Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114917 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Camaro, Gareth
Yogyakarta: Cakrawala, [Date of publication not identified]
929.4 CAM n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Endang I. Sedijoprapto
Jakarta: PDIN-LIPI, 1983
929.409 598 END s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Billy Sandi
"Skripsi ini membahas konsep pemberian nama diri pada budaya Jawa dan termasuk ke dalam penelitian semantik-kebudayaan. Ada sebuah hubungan antara nama diri, makna dari nama diri, dan ciri-ciri referensialnya. Dalam budaya Jawa, ada sebuah harapan yang ingin disampaikan oleh orang tua agar kelak anak tersebut bisa mencontoh makna nama dirinya. Pola pemberian nama diri ini ternyata juga berlaku pada pemberian nama diri pada tokoh dalam cerita fiktif, salah satu contoh adalah tokoh wayang yang terkenal yaitu Bima. Akan tetapi, ada sedikit perbedaan bahwa dalam nama diri tokoh cerita fiktif bukan harapan yang muncul dari makna nama diri tersebut tetapi konsistensi penggambaran di dalam cerita antara nama diri, makna nama diri, dan ciri referensialnya. Hasil dari penelitian ini membuktikan konsistensi orang Jawa dalam pemberian nama, tidak hanya dalam kehidupan nyata tetapi juga dalam cerita fiktif.

This thesis discusses the concept of self-naming Javanese culture belongs to a semantic-cultural research. There is a relationship between a proper name, a meaning of the proper name itself, and characteristics of its reference. In Javanese culture, parents sometimes expect that later their children can imitate or apply the meaning of the name itself in real life. This pattern also applies to naming fictional characters in the story, e.g. Bima, one of the most famous puppet fictional characters. But, there is a slight difference in the naming of the fictional characters. It is not about parents? hope that relates into their children?s names but the consistency of the depiction in the story between the proper name, the meaning of the proper name itself, and characteristics of its reference. The results of this study prove that the consistency of the Javanese parents in giving names does not apply only in a real life, but also in a world of literature for fictional characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S54
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Nama diri bisa mengidentifikasi asal-usul daerah atau kesukuan
orang. Seseorang berasal dari Minangkabau, setidak-tidaknya
menurut perkiraan, melalui nama dirinya. Artinya, nama diri orang
yangberasal dari daerah atau suku tertentu memperlihatkan adanya
kekhasan. Kekhasan itu tentunya tidak terlepas dari bunyi-bunyi yang
membentuk nama diri tersebut. Tulisan ini adalah hasil penelitian
dengan objek penelitian yaitu nama diri orang Minangkabau.
Sampel penelitian diambil di daerah tertentu dengan tahun
kelahiran dari masa tertentu pula. Dari penelitian diperoleh sejumlah
kecenderungan struktur fonologis nama diri orang Minangkabau. "
899 WE 1:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Maria Eunike
"Keberagaman merupakan suatu hal yang selalu ada dalam masyarakat sehingga menjadi tantangan bagi perusahaan dan pemasar untuk berkomunikasi dengan kelompok yang beragam. Inclusive marketing muncul sebagai solusi untuk membantu perusahaan dan pemasar berinteraksi dengan kelompok sasaran melalui saluran yang menarik bagi sasaran. Merek kecantikan lokal Secondate merupakan salah satu merek yang mengedepankan inklusivitas dalam produk dan pemasarannya. Secondate mengeklaim bahwa mereka percaya setiap orang memiliki cerita yang unik sehingga mereka merangkul keberagaman khalayak dan komunitas mereka. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana Secondate menggunakan inclusive marketing melalui konten Instagram mereka. Dengan menggunakan metode analisis konten, hasil menunjukkan bahwa ada beberapa aspek inclusive marketing yang terdapat dalam konten-konten Secondate, yaitu race and ethnicity, ability, gender identity, dan age. Konten-konten inklusif ini mempromosikan inklusivitas serta pengakuannya. Dalam hal ini, strategi inclusive marketing yang digunakan oleh Secondate tidak hanya terfokus pada penjualan, tetapi juga pada penyebaran pesan inklusivitas dan keberagaman. Maka dari itu, Secondate melalui inclusive marketing mengakui, merangkul, mendengar, memahami, dan mengikutsertakan kisah dari setiap kelompok.

