Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215754 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aninda Febio Maharani
"Pada pengesahan Omnibus Law pada tahun 2020, sikap masyarakat Indonesia terpecah
menjadi 2 kubu, yaitu kubu pendukung dan kubu penolak. Namun lambat laun sikap kubu
pendukung berubah menjadi sikap yang harmful, berupa bentuk kejahatan siber
pengusikan, doxing, dan peretasan, yang ditujukan kepada kubu penolak. Menurut data
yang tersedia, pemerintah melalui lembaga pemerintah yaitu polisi, sudah bertahun-tahun jarang menindak bentuk-bentuk kejahatan siber ini. Padahal, pemerintah memiliki undang-undang yang mengatur bentuk-bentuk kejahatan siber ini. Penulisan ini menggunakan landasan teori Kriminologi Konstitutif dan metode analisis isi kualitatif.
Pelaku diposisikan sebagai excessive investor karena adanya relasi struktual dengan korban akibat jarang ditindaknya bentuk-bentuk kejahatan siber ini. Jarang ditindaknya bentuk-bentuk kejahatan siber ini juga, memposisikan korban menjadi rentan mengalami viktimisasi crime of repression dan crime of reduction oleh pelaku. Ketidakmampuan pemerintah dalam menjalankan tanggung jawabnya melindungi masyarakat ditunjukkan melalui jarang ditindaknya bentuk-bentuk kejahatan siber pengusikan, doxing, dan peretasan. Ketidakmampuan pemerintah ini disebut sebagai crime by omission.

At the ratification of the Omnibus Law in 2020, the people were divide into 2 sides, namely the supporters and the rejecters. Gradually the attitude of the supporters turned harmful in these forms of cybercrime; harassment, doxing, and hacking, which were aimed at the rejecters. According to available data, the government, through its government agency that is the police, has rarely taken action against these forms of cybercrime. Even so, the government has laws that regulate these forms of cybercrime.
This paper performs a qualitative content analysis, based on the Constitutive Criminology frame. The perpetrator is positioned as an excessive investor because of the structural relationship with the victim that occurs because of the lack of action against these forms of cyber crime. The lack of action against these forms of cyber crime also places the victims at risk of facing victimization through crime of repression and crime of reduction
by the perpetrators. The government shows its inability to carry out its responsibilities to
protect its public through the lack of action against these forms of cybercrime;
harassment, doxing, and hacking. The government’s inability to do its duty to its people,
is considered as a crime by omission.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ajenk Ningga Citra
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti pola konsumsi musik pengguna media sosial dan pengaruhnya
terhadap keputusan pembelian karya musik bentuk fisik (Compact Disc). Teori
yang digunakan adalah teori uses and gratification dimana pengguna internet,
terutama pengguna media sosial dapat bebas memilih cara serta medium yang
ingin mereka gunakan dalam mengkonsumsi musik dan teori perilaku konsumen.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksplanatif, yaitu
mencari kejelasan hubungan pengaruh pola sikap konsumsi musik pengguna
media sosial terhadap keputusan pembelian karya musik bentuk fisik. Pengujian
sendiri dilakukan kepada para pengguna media sosial yang berdomisili di
Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Hasil penelitian
menujukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup lemah antara pola konsumsi
pengguna media sosial terhadap keputusan pembelian karya musik bentuk fisik.
Untuk itu disarankan agar karya musik dapat dipasarkan dalam format digital agar
dapat menjangkau lebih banyak konsumen.

ABSTRACT
This thesis examines the patterns of music consumption users of social media and
its influence on purchasing decisions musical works of physical form (Compact
Disc). This thesis used uses and gratification theory where internet users,
especially users of social media and can freely choose which medium they want to
use to consume music and the theory of consumer behavior.
This research is a quantitative research with explanative design, which sought to
clarify the relationship influence the attitude of music consumption patterns of
users of social media on purchase decisions musical works of physical form. The
test itself is done to the social media users who live in Jabodetabek (Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi). The results showed that there is a fairly
weak relationship between the consumption patterns of users of social media on
purchase decisions musical works of physical form. It is recommended that a
piece of music can be marketed in digital format in order to reach more
consumers."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Nur Iman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesadaran pengguna terkait informasi data pribadi, dan berbagai informasi data pribadi yang terdaftar di media sosial pengguna. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara metode dan studi literatur. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa S1 di Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Indonesia dengan total 8 orang, yang ditentukan oleh a model convenience sampling. Hasilnya menunjukkan tahap kesadaran muncul ketika pengguna berpikir kritis dalam keputusan dimasukkannya pribadi informasi data. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengguna tahu beragam informasi data pribadi, yang sesuai untuk latar belakang setiap pengguna. Di Selain itu, perlu diperhatikan bahwa pengguna media sosial memperhatikan informasi data pribadi karena kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan informasi data pribadi, yang berasal dari pengguna lain dan penyedia media sosial tersebut. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa pengguna media sosial harus memberikan diri mereka sendiri pengetahuan penggunaan media sosial. Pengetahuan seperti itu juga harus disertai dengan pengetahuan tentang pentingnya data pribadi bagi pengguna.

