negative and significant relationship between the increasing scores of functional impairment of the elderly and working status (formal and informal) and the working hours of married women living in the same household with the elderly."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T54802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhian Luluh Rohmawati
"ABSTRAK
Perilaku berpacaran remaja sekarang sudah mengarah kepada perilaku seks
pranikah. Pengetahuan orang tua dan peran dalam memberikan pendidikan seks
yang diperlukan untuk mengurangi masalah perilaku seks pranikah pada remaja.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif sederhana dan teknik triangulasi
dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang tua
mengenai perilaku berpacaran yang dilakukan anak remajanya dan perannya
dalam memberikan pendidikan seks. Sampel pada penelitian ini berjumlah 96
orang tua yang memiliki anak usia remaja yang berpacaran di Desa Kepuhrejo
Provinsi Jawa Timur. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan orang tua mengenai perilaku
berpacaran pada anak remajanya dan peran dalam memberikan pendidikan seks
secara umum masih kurang. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah
menggunakan desain penelitian deskripsi komparatif atau deskripsi korelatif
sehingga hasil penelitian dapat lebih berkembang dan bervariasi.

ABSTRACT
Currently, the dating behavior of adolescent leads to premarital sex behavior. In
that case, proper knowledge and role of parents are needed to decrease the
number of premarital sex possibilities in adolescent children. This research used a
simple descriptive design and triangulation technique which has purpose to identify the
parents level of knowledge about sexual behaviour of their adolescent children and their
role in sex education. The number of sample were 96 parents who have adolescent
children in Desa Kepuhrejo, East Java. Sampling technique used was random sampling
and used proportion experiment analysis. The result showed that the parents?
knowledge about sexual behavior of adolescent children and their role in providing sex
education was still at low level. Recommendation for next research is using different
design such us comparative descriptive or colerative descriptive in order to the result of
research more complex and variation."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43108
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>