Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184710 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fadhlan Aldhifan
"Penelitian ini membahas hubungan antara aktivisme politik pemilih muda terhadap perilaku memilih mahasiswa Universitas Indonesia pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Depok tahun 2020. Hal ini dilatarbelakangi dari tingginya angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya (non-voting) pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Depok tahun 2020. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara tingkat aktivisme politik pemilih muda terhadap tingkat perilaku memilih mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori aktivisme politik pemilih muda oleh Dana R. Fisher yang kemudian diuji dengan perilaku memilih yang terbagi menjadi perilaku voting dan perilaku non-voting. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis uji statistik Chi-square. Hasil dari temuan ini memperlihatkan bahwa dalam uji statistik Chi-square terdapat hubungan antara aktivisme politik pemilih muda terhadap perilaku memilih dengan nilai chi-square 5,739 dan nilai signifikansi 0,017 bernilai kurang dari α (0,05). Namun, temuan lain dalam penelitian ini menemukan bahwa dari setiap empat subvariabel yang membentuk variabel aktivisme politik pemilih muda tidak terdapat hubungan yang signifikan. Temuan dalam penelitian ini pada akhirnya sesuai dengan argumen peneliti yakni terdapat hubungan antara aktivisme politik pemilih muda terhadap perilaku memilih pada Pemilihan Kepala Daerah Kota Depok tahun 2020

This study discusses the relationship between the political activism of young voters on the voting behavior of Universitas Indonesia students in the 2020 Depok City Regional Head Election. This is motivated by the high number of voters who do not exercise their right to vote (non-voting) in the 2020 Depok City Regional Head Election. The purpose of this study was to determine the significance of the relationship between the level of political activism of young voters on the level of voting behavior of Universitas Indonesia students. This study uses the theory of political activism of young voters by Dana R. Fisher, which is then tested with voting behavior which is divided into voting behavior and non-voting behavior. This study uses a quantitative approach with Chi-square statistical test analysis. The results of these findings show that in the Chi-square statistical test there is an influential relationship between political activism of young voters on voting behavior with a chi-square value of 5.739 and a significance value of 0.017 which is less than (0.05). However, another finding in this study found that from each of the four sub variable that make up the political activism variable of young voters there is no significant relationship. The findings in this study are ultimately in accordance with the researcher's argument, namely that there is a relationship between the political activism of young voters on voting behavior in the 2020 Depok City Regional Head Election. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Budi Hartono
"This thesis discusses the Spatial Analysis of the 2020 Depok City Regional Head Election. The source of the data was taken from the results of the 2020 Depok City Regional Head Election in the form of the number 2 contestant vote, population demographic data in the same year. This research uses quantitative methods with GeoDa applications. The purpose of this study analyzes the spatial distribution in each village, demographic factors and voter behavior and to determine the spatial influence on each contestant. The results of this study showed that contestant number 2 only had 30 village bases, but won absolutely in 53 villages. The factor of novice voters and voters with high school education level and above, affects the victory of contestant number 2. Other factors that influence victory are the quality of voters and the contestant's capabilities, the candidate's vision and mission, work program, government experience, contestant's level of education. Further research can be deepened by testing other demographic variables such as gender, socioeconomics, characteristics of commuter workers, both qualitatively and quantitatively.

