Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agatha Marta Elisa Timothea
"Emerging adults sedang diperhadapkan dengan berbagai tugas perkembangan dalam masa transisi menuju kedewasaan. Untuk dapat memenuhi tugas perkembangan yang tidak mudah, emerging adults memerlukan resiliensi yang tinggi. Resiliensi turut dipengaruhi oleh hubungan orang tua-anak, termasuk persepsi emerging adults mengenai penerimaan dan penolakan oleh ibu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melihat peran perceived maternal acceptance-rejection terhadap resiliensi pada emerging adults. Penelitian ini melibatkan 218 partisipan emerging adults berusia 18-25 tahun (M = 20,40, SD = 1,604) dengan dominasi jenis kelamin perempuan (n=154, 70,6%). Hasil penelitian menggunakan alat ukur RS-14 dan Adult PARQ/S: Mother Version menunjukkan bahwa perceived maternal acceptance-rejection secara signifikan menjadi prediktor dari resiliensi (F(4,213) = 6,350, p < 0.05, R2 = 0,107, adjusted R2 = 0,090) di mana variabel ini dapat meningkatkan resiliensi. Dari keempat dimensi perceived maternal acceptance-rejection, hanya dimensi maternal warmth and affection yang dapat memprediksi resiliensi ( = -.393, t(213) = -4.488). Oleh karena itu, diperlukan persepsi yang positif mengenai penerimaan dari ibu untuk dapat meningkatkan resiliensi yang lebih tinggi.

During their transition to adulthood, emerging adults experience a variety of developmental tasks. To complete these tough developmental tasks, emerging adults must be resilient. The parent-child relationship is one of the factors that contribute to high resilience. One form of the parent-child relationship is emerging adults’ perceived maternal acceptance-rejection. The objective of this research is to investigate the impact of perceived maternal acceptance-rejection on the resilience of emerging adults. A total of 218 emerging adults aged 18 to 25 years old took part in the study. (M = 20.40, SD = 1.604) with a female predominance (n=154, 70,6%). The result of the study using RS-14 and Adult PARQ/S: Mother Version indicates that perceived maternal acceptance-rejection is significantly predicts emerging adults' resilience (F(4,213) = 6,350, p < 0.05, R2 = 0,107, adjusted R2 = 0,090) in which this variable increases resilience. Of the four dimensions, only maternal warmth and affection dimension can predict resilience ( = -.393, t(213) = -4.488). As a result, for emerging adults to be resilient, they must have a positive perception of maternal acceptance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Wulan Sari R.G., author
"Pendahuluan: Bayi dengan BBLR mempunyai kemungkinan 4 kali lebih besar untuk meninggal selama 28 hari pertama masa hidupnya dibandingkan dengan bayi lahir dengan berat normal. Di Indonesia BBLR merupakan urutan kedua jenis penyakit terbanyak terkait pengunaan tembakau dimana dampaknya merupakan faktor yang sangat menentukan kesehatan di masa dewasa. Lebih dari 57% dalam sebuah rumah tangga mempunyai sedikitnya satu orang perokok dimana 91,8% merokok di dalam rumah tangga dan mengabaikan risiko serta bahaya paparan asap rokok.
Metode: Penelitian ini dilakukan di seluruh wilayah Indonesia menggunakan data hasil Riskesdas 2018 dengan tujuan mengetahui efek paparan asap rokok dalam rumah tangga terhadap kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia setelah setelah dikontrol dengan faktor bayi (jenis kelamin), faktor ibu (tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, dan TBC pada ibu), faktor pelayanan kesehatan (frekuensi dan kualitas ANC) dan faktor lingkungan (wilayah tempat tinggal). Penelitian ini dilakukan dengan disain potong lintang serta analisis regresi logistik dan poisson.
