Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157866 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Farhan Arviandy
"Dalam kehidupan perkuliahan di universitas, stres akademik senantiasa menjadi faktor penghalang bagi mahasiswa untuk mencapai subjective well being yang tinggi. Self compassion diperkenalkan sebagai salah satu variabel yang berpotensi dapat melindungi mahasiwa dari stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana efek self compassion dalam memoderasi hubungan antara stres akademik dan subjective well being. Partisipan penelitian ini adalah 251 mahasiswa dengan rentang usia berkisar antara 18-23 tahun (M=21,18, SD=1.33). Hasil analisis korelasi Pearson menunjukan bahwa stres akademik secara signfikan berkorelasi negatif dengan subjective well being. Hasil analisis moderasi menggunakan PROCESS Macro Hayes menunjukan bahwa self compassion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap hubungan antara stres akademik dan subjective well being. Hasil penelitian, implikasi, limitasi, serta saran untuk penelitian kedepannya didiskusikan.

In university life, academic stress is always become a major obstacle for students to achieve high subjective well-being. Self-compassion is introduced as a variable that has the potential to protect students from academic stress. This study aims to see how the effect of self- compassion in moderating the relationship between academic stress and subjective well-being. The participants of this study were 251 students with an age range ranging from 18-23 years (M=21.18, SD=1.33). The results of Pearson correlation analysis shows that academic stress is significantly negatively correlated with subjective well being. The results of the moderating analysis using PROCESS Macro Hayes show that self-compassion does not contribute significantly to the relationship between academic stress and subjective well-being. The research results, implications, limitations, and suggestions for future research are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iga Winati
"Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa belas kasihan diri (SC) merupakan faktor pelindung yang harus diperhitungkan bagi individu dalam menghadapi pengalaman menyakitkan. Hal ini dikarenakan SC mampu membuat individu menjadi lebih adaptif, salah satunya dengan meningkatkan kesejahteraan psikologis (PWB). Salah satu pengalaman pahit yang menjadi fenomena umum di masyarakat yang dinyatakan berdampak negatif pada korban PWB adalah bullying. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk melihat apakah ada peran moderasi variabel welas asih pada hubungan antara pengalaman bullying di sekolah (SMP dan / atau SMA), dan kesejahteraan psikologis pada orang dewasa yang baru muncul. Hasil penelitian terhadap 801 emerging adult menunjukkan bahwa pengalaman bullying (B = -0,197, p> 0,01) tidak dapat memprediksi PWB, sedangkan SC (B = 0,6798, p <0,01) merupakan prediktor PWB. Namun, tidak ada peran moderasi yang ditemukan untuk SC (B = 0,0034, p> 0,01). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa SC bukanlah moderator tentang hubungan antara pengalaman bullying dan PWB.

Previous research has found that self-compassion (SC) is a protective factor that must be taken into account for individuals in the face of painful experiences. This is because SC is able to make individuals more adaptive, one of which is by increasing psychological well-being (PWB). One of the bitter experiences that has become a common phenomenon in society which is stated to have a negative impact on victims of PWB is bullying. Therefore, this study seeks to see whether there is a moderating role for the compassionate variable in the relationship between experiences of bullying at school (junior high and / or high school), and psychological well-being in emerging adults. The results of the study on 801 emerging adults showed that the bullying experience (B = -0.197, p> 0.01) could not predict PWB, while SC (B = 0.6798, p <0.01) was a predictor of PWB. However, no moderating role was found for SC (B = 0.0034, p> 0.01). Thus, it can be concluded that SC is not a moderator about the relationship between bullying experience and PWB."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izza Auzan Ilma
"Tingginya tuntutan akademik akibat Revolusi Industri 4.0 mempengaruhi stres akademik yang dimiliki oleh mahasiswa sarjana saat ini. Salah satu kemampuan yang dapat membantu mahasiswa menghadapi stres akademik adalah learned resourcefulness Terkait dengan situasi sulit, kehadiran self-compassion diprediksi berperan dalam menjelaskan kekuatan hubungan antara learned resourcefulness dan stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara learned resourcefulness dan stres akademik pada mahasiswa sarjana di Indonesia dengan self-compassion sebagai moderator. Pengambilan data pada penelitian dilakukan secara daring melalui penyebaran kuesioner yang memuat alat ukur Perception of Academic Stress Scale (PASS), Self Control Schedule (SCS), dan Self Compassion Scale (SCS). Berdasarkan hasil analisis terhadap 151 partisipan, self-compassion tidak memberikan peran signifikan pada hubungan antara learned resourcefulness dan stres akademik, F(3,147) = 14.712, p > .05. Namun demikian, hasil analisis juga menemukan adanya hubungan langsung dari  variabel learned resourcefulness (b = -.073, p < .05) dan self-compassion (b = -3.3984, p < .05) terhadap stres akademik. Diskusi mengenai hasil dan implikasi penelitian ini akan dibahas lebih lanjut.

