Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andina Cahya Putri Dwibaswary
"Penelitian ini membahas kesejahteraan sosial bagi pekerja perempuan agar tetap menjalankan keberfungsian sosialnya di masyarakat selama kebijakan (WFH) berlangsung dilihat dari Ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian dilatarbelakangi dengan perubahan dalam dunia kerja yaitu tingginya jumlah perempuan yang bekerja yang telah menikah dan memiliki anak. Namun terdapat permasalahan tersendiri bagi perempuan yaitu mengalami peran ganda, tuntutan pada pekerjaan dan keluarga secara bersamaan sehingga menimbulkan ketegangan dan konflik peran ganda. Adapun kebijakan WFH yang memberikan implikasi bagi pekerja perempuan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran mengenai konflik peran ganda yang dialami oleh pekerja perempuan yang memiliki peran ganda selama WFH pada pekerja perempuan di Human Initiative. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif serta menggunakan teknik studi literatur dan wawancara mendalam yang dilakukan secara daring/online pada bulan September 2021 hingga Juli 2022. Penelitian ini melibatkan 6 orang pekerja perempuan dengan rentang usia 21-49 tahun yang memiliki anak dengan usia dini 0-6 tahun, 3 orang pasangan/suami dari pekerja perempuan, dan 1 orang Manajer People Care. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pekerja perempuan sebagai individu mengalami gangguan terhadap keberfungsian sosialnya selama WFH dikarenakan mengalami konflik peran ganda, baik dilihat dalam dimensi work-family conflict yang ditunjukkan dengan melakukan pembagian waktu antara pekerjaan dengan urusan rumah, kendala dalam urusan anak ketika bekerja, mengalami burnout dengan masalah pekerjaan, mengalami perdebatan batin yang memicu keinginan untuk resign, dan adanya perdebatan batin dengan alasan anak. Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan bahwa pekerja perempuan di Human Initiative mengalami konflik peran ganda yaitu dilihat dalam dimensi work-family conflict terlihat dari faktor penyebab yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan behavior-based conflict. Namun, selama kebijakan WFH berlangsung pekerja perempuan melakukan upaya untuk menyeimbangkan peran gandanya baik dilakukan secara individu, bersama pasangan, dan bantuan dari keluarga yang dilakukan dengan pembagian peran dan cara mengatasi konflik peran ganda agar tetap bisa menjalankan keberfungsian sosialnya di masyarakat selama WFH berlangsung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan kontribusi pada konsep mengenai deskripsi konflik peran ganda pada mata kuliah Kesejahteraan Sosial Industri serta Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi Pelayanan Kemanusiaan khususnya dalam pembahasan mengenai masalah kesehatan dan keselamatan kerja yang didalamnya terdapat aspek work-family conflict.

This study discusses social welfare for female workers in order to continue to carry out their social functions in the community during the Work From Home (WFH) policy seen from Social Welfare Science. This research is motivated by changes in the world of work, namely the high number of working women who are married and have children. However, there are separate problems for women, namely experiencing multiple roles, demands on work and family simultaneously, causing tension and dual role conflicts. The WFH policy has implications for women workers. This study aims to provide an overview of the dual role conflict experienced by female workers who have multiple roles during WFH among female workers in the Human Initiative. This type of research is a qualitative research with a descriptive design and uses literature study techniques and in-depth interviews conducted online from September 2021 to July 2022. This study involved 6 female workers with an age range of 21-49 years who have children aged 0-6 years old, 3 spouses/husbands of female workers, and 1 People Care Manager. The results of the study explain that female workers as individuals experience interference with their social functioning during WFH due to multiple role conflicts, both seen in the dimensions of work-family conflict as indicated by dividing time between work and home affairs, problems with children's affairs at work, experiencing burnout. with work problems, experiencing inner debates that trigger the desire to resign, and inner debates with children's reasons. The conclusion of this study is that female workers in the Human Initiative experience dual role conflict, which is seen in the dimensions of work-family conflict as seen from the causative factors, namely time-based conflict, strain-based conflict, and behavior-based conflict. However, during the WFH policy, women workers made efforts to balance their dual roles, both individually, with their partners, and with assistance from their families, by dividing roles and overcoming dual role conflicts so that they could continue to carry out their social functions in the community during WFH. The results of this study are expected to add to the development of contributions to the concept of dual role conflict description in Industrial Social Welfare and Human Resource Management courses in Human Services Organizations, especially in the discussion of occupational health and safety issues in which there are aspects of work-family conflict."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadya Kanzanabilla