This study aims to determine the users level of awareness related to personal data information, and various personal data information that is registered on the users social media. This study uses a qualitative approach with interview methods and literature studies. The subjects of this study were S1 students at the University of Muhammadiyah Malang University of Indonesia with a total of 8 people, which was determined by a convenience sampling model. The results indicate the stage of awareness arises when users think critically in the decision of the inclusion of personal data information. The results also show that users know a variety of personal data information, which is appropriate for each users background. In addition, it should be noted that social media users pay attention to personal data information because of concerns about the potential misuse of personal data information, which comes from other users and social media providers. This research identifies that social media users must give themselves knowledge use of social media. Such knowledge must also be accompanied by knowledge of the importance of personal data for users."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Praditya Trias Herlambang
"Kepunahan terhadap Kukang terjadi karena dampak negatif yang diciptakan oleh pemelihara Kukang di Instagram. Pemilik Kukang sering mengunggah gambar-gambar hewan peliharaannya melalui instagram. Tindakan tersebut membentuk persepsi publik bahwa Primata Kukang dapat dijadikan hewan peliharaan. Tulisan ini mencoba menganalisis gerakan sosial dari aktivisme akun Instagram Kukangku. Menurut DeLay, gerakan sosial berperan untuk mengedukasi mengenai realitas dengan nilai berbeda dari kecenderungan alamiah yang dominan. Penulis melihat kelangkaan Primata Kukang diakibatkan oleh prilaku dominan manusia. Analisis tulisan ini menggunakan aktivisme media sosial sebagai bentuk edukasi melalui tiga aspek aktivisme media sosial, meliputi; Attack Ideological Enemies, Surveil the Surveillers, Preserve Protest Artefacts. Melalui aktivisme media sosial tersebut menjadi cara yang efektif untuk mengurangi pemeliharaan Kukang di tangan masyarakat.

The extinction of slow loris is due to the negative impact created by slow loriskeepers in Instagram. Slow lorises owners often upload pictures of their pets through instagram. These actions shape public perception that slow loris can be a pet. This paper attempts to analyze the social movements of `Kukangku` instagram account activism. According to DeLay, social movement plays a role to education about alternate realities with different values than the dominant habitus. The author sees the scarcity of slow loris caused by the dominant human behavior. The analysis of this paper using social media as a form of education through three aspects of social media activism, includes Attack Ideological Enemies, Surveill the Surveillers, Preserve Protest Artefacts. `kukangku` as social media activism be an effective way to reduce pet owner slow loris in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Thalita
"Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai vaksinasi COVID-19 dari berbagai sumber yang ada. Kementerian Komunikasi dan Informatika dipercaya untuk memberikan informasi vaksinasi COVID-19 yang akurat kepada publik. Salah satu alat yang digunakan oleh humas pemerintah untuk memberikan informasi terkait vaksinasi adalah Instagram @Kemenkominfo. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan media sosial Instagram oleh humas pemerintah terhadap kepercayaan publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel non probabilita. Pengambilan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner daring dan terdapat 222 responden dengan rentang usia 18 – 25 tahun yang pernah mendapatkan informasi vaksinasi dari Instagram feed @Kemenkominfo. Hasil menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap penggunaan media sosial Instagram terhadap kepercayaan publik. Pengaruh penggunaan media sosial Instagram @Kemenkominfo hanya mencapai tahap kognitif. Saran dari penelitian ini agar humas pemerintah dapat menggunakan media sosial Instagram hingga memberikan pengaruh komunikasi pada tahap afektif dan konatif.

