Populasi Indonesia terus mengalami peningkatan yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan pangan. Namun, upaya peningkatan ketersediaan pangan hanya berkonsentrasi pada bagaimana menghasilkan produksi pertanian tanpa diimbangi dengan inisiatif untuk mengurangi food loss and waste (FLW). Selain itu, FLW berdampak terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sebagai respon terhadap pentingnya FLW untuk menurunkan kerawanan pangan akibat perubahan iklim, peneliti ingin mengkaji timbulan FLW cabai rawit sebagai komoditas unggulan di sepanjang rantai pasok dan dampaknya terhadap emisi karbon yang dihasilkan dari input produksi maupun penanganan FLW. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sistem Dinamis, yang memungkinkan simulasi berbagai strategi untuk menurunkan FLW dengan intervensi sustainable agriculture dan circular economy. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data dari berbagai tahapan rantai pasok cabai rawit, termasuk produksi, distribusi, dan penanganan sampah. Data-data ini kemudian digunakan untuk membangun model Sistem Dinamis yang menggambarkan hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi FLW dan emisi karbon. Hasil simulasi strategi menunjukkan bahwa penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP) sebagai langkah reduce atau preventif menjadi strategi yang paling signifikan. Strategi ini mampu menurunkan FLW dan emisi karbon sebesar 88%. Selain itu, strategi ini juga menghasilkan profit yang lebih besar bagi petani, collector, dan retail dibandingkan dengan alternatif strategi lain yang merupakan langkah reuse dengan menjadikan FLW sebagai byproduct. Penelitian ini memiliki implikasi penting dalam pengelolaan FLW cabai rawit, di mana penerapan GAP dan GHP dapat menjadi alternatif strategi yang efektif dalam menurunkan FLW dan emisi karbon sekaligus meningkatkan keuntungan bagi pelaku bisnis dalam rantai pasok. Rekomendasi untuk penelitian lanjutan adalah melibatkan lebih banyak aktor dalam rantai pasok dan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal seperti regulasi dan kebijakan yang dapat mempengaruhi implementasi strategi ini, termasuk adopsi teknologi dan awareness setiap aktor yang terlibat lebih luas terhadap FLW.
Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dunia. Namun permasalahan dalam aspek lingkungan, sosial dan ekonomi muncul karena sebagian makanan akan terbuang sia-sia, bahkan sampah makanan ini dihasilkan pada setiap tahapan dalam rantai pasok makanan. Masalah ini perlu menjadi perhatian baik pemerintah sebagai regulator maupun pelaku usaha sebagai operator dan masyarakat sebagai konsumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, proporsi sampah makanan paling banyak dihasilkan pada tahap konsumsi. Tahapan konsumsi dibagi menjadi dua pelaku yaitu food service dan rumah tangga. Makalah ini berfokus untuk membahas timbulan sampah makanan pada sektor layanan makanan di DKI Jakarta dengan menggunakan system dynamics. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan strategi pengurangan timbulan sampah makanan di sektor layanan makanan. Timbulan sampah makanan yang dihasilkan dari tiga sumber: pemasok makanan, layanan makanan, dan food bank. Donasi bahan makanan, kampanye kesadaran sampah, dan pemberian potongan harga untuk makanan yang tidak habis terjual menjadi strategi untuk mengurangi jumlah timbulan sampah.