Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204049 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alfi Nurul Imani
"Sumberdaya psikologis memiliki peranan yang cukup esensial untuk mempertahankan kesejahteraan fisik dan emosional individu dalam situasi sulit yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lebih lanjut terkait hubungan antara efikasi diri dan resiliensi pada pengangguran terdidik selama pandemi COVID-19. Metode penelitian yang digunakan adalah riset kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif-korelasi, serta pendekatan potong lintang. Sebanyak 109 lulusan baru Ners yang belum bekerja dan berasal dari perguruan tinggi dengan tingkat akreditasi A dan B di Indonesia terlibat dalam penelitian ini, serta dikumpulkan dengan menggunakan teknik stratified random sampling serta purposive sampling. Analisis univariat menggunakan uji proporsi menunjukkan bahwa sebanyak 59.6% responden memiliki tingkat efikasi diri tinggi dan menggunakan strategi koping berfokus pada masalah; serta sebanyak 52.9% responden memiliki tingkat resiliensi tinggi. Sedangkan analisis bivariat menggunakan uji kai kuadrat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel efikasi diri dan strategi koping (p=0,022), akan tetapi variabel resiliensi dan strategi koping ditemukan tidak memiliki hubungan yang signifikan (p=0.555). Temuan penelitian ini dapat membantu pengembangan pelayanan, pendidikan, maupun penelitian keperawatan terkait upaya peningkatan efikasi diri; resiliensi; dan penggunaan strategi koping, serta minimalisasi fenomena pengangguran di kalangan lulusan baru Ners.

Psychological resources have an essential role in maintaining the physical and emotional well-being of individuals in their difficult situations. This study aims to further identify the relationship between self-efficacy and resilience with coping strategies in unemployed new graduates during COVID-19 pandemic. The method that used in this quantitative research is descriptive correlative with cross-sectional approach. Total of 109 unemployed new graduates in Indonesia from the nursing profession program based on their accreditation level were involved on this study and selected by stratified random sampling and purposive sampling. Univariate analysis using the proportion test showed that as many as 59.6% of respondents have a high level of self-efficacy and use problem-focused coping strategies; and as many as 52.9% of respondents have a high level of resilience. The results of bivariate analysis using the chi-square test obtained the value of p=0,022 which shows a significant relationship between self-efficacy and coping strategies. However, resilience and coping strategies variables were found to have no significant relationship. The findings of this study can assist the development of nursing services, education, and research according to efforts to increase self-efficacy, resilience, and the use of coping strategies; and also the minimization of unemployment among new graduates from the nursing profession program."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Rahmawati
"Pembelajaran jarak jauh meningkatkan stres ibu rumah tangga. Upaya ibu rumah tangga mengatasi masalah pembelajaran jarak jauh dipengaruhi keyakinan dan ketangguhan ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara efikasi diri, resiliensi, dan strategi koping dengan tingkat stres ibu rumah tangga saat mendampingi anak belajar di rumah. Penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif-korelasi, pendekatan retrospektif, dan teknik potong lintang melibatkan 110 ibu rumah tangga yang memiliki anak Sekolah Dasar Kelas 1-3, didapatkan melalui teknik quota sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji kai kuadrat menunjukkan ada hubungan antara efikasi diri dengan tingkat stres (p=0,008), ada hubungan resiliensi dengan tingkat stres (p=0,037), dan ada hubungan strategi koping dengan tingkat stres (p=0,005). Penelitian ini membantu pengembangan instansi kesehatan dan pendidikan; pendidikan dan penelitian keperawatan terkait efikasi diri, resiliensi, strategi koping, dan tingkat stres. Pelatihan dan peningkatan pengetahuan ibu tentang cara pendampingan anak serta penguatan sistem pendukung bagi ibu direkomendasikan.

Distance learning increases the stress of housewives. The efforts of housewives to overcome distance learning problems are influenced by self-efficacy and resilience. This study was aiming to identify the relationship between self-efficacy, resilience, and coping strategies with the stress level of housewives when accompanying children to study at home. Quantitative research with descriptive-correlation design, retrospective approach, and cross-sectional technique involving 110 housewives who has elementary school children in 1st-3rd grade, obtained through quota sampling technique. The results of the bivariate analysis with the chi square test showed that there was a relationship between self-efficacy and stress levels ("
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Anugraheni
"ABSTRAK
Dewasa awal memiliki tugas perkembangan mandiri dengan memiliki pekerjaan dan berkomitmen dalam sebuah hubungan. Fase dewasa awal sedang dialami oleh sarjana baru. Untuk menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tersebut dibutuhkan efikasi diri. Keberadaan efikasi diri merupakan salah satu faktor yang memengaruhi mekanisme koping. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara tingkat efikasi diri dengan kedua jenis mekanisme koping pada sarjana baru yang berstatus lajang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 107 orang. Hasil analisis dalam penelitian ini. Pertama, terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat efikasi diri dengan problem focused coping (p value=0,002), dan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat efikasi diri dengan emotional focused coping (p value=0,266). Hasil penelitian ini merekomendasikan kepada tenaga kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan terkait cara-cara meningkatkan efikasi diri dan pilihan-pilihan penggunaan mekanisme koping yang adaptif.

