Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thami Endamora
"Penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada seluruh jenjang pendidikan akibat pandemi COVID-19 mengakibatkan peningkatan yang signifikan pada penggunaan teknologi internet, tidak terkecuali pada anak-anak. Salah satu masalah yang penting untuk diperhatikan dari fenomena ini adalah perundungan siber atau cyber bullying pada anak. Saat ini program yang dilakukan untuk pembelajaran cyber bullying masih berfokus pada kegiatan pelatihan satu arah dan belum ada pembelajaran interaktif yang menyesuaikan kebutuhan pelajar muda. Berangkat dari isu tersebut, penelitian ini membahas pengembangan prototipe game untuk memberikan pemahaman masalah cyber bullying kepada siswa Sekolah Dasar. Penelitian menggunakan metode User-Centered Design dengan pendekatan kualitatif dalam merancang desain interaksi berdasarkan kebutuhan pengguna. Hasil pengembangan prototipe game kemudian diujicobakan kepada pengguna untuk mengevaluasi pengalaman pengguna dan terpenuhinya capaian pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi, prototipe game memberikan pengalaman pengguna yang positif dari sisi kepuasan pemain, kemudahan mempelajari cara bermain game, kemudahan memahami konten pembelajaran dalam game, motivasi, dan emosi. Namun, hanya satu dari dua sub-capaian pembelajaran yang terpenuhi. Sub-capaian pembelajaran pertama, mampu menjelaskan cara berinteraksi yang positif di ruang digital, terpenuhi, sedangkan sub-capaian pembelajaran kedua, mampu memberikan tanggapan yang tepat terhadap perilaku dan konten negatif yang ditemui di ruang digital, belum terpenuhi. Beberapa bagian dalam game masih dapat ditingkatkan untuk memenuhi seluruh capaian pembelajaran.

The implementation of distance learning at all levels of education due to the COVID-19 pandemic has led to an increasing number of Internet users everywhere, including children. One important issue is cyberbullying in children. Nowadays, Indonesian cyberbullying education programs still focus on one-way training activities. There is no interactive learning that adapts to the needs of young students. This research aims to develop a game prototype to provide an understanding of cyberbullying to elementary school students. This research uses the User-Centered Design method with a qualitative approach in designing interaction designs based on user needs. Then, the prototype is piloted to users to evaluate user experiences and learning outcomes. Based on the evaluation results, the game prototype provides a positive user experience in terms of satisfaction, learnability, effectiveness, immersion, motivation, and emotion. However, only one out of two learning outcomes was fulfilled. Participants were able to elaborate on positive ways of interacting through digital platforms. But, they had difficulties providing appropriate responses to negative behavior and content encountered on digital platforms. Some improvements are needed to meet all learning outcomes."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvyna Trinanda Daeng
"Remaja merupakan kelompok berisiko mengalami berbagai masalah fisik psikologis dan sosial. Salah satu masalah psikososial yang terjadi pada remaja adalah merupakan bentuk bullying yang dilakukan secara tidak langsung yaitu melalui dunia maya internet. Dampak cyberbullying pada remaja diantaranya menimbulkan rasa malu depresi hingga bunuh diri. Tujuan penelitian ini mengetahui kejadian cyberbullying yang terjadi pada remaja SMA Negeri di Jakarta Timur. Metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan desain cross sectional dengan teknik sampling accidental sampling n 105
Hasil penelitian menemukan angka kejadian cyberbullying 30.5 dengan 20 terlibat sebagai pelaku dan 17 sebagai korban dan 8.6 sebagai pelaku sekaligus korban. Media yang paling banyak digunakan adalah chatrooms 35.2. Lama korban mengalami kejadian cyberbullying beragam dari satu atau dua minggu 10.5 hingga beberapa tahun 7.6. Remaja perempuan berpeluang 2.7 kali terlibat dalam kejadian cyberbullying dibandingkan laki laki.

