Ditemukan 192155 dokumen yang sesuai dengan query
Claudya Veronica Febriana Najoan
"Teknologi dalam bidang kesehatan sudah ada sejak lama. Salah satu pemanfaatannya yaitu telemedicine atau pengobatan jarak jauh. Terjadi peningkatan penggunaan telemedicine di negara maju maupun negara berkembang saat pandemi COVID-19 karena mengharuskan masyarakat untuk dibatasi secara social. Peningkatan penggunaan telemedicine ini, berjalan beriringan dengan tantangan-tantangan di dalamnya, khususnya pada negara berkembang, yang belum terbiasa dengan pelayanan ini. Untuk dapat mengatasi tantangan tersebut, maka diperlukan peningkatan kualitas pelayanan. Salah satunya dengan cara menilai aspek-aspek kepuasan pasien pengguna telemedicine dan mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran nilai kepuasan pasien pengguna telemedicine saat masa pandemi COVID-19 dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien di beberapa negara berkembang. Informasi penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil penelusuran website dan jurnal yang telah di publikasikan dengan bantuan akses online database seperti ScienceDirect, SAGE Journals, ProQuest, dan PubMed. Terdapat 10 studi yang termasuk dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien dari berbagai negara berkembang dengan deskripsi klinik yang berbeda memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terhadap telemedicine secara keseluruhan dengan aspek penilaian berdasarkan TAM dan teori kepuasan pasien. Pada negara berkembang aspek yang paling berpengaruh yaitu usefulness, privacy, waktu dan biaya, dan willingness to use again. Sedangkan, pada aspek trust, klinik kesehatan mental dari negara berbeda, sama-sama memiliki tingkat kepuasan yang rendah. Faktor gender, usia, dan edukasi tidak terlalu mempengaruhi kepuasan pasien. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak bisa diabaikan supaya penyedia layanan dapat menyesuaikan kebutuhan pasien sesuai dengn faktor-faktor tersebut atau memberikan pelayanan patient centered. Selain itu, diperlukan edukasi kepada masyarakat tentang telemedicine supaya teknologi ini bisa tepat guna. Rekomendasi lainnya untuk negara berkembang yaitu melaksanakan survei kepuasan bukan hanya di beberapa klinik penyedia layanan tetapi lebih luas lagi, supaya dapat menghasilkan hasil evaluasi yang mewakili seluruh pengguna telemedicine di negara tersebut.
Technology in the health sector has existed for a long time. One of its uses is telemedicine or distance medicine. increasing use of telemedicine in developed and developing countries during the COVID-19 pandemic because people must be socially restricted. This increase in the use of telemedicine goes hand in hand with challenges in it, especially in developing countries, which are not yet familiar with this service. To be able to overcome these challenges, it is necessary to improve the quality of service. One of them is by assessing aspects of patient satisfaction using telemedicine and finding out the factors that influence patient satisfaction. The purpose of this study was to determine the description of patient satisfaction using telemedicine during the COVID-19 pandemic and the factors that affect patient satisfaction in several developing countries. This research information was obtained based on the results of searching websites and journals that have been published with the help of online database access such as ScienceDirect, SAGE Journals, ProQuest, and PubMed. There are 10 studies included in this study. The results showed that the majority of patients from various backgrounds developed with clinical descriptions that had a high level of satisfaction with telemedicine as a whole with aspects based on TAM and patient satisfaction theory. In developing countries the most influential aspects are usability, privacy, time and cost, and willingness to reuse. Meanwhile, on the aspect of trust, mental health clinics from different countries both have low levels of satisfaction. Gender, age, and education factors did not significantly affect patient satisfaction. However, these factors cannot be ignored so that service providers can adjust patient needs according to these factors or provide patient-centred services. In addition, it is necessary to educate the public about telemedicine so that this technology can be effective. Another recommendation for developing countries is to carry out a satisfaction survey not only in a number of service provider clinics but more broadly, so that it can produce evaluation results that are representative of all telemedicine users in the country."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fikri Prakoso