Hasil: Hasil penelitian dengan model akhir perilaku merokok berinteraksi dengan jenis kelamin serta dikontrol oleh variabel tingkat pendidikan ibu dan frekuensi ANC secara umum menunjukan bahwa tidak ada efek dari paparan asap rokok dalam rumah tangga dengan kejadian BBLR (meskipun p value  pada jenis kelamin perempuan dengan paparan asap rokok ≥ 20btg  lebih kecil dari 0.05, namun OR 0.056 atau bersifat protektif).
Pembahasan: Berdasarkan hasil penelitian ini dan beberapa tinjauan hasil penelitian yang sejalan disimpulkan bahwa berat badan lahir tidak semata-mata dipengaruhi oleh riwayat paparan asap rokok, tetapi dalam suatu kondisi tertentu ada faktor lain yang mungkin lebih dominan. Dalam hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor seperti cara pengumpulan data hanya berdasarkan wawancara/kuesioner sehingga pengukuran terhadap paparan asap rokok dalam rumah tangga kurang dapat menggambarkan situasi sebenarnya (hasil pengukuran lemah.
Kesimpulan: Berdasarkan analisis yang telah digunakan baik menggunakan metode regresi logistik maupun poisson adalah bahwa hasil penelitian ini belum dapat menjawab hipotesis yang menyatakan bahwa efek paparan asap rokok dalam rumah tangga meningkatkan kejadian BBLR di Indonesia tahun 2018 bahkan setelah dikontrol dengan variabel kovariat.

Introduction: Babies with LBW are 4 times more likely to die during the first 28 days of life than babies born with normal weight. In Indonesia, LBW is the second largest type of disease related to tobacco use where the impact is a very determining factor in adulthood. More than 57% in a household has at least one smoker where 91.8% smoke in the household and ignore the risks and dangers of exposure to cigarette smoke. Method: This research was conducted in all regions of Indonesia using Riskesdas 2018 results with the aim of knowing the effect of exposure to cigarette smoke in the household on the incidence of Low Birth Weight (LBW) in Indonesia after being controlled by baby (sex), maternal factors (level maternal education, maternal employment status, and tuberculosis to the mother), health service factors (frequency and quality of ANC) and environmental factors (residential area). This research was conducted with cross-sectional design and logistic and poisson regression analysis.
Result: The results of the study with the final model of smoking behavior interacting with gender and controlled by variables of maternal education level and frequency of ANC in general showed that there was no effect of cigarette smoke exposure in households with LBW events (although p value in female sex with exposure cigarette smoke b 20btg less than 0.05, but OR 0.056 or protective). Discussion: Based on the results of this study and a few reviews of the results of the research that are in line concluded that birth weight is not solely influenced by a history of exposure to cigarette smoke, but in certain conditions there are other factors that may be more dominant. In this case it might be due to several factors such as the way data is collected based only on interviews/questionnaires so that the measurement of cigarette smoke exposure in the household is less able to describe the actual situation (the measurement results are weak). Conclution: Based on the analysis that has been used both using logistic regression methods and poisson is that the results of this study have not been able to answer the hypothesis that the effect of cigarette smoke exposure in households increases the incidence of LBW in Indonesia in 2018 even after being controlled by covariate variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeslyn
"Hubungan persahabatan yang baik merupakan sumber dukungan sosial yang penting pada masa eksplorasi di usia emerging adults. Salah satu faktor yang berperan terhadap hubungan persahabatan adalah maternal dan paternal attachment. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan maternal dan paternal attachment dengan kualitas persahabatan emerging adults. Partisipan (N= 218) merupakan emerging adults berusia 18-25 tahun (M= 21,17), berkewarganegaraan Indonesia, memiliki ayah dan ibu yang lengkap, dan memiliki sahabat. Maternal dan paternal attachment diukur menggunakan instrumen Experience in Close Relationship Scale-Relationship Structures, dan kualitas persahabatan diukur dengan McGill Friendship Questionnaire-Friends’ Function. Hasil penelitian ini menemukan bahwa avoidance maternal (r(-0,255)<0,001, p<0,01) dan paternal (r(-0.168)= 0.006; p<0.01) attachment berkorelasi negatif dengan kualitas persahabatan. Sementara itu, anxiety maternal dan paternal attachment ditemukan tidak berkorelasi dengan kualitas persahabatan. Hal ini menandakan bahwa avoidance attachment dengan ayah dan ibu berhubungan dengan hubungan dekat individu di usia emerging adulthood dengan sahabat yang tercermin dari kualitas persahabatan.