"Pandemi Covid-19 dianggap sebagai salah satu ancaman kesehatan global utama, Untuk meminimalkan kontak fisik antar individu dan untuk mencegah infeksi baru, banyak perusahaan menerapkan bekerja dari rumah. Namun bekerja dari rumah berdampak negatif bagi kesehatan salah satunya keluhan musculoskeletal meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran serta faktor yang dapat mempengaruhi keluhan muskuloskeletal selama bekerja dari rumah menggunakan metode literature review melalui database online ProQuest, PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar pada tahun 2020-2021. Hasil pencarian didapatkan sebanyak 10 artikel, yang berasal dari Jepang, Arab Saudi, Indonesia, Turki, Spanyol, Itali, Estonia, Kroasia dan Amerika. Hasil dari telaah Pustaka menunjukan prevalensi keluhan musculoskeletal berkisar antara 64,6%-70,5% dan secara signifikan nyeri meningkat selama bekerja dari rumah yang menunjukkan adanya hubungan bekerja di rumah dengan keluhan muskuloskeletal dan hubungan faktor individu, antara lain memiliki umur >30 tahun, jenis kelamin perempuan, indeks massa tubuh gemuk, stres psikososial sedang-berat, penurunan aktivitas olahraga. Faktor pekerjaan, antara lain postur kerja yang tidak ergonomis dan durasi kerja >8jam/hari mempengaruhi keluhan muskuloskeletal.

Pandemic Covid-19 is considered as one of the major global health problems. To establish physical contact between individuals and to prevent new infections, many companies are implementing work from home. However, work from home has a negative impact on health, one of which is increased musculoskeletal disorders. This study aims to determine the description and factors that can affect musculoskeletal disorders while work from home using a literature review method through the online databases ProQuest, PubMed, ScienceDirect, and Google Scholar in 2020-2021. The search results obtained 10 articles, which came from Japan, Saudi Arabia, Indonesia, Turkey, Spain, Italy, Estonia, Croatia and America. The results of the literature review show that prevalence musculoskeletal disorders ranging from 64,6%-70,5% and significally pain increased during work from home which indicated there is an association between work from home and musculoskeletal disorders and factors that influence is individual factors, including having age > 30 years, female gender, fat body mass index, moderate-severe psychosocial stress, decreased physical activity. And occupational factors, including non ergonomic work posture and work duration >8 hours/day affect musculoskeletal disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desprina Octaffiani
"Pandemi COVID-19 yang saat ini dihadapi oleh seluruh negara telah mengubah roda kehidupan pekerja di seluruh sektor. Menjaga performa kerja tetap dalam kualitas yang baik diperlukan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu cara yang dianggap penting untuk menjaga performa tenaga kerja adalah dengan adanya dukungan sosial secara sukarela yang diterima dari sesama rekan kerja atau yang disebut dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB). Penelitian ini menguji pengaruh kepuasan kerja dan religiositas terhadap perilaku OCB. Dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling menghasilkan total responden sebanyak 416 pekerja yang berdomisili di Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jakarta dan Jawa Barat). Data penelitian dianalisis menggunakan PLS-SEM (Partial Least Square-Structural Equation Model) dengan perangkat lunak SmartPLS. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh langsung religiositas terhadap perilaku OCB tenaga kerja. Selain itu, dalam kondisi pandemi COVID-19 yang mengharuskan sebagian besar tenaga kerja untuk bekerja dengan sistem Work From Home (WFH) nyatanya tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan pada hubungan religiositas terhadap perilaku OCB, sedangkan pekerja Work From Office (WFO) terbukti lebih menunjukkan perilaku OCB yang dipengaruhi oleh tingkat religiositasnya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran pentingnya meningkatkan kepuasan kerja yang membuat tenaga kerja merasa lebih bersedia dan sadar untuk melakukan perbuatan tolong menolong kepada sesama rekan kerja selama pandemi COVID-19.