Teenagers are a group in the society at high risk of experiencing a number of problems such as physical psychological and social problems. One of the psycho social problems among teenagers is cyberbullying. Cyberbullying is a form of bullying that takes action indirectly through virtual world like the internet. Negative impacts of cyberbullying can be shyness depression and suicide. The purpose of this research was to know the phenomenon of cyberbullying that happened to teenagers in State High School in East Jakarta. Method used was quantitative descriptive with cross sectional approach and sampling technique was accidental sampling 105.
The result shows that the incidence of cyberbullying reached the number of 30.5 with 20 claimed to be perpetrators 17.1 victims and 8.6 both. The media that commonly used are chatrooms 35.2 The length of the period of teenagers being victimized varies from a couple of weeks 10.5 up to a few years 7.6. There is a relation between gender and the incidence of cyberbullying where girls are 2.7 times more risky of being involved in cyberbullying compared to boys.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Firdausya Sunaryo
"Komunikasi yang kini dimudahkan dengan kemunculan media sosial juga memiliki konsekuensi buruk, seperti aksi cancel culture yang berujung pada tindakan cyberbullying. Cancel culture merupakan sebuah praktik pemboikotan terhadap seseorang yang dianggap melanggar norma. Figur publik seringkali menjadi target utama cancel culture di internet dikarenakan rumor yang disebarkan di media sosial. Dengan menggunakan metode kualitatif studi kasus dan kajian literatur, tulisan ini bertujuan untuk menganalisis cancel culture dan cyberbullying terhadap aktor Korea Selatan Kim Seonho dan idol Kim Garam di forum daring dan Twitter dengan konsep efek disinhibisi online, di mana batasan komunikasi hilang apabila dilakukan secara daring dibandingkan secara tatap muka. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa empat dari enam dimensi efek disinhibisi online paling tampak di kasus cancel culture dan cyberbullying kedua figur publik ini, yakni dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, dan minimization of status and authority, dengan anonimitas sebagai faktor utamanya.

The presence of social media in the contemporary media landscape has made communication more accessible. However, the emergence of such a platform also comes with cultural consequences, such as cancel culture–a practice of boycotting someone who is considered to have violated the norm–which often leads to cyberbullying. Public figures have become the main target of cancel culture which is amplified by the online rumors spread on social media. By using qualitative case study methods and literature review, this paper aims to analyze the cancel culture and cyberbullying against South Korean actor Kim Seonho and idol Kim Garam in online forums and Twitter, with the concept of the online disinhibition effect, where communication boundaries disappear as it takes place online. The result shows that four among six dimensions of the online disinhibition effect, namely dissociative anonymity, asynchronicity, dissociative imagination, and minimization of status and authority are present in the cancel culture and cyberbullying of these two public figures, with anonymity being the main factor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ashma Nur Afifah
"Penggunaan peralatan komunikasi elektronik seperti telepon seluler dan internet cenderung membawa dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah membantu remaja dalam berhubungan dengan teman, dan salah satu dampak negatif adalah cyberbullying. Salah satu penyebab terjadinya cyberbullying adalah empati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan empati dan komponen di dalamnya yaitu empati afektif dan empati kognitif dengan perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh remaja yang menjadi siswa di Sekolah Menengah Atas. Partisipan penelitian ini terdiri dari 169 orang siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang terlibat dalam perilaku cyberbullying.
Empati diukur dengan menggunakan Basic Empathy Scale dari Joliffe dan Farrington (2006) dan perilaku cyberbullying diukur dengan Revised Cyber Bullying Scale (RCBI) dari Topcu dan Erdur-Baker (2010) yang telah diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara empati dengan perilaku cyberbullying yang diterima maupun dilakukan tidak signifikan. Hal ini dikarenakan ada faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh dan perlu diteliti lebih lanjut.