Best friends are an important source of social support for emerging adults during their exploration phase. One important factor that plays a role towards best friendship are maternal and paternal attachment. This research aims to know the relationship between maternal and paternal attachment and best friendship quality in emerging adults. The participants (N= 218) are emerging adults aged 18-25 (M= 21,17) who have best friends, Indonesian, and both parents are still alive. Maternal and paternal attachment are measured using Experience in Close Relationship Scale-Relationship Structures, whilst best friendship quality is measured using McGill Friendship Questionnaire-Friends’ Function. The result found a significant negative correlation between avoidance maternal (r(-0,255)<0,001, p<0,01) and paternal (r(-0.168)= 0.006; p<0.01) attachment with best friendship quality. Meanwhile, the result found no significant correlation between anxiety maternal and paternal attachment and best friendship quality. This result indicates that there is a relationship between avoidance parental attachment and friendship quality in emerging adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Putri Rahmayanti
"Perceraian yang semakin hari semakin meningkat di Indonesia salah satunya disebabkan oleh tingkat kepuasan perkawinan yang rendah. Kepuasan perkawinan sendiri dapat didefinisikan sebagai sikap individu terhadap perkawinannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran relationship maintenance behavior dan perceived fairness terhadap kepuasan perkawinan. Penelitian dilakukan kepada 99 perempuan dan 87 laki-laki yang sedang berada pada perkawinan pertama dan memiliki anak dengan pasangan saat ini. Teknik pengambilan partisipan menggunakan convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quality Marriage Index (QMI), Relationship Maintenance Behavior Measure (RMBM), dan alat ukur Perceived Fairness milik Claffey dan Mickelson (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa relationship maintenance behavior dan perceived fairness terbukti dapat memprediksi kepuasan perkawinan. Ketika dianalisis lebih lanjut, terlihat bahwa relationship maintenance behavior memiliki kontribusi yang lebih besar terhadap kepuasan perkawinan (39.49%) dibanding perceived fairness (18.39%). Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi praktisi dan masyarakat untuk lebih memperhatikan relationship maintenance behavior dan perceived fairness untuk menjaga tingkat kepuasan perkawinan mereka.

Divorce is keeps increasing in Indonesia, one of the causes was the low level of marital satisfaction. Marital satisfaction itself can be defined as an individual's attitude towards his/her marriage. This study is aimed to examine the role of relationship maintenance behavior and perceived fairness on marital satisfaction. This study is conducted to 99 women and 87 men who are still in their first marriage and have children with their current partner. The sampling technique that is used in this study is convenience sampling. The measurement that is used in this study is Quality Marriage Index (QMI), Relationship Maintenance Behavior Measure (RMBM), and perceived fairness inventory by Claffey and Mickelson (2009). The results of this study shows that relationship maintenance behavior and perceived fairness were proven to be able to predict marital satisfaction. Looking further, it seems that relationship maintenance behavior has a greater contribution to marital satisfaction (39.49%) than perceived fairness (18.39%). The results of this study can be used as a reference for practitioners and the public to pay more attention to relationship maintenance behavior and perceived fairness to maintain their level of marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elnia Sevinawati