The high academic demands due to the Industrial Revolution 4.0 affect the academic stress experienced by undergraduate students. Learned resourcefulness is one of the skills that can help students deal with academic stress. Related to difficult situations, the presence of self-compassion is predicted to play a role in explaining the strength of the relationship between learned resourcefulness and academic stress. The purpose of this study is to investigate the relationship between learned resourcefulness and academic stress in Indonesian undergraduate students, with self-compassion as a moderator. The data used for the research was collected online through the distribution of questionnaires containing Perception of Academic Stress Scale (PASS), Self Control Schedule (SCS), dan Self Compassion Scale (SCS). Based on the analysis of 151 participants, self-compassion did not significantly influence the relationship between learned resourcefulness and academic stress, F(3,147) = 14.712, p > .05. However, the results of the analysis also found a direct relationship between learned resourcefulness (b = -.073, p < .05) and self-compassion (b = -3.3984, p < .05) on academic stress. The research's findings and implications will be discussed further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Retno Putri Manjali
"Penyesuaian diri di perguruan tinggi merupakan hal penting yang diperlukan untuk melalui masa transisi yang penuh perubahan. Penelitian melihat bahwa dispositional mindfulness memiliki peran pada penyesuaian diri di perguruan tinggi. Namun, hubungan yang terbentuk terkait dispositional mindfulness dan penyesuaian diri di perguruan tinggi masih dibutuhkan, terutama mengenai hubungannya dengan kesejahteraan psikologis yang seringkali terlibat. Kesejahteraan psikologis merupakan suatu kondisi yang diperlukan dalam penentuan kesehatan mental seseorang. Penelitian korelasional ini melihat peran kesejahteraan psikologis sebagai mediator dalam hubungan antara dispositional mindfulness dan penyesuaian diri di perguruan tinggi pada mahasiswa tingkat pertama N = 207. Instrumen yang digunakan terdiri dari Mindfulness Attention Awareness Scale MAAS, Student Adaptation to College Questionnaire SACQ, dan Ryffs Scale of Psychological Well-being. Dari hasil analisis mediasi yang dilakukan, terdapat indirect effect b = 0,54.