The increasing use of electronic gadgets such as handphone or internet has positive and negative effect. On the positive side it does help adolescence to communicate with their friends but one of negative effect is cyberbullying. One factor that correlates to cyberbullying behavior is empathy. The purpose of this study is to identify the correlation between empathy and its component, the affective empathy and cognitive empathy and cyberbullying behavior among adolescence in senior high school. The participants are 169 students in senior high school in Jakarta who do cyberbullying behavior.
Empathy is measured with Basic Empathy Scale by Joliffe and Farrington (2006) and cyberbullying behavior is measured with Revised Cyber Bullying Scale (RCBI) by Topcu and Erdur-Baker (2010) which has been adapted and modified in this study. The result indicates that the correlation is not significant because there are other factors that more contributes to cyberbullying behavior than empathy that need to be studied further.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hakim Nur Maulana
"ABSTRAK
Pada tahun 2018, diketahui terjadi sebanyak 232,447,974 serangan siber ke jaringan Indonesia. Sektor yang menjadi perhatian adalah instansi pemerintah, karena menjadi target utama serangan siber. Domain .go.id (website pemerintah) menempati peringkat pertama dengan 30,75% lebih sering terkena defacement. Untuk mengatasi masalah ancaman siber, Pemerintah Indonesia membentuk BSSN, yang mempunyai unit kerja Pusopskamsinas, yang kemudian telah membentuk Secuity Operation Center (SOC). Namun SOC yang sudah dibentuk belum sesuai kebutuhan, yang ada saat ini belum cukup karena lingkup, maturitas dan kapabilitas SOC masih terbatas, sedangkan ancaman siber setiap detik selalu berkembang, dibutuhkan kemampuan kontra intelijen siber sebagai langkah dan strategi intelijen untuk memprediksi dan menanggulangi kemungkinan ancaman siber, serta membangun pola koordinasi dengan SOC lainnya untuk mewujudkan Collaborative Cyberdefense. Maka dibentuklah National Secuity Operation Center (NSOC), yaitu pengembangan dari SOC yang memerlukan upaya rencana pembangunan keamanan siber yang terukur untuk menjamin keberhasilaln tugas dan fungsinya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan kemampuan kontra intelijen siber di Pusopskamsinas menggunakan langkah kerangka kerja keamanan siber berdasarkan NIST CSF, yang dipadukan dengan Penilaian maturitas dan kapabilitas pada SOC di Pusopskamsinas menggunakan SOC-CMM, serta rekomendasi rencana aksi menggunakan konsep kontra intelijen siber.

ABSTRACT
In 2018, there were 232,447,974 cyber attacks on the Indonesian network. The sector of concern is government agencies, because they are the main target of cyber attacks. Domain. Go.id (government website) ranks first with 30.75% more often affected by defacement. To overcome the problem of cyber threats, the Government of Indonesia formed BSSN, which has a work unit of Pusopskamsinas, which then has formed the Secuity Operation Center (SOC). However, the SOC that has been formed is not yet in accordance with the needs, which is currently not enough because the scope, maturity and capability of the SOC is still limited, while cyber threats are always developing every second, cyber counterintelligence capabilities are needed as a step and intelligence strategy to predict and cope with possible cyber threats , and build coordination patterns with other SOCs to realize Collaborative Cyberdefense. Then a National Secuity Operation Center (NSOC) was formed, which is the development of an SOC that requires measurable cyber security development plans to ensure the success of its duties and functions. Therefore, this research will develop the capacity of cyber counterintelligence in Pusopskamsinas using the steps of the cyber security framework based on NIST CSF, which is integrated with the assessment of maturity and capability in SOC in Pusopskamsinas using SOCCMM, and recommendations for action plans using cyber counter intelligence concepts cyber."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemma Michelia Junior
"Penggunaan internet dan media sosial saat ini telah menjadi kebutuhan primer bagi sebagian orang. Fenomena tersebut membuat remaja menjadi terlalu sering menggunakan internet dan media sosial sehingga berisiko mengalami cyberbullying. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cyberbullying khususnya body shaming dengan tingkat depresi pada remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik-korelasional dengan desain penelitian cross-sectional yang dilakukan secara online dengan melibatkan 209 remaja di SMA Muhammadiyah 04 Depok dan SMAITP Nururrahman Depok. Instrumen yang digunakan yaitu Sociocultural Attitudes towards Appearance Questionnaire (SATAQ) untuk mengukur tingkat body shaming dan Beck Depression Inventory-II (BDI-II) untuk mengukur tingkat depresi. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara cyberbullying: body shaming dengan tingkat depresi dengan nilai p value 0,001. Pemberian edukasi kesehatan terkait cyberbullying: body shaming dan bahayanya perlu dilakukan untuk menekan angka depresi pada remaja.