"Dunia sedang dilanda pandemi virus COVID-19. Pemerintah di berbagai negara menetapkan protokol pembatasan untuk menghambat penyebaran virus COVID-19. Protokol tersebut membatasi akses ke pelayanan kesehatan, sistem pelayanan tatap muka di minimalisir. Hal tersebut memberikan dampak pada anak dengan autisme. Menurut Kaplan, pada anak dengan autisme gejala inti tidak bisa diobati dengan obat medis, akan tetapi dengan edukasi dan intervensi perilaku. Akan tetapi, sebelum pandemi, edukasi dan intervensi umumnya dilaksanakan dengan sistem tatap muka. Solusi dari masalah tersebut adalah penggunaan layanan kesehatan jarak jauh atau telehealth. Penelitian ini adalah penelitian yang membahas bagaimana penggunaan telehealth-telemedicine untuk intervensi pada kasus anak dengan autisme di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan menggunakan database Pubmed, Proquest, Sage Journal, dan Portal Garuda yang menghasilkan 9 artikel terinklusi. Penelitian terinklusi dilaksanakan pada rentang waktu dinyatakannya COVID-19 sebagai pandemi, yaitu tanggal 11 Maret 2020 hingga 1 Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi menghasilkan dampak pada anak dengan autisme berupa pengurangan perilaku yang ditargetkan, dan meningkatnya keterampilan. Selain itu pada cargeiver dijumpai peningkatan kepuasan dan persepsi mengenai pelayanan telehealth. Bagi penyedia layanan telehealth, dijumpai artikel yang menjelaskan tentang persepsi mengenai layanan telehealth tersebut. Berdasarkan temuan yang didapat, pelayanan telehealth di rekomendasikan bagi anak dengan autisme, para caregiver baik orang tua ataupun bukan, penyedia jasa layanan juga di rekomendasikan jika ingin menyelenggarakan layanan telehealth berdasarkan temuan berupa tingkat kepuasan dan perkembangan yang muncul setelah intervensi. Sedangkan bagi pemerintah diharapkan mengembangkan kebijakan dan program terkait dengan telehealth terutama di masa pandemi, sehingga masyarakat yang membutuhkan tetap mendapat pelayanan yang dibutuhkan.
The world is being hit by the COVID-19 pandemic. Governments in various countries set protocols for the spread of the COVID-19 virus. The protocol limits access to health services, the face-to-face service system is minimized. This has an impact on children with autism. According to Kaplan, children with autism symptoms cannot be treated with medical drugs, but with education and behavioral interventions. However, before the pandemic, education and intervention were generally carried out face-to-face. The solution to this problem is the use of remote health services or telehealth. This study is a study that discusses how telehealth is used for intervention in cases of children with autism during the COVID-19 pandemic. This study uses a literature review method using the Pubmed, Proquest, Sage Journal, and Garuda Portal databases which produces 9 included articles. Inclusive research was carried out during the time period that COVID-19 was declared a pandemic, namely March 11, 2020 to May 1, 2022. The results showed that the intervention had an impact on children with autism in the form of a reduction in targeted behavior and skills. In addition to the carrier, increased satisfaction and perception of telehealth services. For telehealth service providers, article explain the perception of the telehealth service. Based on the findings obtained, telehealth services are recommended for children with autism, caregivers, whether parents or not. Service providers are also recommended if they want to provide telehealth services based on the findings about the level of satisfaction and development that appears after the intervention. Meanwhile, the government is expected to develop policies and programs related to telehealth, especially during the pandemic, so that people in need can still receive the services they need."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sihotang, Elizabeth Stefani
"Aplikasi telemedicine telah dikenal luas sebagai inovasi disrupsi berbasis digital di bidang kesehatan yang diyakini sangat bermanfaat karena masyarakat memiliki akses ke berbagai pilihan perawatan kesehatan yang disediakan melalui penggunaan teknologi nirkabel. Terdapat pertanyaan penting mengenai dampak penerapan aplikasi telemedicine pada kepuasan pelanggan dan niat pelanggan untuk menggunakan kembali aplikasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor utama yang memprediksi kepuasan dengan aplikasi telemedicine dan niat pelanggan untuk menggunakan kembali aplikasi tersebut di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini, survei dibangun menggunakan konstruksi khusus untuk mengukur persepsi aplikasi telemedicine yaitu UTAUT2 yang dikombinasikan dengan perceived privacy, perceived security, dan trust. Sampel terdiri dari 265 populasi yang telah menggunakan aplikasi telemedicine dan data dianalisis menggunakan pendekatan Partial Least. Hasilnya, trust ditemukan sebagai pendorong paling signifikan dari e-satisfaction juga habit dan e-satisfaction diidentifikasi sebagai prediktor terkuat dari continuance intention. Lebih jauh, terdapat peran mediasi parsial terkuat dari habit terhadap hubungan antara e-satisfaction dan continuance intention dan peran mediasi penuh terkuat dari e-satisfaction >dan continuance intention.