ABSTRACT
Young Adults have development tasks by having work and commitment in a relationship. The early adult phase is being experienced by new graduates of the bachelor degrees. To complete development tasks required self-efficacy. The existence of self-efficacy is one of the factors that influence coping mechanisms. This research was conducted on the relationship between the levels of self-efficacy with the two types of coping mechanisms in new graduates with single status. This study uses a cross-sectional design with sample of 107 people. The results of the analysis in this study here is a significant relationship between the level of self-efficacy and problem-focused coping (p-value = 0.002), and there is no significant relationship between the level of self-efficacy with emotion-focused coping (p-value = 0.266). The results of this study recommend that health workers carry out health promotion related to ways to improve self-efficacy and choices for using adaptive coping mechanisms."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alika Shameela
"Pandemi COVID-19 yang sedang terjadi dapat berdampak terhadap depresi. Dalam menghadapi situasi ini diperlukan penyesuaian untuk mengatasi tekanan (coping stress). Coping didefinisikan sebagai aktifitas yang dilakukan dalam menghadapi situasi yang membuat stress. Kelompok usia remaja memiliki potensi dalam terkena depresi, salah satunya mahasiswa baru. Mahasiswa baru memiliki potensi untuk terdampak karena perlu melakukan penyesuaian dalam perkuliahan dan melakukan coping terhadap stress dalam situasi Pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh dari coping pandemi COVID-19 dan penyesuaian perkuliahan terhadap depresi pada Mahasiswa Baru FKM UI Angkatan 2020. Disain studi dalam penelitian ini merupakan studi potong lintang. Sampel dalam penelitian adalah Mahasiswa Baru FKM UI Angkatan 2020. Sebanyak 139 sampel didapatkan dengan menggunakan purposive sampling. Analisis bivariat dilakukan menggunakan chi-square dan analisis multivariat dilakukan dengan mengunakan regresi logistik biner. Data dikumpulkan antara Mei - Juni 2021 melalui kuesioner online. Hasil penelitian menunjukkan proporsi mahasiswa yang mengalami gejala depresi sebanyak 59%. Terdapat hubungan yang signifikan antara penyesuaian perkuliahan terhadap kejadian depresi (p = 0,021). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin (p = 0.290), usia (p = 0.664), daerah tempat tinggal (p = 0.472), dan coping pandemi COVID-19 (p = 0.668) dengan kejadian depresi. Berdasarkan hasil analisis multivariat, penyesuaian perkuliahan menjadi faktor yang paling dominan terhadap kejadian depresi (OR: 2.333, 95% CI; 1.154 – 4.715).

The current COVID-19 pandemic has an impact on depression. In dealing with this COVID-19 pandemic situation, adjustments are needed to cope with stress (coping stress). Coping is defined as an activity carried out when facing a stressful situation. Adolescent has a great potential for depression, one of the population group in risk is college freshmen. College freshmen have a great potent to be affected mentally because they need to make adjustments in college’s life and cope with stress in the COVID-19 Pandemic situation. The purpose of this study is to see the effect of COVID-19 pandemic coping and adjustment of college towards depression in college freshmen of Faculty of Public Health University of Indonesia class 2020. The study design carried out in this study is a cross-sectional study. The sample in this study is the college freshmen on Faculty of Public Health University of Indonesia class 2020. A total of 139 samples were obtained using purposive sampling. Bivariate analysis was carried out in this study using chi-square and multivariate analysis was performed using binary logistic regression. Data was collected between May - June 2021 through an online questionnaire. The results showed that the proportion of students who experienced symptoms of depression was 59%. There is a significant relationship between college adjustment to depression in college freshmen (p = 0.032). There was no significant relationship between gender (p = 0.290), age (p = 0.668), area of residence (p = 0.472), and coping with the COVID-19 pandemic (p = 0.664) with depression. Based on the results of multivariate analysis, college adjustment was the most dominant factor on depression (OR: 2,333, 95% CI; 1,154 – 4,715)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatus Soimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan efikasi diri keputusan karier pada mahasiswa tahun pertama dan kedua di Perguruan Tinggi Negeri. Resiliensi adalah kemampuan untuk pulih dari kesulitan dan merupakan sebuah karakteristik kepribadian positif seseorang yang dapat meningkatkan adaptasi individu dan meringankan efek negatif dari stres jika menghadapi takanan atau permasalahan Wagnild Young, 1993 dalam Losoi etal, 2013. Efikasi diri keputusan karier adalah tingkat kepercayaan individu bahwa ia bisa melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan keputusan membuat karier Taylor Betz, 1983 dalam Betz Taylor, 2001. Untuk melakukan pengukuran terhadap variabel resiliensi digunakan alat ukur Resilience Scale RS yang dikembangkan oleh Wagnild dan Young 1993, sedangkan untuk mengukur efikasi diri keputusan karier digunakan alat ukur Career Decision Self Efficacy- Short Form CDSE-SF yang dikembangkan oleh Taylor dan Betz 1983. Partisipan dalam penelitian ini adalah 188 mahasiswa tahun pertama dan kedua di Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dan efikasi diri keputusan karier pada mahasiswa tahun pertama dan kedua di Perguruan Tinggi Negeri. Artinya, semakin tinggi kemampuan resiliensi pada seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkatan efikasi diri keputusan keriernya. Diskusi dan keterbatasan penelitian akan dijelaskan pada bab tersendiri.