The public can easily obtain information about COVID-19 vaccination from various available sources. The Ministry of Communication and Information Technology is trusted to provide accurate COVID-19 vaccination information to the public. One of the tools used by government public relations to provide information related to vaccination is Instagram @Kemenkominfo. This study aims to see the effect of the government's use of social media Instagram on public trust. This study uses a quantitative approach with non-probability sampling technique. Data collection was carried out through the distribution of bold questionnaires and there were 222 respondents with an age range of 18-25 years who had received vaccination information from the @Kemenkominfo Instagram feed. The results show that there is a positive influence on the use of Instagram social media on public trust. The effect of using social media Instagram @Kemenkominfo only reaches the cognitive stage. Suggestions from this study are that government public relations can use Instagram social media to influence communication at the affective and conative stages.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghfal Fadhilah
"Hadirnya media sosial di kehidupan sehari-hari memungkinkan kita dapat berkomunikasi dengan mudah dimanapun dan kapanpun. Dalam konteks kejahatan, media sosial juga berguna dalam penanggulangan kejahatan yang merupakan suatu strategi dalam penegakan hukum, dimana media bertujuan untuk meminimalisir angka kejahatan dan mencapai ketertiban dalam masyarakat. Penulisan ini melihat bagaimana media sosial bisa menjadi salah satu metode yang efektif dalam pengendalian kejahatan melalui viralisasi kasus kejahatan di media sosial tahun 2021-2022. Dengan menggunakan teori perilaku kolektif dan transisi ruang, viralisasi terjadi sebagai respon dari masyarakat di ruang siber yang melihat penegak hukum tidak maksimal dalam pengendalian kasus kejahatan. Kriminologi konstitutif melihat bahwa proses viralisasi di media sosial merupakan wacana yang diciptakan sendiri oleh warga internet melalui proses interaksi, sehingga membentuk konstruksi sosial atau realitas baru di masyarakat. Oleh karena itu, viralisasi kasus kejahatan di media sosial merupakan mekanisme penekan (pressure mechanism) yang efektif kepada penegak hukum agar bisa memproses kasus kejahatan dengan maksimal. 

The presence of social media in life allows us to communicate easily anywhere and anytime. In the context of crime, social media is also useful in crime prevention which is a strategy in law enforcement, where the media aims to minimize crime rates and achieve order in society. This writing looks at how social media can be an effective method of controlling crime through viralization of crime cases on social media in 2021-2022. By using the theory of collective behavior and space transition, viralization occurs as a response from people in cyberspace who see that law enforcement is not optimal in handling crime cases. Constitutive criminology sees that the viralization process on social media is a discourse created by internet citizens themselves through the interaction process, thus forming a new social construction or reality in society. Therefore, viralization of crime cases on social media is an effective pressure mechanism for law enforcement to be able to process crime cases optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Eka Sakti
"Efek media terhadap sikap politik, termasuk kepercayaan kepada pemerintah, menjadi salah satu diskursus yang telah berlangsung cukup lama. Meskipun terus dikaji sampai saat ini, belum banyak kajian yang mencoba mengeksplorasi efek media dalam kerangka teori-teori efek media di media baru seperti internet dan media sosial. Padahal, laku politik dewasa ini tak bisa dilepaskan dari konsumsi media baru tersebut. Pun, studi-studi selama sekitar satu dekade terakhir belum bisa memberi konklusi yang definitif, apakah thesis yang ditawarkan oleh teori-teori efek media yang sebelumnya cukup kuat di media tradisional bisa kembali teruji di media baru. Dalam konteks ini lah penelitian ini dibuat. Hasil analisis menunjukkan hasil yang cukup sesuai dengan tesis yang ditawarkan oleh teori Videomalaise/Media Malaise. Meskipun begitu, paparan media sosial bukan menjadi faktor utama yang menentukan tingkat kepercayaan pada pemerintah, dalam kasus ini di DKI Jakarta. selaras dengan beberapa penelitian sebelumnya, penelitian ini turut menekankan bahwa hubungan konsumsi media, dalam konteks ini media sosial, terhadap tingkat kepercayaan pemerintah, atau dalam konteks yang lebih luas sikap politik masyarakat, perlu dikaji lebih mendalam, dengan cakupan yang lebih luas dan rentang waktu yang beragam agar bisa menghasilkan kesimpulan yang lebih definitif.