Telemedicine application has been widely known as a digital-based disruptive innovation in the health sector which is believed to be very useful because people have access to various health care options provided through the use of wireless technology. There are important questions regarding the impact of implementing telemedicine application on customer satisfaction and customer intention to reuse the application. This study aims to identify the main factors that predict satisfaction with telemedicine application and customer intention to reuse these application in Indonesia. To achieve this goal, a survey was built using a special construct to measure perception of telemedicine application, namely UTAUT2 combined with perceived privacy, perceived security, and trust. The sample consists of 265 populations who have used telemedicine applications and the data were analyzed using the Partial Least approach. As a result, trust was found to be the most significant driver of e-satisfaction also habit and e-satisfaction were identified as the strongest predictors of continuance intention. Furthermore, there is the strongest partial mediating role of habit on the relationship between e-satisfaction and continuance intention and the strongest full mediating role of e-satisfaction on the relationship between hedonic motivation and continuance intention."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Valencia Natasha
"COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona. Pemantauan jarak jauh merupakan penggunaan teknologi informasi untuk memantau status kesehatan pasien yang posisinya jauh dari tenaga kesehatan. Penggunaan telemedicine untuk pemantauan pasien dapat dilakukan untuk merawat pasien yang isolasi mandiri. Diharapkan dengan melakukan hal ini paparan COVID-19 terhadap tenaga kesehatan dapat diminimalisir dan kapasitas pelayanan kesehatan tetap terjaga. Penelitian tentang hal ini masih belum banyak di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penerapan telemedicine untuk pemantauan jarak jauh pasien COVID-19. Penelitian ini menggunakan metode literature review. Pencarian studi dilakukan pada Pubmed dan ScienceDirect dengan kata kunci “telemedicine” AND “monitoring” AND “COVID-19”. Terdapat 18 studi yang terinklusi dalam peneltian. Jenis telemedicine yang digunakan adalah aplikasi seluler, website, SMS, dan telepon. Komponen yang dibutuhkan terdiri dari hardware, software, dan sumber daya manusia. Komponen hardware terdiri dari smartphone, komputer, oksimeter, termometer, dan alat pengukur tekanan darah. Komponen software terdiri dari formulir initial assessment, formulir pemantauan, aplikasi pemantauan, cloud, dan rekam medis elektronik. Komponen sumber daya manusia terdiri dari administrator, psikolog, tenaga kefarmasian, dokter, perawat, dan mahasiswa kesehatan. Program ini memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan kesehatan dan pasien. Jika ingin melakukan pemantauan jarak jauh maka hal-hal tersebut perlu diperhatikan.
COVID-19 is a communicable disease caused by coronavirus. Remote patient monitoring is the use of information technology to monitor the health status of patient from a distance. Telemedicine can be used for remotely monitor patients who self-isolate. It is expected that by doing this, the exposure of healthcare workers to COVID-19 will be reduced and healthcare capacity can be ensured. In Indonesia, there are still few studies on this. Therefore, the purpose of this study is to obtain information about the implementation of telemedicine for remotely monitor COVID-19 patients. This study used the literature review methos. The study search was conducted using Pubmed and ScienceDirect with the keywords “telemedicine” AND “monitoring” AND “COVID-19”. As the result, 18 studies were included. Types of telemedicine that used are mobile apps, websites, SMS/texting, and phone calls. The components required are hardware, software, and human resources. Hardware included smartphone, computer, oximeter, thermometer, and blood pressure measuring device. Software included intial assessment form, monitoring form, monitoring application, cloud, and electronic health record. Human resources included administrator, psychologist, pharmacist, physician, nurse, and medical student. This program impacted the medical institutions and patients. These element should be taken into account if we are to implement this."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fatimah Zahara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepercayaan dengan penggunaan telemedicine pada penduduk di Jabodetabek pasca pandemi COVID-19. Berdasarkan studi sebelumnya, faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi telemedicine dapat dilihat dari tiga kategori, yakni telemedicine sebagai layanan kesehatan, konteks penggunaan, dan karakteristik masyarakat. Faktor yang dianggap krusial dari faktor lainnya adalah kepercayaan. Meskipun penggunaan telemedicine melonjak selama pandemi, tren pascapandemi menunjukkan adanya penurunan dalam penggunaan dan adanya preferensi untuk melakukan kunjungan dokter secara langsung. Ini menunjukkan masih adanya masalah kepercayaan dan skeptisme terhadap teknologi di kalangan masyarakat. Berdasarkan aspek tersebut, peneliti berargumen bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan maka semakin tinggi tingkat penggunaan telemedicine karena tingkat kepercayaan yang tinggi dapat memengaruhi keputusan dalam penggunaan telemedicine. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner secara daring pada penduduk Jabodetabek berusia minimal 20 tahun dan pernah menggunakan telemedicine. Selain itu, dilakukan wawancara mendalam kepada empat responden yang dipilih berdasarkan tinggi atau rendahnya penggunaan telemedicine dan tinggi atau rendahnya kepercayaan pada telemedicine. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan pada telemedicine memiliki hubungan signifikan terhadap tingkat penggunaan telemedicine dengan arah pengaruh yang positif. Selain itu, aspek kepercayaan terhadap perawatan memiliki nilai hubungan paling tinggi dengan penggunaan telemedicine dalam konteks Jabodetabek.