"Non suicidal self-injury (NSSI) memiliki prevalensi tertinggi pada usia dewasa muda (45%). Pada dewasa muda, NSSI banyak digunakan untuk mengatasi tekanan emosional dan sebagai upaya beralih dari situasi yang sulit. Model teori yang menjelaskan hubungan antara experiential avoidance dengan NSSI adalah Experiential Avoidance Model (EA-Model) dan salah satu variabel yang diduga dapat menjembatani kedua variabel, yaitu harapan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah tingkat harapan memediasi hubungan antara experiential avoidance dan keparahan NSSI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental dengan partisipan penelitian berjumlah 122 orang yang pernah/masih melakukan NSSI (84,4% perempuan), dan memiliki rentang usia 18-29 tahun (M =22,28, SD=2,67). Keparahan NSSI diukur menggunakan NSSI-FS, experiential avoidance diukur menggunakan AAQ-II, dan harapan diukur menggunakan AHS. Melalui analisis mediasi, ditemukan tingkat harapan memediasi secara penuh hubungan antara experiential avoidance dan keparahan NSSI. Hal ini menunjukkan bahwa harapan berperan menjelaskan hubungan antara experiential avoidance dan perilaku NSSI. Ketika individu cenderung kaku dan terus-menerus enggan untuk mengalami pikiran, perasaan, dan sensasi internal yang tidak nyaman (experiential avoidance), hal tersebut akan memprediksi tingkat harapan pada individu, yang mana tingkat harapan lebih lanjut akan memprediksi tingkat keparahan perilaku NSSI pada individu dewasa muda.

Non suicidal self-injury (NSSI) has the highest prevalent among emerging adults (45%). In emerging adults, NSSI is often used to cope with emotional distress and to escape from difficult situations. Experiential Avoidance Model (EA-Model) explain the relationship between experiential avoidance and NSSI, with hope being a potential mediator between these variables. This study aimed to see whether the levels of hope mediate the relationship between experiential avoidance and the severity of NSSI. The study used a non-experimental quantitative method and was conducted on 122 participants who have engaged in NSSI (84,4% female), aged 18-29 years (M = 22,28, SD = 2,67). NSSI severity was measured using NSSI-FS, experiential avoidance was measured using AAQ-II, and hope was measured using AHS. Mediation analysis revealed that hope fully mediated the relationship between experiential avoidance and NSSI severity. This shows that hope plays a role in explaining the mechanism between experiential avoidance and the severity of NSSI. When individuals unwilling to engage with certain personal experiences, including uncomfortable thoughts, emotions, and internal sensations (experiential avoidance), it predicts their level of hope, which subsequently predicts the severity of NSSI behavior among emerging adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayuaji Prasetyo
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari Digital Innovation, Perceived Value, dan Loyalty Program terhadap Kepuasan dan Kepercayaan Pelanggan yang berdampak ke Kesetiaan Pelanggan di PT. Garuda Indonesia. Penelitian ini akan menggunakan perangkat lunak SmartPLS, untuk melihat hubungan dan tingkat signifikansi dari Digital Innovation, Perceived Value, dan Loyalty Program dalam mempengaruhi Kepuasan Pelanggan dan Kepercayaan Pelanggan. Kemudian juga akan dilihat hubungan dan besar pengaruh dari Kepuasan Pelanggan dan Kepercayaan Pelanggan terhadap Kesetiaan Pelanggan di PT. Garuda Indonesia.
Data diambil berdasarkan jawaban kuesioner responden yang pernah terbang dengan Garuda Indonesia dan juga menjadi anggota GarudaMiles (Loyalty Program dari Garuda Indonesia). Hasil evaluasi menyatakan bahwa Digital Innovation mempunyai dampak yang signifikan terhadap kepuasan dan kepercayaan pelanggan setelah menghilangkan beberapa indikator. Percieved Value mempunyai dampak signifikan terbesar terhadap kepuasan dan kepercayaan pelanggan, dibandingkan dengan 2 variabel lainnya. Loyalty Program tidak mempunyai dampak yang signikan terhadap kepuasan dan kepercayaan pelanggan. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa kepuasan dan kepercayaan pelanggan mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesetiaan pelanggan.