Adjustment to college is an important thing needed during the transition period from high school. Dispositional mindfulness has been proven to have a role in adjustment to college. However, research about the relationship that is formed regarding dispositional mindfulness and adaptation in college is still needed, especially about its relationship with psychological well being that is often involved. Psychological well being is a necessary condition in determining one 39s mental health. Thus, this present research is a correlational research that sees the role of psychological well being as a mediator in the relationship between dispositional mindfulness and adjustment to college among first year college students N 207. The instruments used in this research consisted of Mindfulness Attention Awareness Scale MAAS, Student Adaptation to College Questionnaire SACQ, and Ryff 39 s Scale of Psychological Well being. From the result of mediation analysis, there are indirect effect b 0,54."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johara Fakhira
"Pandemi Covid-19 tentunya menyebabkan banyak sekali penyesuaian yang harus dilakukan oleh masyarakat, termasuk mahasiswa. Pada masa pandemi ini, mahasiswa banyak melakukan kegiatan secara daring yang menyebabkan perubahan hidup yang cukup signifikan pada mahasiswa. Situasi ketidakpastian akibat pandemi berdampak pada subjective well-being mahasiswa. Keluarga sebagai salah satu sumber dukungan sosial, berperan penting dalam membantu mempertahankan tingkat subjective well-being yang tinggi pada mahasiswa. Studi ini bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap subjective well-being mahasiswa pada masa pandemi Covid-19. Peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif dengan strategi penelitian noneksperimental, di mana peneliti menyebarkan kuesioner keberfungsian keluarga (Family Assessment Device) dan kuesioner subjective well-being (Subjective Happiness Scale) kepada partisipan. Sebanyak total 390 mahasiswa dan mahasiswi S1 dengan rentang usia 18 - 23 tahun berpartisipasi pada penelitian ini. Berdasarkan hasil analisis multiple regression, diketahui bahwa keberfungsian keluarga berperan secara signifikan terhadap subjective well-being mahasiswa di masa pandemi Covid-19 (R2 = 0,274, p < 0,05). Dimensi keberfungsian keluarga yang berperan secara signifikan adalah dimensi komunikasi, peran, dan respon afektif. Oleh karena itu, keluarga diharapkan dapat meningkatkan komunikasi, pembagian peran dan respon afektif sehingga dapat mempertahankan tingkat subjective well-being yang baik
The Covid-19 pandemic has caused a lot of adjustments that need to be done by the community, including college students. During this pandemic, students are doing a lot of online activities that cause significant life changes for students. The situation of uncertainty due to the pandemic has an impact on the subjective wellbeing of students. Family as a source of social support plays an important role in helping to maintain a high level of subjective well-being in students. This study aims to determine the role of family functioning on college students' subjective well-being in Covid-19 pandemic. This research is a quantitative nonexperimental study, using Family Assessment Device (FAD) and Subjective Happiness Scale (SHS) questionnaire. A total of 390 men and women college students in the range of 18 - 23 years old participated in this study. Using multiple regressions analysis, the results showed that family functioning has a significant role on college students’ subjective well-being in Covid-19 pandemic situation (R2 = 0,274, p < 0,05). In addition, we obtained that communications, roles, and affective response dimensions have a significant role on subjective well-being. Therefore, families are expected to improve communication, roles and affective responses to maintain a good level of subjective well-being in college students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marcellina Yovita
"Selama menghadapi proses adaptasi, mahasiswa tahun pertama rentan mengalami stres akademik yang tinggi. Berbagai usaha dapat dilakukan untuk menurunkan pengaruh stres akademik terhadap subjective well being (SWB) salah satunya dengan memiliki tingkat optimisme yang tinggi. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pengaruh optimisme dalam memoderasi pengaruh stres akademik terhadap SWB. Terdapat 4 alat ukur yang digunakan, meliputi The Positive Affect and Negative Affect Schedule (Watson et al. 1988), The Satisfaction With Life Scale (Diener et al. 1985), Student-life Stress Inventory (Gadzella, 1994), dan Life Orientation Test-Revised (Scheier & Carver, 1994). Dari 215 partisipan ditemukan bahwa stres akademik secara signifikan menurunkan SWB (t(213)=-7,119, p<0,05), dimana 18,8% varians dari skor SWB dapat dijelaskan oleh stres akademik. Optimisme secara signifikan meningkatkan subjective well-being (t(213)=5,271, p<0,05), dimana 11,1% varians dari skor SWB dapat dijelaskan oleh optimisme. Walaupun demikian, peningkatan optimisme tidak memperlemah pengaruh stres akademik terhadap subjective well-being pada mahasiswa tingkat pertama (t(211)=0,491, p>0,05), dimana 24,5% dari skor SWB dapat dijelaskan oleh stres akademik dan optimisme. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan bahan dalam penyusunan intervensi pada mahasiswa yang memiliki masalah dalam prestasi akademis yang disebabkan oleh stres akademis.