This study aims to determine the relationship between trust and the use of telemedicine among residents in the Greater Jakarta area (Jabodetabek) after the COVID-19 pandemic. Based on previous studies, the factors influencing telemedicine adoption can be categorized into three groups: telemedicine as a health service, context of use, and community characteristics. Among these factors, trust is considered the most crucial. Although telemedicine usage surged during the pandemic, post-pandemic trends show a decline in its use and a preference for in-person doctor visits. This indicates persistent issues of trust and skepticism towards the technology among the community. Based on these aspects, the researchers argue that the higher the level of trust, the higher the level of telemedicine use, as high levels of trust can influence the decision to use telemedicine. This research employs a quantitative approach by distributing online questionnaires to residents of Jabodetabek who are at least 20 years old and have used telemedicine. In addition, in-depth interviews were conducted with four respondents selected based on their high or low use of telemedicine and their high or low trust in telemedicine. The results show that the level of trust in telemedicine has a significant relationship with the level of telemedicine use, with a positive direction of influence. Furthermore, the aspect of trust in care has the highest relational value with the use of telemedicine in the context of Jabodetabek."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nuridha Fauziyah
"Rumah sakit harus menetapkan regulasi dan proses untuk mendukung partisipasi atau keterlibatan pasien didalam proses asuhan. Pelibatan pasien merupakan upaya memfasilitasi keterlibatan pasien dalam proses perawatan. Adanya keterbatasan hubungan dan interaksi antara pasien dan perawat menjadi sebuah tantangan tersendiri di masa pandemi Covid-19. Pelibatan pasien dalam asuhan keperawatan di masa pandemi Covid-19 tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor yang berhubungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor yang berhubungan dengan pelibatan pasien dalam asuhan keperawatan di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional terhadap 238 perawat dengan menggunakan kuesioner online. Hasil analisis bivariat menggunakan korelasi Pearson menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi manajemen kepala ruangan dan self efficacy perawat dengan pelibatan pasien dalam asuhan keperawatan (p < 0,001). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik perawat (p> 0,005) dan keterampilan komunikasi perawat (p = 0,919) dengan pelibatan pasien dalam asuhan keperawatan di masa pandemi Covid-19. Perlu adanya pendidikan berkelanjutan untuk kepala ruangan terkait pelibatan pasien dalam asuhan keperawatan dan fungsi manajemen dalam pelibatan pasien.
Health organization must establish regulations and processes to support patient participation or involvement in the care process. Patient engagement is an effort to facilitate patient involvement in the care process. The existence of limited relationships and interactions between patients and nurses is a challenge during the Covid-19 pandemic. Patient engagement in nursing care during the Covid-19 pandemic can be influenced by several related factors. This study aims to analyze the factors associated with patient engagement in nursing care during the Covid-19 pandemic. This study used a cross sectional study design of 238 nurses using an online questionnaire. The results of bivariate analysis using Pearson correlation showed that there was a significant relationship between the management function of head nurse and self-efficacy of nurses with patient engagement in nursing care (p < 0.001). There was no significant relationship between nurse characteristics (p> 0.005) and nurse communication skills (p = 0.919) with patient engagement in nursing care during the Covid-19 pandemic. There needs to be continuous education for head nurse related to patient engagement in nursing care and related to management function in patient engagement and the head nurse needs to be motivated to optimize the actuating function in patient engagement."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Annisa Rahmi Galleryzki
"Keselamatan pasien merupakan prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, terutama pada masa pandemi Corona virus disease 19 (Covid-19) ini. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan implementasi pencapaian Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) oleh perawat di rumah sakit rujukan Covid-19 pada masa pandemi. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian analitik dan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 268 perawat yang bekerja di tiga rumah sakit di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan status pernikahan (p=0,03), budaya keselamatan (p<0,001), dan fungsi manajemen (p<0,001) dengan implementasi SKP. Sementara, faktor usia, masa kerja, jenis kelamin, pendidikan, jenjang karir, unit kerja, tipe rumah sakit, pelatihan keselamatan, stres kerja tidak berhubungan dengan implementasi pencapaian SKP (p>0,05). Hasil analisis menggunakan Structured Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) juga mendapatkan budaya keselamatan aspek perbaikan organisasi merupakan variabel yang paling berhubungan secara signifikan dengan implementasi pencapaian SKP. Rekomendasi dari hasii penelitian ini yaitu meningkatkan budaya keselamatan dalam meningkatkan kualitas implementasi enam sasaran keselamatan pasien.