Diversity always exists in society, making it a challenge for companies and marketers to communicate with diverse groups. Inclusive marketing emerged as a solution to help companies and marketers interact with target groups through channels that are attractive to the target. Local beauty brand Secondate is a brand that prioritizes inclusivity in its products and marketing. Secondate claims that they believe everyone has a unique story so they embrace the diversity of their audiences and communities. Therefore, this paper aims to analyze how Secondate uses inclusive marketing through their Instagram content. By using the content analysis method, the results show that there are several aspects of inclusive marketing contained in Secondate content, namely race and ethnicity, ability, gender identity, and age. These inclusive contents promote inclusivity as well as its recognition. In this case, the inclusive marketing strategy used by Secondate is not only focused on sales, but also on spreading messages of inclusivity and diversity. Therefore, Secondate through inclusive marketing acknowledges, embraces, hears, understands, and includes the stories of each group.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Staf dan Sarana Perguruan Tinggi Unit Koordinasi Kegiatan Perpustakaan, 1992
R 370.16 DAF
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Arto Biantoro
"Namanya Apa? merupakan jawaban paling tepat bagi pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh siapa pun yang ingin membuat nama merek produk atau usahanya menjadi, maju, besar, terpercaya, dan keren. Segala hal yang perlu diketahui dan dipahami seputar proses membuat nama merek dan membangunnya diulas dengan bernas dalam buku ini. Temukan ulasan sejarah branding di dunia, beberapa kasus perebutan nama merek, dan bagaimana suatu merek bisa menjadi market leader. Baca juga paparan menarik tentang sejarah beberapa merek lokal dan internasional di bagian akhir buku."
Jakarta: PT Gramedia, 2023
650.13 ART n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Untoro
"Nama diri adalah kata yang digunakan sebagai penanda identitas diri seseorang. Pemilihan nama diri merupakan sebuah proses identifikasi yang dipengaruhi oleh faktor budaya serta konteks zaman. Perbedaan referensi nama diri orang Jawa dalam konteks tradisional dan global merupakan keniscayaan. Referensi nama-nama dalam konteks tradisional mengakar pada budaya lokal, sedangkan pada konteks global menunjukkan keberagaman referensi. Keberagaman ini mengindikasikan adanya perubahan referensi dalam proses semiosis pemilihan nama. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan perbedaan referensi yang digunakan orang Jawa dalam menentukan nama diri dalam konteks tradisional dan global. Penelitian ini merupakan penelitian onomastik. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori makna Ogden Richards 1952 dan proses semiosis Pierce 1940 . Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Data diperoleh dari: 1 sumber tertulis yang berupa data kelahiran warga Desa Sukorejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, 2 wawancara, dan 3 kuesioner. Hasil analisis menunjukkan bahwa referensi nama dalam konteks tradisional merupakan penanda identitas budaya, sedangkan dalam konteks global cenderung tidak merepresentasikan kebudayaan miliknya.

The personal name is an important marker of identity. Choosing a personal name is a process that is influenced by both culture and the ever changing context of the times. The reference of Javanese names, rooted in local culture are familiar, but in the new global culture they take on new and diverse forms. This diversity reflects a change in the process of name semiosis. The purpose of this onamatic study is to explain the different references that the Javanese use in determining personal names in both the traditional and new global context. The study is based on the theory of meaning originating in Ogden Richards 1958 and the process of semiosis in Peirce 1940 . A descriptive qualitative method is used. Data is obtained from 1 written sources in the form of birth data of Javanese individuals from Sukorejo, Ngasem, and Kediri, 2 interviews, and 3 a questionnaire. The study shows that reference of personal names in traditonal and global contexts does indeed differ. In particular, names in a global context do not represent traditional Javanese culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tracy, Brian
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006
650.1 TRA gt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Fadhila Rahmani
"Hukum pelindungan merek di Indonesia telah mengatur mengenai merek terkenal sejak tahun 1992. Sejak saat itu pula, terdapat suatu ketentuan dalam undang-undang yang melarang nama orang terkenal untuk didaftarkan sebagai merek di Indonesia. Namun, hingga saat keberlakuan undang-undang merek terbaru tahun 2016, belum ada penjelasan mengenai definisi dari kualifikasi "orang terkenal" tersebut, meskipun telah banyak terdapat merek-merek yang merupakan nama orang di Indonesia maupun negara-negara lainnya. Merek terkenal dan merek yang merupakan nama orang terkenal pun seringkali beririsan satu sama lain. Hal tersebut menjadi suatu permasalahan besar dalam kasus sengketa merek "Pierre Cardin", yang kemudian menimbulkan pertanyaan tentang apakah merek "Pierre Cardin" sebagai merek terkenal asing yang merupakan nama orang dilindungi di Indonesia sesuai undang-undang yang berlaku.

The law of trademark protection in Indonesia has regulated the protection of well known marks since 1992. Since then, the law also regulated the prohibition to register a trademark using well known person rsquo s names in Indonesia. However, until the latest trademark law was enforced in 2016, there has been no explanation by the law regarding the definition of a "well known person", despite the vast use of marks using person's names in Indonesia and other countries. This caused a major problem in the case of "Pierre Cardin" trademark dispute, which then raised a question regarding the protection of the trademark as a foreign well known mark that uses a well known person's name in Indonesia, according to the governing law. This research is aimed to analyze the problem on the basis of the related regulation in the trademark law that was enforced in Indonesia at the time of the dispute, which was Law No. 15 of 2001, using the normative juridical method through a descriptive typology. It is concluded from the research that the trademark Pierre Cardin is not protected in Indonesia according to the court judgement which was influenced by factors related to the governing law and the court proceedings."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S69512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>