This thesis discusses the Spatial Analysis of the 2020 Depok City Regional Head Election. Data sources are taken from the results of the 2020 Depok City Regional Head Election in the form of the vote acquisition of contestant number 2, population demographic data in the same year. This research uses quantitative methods with the GeoDa application. The purpose of this research is to analyze the spatial distribution in each village, demographic factors and voter behavior and to determine the spatial influence on each contestant. The results of this study show that contestant number 2 only has 30 base villages, but won absolutely in 53 villages. The factor of novice voters and voters with a high school education level and above, influenced the victory of contestant number 2. The other factors that influence victory are the quality of voters and contestant capabilities, candidates' vision and mission, work programs, government experience, and contestant education levels. Further research can be deepened by testing other demographic variables such as gender, socio-economic, characteristics of commuter workers, both qualitatively and quantitatively."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Divio Adi Winanda
"Di Indonesia, broker politik memiliki posisi yang strategis dalam pemilu akibat lemahnya institusi partai politik dan bergantungnya politisi kepada jaringan-jaringan personalnya. Akan tetapi, pembelotan broker masih menjadi masalah yang dihadapi para politisi. Kasus di Pilkada Kota Cilegon Tahun 2020 menunjukkan bagaimana Sahruji sebagai seorang clientelist broker membelot dari dinasti politik Aat Syafaat. Menggunakan Teori Pembelotan Broker Politik oleh Aspinall (2014), penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mengapa clientelist broker membelot dari politisi dengan prospek kemenangan tinggi ke politisi dengan prospek kemenangan yang lebih rendah. Penelitian ini berargumen bahwa pembelotan clientelist broker dipengaruhi oleh motivasi patronase yang ia inginkan dan melemahnya hubungan hierarkis dengan patronnya. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat pelemahan hubungan hierarkis antara broker dengan patron-nya yang menjadi faktor penunjang pembelotan, serta adanya faktor penentu di mana clientelist broker membelot kepada politisi yang bisa menyediakan patronase yang ia inginkan. Dalam kasus ini, clientelist broker memiliki motivasi untuk menguasai institusi partai demi memperkuat pengaruh politiknya. Untuk itu, dapat dianalisis bahwa konteks lemahnya institusi partai membuat clientelist broker yang ingin menguasai partai lebih bergantung kepada elit partai yang berkuasa dibandingkan politisi dengan prospek kemenangan tinggi dalam pemilu. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa clientelist broker akan mendukung politisi patron manapun yang dapat mewujudkan keinginannya, baik di lingkup pemerintahan atau nonpemerintahan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bagaimana hubungan antara clientelist broker dan partai politik pada konteks budaya politik informal dapat bersifat kompatibel di mana keduanya bisa saling menguntungkan.

In Indonesia, political brokers have a strategic position in an election due to weak political party institutions and politicians’ reliance on their personal networks. However, political brokers defection is still a problem that every politician must face. The case in Cilegon City 2020 Regional Head Election shows how Sahruji as a clientelist broker defected from Aat Syafaat’s political dynasty. Using the Theory of Political Broker’s Defection by Aspinall (2014), this research aims to analyze why do clientelist broker defects from an electorally strong prospected candidate to an electorally weak prospected candidate. This research argues that clientelist broker defection is affected by the broker’s patronage demand and the weakening hierarchy relationship with the patron. This research found that the hierarchy relationship between broker and the patron is weakening which creating the supporting factor of defection, and there is a determinant factor where clientelist broker defects to the politician who can provide the patronage he pursue. In this case, clientelist brokers have the motivation to rule party institutions in order to strengthen their political influence. Thus, we can analyze that the context of weak party institution turns the clientelist broker who seeks to rule a party to be more dependent on party elites rather than the electorally strong prospected candidate in the election. This research concludes that clientelist broker will support any political patron who can deliver their demands, whether in government or non-government area. Furthermore, this research shows how the relationship between clientelist broker and political party within informal politics context could be compatible where both sides are mutually beneficial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hasanah N Karimah
"Skripsi ini menjelaskan pengaruh kampanye politik media sosial terhadap partisipasi politik pemilih pemula, dalam studi kasus Pilkada DKI 2017 Putaran Kedua Penelitian menggunakan paradigm positivis dan pendekatan kuantitatif serta termasuk jenis penelitian eksplanatif. Metode pengumpulan data yang dipakai survei dengan instrumen penelitian kuesioner yang dibagikan acak kepada 37 warga Jakarta sebagai sampel penelitian. Metode analisis penelitian adalah regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan terpaan kampanye politik media sosial terhadap partisipasi politik pemilih pemula. Semakin tinggi terpaan kampanye politik media sosial, semakin tinggi pula partisipasi politik kehadiran pemilih dalam pemilihan umum, dibandingkan partisipasi politik secara offline dan online.