Patient safety is a top priority in healthcare services, especially during the Coronavirus disease 19 (Covid-19) pandemic. The purpose of the study was to analyze the factors related to the implementation of the Patient Safety Goals (SKP) by nurses at the Covid-19 referral hospital during the pandemic. The study used a quantitative approach with an analytical research design and a cross-sectional design. The sample is 268 nurses who work in three hospitals in East Java. The results showed that there was a significant relationship between marital status (p=0.03), safety culture (p<0.001), and management function (p<0.001) with the implementation of SKP. Meanwhile, age, working period, gender, education, career path, work unit, type of hospital, safety training, work stress were not related to the implementation of SKP achievement (p>0.05). The analysis results using the Structured Equation Model-Partial Least Square (SEM-PLS) also found that safety culture in the aspect of organizational improvement is the variable that is most significantly related to the implementation of SKP achievement. Recommendations from the results of this study are to improve safety culture in improving the quality of implementation of the six patient safety goals."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Niki Nadya Putri
"Keselamatan pasien masih menjadi isu global di seluruh dunia dengan masih tingginya angka insiden keselamatan pasien. Salah satu cara untuk mengendalikan angka insiden keselamatan pasien adalah pengembangan sistem pelaporan. Penelitian ini membahas gambaran pelaporan insiden keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi mengenai gambaran pelaporan insiden keselamatan pasien rumah sakit di Indonesia ditinjau dari ketersediaan kebijakan dan metode yang digunakan serta faktor yang menghambat pelaporan insiden keselamatan pasien. Penelitian ini merupakan literature review dengan basis data PubMed, Science Direct, CINAHL, Google Scholar dan Garuda Ristekbrin. Hasil pencarian ditemukan bahwa output pelaporan insiden belum tepat waktu dan kelengkapan baru sebagian kecil tercapai. Hasil pencarian menunjukkan bahwa sebagian rumah sakit di Indonesia telah memiliki kebijakan pelaporan insiden keselamatan pasien dan menggunakan metode pelaporan offline dengan formulir. Secara garis besar, prosedur pelaporan IKP rumah sakit telah sesuai dengan Panduan Nasional Keselamatan Pasien. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak yang belum sesuai dengan alur pelaporan yang seharusnya serta masih menemukan banyak kendala, seperti rasa takut untuk melaporkan, kurangnya sosialisasi, kurangnya pengetahuan dan motivasi, sistem pelaporan yang rumit, rendahnya budaya keselamatan pasien, belum ada reward, dan umpan balik yang belum maksimal
.Patient safety is still a global issue around the world with a high incidence of patient safety. One way to control the number of patient safety incidents is the development of a reporting system. This study discusses a description of the reporting of hospital patient safety incidents in Indonesia. This study aimed to get information regarding the description of patient safety incident reporting in hospitals in Indonesia in terms of the availability of policies and methods used and the factors that hinder reporting of patient safety incidents. This study is a literature review based on PubMed, Science Direct, CINAHL, Google Scholar and Garuda Ristekbrin databases. The search results found that the output of incident reporting was not timely and only a small proportion of completeness was achieved. The search results show that some hospitals in Indonesia already have patient safety incident reporting policies and use offline reporting methods with forms. Broadly speaking, the hospital's IKP reporting procedure is in accordance with the National Patient Safety Guidelines. However, in its implementation there are still many that are not in accordance with the proper reporting flow and still encounter many obstacles, such as fear of reporting, lack of socialization, lack of knowledge and motivation, complex reporting systems, low patient safety culture, no reward, and feedback. which is not optimal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ikram Ade Saputra