The effect of the media on political attitudes, including trust in the government, is one of the discourses that has been going on for a long time in communication studies. Although this topic continues to be studied to date, not many have attempted to explore, within the framework of media effects theories, in new medias such as the internet and social media. This appeared as a blind spot as today's political behavior cannot be separated from the consumption of the new media. Also, studies over the last decade or so have not been able to provide definitive conclusions as to whether the thesis offered by media effect theories which were previously strong enough in traditional media can be tested again in new media. It is in this context that this research was made. The results of the analysis show results that are quite consistent with the thesis offered by the Videomalaise/Media Malaise theory. Even so, exposure to social media may not be the main factor that determines the level of trust in the government, especially in the case of DKI Jakarta. in line with several previous studies, this research also emphasizes that the relationship between media consumption, in this context social media, towards trust to government, or in the broader context of people's political attitudes, needs to be studied more deeply, with a wider scope and a longer span of time so that a more nuanced and definitive conclusion can be found."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anira Salsabila Pebrianti
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh travel vlogger terhadap sikap dan intensi terhadap social commerce audiens dalam konteks pariwisata dan perdagangan sosial di Indonesia. Dengan menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini menguji pengaruh advertising content value dalam konten travel vlogger terhadap viewer’s attitudes terhadap video dan destinasi yang dipromosikan. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis bagaimana faktor-faktor influencer credibility dari travel vlogger memengaruhi viewer’s attitudes terhadap destinasi wisata yang ditampilkan dalam video. Terakhir, penelitian ini mengevaluasi pengaruh viewer’s attitudes terhadap video dan destinasi dengan intensi mereka untuk melakukan social commerce. Data dikumpulkan melalui survei online yang melibatkan 147 responden pengguna media sosial yang mengikuti konten video travel vlogger dalam dua bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa advertising content value seperti informative value dalam video travel vlogger berpengaruh positif terhadap viewer’s attitudes terhadap video dan destinasi yang ditampilkan. Entertainment value berpengaruh positif terhadap viewer's attitudes terhadap konten konten video travel vlogger, tetapi tidak terhadap destinasi yang dipromosikan. Selain itu, influencer credibility seperti expertise dan trustworthiness memengaruhi viewer’s attitudes terhadap video dan destinasi yang dipromosikan. Attractiveness memengaruhi viewer’s attitudes terhadap video, Similarity antara travel vlogger dan audiens memengaruhi viewer’s attitudes terhadap destinasi yang dipromosikan. Viewer’s attitudes terhadap video dan destinasi ini berpengaruh positif terhadap intensi social commerce mereka. Temuan ini memberikan wawasan yang berguna bagi praktisi pemasaran, khususnya dalam industri pariwisata, untuk memanfaatkan kekuatan travel vlogger sebagai alat pemasaran yang efektif, serta pentingnya mempertimbangkan pengaruh emosional yang tercipta antara travel vlogger dan audiens dalam mempromosikan destinasi wisata.