The first-year undergraduate students are prone to academic stress. Various ways can be done to reduce the influence of academic stress on subjective well-being, one of which by having a high level of optimism. This study examined the effect of academic stres on subjective well-being with optimism as the moderator among first year undergraduates. This study used 4 measures, which were the Positive Affect and Negative Affect Schedule (Watson et al. 1988), the Satisfaction With Life Scale (Diener et al. 1985), the Student-Life Stress Inventory (Gadzella, 1994), and the Life Orientation Test-Revised (Scheier & Carver, 1994). This study found that academic stress descreased subjective well-being significantly (t(213)=-7,119, p<0,05), where 18,8% of SWB variance was explained by academic stress. On the other hand, optimism increased subjective well-being significantly (t(213)=5,271, p<0,05), where 11,1% of SWB variance was explained by optimism. Nevertheless, the increase in optimism did not lessen the influence of academic stress on subjective well-being among first-year undergraduate students (t(211)=0,491, p>0,05), where 24,5% of SWB variance was explained by academic stress and optimism. This research is useful in providing material for the preparation of interventions on students who have problems in academic performance due to academic stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S62788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Yazid Habibah
"Pengalaman membesarkan anak dan merawat orang tua dalam satu waktu yang dialami generasi sandwich menuntut untuk menjalankan dua perannya dengan seimbang. Tanggung jawab ini tidak terlepas dari berbagai macam tantangan yang rentan mengganggu kesejahteraan subjektif individu. Welas asih diri diduga dapat berkaitan dengan kesejahteraan subjektif individu. Penelitian dilakukan menggunakan desain korelasional kepada 130 dewasa madya dengan rentang usia 35-60 tahun yang merawat serta mengasuh anak dan orang tua. Tujuan penelitian ini adalah melihat adanya hubungan antara welas asih diri dan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich. Alat ukur yag digunakan adalah Skala Kesejahteraan Subjektif dan Self-Compassion Scale Short Form (SCS-SF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa welas asih diri secara signifikan berkorelasi positif dengan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich. Hal ini mengimplikasikan welas asih diri dapat menjadi intervensi untuk meningkatkan kesejahteraan subjektif pada generasi sandwich.

The experience of raising children and caring for parents at the same time experienced by the sandwich generation demanded that they carry out their two roles in a balanced way. This responsibility is inseparable from various kinds of challenges that are prone to disrupting individual subjective well-being. Self-compassion is thought to be related to individual subjective well-being. The study was conducted using a correlational design with 130 middle adults aged around 35-60 years who cared for their parents and children simultaneously. The purpose of this study was to see a relationship between self-compassion and subjective well-being in the sandwich generation. The measuring tools used are Skala Kesejahteraan Subjektif and Self-Compassion Scale Short Form (SCS-SF). The result showed that self-compassion was positively significant correlated with subjective well-being in sandwich generation. This implies self-compassion can be an intervention to improve subjective well-being in sandwich generation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priskila Hilary
"ABSTRAK
Pemusik orkestra memiliki tuntutan dan tantangan yang tinggi untuk selalu menampilkan permainan musik yang sempurna. Hal ini membuat mereka memaksa diri dalam berlatih dan memiliki toleransi yang rendah terhadap kekurangan dan kesalahan diri. Hal ini membuat pemusik orkestra memerlukan self-compassion agar tidak melakukan hal yang destruktif terhadap diri mereka. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara self-compassion dan psychological well-being pada pemusik orkestra. Penelitian ini menggunakan metode korelasi. Pengukuran self?compassion menggunakan alat ukur Self-Compassion Scale (Neff, 2003) dan alat ukur Ryff?s Scale of Psychological Well-Being (Ryff , 1989). Partisipan penelitian adalah sebanyak 104 pemusik orkestra. Hasil penelitian menunjukan bahwa hipotesis null penelitian ditolak (rs=0.465 dan p=0.000), yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-compassion dan psychological well-being pada permusik orkestra. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk merancang intervensi pelatihan self-compassion bagi pemusik orkestra agar dapat meningkatkan psychological well-being.