ABSTRACT
The purpose of this study is to know the relationship between resilience and career decision self efficacy on freshman and sophomore at public university. Resilience is the ability to recover from adversity and a positive ability that can improve individual adaptation to changing and stresfull situation Wagnild Young, 1993 dalam Losoi etal, 2013. Career decision self efficacy is the level of individual confidence that he she can carry out tasks related to making career decisions Taylor Betz, 1983 dalam Betz Taylor, 2001. To measure resilience variable, researcher use Resilience Scale RS which was developed by Wagnild and Young 1993 while Career Decision Self Efficacy Short Form CDSE SF which developed by Taylor and Betz 1983 is used for measuring career decision self efficacy variable. Participants of this study were 188 freshman and sophomore in public university. The results showed that there was a significant positive correlation between resilience and career decision self efficacy on freshman and sophomore in public university. This means that the higher resilience level in a person, the higher career decision self efficacy in that person. Discussions and limitations of the study will be explained in separate chapters.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firyal Fahirah Fadilah
"Pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai tantangan bagi individu maupun keluarga. Dalam menghadapi tantangan ataupun situasi sulit saat ini, resiliensi keluarga menjadi penting karena dapat membantu keluarga untuk beradaptasi dan mengatasi tantangan yang dihadapi (Walsh, 2020). Parenting self-efficacy, sebagai faktor kognitif yang kerap memengaruhi pengasuhan dan kontrol orang tua terhadap anak, dapat memfasilitasi resiliensi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi parenting self-efficacy terhadap resiliensi keluarga selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini melibatkan 120 partisipan yang merupakan ibu dengan anak pertama usia toddler, berstatus menikah, dan tinggal di Indonesia. Hasil analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa parenting self-efficacy memiliki kontribusi yang signifikan terhadap resiliensi keluarga. Dengan temuan ini, dapat diketahui bahwa intervensi terhadap parenting self-efficacy dapat menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan resiliensi keluarga.

The COVID-19 pandemic poses various challenges for both individuals and families. In facing challenges or difficulties, family resilience becomes important as they can help families to adapt and overcome those challenges (Walsh, 2020). Parenting self-efficacy, as a cognitive factor that affects parenting and parents’ control over children, can facilitate family resilience. This study aims to examine the contribution of parenting self-efficacy to family resilience during the COVID-19 pandemic. This study involves 120 toddler’s mothers who are married and live in Indonesia. The results of simple linear regression analysis shows that parenting self-efficacy has a significant contribution to family resilience. With this finding, it can be known that intervention on parenting self-efficacy can be one of the ways to increase family resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Ramadhania Mumtaz
"Kegiatan akademik yang dilakukan oleh pihak perguruan tinggi mengalami perubahan sebagai bentuk adaptasi Pasca Pandemi COVID-19. Salah satunya yaitu metode pembelajaran hybrid. Perubahan ini sangat mempengaruhi mahasiswa, terutama mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi yang dapat memicu rasa cemas dan stres bagi mahasiswa tingkat akhir.  Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara  kecemasan dan stres dengan self-efficacy mahasiswa tingkat akhir pasca pandemik COVID-19. Metode yang digunakan yaitu cross-sectional dengan pengambilan seluruh sampel sebanyak 100 mahasiswa sarjana FIK UI tingkat akhir dengan menggunakan kuesioner GSES dan DASS 42. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara kecemasan dan stress dengan efikasi diri (r = -0,323 dan -0,277). Stres dan kecemasan mahasiswa keperawatan tingkat akhir termasuk kategori yang memprihatinkan dan perlu diperhatikan institusi pendidikan. Stres dan kecemasan ini juga membuat efikasi diri yang kurang pada mahasiswa keperawatan tingkat akhir.