Pandemic COVID-19 that is currently being faced by all countries has changed the wheels of workers' lives in all sectors. Keeping work performance in good quality is needed in improving company performance. One way that is considered important to maintain the performance of the workforce is by voluntary social support received from co-workers or what is called Organizational Citizenship Behavior (OCB). This study examines the effect of job satisfaction and religiosity on OCB behavior. With purposive sampling technique, the total number of respondents is 416 workers who live in Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi (Jakarta and West Java). Data were analyzed using PLS-SEM (Partial Least Square-Structural Equation Model) with software SmartPLS. This study does not prove the direct influence of religiosity on the OCB’s employee. In addition, in the pandemic situation, which requires most of the employees to work with the Work From Home (WFH) system, it does not show a significant effect on the relationship of religiosity to OCB behavior, while Work From Office (WFO) workers are proven to show more helping behavior that influenced by the level of their religiosity. This research is expected to be an illustration how important for increasing job satisfaction that will makes the workers more aware and willing to take actions to help co-workers during the COVID-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Febrianto
"Tugas karya akhir ini membahas pelecehan seksual yang dialami perempuan pekerja dalam ruang kerja online saat work from home pada masa pandemi COVID-19. Dengan menggunakan teori feminis radikal, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana terjadinya kekerasan seksual berbasis jenis kelamin/gender yang difasilitasi teknologi terhadap perempuan pekerja selama WFH, apa yang menjadi latar belakangnya, dan menjelaskan perbedaan kekerasan seksual berbasis sex/gender di ruang fisik dengan ruang cyber. Tugas karya akhir ini menggunakan secondary data analysis untuk menganalisis data dari Never Okay Project dan South East Asia Freedom of Expression Network (2020) dan ditemukan bahwa kekerasan seksual berbasis gender terhadap perempuan pekerja dalam ruang cyber memiliki penyebab dasar yang sama dengan yang terjadi di ruang fisik karena teknologi mereproduksi hubungan hierarki gender. Meski begitu, pelecehan seksual yang dialami perempuan pekerja dalam ruang cyber saat pandemi COVID-19 menghasilkan dampak, kerentanan, dan ketidakberdayaan yang lebih buruk daripada pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja fisik pada umumnya.

The work of this final paper discusses sexual harassment experienced by women workers in the online workspaces when working from home during the COVID-19 pandemic. Using radical feminist theory, this paper aims to explain how technology-facilitated gender/gender-based sexual violence occurs against women workers during WFH, what is the background, and also explain the difference between sex/gender-based sexual violence in physical space and cyberspace. This final paper uses secondary data analysis to analyze the data from Never Okay Project and South East Asia Freedom of Expression Network (2020) and it is found that gender-based sexual violence against women workers in cyberspace has the same basic causes as those that occur in physical space because technology reproduces hierarchical gender relations. Even so, the sexual harassment experienced by women workers in cyberspaces during the COVID-19 pandemic resulted in a worse impact, vulnerability and helplessness that sexual harassment that occurred in the physical workplace in general."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gheraldy Adam Satria Prabowo
"Work From Home sebagai salah satu praktik kerja yang mulai marak dijalankan di Indonesia merupakan hal yang baru dan membuka ruang yang luas dalam penelitian untuk menguji pengaruhnya terhadap pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Work From Home terhadap Work Effort dan Work-life Balance. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen kuesioner yang berbentuk digital (Google Form). Teknik pengambilan sampel berupa non probabilita, purposive sampling terhadap pekerja di DKI Jakarta yang tengah menjalankan WFH dan tidak bekerja di sektor pemerintahan. Hasil penelitian secara umum menunjukkan terdapat pengaruh signifikan antara WFH dengan Work Effort namun tidak menemukan hubungan signifikan antara WFH dengan Work Life Balance. Namun, setelah responden dibagi menjadi 2 (dua) kategori yakni pekerja yang Overwork (Bekerja 9 Jam keatas) dan tidak Overwork (Bekerja 8 jam atau kurang) ditemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara WFH dengan Work Life Balance pada pekerja yang tidak overwork.