The use of the internet and social media must be a primary need for some people. This phenomenon makes teenagers use the internet and social media too often so they are at risk of experiencing cyberbullying. This study aims to find out the correlation of cyberbullying specifically to body shaming with depression rates in adolescents. The research method used is a correlational analytic cross-sectional research design conducted online involving 209 teenagers at Muhammadiyah Senior High School 04 Depok and Nururrahman Islamic Senior High School. The instrument used was the Sociocultural Attitude towards Appearance Questionaire (SATAQ) to measure embarrassing bodily levels and the Beck Depression Inventory-II (BDI-II) to measure depression levels. Analysis of the data used in the univariate analysis and bivariate analysis using the Chi-Square test. The results obtained showed that there was a significant correlation between cyberbullying: body shaming with depression levels with p values obtained 0.001. Provision of health education related to cyberbullying: body shaming and the dangers that need to be done to prevent depression in adolescents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Anggraeni Kusumoningtyas
"ABSTRAK
Tesis ini berfokus pada dilema demokrasi dan pengawasan siber dalam kerangka keamanan nasional. Tujuan tesis ini adalah untuk mengkaji secara kritis fenomena pengawasan siber dalam kerangka keamanan nasional di berbagai negara, khususnya Indonesia. Untuk mendapatkan hasil yang komprehensif, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam dan analisis bukti dokumen. Dengan menggunakan teori dan infrastruktur pengawasan siber Lawrence Lessig, serta Jack Balkin dan Sanford Levinson dengan fenomena national surveillance state-nya sebagai pisau analisa, tesis ini akan menjelaskan bagaimana sekuritisasi pengawasan siber merupakan bagian integral dari fenomena national surveillance state. Kemudian peneliti juga menggunakan konsep demokrasi dan konsep keamanan nasional untuk mengkaji penggunaan pengawasan siber, sehingga terlihat bagaimana perdebatan demokrasi dan pengawasan siber dalam kerangka keamanan nasional. Hasil penelitian dan pembahasan dalam tesis ini sesuai dengan permasalahan yang dijadikan fokus penelitian sehingga didapati hal-hal sebagai berikut: Pertama, komponen utama dari debat demokrasi-pengawasan siber adalah perlombaan teknologi. Kedua, pada akhirnya demokrasi harus menghasilkan keseimbangan dengan praktik pengawasan siber yang sesuai dengan budaya politik negara dan hak asasi manusia universal. Ketiga, segala regulasi kebijakan siber di Indonesia menggunakan pendekatan "state centric", sehingga belum memberikan kejelasan untuk memastikan perlindungan keamanan individu, perangkat, dan jaringan dalam ruang siber.