Academic activities carried out by universities have changed as a form of adaptation to the COVID-19 pandemic. One of the learning methods is hybrid learning. This change affects final year students who are completing their thesis, furthermore it can trigger anxiety and stress. The purpose of this study was to determine the relationship between anxiety and stress with the self-efficacy of final year students after the COVID-19 pandemic. The method used is cross-sectional with a total sample of 100 undergraduate students at the final level of FIK UI, using the GSES and DASS 42 questionnaires. The result of the Spearman correlation has indicated a significant relationship (p < 0.05) between anxiety and stress and self-efficacy (r values = -0.323 and –0.277), respectively. It can be concluded that the level of stress and anxiety among final year nursing students can be categorized on a concerning level, this issue needs to be noticed by educational institutions. Furthermore, stress and anxiety have also resulted in low self-efficacy among final year nursing students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Chairina
"Dalam menghadapi tantangan selama proses Belajar dari Rumah (BdR), siswa perlu mengembangkan academic buoyancy, yaitu kemampuan untuk mengatasi kemunduran dan tantangan akademik sehari-hari. Peran orang tua selama pandemi menjadi penting karena siswa lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah strength-based parenting (SBP), sebuah pendekatan pengasuhan yang menekankan pada identifikasi dan pengembangan kekuatan anak, memprediksi academic buoyancy melalui academic self-efficacy, social self-efficacy, dan emotional self-efficacy. Penelitian dilakukan terhadap 238 siswa SMA di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, dan Academic Buoyancy Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBP berkorelasi positif dengan academic buoyancy (r = 0,33, p < 0,01). Academic self-efficacy dan emotional self-efficacy masing-masing memediasi hubungan antara SBP dan academic buoyancy (a1b1 = 0,05, BootCI 95% [0,03, 0,07]; a3b3 = 0,03, BootCI 95% [0,01, 0,05]). Social self-efficacy tidak ditemukan memiliki peran mediasi (a2b2 = -0,00, BootCI 95% [-0,02, 0,01]). Ketika orang tua mengenali dan mengembangkan kekuatan yang siswa miliki, maka siswa akan merasa yakin dengan kemampuannya untuk melakukan tugas akademik dan mengatasi emosi negatif. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah mengatasi kemunduran dan tantangan akademik yang dialami selama menjalani BdR.

To overcome adversities during Belajar dari Rumah (BdR) period, students need to develop academic buoyancy, described as ‘the ability to deal with daily academic setbacks and challenges’. Parents’ role during BdR is important since students spend more time at home. This study aims to investigate the relationship between strength-based parenting (SBP) and academic buoyancy through academic self-efficacy, social self-efficacy, and emotional self-efficacy. 238 high school students in Indonesia participated in this study. Strength-Based Parenting Scale, Self-Efficacy Questionnaire for Children, and Academic Buoyancy Scale were used to measure the variables. The results showed that SBP positively correlated with academic buoyancy (r = 0.33, p <0.01). Academic self-efficacy and emotional self-efficacy serve as unique mediators in the relationship between SBP and academic buoyancy (a1b1 = 0.05, BootCI 95% [0.03, 0.07]; a3b3 = 0.03, BootCI 95% [0.01, 0.05]). Meanwhile, the role of social self-efficacy as mediator is not significant (a2b2 = -0.00, BootCI 95% [-0.02, 0.01]). When parents identify and cultivate their children’s strengths, children will believe in their ability to carry out academic tasks and deal with negative emotions which in turn help them overcome setbacks and challenges during BdR."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolinda Suciliyana
"Wabah Coronavirus disease-19 (COVID-19) mengharuskan pemerintah membuat kebijakan bahwa semua kegiatan termasuk pembelajaran dilakukan secara daring. Kebijakan tersebut akhirnya mengharuskan untuk tinggal dirumah yang dimungkinkan dapat mengurangi latihan fisik pada semua orang tak terkecuali pada remaja. Latihan fisik pada remaja berkolerasi dengan tingkat efikasi diri yang tinggi. Efikasi diri dan niat tergantung pada seberapa banyak dukungan yang diterima. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan dukungan sosial dengan latihan fisik remaja pada situasi pandemi COVID-19. Penelitian menggunakan desain cross sectional pada 384 remaja di Kabupaten Banyumas. Sampel sekolah diperoleh dengan metode probability sampling dengan cara cluster sampling. Hasil analisis Chi Square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dan dukungan sosial (keluarga dan teman) dengan latihan fisik (p value=0,001 dengan OR: 2,091; p value=0,003 dengan OR: 1,892 dan p value=0,001 dengan OR: 2,052). Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik berganda diperoleh bahwa efikasi diri menjadi faktor yang paling berhubungan dengan latihan fisik (OR: 1.791) setelah dikontrol oleh variabel lain (dukungan keluarga, dukungan teman, dan usia). Remaja yang memiliki efikasi diri tinggi dan dukungan sosial (keluarga dan teman) yang tinggi cenderung lebih aktif melakukan latihan fisik. Efikasi diri sebagai faktor dominan yang paling berhubungan dengan latihan fisik remaja pada situasi pandemi COVID-19. Remaja yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih aktif melakukan latihan fisik daripada remaja yang memiliki efikasi diri yang rendah. Penelitian ini merekomendasikan program self-efficacy: enhancement melalui teach: group untuk meningkatkan efikasi diri remaja dan dukungan sosial sebagai upaya meningkatkan latihan fisik remaja pada situasi pandemi COVID-19.