Work From Home, is starting to be prevalent in Indonesia and opens up wide spaces in research to test its effects on workers. This study aims to analyze the effect of Work From Home on Work Effort and Work-life Balance. This research is quantitative with a digital questionnaire instrument (Google Form). The sampling technique is non-probability, purposive sampling of workers in DKI Jakarta that currently running WFH and not working in the government sector. The results of the study generally shows a significant influence between WFH andWork Effort, but there is no significant relationship between WFH and Work Life Balance. However, after the respondents were divided into 2 (two) categories namely workers who were Overworked (worked 9 hours and above) and not Overworked (worked 8 hours or less), it was found that there was a significant effect between WFH and Work Life Balance on workers who were not overworked."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Rahma Shintyar
"Stres kerja adalah kondisi yang menyebabkan karyawan merasa tertekan, bosan, dan tidak nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Sekitar 50-60% dari hari kerja yang hilang disebabkan oleh stres kerja dan jumlah ini cenderung meningkat di Eropa. Semenjak merebaknya COVID-19, seluruh negara di dunia mulai memberlakukan Work from Home (WFH) atau bekerja dari rumah. Oleh karena situasi yang mendesak, WFH dapat berpotensi menjadi stressor bagi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat stres kerja dan hubungan antara karakteristik pekerja serta penerapan WFH pada pekerja PT LTI yang bekerja dari rumah selama masa pandemic COVID-19. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan menggunakan kuesioner stres kerja NIOSH Generic Job Stres Questionnaire dan kuesioner pelaksanaan WFH dari ILO yang didistribusikan secara daring kepada 62 responden. Sebanyak 66,1% responden mengalami stres kerja ringan. Variabel karakteristik pekerja yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja pada penelitian ini adalah jumlah anak, usia anak dan lokasi kerja. Pada variabel penerapan WFH variabel yang terbukti signifikan memiliki hubungan dengan stres kerja adalah kesejahteraan dan produktivitas pekerja yaitu pada elemen pertanyaan: digitalisasi dan implikasi hukum serta kontrak kerja. Hambatan dalam bekerja memiliki hubungan yang signifikan sedangkan variabel kepercayaan dan budaya organisasi tidak memilki hubungan yang signifikan dengan stres kerja.