This research tries to prove the influence of political campaign of social media to political participation, in the case study of Regional Head Election of DKI 2017 Second Round of Research. This research use positivist paradigm and quantitative approach and including explanative type research. Data collection method used survey with randomly distributed questionnaire instrument to 37 Jakarta citizens as research sample. The method of research analysis is simple linear regression. The result of the research shows that there is a significant influence of social media campaign exposure to voter participation. The higher the exposure to social media political campaigns, the higher the political participation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhelia Anjani
"Salah satu permasalahan yang tengah dihadapi negara ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dikalangan anak muda. Hal ini ditandai dengan kurang menghayatinya anak muda terhadap simbol-simbol kebangsaan seperti lagu kebangsaan, upacara nasional, dan menganggap budaya luar negeri lebih menarik. Berdasarkan studi-studi sebelumnya bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang dimaksud adalah arus globalisasi, paham liberal, dan maraknya produk luar negeri. Sedangkan faktor internalnya adalah desentralisasi sistem pemerintahan, keluarga yang tidak mengajarkan nasionalisme, dan sentiment primordial atau etnis. Peneliti berargumen bahwa memudarnya rasa nasionalisme anak muda disebabkan oleh adanya pergeseran makna nasionalisme pada pemuda sekarang dimana mereka tidak lagi mengandalkan sloganistik/simbolistik tetapi lebih ke tindakan substantif. Melalui wawancara mendalam serta studi dokumen dan visual, peneliti menyimpulkan bahwa memudarnya rasa nasionalisme dikarenakan pergeseran makna dari makna nasionalisme sebelumnya. Melalui konstruksi sosial yang diberikan oleh institusi pendidikan, media masaa, dan pemikiran mahasiswa itu sendiri munculah interpretasi makna sehingga menghasilkan tindakan rasional. Tindakan rasional ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Tindakan Rasional Nilai dan Tindakan Rasional Instrumental pada arena kegiatan organisasi, volunteer, dan komunitas sebagai pemahamannya terhadap makna nasionalisme di era sekarang. Sehingga membentuk identitas nasional baru melalui nilai-nilai yang anut berdasarkan historis sejarah, pemikiran anak muda yang kritis, dan kegiatan mahasiswa yang bersifat nasionalis, sukarelawan, atau base on profit.

One of the problems facing this country is the waning spirit of nationalism among young people. This is marked by the lack of respect for young people against national symbols such as national anthems, national ceremonies, and consider foreign culture more interesting. Based on previous studies that the waning sense of nationalism of young people is caused by external factors and internal factors. The external factors in question are the current of globalization, liberalism, and the rise of foreign products. Whereas internal factors are decentralized government systems, families that dont teach nationalism, and primordial or ethnic sentiments. Researchers argue that the waning sense of nationalism of young people is caused by a shift in the meaning of nationalism in today's youth where they no longer rely on sloganistic / symbolistic but rather on substantive actions. Through in-depth interviews and document and visual studies, the researcher concluded that the fading sense of nationalism was due to a shift in meaning from the meaning of previous nationalism. Through social construction given by educational institutions, mass media, and students thinking it self, interpretations of meaning emerge to produce rational actions. These rational actions are divided into two types namely Rational Value Actions and Instrumental Rational Actions in the arena of organizational, volunteer and community activities as their understanding of the meaning of nationalism in the current era. Thus forming a new national identity through profound values based on historical history, critical thinking of young people, and student activities that are nationalist, volunteering, or base on profit."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghany Ellantia Wiguna
"Pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung pertama di Indonesia diadakan pada tahun 2005. Untuk memenangkan pemilihan, calon kepala daerah harus memperoleh suara tertinggi. Di sisi lain, setelah implementasi desentralisasi di Indonesia, kepala daerah memiliki kewenangan untuk mengelola keuangan daerah termasuk kewenangan untuk menyiapkan Anggaran Daerah (APBD). Wewenang untuk menyiapkan APBD memungkinkan penyalahgunaan anggaran dengan memanipulasi anggaran untuk menarik simpati dari pemilih untuk dipilih kembali dalam pemilihan berikutnya. Itu menyebabkan anggaran pemerintah membentuk siklus yang mengikuti tahun pemilihan. Dalam politik teori anggaran publik, keputusan anggaran tidak hanya didasarkan pada keputusan teknis tetapi juga keputusan politik. Kekuatan kelompok kepentingan memainkan peran penting dalam keputusan anggaran.