ABSTRACT
This thesis is approved in the dilemma of democracy and cyber surveillance in national security agreements. The purpose of this thesis is to examine the critical phenomenon of surveillance in national security in various countries, especially Indonesia. To get updated results, researchers used qualitative methods with in-depth interviews and document evidence analysis. Lawrence Lessig, as well as Jack Balkin and Sanford Levinson with their national surveillance phenomena as a knife of analysis, this thesis will explain how the securitization of cyber surveillance is an integral part of the nation's national surveillance phenomenon. Then the researcher also uses the concept of democracy and the concept of national security to examine the use of cyber surveillance, so as to allow the use of democracy and cyber surveillance in national security. The results of the research and discussion in this thesis are in accordance with the challenges taken by the focus of the study so that the following are found: First, the main component of the cyber democracy-supervision debate is the technological race. Second, democracy must ultimately strike a balance with cyber surveillance practices that are compatible with political culture and universal human rights. Third, all cyber policy regulations in Indonesia use "state centric", so it has not provided clarity to ensure the security of individuals, devices and networks in cyberspace.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Andjar Putra
"ABSTRAK
Dalam ruang siber, manusia saling terhubung tanpa memikirkan jarak dan waktu serta disebut sebagai ruang sosial baru. Ruang sosial ini diwadahi oleh berbagai platform media sosial. Penggunaan media sosial tidak hanya untuk hal yang positif, melaikan juga hal yang negatif yaitu untuk memanipulasi persepsi masyarakat mengenai isu-isu tertentu. Adapun alat yang digunakan untuk melakukan manipulasi persepsi masyarakat tersebut adalah kekacauan informasi (Information Disorder) yang terdiri dari misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Hal ini menjadi ancaman bagi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta memerlukan penanganan serius dari pemerintah. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) memiliki salah satu tugas untuk melakukan pengendalian informasi yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Dalam memenuhi tugasnya untuk mereduksi kekacauan informasi perlu dianalisis faktor-faktor penyebab kekacauan informasi, skenario dampak kekacauan informasi, dan merumuskan strategi yang perlu dilakukan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor, dan skenario dampak kekacauan informasi, serta rekomendasi strategi BSSN dalam mereduksi kekacauan informasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi kualitatif yang terdiri dari tahapan; unitizing, sampling, recording, reducing, inferring, dan narrating dengan dua studi kasus yang diambil yaitu kasus Cambridge Analytica dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016 dan kampanye separatis pembebasan Papua Barat pada halaman facebook secara terkoordinasi. Dalam penelitian ini ditemukan elemen kekacauan informasi berdasarkan studi kasus dan wawancara narasumber yang dilakukan. Dengan ditemukannya elemen kekacauan informasi, maka akan dapat ditemukan skenario dampak dan strategi yang dapat direkomendasikan untuk dilaksanakan oleh BSSN dalam mereduksi kekacauan informasi.

ABSTRACT
In cyberspace, humans are interconnected without thinking about distance and time and are called new social spaces. This social space is accommodated by various social media platforms. The use of social media is not only for positive things, but also negative things, which is to manipulate public perceptions about certain issues. The tool used to manipulate public perception is information disorder consisting of misinformation, disinformation, and malinformation. This can be considered as a threat to the society, and requires serious handling from the government. The National Cyber and Crypto Agency has one of the tasks of controlling information that is against the laws and regulations. In fulfilling its duties to reduce information disorder, it is necessary to analyze the factors that cause information disorder, the impact scenario of information disorder, and formulate strategies that need to be carried out. The purpose of this research is to analyze the factors and scenarios of the impact of information disorder, as well as the recommendations for National Cyber and Crypto Agency's strategy in reducing information disorder. The research method used in this study is a qualitative content analysis that consist; unitizing, sampling, recording, reducing, inferring, and narrating with two case studies taken, namely the Cambridge Analytica case in the 2016 US presidential election and the Free West Papua coordinated separatist facebook page campaign. In this research, the information disorder element was found based on case studies and interviewees conducted. With the discovery of information disorder elements, the impact scenarios can be found and the strategies that can be recommended to be implemented by National Cyber and Crypto Agency in reducing information disorder."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandi Aditya Putra