Job stress is a condition that causes employees to feel pressured, bored, and uncomfortable when doing work. About 50-60% of all lost workdays are caused by work stress and this number is increased in Europe. Since the outbreak of COVID-19, all countries in the world have started implementing WFH (work from home). Due to the urgency of the situation, WFH can potentially be a stressor for workers. This study aims to analyze the level of work stress and the relationship between worker characteristics and the application of WFH to PT LTI Work From Home Worker’s during pandemic COVID-19. This study used a cross sectional approach using the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire and the ILO's WFH implementation questionnaire distributed using G-form to 62 respondents. As many as 66,1% of respondents experienced mild work stress. Variables of worker characteristics that were shown to have a significant relationships with work stress in this study were the number of children, children's age and work location. Meanwhile, in the variable of WFH implementation that were shown to have a significant relationship with work stress are the well-being and productivity of workers, on the question elements: digitalization, legal and contractual implications. The work obstacles have a significant relationship, while trust and organizational culture don’t have a significant relationship with work stress."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aristawidya Alyani
"Pandemi Covid-19 menimbulkan adanya kebijakan untuk menerapkan Bekerja dari Rumah (BDR). Karyawan tidak memiliki pilihan selain mengikuti kebijakan tersebut, karena itu perubahan kondisi dan metode kerja menimbulkan tekanan yang berdampak pada kesejahteraan psikologis para karyawan. Berdasarkan hal itu, kesejahteraan psikologis karyawan perlu diteliti, khususnya pada karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat hubungan antara thriving at work dan keterlibatan kerja dengan kesejahteraan psikologis para karyawan BDR di masa pandemi Covid-19, serta peran mediasi keterlibatan kerja. Responden penelitian berjumlah 205 karyawan BDR di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa thriving at work dan keterlibatan kerja mampu menjadi prediktor dari kesejahteraan psikologis karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Thriving at work juga dapat menjadi prediktor dari keterlibatan kerja karyawan BDR di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Namun demikian keterlibatan kerja tidak memiliki peran sebagai mediator terhadap hubungan thriving at work dengan kesejahteraan psikologis. Selain itu, partisipan dengan frekuensi BDR sebanyak 1 sampai 2 hari per minggu memiliki skor kesejahteraan psikologis dan thriving at work yang lebih tinggi dibandingkan partisipan dengan frekuensi BDR sebanyak 3 sampai setiap hari per minggu. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa frekuensi BDR menjadi penentu kesejahteraan psikologis para karyawan.

Covid-19 pandemic led to implementation of Work from Home (WFH). Employees do not have other choices than to follow the policy, therefore changes in working conditions and methods create pressure that has an impact on the psychological well-being of employees. Therefore, the psychological well-being of employees needs to be re-examined, especially for WFH employees in Indonesia during the Covid-19 pandemic. This research was conducted to see the relationship between thriving at work and work engagement with psychological well-being of Indonesia's employees who work from home and whether work engagement has a mediating role on the relationship between thriving at work and psychological well-being. The participants of this research consist of 205 Indonesian WFH Employees. The results show that thriving at work and work engagement can be the predictors of psychological well-being of employees who work from home in Indonesia during Covid-19 pandemic. In this study, thriving at work can also be a predictor of work engagement of employees who work from home in Indonesia during Covid-19 pandemic. However, work engagement does not have a mediating role on the relationship between thriving at work and psychological well-being. Participants with WFH intensity of 1 to 2 days per week had higher psychological well-being and thriving at work than those of 3 to every day per week. This is in line with previous research which says that the WFH intensity is one of the determinants of the psychological well-being of employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Ancikasa Prapta
"Skripsi ini membahas tentang gambaran kualitas kehidupan kerja karyawan di Organisasi Pelayanan Kemanusiaan yang dibahas dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan bagaimana kualitas kehidupan kerja karyawan di suatu Organisasi Pelayanan Kemanusiaan yang telah tersebar di tiga belas kota di Indonesia dan telah mendapatkan banyak penghargaan skala nasional maupun internasional yaitu di Human Initiative. Pembahasan didasarkan delapan komponen kualitas kehidupan kerja karyawan Human Initiative, serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menciptakan kehidupan kerja yang berkualitas bagi para karyawannya. Urgensi penelitian ini adalah mengungkapkan best practice tentang kualitas kehidupan kerja karyawan di Organisasi Pelayanan Kemanusiaan yaitu Human Initiative. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur dan wawancara yang dilakukan terhadap depalan orang karyawan. Adapun waktu penelitian adalah dari bulan Oktober sampai dengan November 2022. Pemilihan informan secara purposive sampling untuk memperoleh informasi berdasarkan karakteristik masing-masing informan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja karyawan di Human Initiative memenuhi delapan komponen kualitas kehidupan kerja yaitu manajemen partisipatif, lingkungan kerja yang baik, desain pekerjaan yang didasari oleh tujuan bersama, kesempatan dalam memperoleh potensi diri karyawan melalui program-program, penghargaan kerja karyawan berupa hadiah umroh, integrasi sosial karyawan berupa hubungan professional antar karyawan, konstitusionalisme karyawan dengan memberikan ruang karyawan untuk memberikan ide, dan ruang hidup karyawan dalam mengatasi masalah kejiawaan karyawan. Faktor pendukung dalam menciptakan kehidupan kerja yang berkualitas bagi para karyawannya yaitu bekerja sama dengan banyak pihak eksternal untuk melaksanakan kegiatan, fasilitas yang memadai, dukungan dari manajemen organisasi, dan kemauan dari diri karyawan untuk berkembang. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu kesulitan dalam penyesuaian waktu pelaksanaan kegiatan, kendala teknis, dan penguasaan materi untuk pelatihan yang masih kurang dari perencana program. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa kualitas kehidupan kerja karyawan di Human Initiative sudah memenuhi delapan komponen quality of work life. Dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi mata kuliah Manajemen Organisasi Pelayanan Kemanusiaan sebagai referensi serta contoh-contoh dalam teori quality of work life.