"Kepuasan pasien adalah jawaban atau tanggapan diberikan pasien setelah membandingkan harapannya dengan apa yang telah dialami atau diterima pasien mengenai mutu asuhan keperawatan. Kepuasan merupakan suatu perasaan senang atau perasaan kecewa individu atau sekelompok orang yang timbul karena membandingkan persepsi atau kesan dari kinerja atau hasil dari sesuatu yang harapan. Kepuasan pasien erat hubungannya dengan kualitas pelayanan rumah sakit, dengan mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pasien maka pihak manajemen rumah sakit bisa meningkatkan kualitas pelayanan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana kepuasan pasien pada dimensi layanan keperawatan, tangible, responsivness, reliability, assurance, emphaty. Desain penelitian menggunakan Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena alam dan buatan manusia yang ada terhadap 110 responden yang datang dan berobat ke poli rawat jalan RSU Bunda Margonda. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pada beberapa dimensi layanan keperawatan terdapat tingkat ketidakpuasan pasien teringgi terdapat pada dimensi assurance pada point pertanyaan perhatian perawat terhadap kondisi dan keluhan pasien selama menunggu di poli rawat jalan sehingga pasien merasa tidak di perhatikan dan tidak terjamin kondisinya selama di poli dengan total 66 ( 60.0 %). Perawat perlu meningkatkan kepekaan terhadap kondisi pasien yang sedang menunggu di poli rawat jalan dan menjamin pasien menerima perhatian atas kondisinya sesuai dengan standar rumah sakit.
Kepuasan pasien adalah jawaban atau tanggapan diberikan pasien setelah membandingkan harapannya dengan apa yang telah dialami atau diterima pasien mengenai mutu asuhan keperawatan. Kepuasan merupakan suatu perasaan senang atau perasaan kecewa individu atau sekelompok orang yang timbul karena membandingkan persepsi atau kesan dari kinerja atau hasil dari sesuatu yang harapan. Kepuasan pasien erat hubungannya dengan kualitas pelayanan rumah sakit, dengan mengetahui bagaimana tingkat kepuasan pasien maka pihak manajemen rumah sakit bisa meningkatkan kualitas pelayanan. Penelitian ini bertujuan menggambarkan bagaimana kepuasan pasien pada dimensi layanan keperawatan, tangible, responsivness, reliability, assurance, emphaty. Desain penelitian menggunakan Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena alam dan buatan manusia yang ada terhadap 110 responden yang datang dan berobat ke poli rawat jalan RSU Bunda Margonda. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pada beberapa dimensi layanan keperawatan terdapat tingkat ketidakpuasan pasien teringgi terdapat pada dimensi assurance pada point pertanyaan perhatian perawat terhadap kondisi dan keluhan pasien selama menunggu di poli rawat jalan sehingga pasien merasa tidak di perhatikan dan tidak terjamin kondisinya selama di poli dengan total 66 ( 60.0 %). Perawat perlu meningkatkan kepekaan terhadap kondisi pasien yangUniversitas Indonesiaviisedang menunggu di poli rawat jalan dan menjamin pasien menerima perhatian atas kondisinya sesuai dengan standar rumah sakit."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Okki Kardian
"Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pasien kanker. Manajemen nyeri kanker perlu dilakukan secara efektif sehingga dampak dari nyeri yang mungkin timbul dapat diatasi dengan tepat. Penanganan nyeri yang tepat pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan khususnya manajemen nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri kanker. Data dianalisis dengan menggunkan proporsi. Besar sampel pada penelitian ini sebesar 107 responden. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif Cross Sectional dari pasien rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner Pain Treatment Satisfactoin Scale. Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa puas dengan manajemen nyeri kanker secara keseluruhan dengan presentase sebesar 79,4%. Hasil ini merekomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan kembali kualitas pelayanan manajemen nyeri, dan menjadwalkan rutin evaluasi terhadap manajemen nyeri untuk meningkatan kepuasan pasien dan menjaga kualitas pelayanan.
Pain is one of the symptom that is most felt by cancer patients. Cancer pain needs to be manage effectively so that the cancer pain can be controlled. Adequate cancer pain management can increase the satisfaction of patient in nursing service. This study aimed to describe the patients satisfaction with cancer pain management. This study used a descriptive design, with 107 respondents from inpatients at the Dharmais Cancer Hospital. The questionnaire was used was Pain Treatment Satisfaction Scele. The result showed that most respondents were satisfied with the overall management of cancer pain by percentage 79,4%. This result recommends to maintain and to improve the quality of pain management services, and scheduling routine evaluations of pain management to improve patient satisfaction and maintain service quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library