Studi ini dilakukan untuk melihat pola siklus anggaran yang terjadi pada tahun pemilu dan bagaimana peran koalisi partai kepala daerah di DPRD dalam pengambilan keputusan anggaran. Siklus anggaran dianalisis dalam sisi pendapatan dan pengeluaran untuk melihat keseluruhan pola siklus anggaran. Penelitian ini menggunakan data panel dari 502 kabupaten/kota pada periode 2011-2017 menggunakan Fixed Effect Model dan Pooled OLS. Hasilnya menunjukkan bahwa ada pengaruh tahun pemilihan pada tingkat agregat pendapatan dan pengeluaran. Ini menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran dibiayai dari peningkatan sisi pendapatan. Di sisi pendapatan, PAD meningkat pada tahun pemilihan yang berasal dari pajak dan PAD lainnya.
Di sisi pengeluaran, pengeluaran yang relatif lebih tinggi di bidang ekonomi, perumahan dan fasilitas publik, kesehatan dan fungsi perlindungan sosial sebagai kebutuhan dasar kesejahteraan rakyat. Dan sebagian besar jenis anggaran yang relatif lebih tinggi di tahun pemilu adalah belanja baik dan layanan dan belanja karyawan. Pangsa koalisi partai kepala daerah di DPRD signifikan terhadap pengeluaran dan pendapatan di tingkat agregat. Di tingkat komponen pengeluaran dan pendapatan, kekuatan koalisi di DPRD hanya signifikan terhadap pendapatan terutama PAD yang berasal dari pajak dan PAD lainnya. Karena DPRD juga memengaruhi keputusan anggaran, jika ada praktik PBC, koalisi partai kepala daerah di DPRD juga terlibat atau memiliki peran di dalamnya.

The first direct regional head election (Pilkada) in Indonesia was held in 2005. To win the election, regional head candidates must obtain the highest votes. On the other hand, after the implementation of decentralization in Indonesia, the regional head has the authority to manage regional finances including the authority to prepare the Regional Budget (APBD). The authority to prepare the APBD allows budget misuse by manipulating the budget to attract sympathy from voters for re-election in the next election. That causes the government budget to form a cycle that follows the election year. In the politics of public budget theory, budget decisions are not only based on technical decisions but also political decisions. The strength of interest groups plays an important role in budget decisions.
This study was conducted to look at the pattern of the budget cycle that occurred in the election year and how the role of the party coalition of regional heads in the DPRD in budget decision making. The budget cycle is analyzed in terms of income and expenditure to see the overall pattern of the budget cycle. This study uses panel data from 502 districts / cities in the period 2011-2017 using the Fixed Effect Model and Pooled OLS. The results show that there is an influence of the election year on the aggregate level of income and expenditure. This shows that the increase in expenditure was funded by an increase in income.