"Berbagi informasi keamanan siber (CIS) pada sektor Pemerintah Daerah menjadi sangat dibutuhkan karena seringnya terjadi insiden siber yang terus berulang, seperti peretasan dan kebocoran data pengguna layanan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Penelitian ini mengusulkan model ekosistem CIS pada sektor Pemerintah Daerah dengan memanfaatkan kerangka kerja dari MITRE Cyber Information-Sharing Models, MITRE Building a National Cyber Information-Sharing Ecosystem, dan FIRST Traffic Light Protocol, dan mengusulkan protokol keamanan baru yaitu protokol Putra-Ramli Secure Cyber-incident Information Sharing (PURA-SCIS) dengan memanfaatkan Scyther Tool. Hasil dari penelitian ini yaitu diperoleh model ekosistem CIS sektor Pemerintah Daerah yaitu model hybrid dengan empat klasifikasi informasi, terdiri dari model hub-and-spokes, model post-to-all, dan model source-subscribers. Ekosistem CIS sektor Pemerintah Daerah yang diusulkan berbasis government-centric. Ekosistem CIS sektor Pemerintah Daerah ini juga melibatkan lima entitas. Kelebihan penelitian ini yaitu tidak hanya mengusulkan model ekosistem CIS sektor Pemerintah Daerah di Indonesia yang belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya, tetapi juga menerapkan protokol keamanan PURA-SCIS dalam melindungi informasi berklasifikasi TLP: Red dan Amber. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa protokol keamanan PURA-SCIS memberikan jaminan tingkat kerahasiaan yang tinggi untuk melindungi keamanan dan keutuhan informasi terkait informasi keamanan siber yang dipertukarkan di antara entitas di sektor Pemerintah Daerah terkait melalui layanan cloud

Cybersecurity Information Sharing (CIS) for Local Governments is important because of the frequent repeated cyber incidents, such as electronic government system (SPBE) hacking and personal data leakage. This study proposed a local government sector CIS ecosystem model by utilizing the framework of the MITRE Cyber Information-Sharing Models, the MITRE Building a National Cyber Information-Sharing Ecosystem, and the FIRST Traffic Light Protocol. This study also proposed a new security protocol, the Putra-Ramli Secure Cyber-incident Information Sharing (PURA-SCIS) with Scyther Tool. The results show that the local government sector CIS ecosystem model is a hybrid model with four classifications of information, consisting of a hub-and-spoke model, a post-to-all model, and a source-subscribers model. The proposed local government sector CIS ecosystem is government centric. The local government sector CIS ecosystem also involved five entities. The advantage of this research is not only to propose a CIS ecosystem model for the local government sector in Indonesia that has never been done by previous research but also to apply the PURA-SCIS security protocol to protect TLP-classified information: Red and Amber. The experimental results show that the PURA-SCIS security protocol guarantees a high level of confidentiality to protect the security and integrity of information related to cybersecurity information sharing between entities in the relevant Local Government sector through cloud services."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Rezky Sukandari
"ABSTRAK
Fenomena cyberbullying sering terjadi di Indonesia terutama pada remaja. Perilaku remaja tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku cyberbullying pada remaja. Metode penelitian yang digunakan dengan teknik stratified random sampling. Data penelitian diuji menggunakan uji Chi-Square. Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Jakarta Timur dengan jumlah sampel 119 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30,3% remaja melakukan perilaku cyberbullying dengan pola asuh otoritarian. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku cyberbullying yang dilakukan oleh remaja (p: 0,029). Hasil ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk perawat dalam memberikan edukasi mengenai perilaku cyberbullying baik melalui institusi pendidikan maupun orang tua.

ABSTRACT
Cyberbullying phenomenon often occurred in Indonesia especially on adolescence. Behavior on adolescence is affected by several factors, one of them is parenting style. The purpose of this study is to determine the relationship of the parenting style and cyberbullying behavior among adolescence in senior high school. The method of this study using stratified random sampling. This study data was tested by Chi-square test. This study was conducted in senior high school in east Jakarta with total sample of 119 people. The results showed that 30,3% of teenagers doing cyberbullying behavior with authoritarian parenting style. This study indicate there is a relationship between parenting style with cyberbullying behavior on adolescence in senior high school (p: 0,029). This results can be the basis for nurses to give education about cyberbullying behavior, either through educational institutions and/or through the parents.;"
2016
S65535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>