ABSTRAK
Orchestra musicians have a lot of demands and high challenges to always perform in a perfect way. These things make them hard on themselves when practicing and make them have a low tolerance on their inadequacies and failure. They need to be self-compassionate to themselves so that they will not do a destructive action to themselves. This study aims to look at the relationship between self-compassion and psychological well-being of orchestra musicians. This study uses correlation method. Self-compassion was measured using Self-Compassion Scale (Neff ,2003). Psychological well-being was measured using Ryff?s Scale of Psychological Well-Being (Ryff, 1989). The respondents of the study are 104 orchestra musicians. There is significant evidence to reject the null hypothesis (rs=0.465 dan p=0.000), which can conclude that there is a positive and significant relationship between self-compassion and psychological well-being of orchestra musicians. These results are hoped to be useful in planning interventions self-compassion training, so that they can promote their psychological well-being."
2016
S63689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Ainina Cahyaningtyas
"Dukungan sosial ditemukan dapat berperan sebagai variabel penyangga ketika individu mengalami situasi stres. Peranan ini menjadi penting ketika individu mengalami kondisi stres yang dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan subjektifnya. Pada situasi ekonomi yang mengalami kenaikan, kelompok generasi sandwich yang berperan untuk mengurus orang tua dan anak dalam satu waktu menjadi rentan untuk mengalami stres finansial yang dapat berdampak negatif terhadap kesejahteraan subjektifnya. Terkait dengan hubungan tersebut, penelitian ini mengkaji peran dari dukungan sosial sebagai variabel moderator pada hubungan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif. Penelitian ini melibatkan 135 responden generasi sandwich berusia 35-60 tahun yang memberikan dukungan finansial kepada anak dan orang tua. Analisis korelasional Pearson yang dilakukan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif menunjukkan adanya korelasi negatif yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi stres finansial maka akan semakin rendah kesejahteraan subjektif individu. Meskipun demikian, tidak terdapat peran moderasi yang signifikan dari dukungan sosial dalam hubungan antara stres finansial dan kesejahteraan subjektif.

Previous studies found that social support could have a moderating effect during one’s stressful situation. This role became important as the individual experienced a stressful situation that could have a negative impact towards its well-being. During the economic situation where inflation arises, the sandwich generation group whose role is to take care of parents and children at one time became vulnerable to experience financial stress which can have a negative impact on their subjective well-being. Related to this relationship, this study examined the role of social support as a moderator variable. This study involved 135 sandwich generation respondents, ranging from 35 to 60 years old, who provided financial support to their children and parents. Pearson’s correlation analysis conducted between financial stress and subjective well-being showed a significantly negative relationship, indicating that higher financial stress would lead to a lower subjective well-being. However, there is no significant moderating role of social support in the relationship between financial stress and subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Enza Azura Mundakir
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara makna hidup dengan well-being subyektif melalui peran mediasi pemaafan dan harapan pada 257 pekerja on call. Pada penelitian ini, pengukuran variabel dilakukan menggunakan Meaning in Life Questionnaire MLQ, Satisfaction with Life Scale SWLS, The Scale of Positive and Negative Experience SPANE, Adult Dispositional Hope Scale ADHS, The State Hope Scale SHS, dan The Heartland Forgiveness Scale SHS. Analisis data dilakukan menggunakan model mediasi ganda yang dikemukakan oleh Hayes 2013. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemaafan dan harapan secara signifikan memediasi hubungan antara makna hidup dan well-being subyektif dengan besaran efek total sebesar 0.2169 c = 0.2169, t 257 = 24.64.

ABSTRACT
This study was conducted to examine the relationship between meaning in life with subjective wellbeing through the mediation role of forgiveness and hope towards 257 on call workers. In this study, the measurement of variables was conducted using the Meaning in Life Questionnaire MLQ, the Satisfaction with Life Scale SWLS , the Scale of Positive and Negative Experience SPANE, the Adult Dispositional Hope Scale ADHS, the State Hope Scale SHS, and the Heartland Forgiveness Scale SHS. The data analysis was conducted using a double mediation method that was proposed by Hayes 2013. The findings of this study showed that forgiveness and hope significantly mediated the relationship between meaning in life with subjective wellbeing with the total magnitude of effect of 0.2169 c 0.2169, t 257 24.64."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>