On the revenue side, PAD increased in the election year originating from taxes and other PAD. On the expenditure side, expenditures are relatively higher in the economic, housing and public facilities, health and social protection functions as the basic needs of people's welfare. And most types of budgets that are relatively higher in the election year are good spending and service and employee spending. The share of the party head coalition in the DPRD is significant on expenditure and income at the aggregate level. At the level of expenditure and revenue components, the strength of the coalition in the DPRD is only significant to revenues, especially PAD derived from taxes and other PAD. Because the DPRD also influences budget decisions, if PBC practices are involved, the regional head party coalition in the DPRD is also involved or has a role in it.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Priambodo
"Peran mahasiswa dalam negara sering diistilahkan sebagai agent of change (Sanit, 1988). Sejarah mencatat berbagai tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa yang berhasil membawa keadaan yang lebih baik di negara tempatnya berada. Peran mahasiswa dalam sejarah Indonesia bahkan telah membuat mahasiswa Indonesia memiliki identitas politik yang khas, sumber legitimasi peran politik mahasiswa. Mahasiswa mempunyai kedudukan yang tinggi di mata masyarakat maupun image media.
Namun disisi Iain kita mendapati kesan dan kenyataan yang berlawanan ketika memasuki alam nyata kampus. Kita dapati suasana kantin-kantin yang dipenuhi mahasiswa berorientasi kesenangan semata, atau iklim studi oriented saja tanpa peduli dengan masalah-masalah di sekelilingnya. Suatu situasi-kondisi nyata yang sangat jauh dari idealisme agent of change mahasiswa.
Penelitian ini berangkat dari kesenjangan fakta-fakta tersebut diatas. Penelitian ini berangkat dari pertanyaan bagaimana sesungguhnya deskripsi / gambaran umum partisipasi politik di kalangan mahasiswa. Lalu dalam perkembangannya penelitian ini dilengkapi dengan pertanyaan bagaimana hubungan partisipasi mahasiswa tersebut dengan variabel-variabel prediktornya.
Secara umum mahasiswa didefinisikan sebagai suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya selalu dalam ikatannya dengan perguruan tinggi. Perguruan tinggi didefinisikan sebagai lembaga pendidikan formal diatas sekolah lanjutan atas yang terutama mernberikan pendidikan teori dari suatu ilmu pengetahuan disamping mengajarkan suatu ketrampilan (skill) tertentu (Sarwono, 1978). Secara lebih operasional mahasiswa didefinisikan sebagai setiap orang yang secara resmi terdaftar unruk mengikuti pelajaran-pelajaran di suatu tempat pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.
Sementara partisipasi politik didefinisikan sebagai kegiatan warga negara sebagai warga sipil (private citizens) secara individual atau kelompok yang bertujuan mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah dalam hal pemilihan pemimpin dan penetapan kebijakan publik, termasuk didalamnya semua bentuk aktivitas yang dimaksud mempengaruhi pemerintah. Partisipasi terbagi dalam bentuk-bentuk conventional dan unconventional. Menurut Dalton (1996), terdapat tiga potensial prediktor partisipasi, yaitu karakteristik personal, pengaruh kelompok, dan sikap politik, yang terdapat pada diri seseorang.
Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif merupalkan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu untuk menentukan adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya dalam masyarakat. Dalam penelitian bentuk ini tidak digunakan dan tidak dilakukan pengujian hipotesis. Hasil yang diperoleh lebih merupakan gambaran tentang karakteristik suatu kelompok sampel yang dapat menjelaskan suatu gejala. Penelitian deskriptif tidak meramalkan hasil yang akan diperoleh dan hasil yang diperoleh adalah gambaran yang mendetil tentang masalah (Setiadi, Matindas, dan Chairy, 1998).
Melalui penelitian ini ingin diketahui bagaimana gambaran tingkat partisipasi pada setiap bentuk-bentuk partisipasi. Juga ingin diketahui bagaimana gambaran hubungan partisipasi dengan variabel-variabel prediktor partisipasi. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Indonesia. Semuanya berjumlah 92 orang. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat pengumpul data tersebut adalah kuesioner bentuk-bentuk partisipasi, kuesioner pengaruh keiompok, dan kuesioner sikap politik. Data mengenai karakteristik personal diperoleh dari data kontrol. Teknik pengolahan data adalah statistik deskriptif dan perhitungan korelasi serta perhitungan perbandingan mean.