ABSTRACT
This research aims to analyze the influence of Digital Innovation, Perceived Value, and Loyalty Program toward Customer Loyalty through Customer Satisfaction and Loyalty in PT. Garuda Indonesia. This research will be use PLS-SEM as software to observe the relationship and significance of variable Digital Innovation, Perceived Value, and Loyalty Program toward Customer Satisfaction and Customer Trust. Which is finally, also observe the relationship and how significant the Customer Satisfaction and Customer Trust to influence the Customer Loyalty in Garuda Indonesia.
Data is taken from questionnaires from respondent which flying with Garuda Indonesia which also member of GarudaMiles (Loyalty Program of Garuda Indonesia). The result of the study shows Digital Innovation have significant influence on customer satisfaction and trust by removing some indicators. Perceived Value have the most significant influence on customer satisfaction and trust compare to other 2 variables. Loyalty Program doesn't have significant influence on customer satisfaction and trust. The result also show that customer satisfaction and trust have significant influence on customer loyalty."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Eryandra
"Brand loyalty, kesetiaan konsumen untuk membeli suatu produk atau merek secara terus menerus, merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Akan tetapi, saat ini konsumen mungkin memiliki pertimbangan lain sebelum melakukan pembelian dan memilih setia pada suatu produk dan merek. Penelitian sebelumnya menunjukkan consumer perceived ethicality mempengaruhi brand loyalty melalui brand affect. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah brand affect dapat mempengaruhi hubungan antara consumer perceived ethicality dan brand loyalty pada konsumen lanjut usia. Penelitian ini melibatkan 331 orang lansia yang mengkonsumsi produk air kemasan bermerek AQUA dengan metode survei menggunakan kuesioner baik secara langsung ataupun online. Hasil analisa mediasi menggunakan teknik analisis regresi dengan PROCESS menunjukkan bahwa brand affect berperan sebagai mediator sebagian terhadap hubungan consumer perceived ethicality dan brand loyalty. Hal ini berarti, konsumen lansia cenderung melihat apakah suatu merek memiliki nilai etis daripada menggunakan afeksi mereka untuk tetap setia membeli produk air kemasan yang diteliti.

Brand loyalty, consumers rsquo loyalty to buy a product or a brand continuously, is one factor to increase company rsquo s profits. However, consumers may have to do some evaluations before they decide to be loyal on a brand or a product. Previous research suggested that consumer perceived ethicality predicted brand loyalty through brand affect. The aim of this study is to examine if brand affect influence the relationship between consumer perceived ethicality and brand loyalty on older adult consumers. There were 331 older adult consumers of AQUA who participated in this study by filling in a paper based or online set of questionnaires. Mediation analysis result using PROCESS macro suggested that brand affect only partially influenced the relationship between consumer perceived ethicality and brand loyalty. It can be concluded that older adult consumers rsquo were more likely seeing brand rsquo s ethicality instead of using their affection to keep loyal towards a brand studied."
2017
T48420
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avila Ruspanto Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah resiliensi memiliki peran sebagai mediator hubungan antara persepsi dukungan sosial dan kesejahteraan psikologis. Ini didasarkan pada risiko tinggi gangguan pada kesejahteraan psikologis orang dewasa baru yang sedang menjalani transisi dan periode eksplorasi. Desain penelitian ini korelasional dengan peserta berusia 18 hingga 25 tahun tahun, belum menikah dan belum memiliki anak. Penelitian ini menggunakan Ryff's Psychological Well- Menjadi Skala, Skala Multidimensi Dukungan Sosial Persepsi, dan Skala Ketahanan Singkat.
Hasil uji statistik 828 peserta membuktikan bahwa ketahanan memediasi sebagian hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dan kesejahteraan psikologis, dengan signifikan efek langsung (β = .5259 ρ <.005) dan efek tidak langsung (β = .1679, ρ <.005). Ini menunjukkan itu persepsi dukungan sosial dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis, baik secara langsung maupun melalui ketahanan sebagai mediator.