The outbreak of the Coronavirus disease-19 (COVID-19) requires the government to make a policy that all activities including learning are carried out online. The policy finally requires staying at home which is possible to reduce physical exercise for everyone, including teenagers. Physical exercise in adolescents is correlated with a high level of self-efficacy. Self-efficacy and intention depend on how much support is received. This study aims to determine the relation between self-efficacy and social support with adolescent physical exercise during the COVID-19 pandemic. The study used a cross sectional design on 384 adolescent in Banyumas. The result of Chi Square analysis showed that there was a significant relationship between aelf-efficacy and social support (family and friends) with physical exercise (p value=0,001 with OR: 2,091; p value=0,003 with OR: 1,892 dan p value=0,001 with OR: 2,052). The result of multivariate analysis with binary logistic regression showed that self-efficacy is the most related factor with physical exercise (OR: 1,791) after being controlled by other variables (family support, friend support, and age). Adolescents who have high self-efficacy and high social support (family and friends) tend to be more active in physical exercise. Selfefficacy as the dominant factor most related to adolescents physical exercise in the COVID-19 pandemic situation. Adolescents who have high self-efficacy tend to be more active in doing physical exercise than adolescents who have low self-efficacy. This study recommends a self-efficacy: enhancement program through teach: group to increase adolescents physical exercise in the COVID-19 pandemic situation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdah Aqilah
"Pandemi Covid-19 menyebabkan ketidakpastian terhadap seluruh lapisan masyarakat, termasuk dewasa muda. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran efikasi diri secara umum sebagai prediktor dalam memprediksi subjective well-being dewasa muda selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan tipe kuantitatif, variabel kesejahteraan subjektif diukur dengan Subjective Happiness Scale (SHS) dan efikasi diri secara umum diukur menggunakan General Self-Efficacy Scale. Partisipan penelitian ini adalah 488 dewasa muda yang memiliki rentang usia 18 - 25 tahun. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri secara umum berperan sebagai prediktor terhadap kesejahteraan subjektif dewasa muda secara signifikan (Adjusted R² = 0.349, p<0.05). Berdasarkan hasil tersebut, semakin tinggi skor efikasi diri secara umum pada partisipan maka semakin tinggi pula skor kesejahteraan subjektif. Oleh karena itu, individu diharapkan dapat meningkat efikasi diri secara umum dengan meningkatkan pengetahuan diri dan persepsi positif mengenai kehidupan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif.

The Covid-19 pandemic has caused uncertainty for all levels of society, including young adults. Individual’s subjective well-being is thought to be a protective factor in this pandemic. This study aims to describe the role of general self-efficacy on the subjective well-being of young adults during the Covid-19 pandemic. This study used a quantitative type, the measurement of General self efficacy uses the General Self-Efficacy Scale, and subjective well-being measurement uses Subjective Happiness Scale (SHS). Participants in this study were 488 young adults who had an age range of 18-25 years. The results of this study indicate that general self-efficacy plays a significant role as a predictor of subjective well-being in young adults (Adjusted R² = 0.349, p<0.05). Based on these results, the higher the general self-efficacy score on the participants, the higher the subjective well-being score. Therefore, individuals are expected to increase their general self-efficacy by increasing their self-knowledge and positive perceptions about life so that it can increase subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>