This research aims to explain he description of the quality of work life of employees in Human Service Organizations discussed from the Social Welfare Science discipline. The purpose of this research is to describe the quality of work life of employees in a Human Service Organization that has spread across thirteen cities in Indonesia and has received many awards on a national and international scale, namely in the Human Initiative. The discussion is based on the eight components of the quality of work life of Human Initiative employees, as well as the influencing factors in creating a quality work life for its employees. The urgency of this research is to reveal best practices regarding the quality of work life of employees in Human Service Organizations, namely the Human Initiative. This research is a qualitative descriptive study and data collection was carried out through literature studies and interviews conducted with eight employees. The time for the research was from October to November 2022. The selection of informants was by purposive sampling to obtain information based on the characteristics of each informant. The research results show that the quality of work life of employees at Human Initiative fulfills the eight components of quality of work life, namely participatory management, good work environment, work design based on common goals, opportunities to gain employee potential through programs, employee work rewards in the form of gifts umrah, employee social integration in the form of professional relations between employees, employee constitutionalism by providing employees space to provide ideas, and employee living space in overcoming employee psychological problems. Supporting factors in creating a quality work life for its employees are working with many external parties to carry out activities, adequate facilities, support from organizational management, and the willingness of employees to develop. While the inhibiting factors are difficulties in adjusting the time of implementation of activities, technical constraints, and mastery of material for training which is still lacking from program planners. Based on this, it is known that the quality of work life of employees at Human Initiative has fulfilled the eight components of quality of work life. In Social Welfare Science, this research can contribute to the Human Service Organization Management course as a reference and examples in the theory of quality of work life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervina Handayani
"Kehadiran pandemi COVID-19 telah mengubah cara bekerja, termasuk dalam bidang Engineering, Construction, dan Procurement (EPC). Sebagai bentuk adaptasi, banyak perusahaan EPC di Indonesia menerapkan kebijakan bekerja dari rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyimpangan perilaku pekerja yang terjadi selama bekerja dari rumah, serta peran dukungan supervisor dalam mengurangi potensinya. Sekitar 260 pekerja dari sebuah perusahaan EPC di Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini, dan tanggapannya dianalisis menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). Temuan penelitian menunjukkan bahwa penyimpangan perilaku pekerja terjadi selama bekerja dari rumah, dan dukungan supervisor memiliki pengaruh yang positif dalam mengurangi potensinya yang didasari oleh stres dalam bekerja.

COVID-19 pandemic has significantly changed people’s working way, including in Engineering, Construction, and Procurement (EPC), therefore many EPC companies in Indonesia implement work from home policies. This research was intended to determine deviations in employee behavior occurred while working from home, as well as the role of supervisor support in reducing its potential. 260 workers from an EPC company in Indonesia participated in this study, and their responses were analyzed by using Structural Equation Modeling (SEM). The findings indicate that deviations in worker behavior occur while working from home, and supervisor support has a positive influence in reducing its potential."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>