Penelitian ini menemukan bahwa tingkat partisipasi mahasiswa secara umum pada berbagai bentuk partisipasi adalah rendah. Terdapat hubungan antara partisipasi mahasiswa dengan variabel prediktor 'pengaruh kelompok' dan variabel prediktor 'sikap politik'. Penelitian ini juga menemukan bahwa besar kedua variabel prediktor tersebut beserta aspek-aspeknya adalah tinggi kecuali untuk aspek ?kepuasan politik'. Partisipasi mahasiswa berhubungan dengan tingkat keaktifan di organisasi kemahasiswaan. Usia berhubungan dengan partisipasi electoral activity. Dan terakhir, perbedaan fakultas, asal suku, pilihan organisasi diluar kampus, persepsi aktivis nonaktivis, agama yang dianut, persepsi ideologi, dan persepsi peer group terdekat; rnenyebabkan adanya perbedaan partisipasi secara umum pada bentuk-bentuk partisipasi yang ada.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S3006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Nugroho
"ABSTRAK
Demokrasi dituntut dengan adanya masyarakat yang aktif dalam berpartisipasi politik. Namun partisipasi politik sendiri diukur dengan pengetahuan politik. Sudah sejauh mana pengetahuan politik pemilih pemula di Kota Depok. Studi ini ingin mencari tahu faktor apa saja yang membentuk pengetahuan politik di masyarakat Kota Depok.
Penelitian ini menggunakan enam konsep yang dikembangkan oleh Penny S Visser. Konsep self-interest, social identification, value-relevance, media use, attitude-importance dan attitude-relevant knowledge. Dengan menggunakan metode path analysis dalam pengujiannya, penelitian ini menghasilkan modifiikasi model yang telah dikembangkan.
Setelah menghitung koefisien model fit, penelitian ini menemukan bahwa variabel self-interest dibuang dari model dikarenakan tidak signifikan. Jadi dapat ditetapkan bahwa pengetahuan pemilih pemula Kota Depok dipengaruhi oleh empat faktor utama.

ABSTRACT
Democracy is demanded by a society that is active in participating politics. Yet political participation itself is measured by political knowledge. The extent of the political knowledge of newbie voters in the city of Depok. This study wants to find out what factors make up the political knowledge in the people of Depok City.
This study uses six concepts developed by Penny S Visser. The concept of self-interest, social identification, value-relevance, media use, attitude-importance and attitude-relevant knowledge. By using path analysis method in testing, this research resulted modifiikasi model that has been developed.
After calculating the fit model coefficients, this study found that the self-interest variable was removed from the model because it was not significant. So it can be determined that the knowledge of beginner voters in Depok City is influenced by four main factors."
2018
T50087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwina Ega Aryani
"Penelitian ini membahas mengenai koalisi diantara Partai Gerindra, PKS, dan Partai Demokrat pada Pemilukada Kota Depok Tahun 2015. Fokus penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat proses yang mendorong partai untuk membentuk atau tergabung dalam suatu koalisi. Koalisi yang terbentuk diantara ketiga partai tersebut merupakan sebuah upaya kerja sama dalam memenangkan Idris Abdul Shomad dan Pradi Supriatna. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam dan dilengkapi dengan data sekunder lainnya. Dari penelitian ini ditemukan bahwa survei calon kandidat dan pengaruh dari interaksi partai baik secara internal maupun interaksi partai dengan pihak luar sangat mempengaruhi sikap partai dalam membentuk koalisi.