This study aims to determine whether resilience has a role as a mediator between the perception of social support and psychological well-being. This is based on a high risk of disruption in the psychological well-being of new adults who are undergoing a transition and exploration period. The design of this study was correlational with participants aged 18 to 25 years, not married and not having children. This study uses Ryffs Psychological Well-Being Scale, the Multidimensional Scale of Social Perception Support, and the Short Endurance Scale.
The results of a statistical test of 828 participants proved that endurance mediated in part the relationship between perceived social support and psychological well-being, with significant direct effects (β = .5259 ρ <.005) and indirect effects (β = .1679, ρ <.005). This shows that the perception of social support can affect psychological well-being, both directly and through endurance as a mediator.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Omar Abdurrohman
"Spiritualitas merupakan upaya individu dalam mencari kebermaknaan dan esensi dari kehidupan yang mampu berperan sebagai faktor untuk mengatasi gejala quarter-life crisis pada emerging adults. Spiritualitas dapat dipengaruhi oleh faktor keluarga yang ditinjau melalui keberfungsiannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap spiritualitas pada emerging adults. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah family assessment device (FAD) dan spiritual attitude and involvement list (SAIL). Hasil penelitian dari 102 partisipan emerging adults (mean usia = 20,32 tahun) menunjukan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan berperan sebagai prediktor terhadap spiritualitas pada emerging adults (R2 = 0,110, p<0,05) dengan dimensi respon afektif yang signifikan berperan sebagai prediktor terhadap spiritualitas. Oleh karena itu, penting bagi anggota keluarga untuk memperhatikan bagaimana emerging adults dalam meregulasi dan merespon emosional dengan kadar yang sesuai untuk meningkatkan spiritualitas dalam upaya menurunkan gejala quarter-life crisis.

Spirituality is an individual's effort to seek meaning and essence of life that can act as a factor for overcoming the symptoms of quarter-life crisis in emerging adults. Spirituality can be influenced by family factors which are reviewed through their functioning. This study aims to examine the role of family functioning on spirituality in emerging adults. The instruments used in this research are the family assessment device (FAD) and the spiritual attitude and involvement list (SAIL). The results from 102 emerging adults participants (age mean = 20,32 years old) show that family functioning significantly acts as a predictor of spirituality in emerging adults (R2 = 0.110, p<0.05) with the affective response dimension significantly acting as a predictor of spirituality. Therefore, it is important for family members to pay attention to how emerging adults regulate and respond emotionally at the appropriate level to increase spirituality in an effort to reduce symptoms of quarter-life crisis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Hendiananta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perceived organizational support dengan in-role dan extra-role behavior karyawan PT X serta merancang program intervensi yang sesuai dengan permasalahan yang terjadi di PT X. Berdasarkan data awal yang diperoleh melalui wawancara, FGD dan dokumen perusahaan diketahui bahwa in-role dan extra-role behavior karyawan PT X perlu ditingkatkan untuk mencapai target perusahaan. Salah satu faktor pembentuk in-role dan extra-role behavior adalah dukungan yang diberikan organisasi terhadap karyawan atau perceived organizational support. Teori extra-role behavior yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikembangkan oleh William dan Anderson 1991 yaitu OCB-I dan OCB-O. Hasil analisis data yang diperoleh dari 85 karyawan ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perceived organizational support dengan OCBO r= 0.24 , p< 0.05. Selanjutnya peneliti merancang intervensi untuk dapat meningkatkan perceived organizational support yang juga berdampak pada OCB-O berupa workshop performance feedback pada karyawan level supervisor. Hasil perhitungan uji signifikansi perbedaan pre-test dan post-test menggunakan Wilcoxon Signed-Rank test menunjukkan bahwa workshop yang dilakukan memberikan peningkatan yang signifikan terhadap pengetahuan materi intervensi dengan nilai signifikansi 0.026 p < 0.05."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>