This study aims to analyze the impact of travel vloggers on viewers' attitudes and intentions toward social commerce in the context of tourism and social commerce in Indonesia. Using a quantitative method, this research examines the influence of advertising content value within travel vlogger content on viewers' attitudes toward the video and the promoted destination. Furthermore, this study analyzes how influencer credibility factors from travel vloggers impact viewers' attitudes toward the tourism destinations featured in the videos. Finally, the study evaluates the effect of viewers' attitudes toward the video and destination on their social commerce intentions. Data was collected through an online survey involving 147 social media users who followed travel vlogger content in the past two months. The results show that advertising content value, such as informative value in travel vlogger videos, positively influences viewers' attitudes toward both the video and the destination featured. Entertainment value positively affects viewers' attitudes toward the travel vlogger video content, but not toward the promoted destination. Additionally, influencer credibility, such as expertise and trustworthiness, influences viewers' attitudes toward both the video and the promoted destination. Attractiveness impacts viewers' attitudes toward the video, while similarity between the travel vlogger and the audience influences viewers' attitudes toward the promoted destination. Viewers' attitudes toward the video and the destination positively influence their social commerce intentions. These findings provide valuable insights for marketing practitioners, particularly in the tourism industry, on leveraging the power of travel vloggers as an effective marketing tool, and emphasize the importance of considering the emotional connection created between the travel vlogger and the audience in promoting tourism destinations."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aliya Hasnaranti
"ABSTRACT
Sekarang, tidak bisa dihindari untuk tidak menggabungkan kegunaan media sosial (medsos) di gaya hidup kita. Seiring dengan itu, dan pertumbuhan berkelanjutannya jumlah pengguna medsos, banyak bisnis yang telah mempergunakan medsos sebagai salah satu media untuk periklanan. Namun, peneliti menyatakan bahwa, pengguna medsos telah memberikan reaksi negatif terhadap iklan-iklan yang terpajang di medsos. Pengguna medsos merasa periklanan di medsos merupakan hal yang mengganggu, dll., hal ini menyebabkan terbentuknya persepsi dan sikap negatif terhadap iklan  di medsos. Akan tetapi, sekarang, kejadian dimana pengguna medsos meninggalkan atau telah berhenti memakai medsos, telah menjadi tren global. Fenomena yang tidak bersandingan ini telah mengarahkan peneliti untuk mengeksplorasi pengaruh signifikan persepsi dan sikap negatif terhadap iklan di medsos kepada kecenderungan pengguna untuk meninggalkan media sosial. Berkaitan dengan itu, negara-negara dengan tingkat individualisme yang tinggi memiliki kecenderungan untuk bepersepsi dan memiliki sikap negatif terhadap periklanan di medsos. Oleh karena itu, penelitian ini secara bersamaan menyelidiki pengaruh tingkat individualisme antara dua negara, Indonesia dan Belanda, pada kecenderunhan pengguna untuk meninggalkan media sosial. Meskipun hasil studi komparatif berikut tidak signifikan, penelitian ini memberikan bukti bahwa periklanan di media sosial adalah salah satu alasan pengguna medsos cenderung meninggalkan medsos. Selain itu, tingkat individualisme sebuah negara tidak memperkuat bukti dan tidak menyebabkan pengguna untuk meninggalkan media sosial. "
2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Azhar Basyir
"Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa, masa terjadinya "strom and stress/badai dan tekanan”. Kelompok usia remaja pengguna media sosial terbesar di Indonesia ada direntang usia 13 s.d. 17 tahun. Tingkat resiliensi Resilensi diperlukan remaja pengguna media sosial aktif agar memiliki koping yang positif, meminimalkan dampak negatif dari penggunaan media sosial tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran resiliensi remaja pengguna aktif media sosial di kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian berjumlah 445 responden, teknik sampling yang digunakan adalah teknik probability sampling dengan cara cluster sampling terhadap 8 sekolah (4 SMP dan 4 SMA) di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan kuesioner Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) untuk mengukur tingkat resiliensi remaja pengguna aktif media. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa tingkat resiliensi remaja pengguna aktif media sosial di Kota Depok berada dalam kategori rendah yaitu sebesar 50,1%. Tingkat resiliensi yang tinggi cenderung pada remaja pengguna aktif media sosial di Kota Depok pada jenis kelamin perempuan (32,4%), berdomisili di kecamatan bagian utara (15,3%), Instagram (26,3%), durasi penggunaan media sosial ≤ 4 jam (31,4%), dan tujuan untuk mendapatkan informasi (20,7%), sedangkan tingkat resiliensi rendah cenderung pada usia remaja lanjut (15-19 tahun) (34,4%), remaja di tingkat SMA (26,5%), remaja yang bersekolah di sekolah negeri (38,7%), berdomisili di kecamatan bagian utara (15,3%), pengguna jenis smartphone kelas mid level (20,2%), serta pengguna Tiktok (21,8%). Rekomendasi terkait penelitian ini diantaranya, orang tua dapat menjalin hubungan positif dan komunikasi yang baik dengan remaja; pihak sekolah meningkatkan model kurikulum dan kegiatan yang meningkatkan resiliensi remaja; Pemerintah Kota Depok dapat terus meningkatkan pemerataan pembangunan di Kota Depok; Bagi penelitan selanjutnya untuk mengembangkan penelitian terkait hubungan antara tingkat resiliensi remaja dengan penggunaan media sosial secara aktif.

Adolescence is a transition period from childhood to adulthood, a time of "strom and stress". The largest age group of teenagers who use social media in Indonesia is between the ages of 13 and 17 years. Resilience level is needed by teenagers who use social media active in order to have positive coping, minimizing the negative impacts of using social media. This research aims to identify a picture of the resilience of teenagers who are active users of social media in the city of Depok. This research uses quantitative methods with a cross-sectional design. The research sample consists of 445 respondents, sampling technique used was a probability sampling technique using cluster sampling of 8 schools (4 middle schools and 4 high schools) in Depok City. This research used the Child Youth Resilience Measure-Revised (CYRM-R) questionnaire to measure the level of resilience of teenagers who are active media users. Research results This illustrates that the level of resilience among teenagers who are active social media users in Depok City is in the low category, namely 50.1%. A high level of resilience tends to be among teenagers who are active social media users in Depok City, female (32.4%), domiciled in the northern sub-district (15.3%), Instagram (26.3%), duration of social media use ≤ 4 hours (31.4%), and the goal is to obtain information (20.7%), while the low level of resilience tends to be in older teenagers (15-19 years) (34.4%), teenagers at high school level (26, 5%), teenagers who attend state schools (38.7%), live in northern sub-districts (15.3%), mid-level smartphone users (20.2%), and Tiktok users (21.8% ). Recommendations related to this research include, parents can establish positive relationships and good communication with teenagers; the school improves curriculum models and activities that increase youth resilience; The Depok City Government can continue to improve equitable development in Depok City; For further research to develop research related to the relationship between the level of adolescent resilience and active use of social media."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>