This research analyzes the coalition among Partai Gerindra, PKS, and Partai Demokrat in Pemilukada Kota Depok in year 2015. The focus of this research is to explain that there is a process that encourage parties to form or to join a coalition. The coalition that was formed by mentioned parties is a form of cooperation in order to make Idris Abdul Shomad and Pradi Supriatna the winner of the Pemilukada. This research used qualitative method with in-depth interviews and other secondary data. The research finds out that survey for candidates and the effect of interaction, both internally and externally, by the party are extremely effecting the party preference on making coalition."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daud Pratama
"Skripsi ini mencoba untuk melihat pengaruh dari pembelian suara terhadap perilaku memilih pada masa pemilihan kepala daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2020. Dalam menjelaskan fenomena tersebut, digunakan konsep perilaku memilih rasional dan teori pembelian suara dari Edward Aspinall. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa survei dari rumah ke rumah dengan bantuan instrumen kuesioner. Sampel yang ditetapkan berjumlah 160 responden dengan tingkat kepercayaan sebesar 92,1 % dan Margin of Error sebesar 7,9 %. Untuk hasil dan pembahasan, ditemukan bahwa praktik pembelian suara di pilkada Kota Tangerang Selatan Tahun 2020 dilakukan melalui jaringan tim sukses yang dimiliki setiap pasangan calon. Selain itu, ditemukan juga bahwa jenis pemilih inti merupakan jenis pemilih yang paling banyak ditargetkan sebagai sasaran praktik pembelian suara. Dari 113 responden yang pernah ditawari pemberian barang, sebanyak 79 responden atau 69,9 % merupakan pemilih inti dan dari 71 responden yang pernah ditawari pemberian uang tunai, sebanyak 58 responden atau 81,7 % juga tergolong ke dalam pemilih inti. Selain pemberian dalam bentuk barang dan uang tunai, skripsi ini juga menemukan bahwa jenis barang seperti masker, faceshield dan handsanitizer menjadi instrumen baru dari setiap kandidat dalam menarik hati para pemilih. Pelaksanaan pilkada di tengah wabah pandemi covid-19 membuat maksud dari pemberian barang tersebut (masker, faceshield, handsanitizer) menjadi tersamarkan antara pemberian untuk bantuan kemanusiaan atau pemberian dalam rangka memikat hati para pemilih. Kemudian, data hasil survei juga menunjukkan bahwa praktik pembelian suara tetap terjadi pada masa pilkada Kota Tangerang Selatan Tahun 2020 yang dilaksanakan ditengah wabah pandemi covid-19. Terakhir, berdasarkan hasil uji korelasi dan regresi logistik diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh antara pembelian suara dengan perilaku memilih masyarakat Kecamatan Pamulang pada pilkada Kota Tangerang Selatan Tahun 2020.

This thesis aims to examine the influence of vote buying on voting behavior during the 2020 local elections for the head of South Tangerang City. In explaining this phenomenon, the concepts of rational voting behavior and the theory of vote buying by Edward Aspinall are utilized. The research method employed is quantitative, utilizing a survey conducted door-to-door with the assistance of a questionnaire instrument. The determined sample size is 160 respondents with a confidence level of 92,1 % and a Margin of Error of 7,9 %. Regarding the findings and discussion, it was discovered that the practice of vote buying in the 2020 South Tangerang City local elections was carried out through the campaign teams associated with each candidate. Additionally, it was found that core voters were the primary target of vote buying practices. Out of 113 respondents who were offered goods, 79 respondents or 69,9 % were core voters. Furthermore, out of 71 respondents who were offered cash, 58 respondents or 81,7 % were also classified as core voters. In addition to offering goods and cash, the thesis also identified that items such as masks, face shields and hand sanitizers became new instruments used by each candidate to attract voters. The conduct of regional elections amidst the Covid-19 pandemic has led to a conflation of the intended purpose behind distributing resources, causing ambiguity whether these items (masks, face shields and hand sanitizers) are intended for humanitarian aid or as a means to garner favor with voters. Moreover, survey data indicated that the practice of vote buying persisted during the 2020 South Tangerang City local elections which were held amid the COVID-19 pandemic. Finally, based on the results of correlation and logistic regression tests, it was found that there was no significant influence between vote buying and the voting behavior of the Pamulang Subdistrict community in the 2020 South Tangerang City local elections."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>