Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122311 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Siahaan, M. Rondang
"Fenomena sosial di perkotaan yang kini menarik perhatian dari berbagai pihak yaitu anak jalanan yang merupakan bagian dari komunitas kota. Anak jalanan menyatu dengan kehidupan jalanan dimana jalanan menjadi lapangan hidup, tempat memperoleh pengalaman hidup dan sarana untuk mencari penyelesaian masalah ekonomi maupun sosial. Kampanye sosial penanggulangan Anak JaIanan Studi yang dilakukan oleh Direktorat Kesejahteraan Anak, Departemen Sosial RI di satu sisi bertujuan untuk membangkitkan perhatian masyarakat luas agar mereka mengetahui, dan memanfaatkan program penanganan anak jalanan khususnya kelompok sasaran yaitu keluarga miskin dan anak jalanan; sedangkan di segi lain bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap masalah-masalah sosial khususnya penanganan anak jalanan.
Analisa kebijakan program jaring perlindungan sosial Melalui rumah singgah bagi kehidupan anak jalanan menggunakan tahapan analisis kebijakan penanganan anak jalanan yang diawali dari tahap verifikasi, definisi dan rincian masalah kebijakan program penanganan anak jalanan, kedua, penentuan kriteria dan evaluasi program penanganan anak jalanan, ketiga, melakukan identifikasi alternatif kebijakan program penanganan anak jalanan, keempat, melakukan evaluasi kebijakan program penanganan anak jalanan, kelima, display dan seleksi diantara alternatif program penanganan anak jalanan dan keenam, monitoring outcomes dan kebijakan program penanganan anak jalanan.
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan informasi-informasi yang belum didapatkan dari jawaban yang ada dalam kuesioner. Pendekatan kualitatif menggunakan wawancara kualitatif (terbuka atau berstruktur) agar dapat memberikan gambaran lebih detail dengan cara wawancara intensif, observasi dan partisipasi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat bagaimana kampanye sosial penanggulangan anak jalanan yang dilakukan oleh Departemen Sosial RI terhadap tanggung jawab sosial masyarakat kepada anak jalanan di empat kota di Indonesia yaitu kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Makasar.
Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa peran pemerintah pusat dalam merumuskan kebijakan penanganan anak jalanan tampak dominan. Peran tersebut didelegasikan kepada departemen-departemen pemerintah yang terkait. Sejak tahun 1995, Departemen Sosial RI merupakan departemen yang paling bertanggung jawab dalam merumuskan kebijakan penanganan anak jalanan. Namun demikian, Departemen Sosial RI sebenarnya bukanlah sebagai aktor tunggal. Sebagian besar kebijakan yang dirumuskan adalah hasil tawar menawar dengan Sappenas dan DPR. Institusi lainnya seperti pemerintah daerah dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat belum berperan banyak dalam merumuskan kebijakan mengenai anak jalanan secara nasional.
Namun akhir-akhir ini mulai ada upaya Departemen Sosial RI untuk membangun kemitraan dengan para wakil rakyat untuk turut serta merumuskan kebijakan anak jalanan. Model pemusatan kebijakan itu dikenal dengan model imperalif atau kebijakan terpusat (Dye, I976). Namun sekarang ini telah bergeser paradigma dari kebijakan imperatif ke kebijakan Endikalif atau partisipatif, dimana pemerintah pusat hanya menentukan besaran kebijakan dan pelaksanaannya diserahkan kepada LSM dan masyarakat lokal. Kondisi ini merupakan hal yang seharusnya dilaksanakan di masa depan sejalan dengan berlakunya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Produk legislasi tersebut menjadi tantangan bagi Pemda, masyarakat maupun LSM untuk berpartisipasi melahirkan kebijakan yang sesuai dengan kondisi di daerah, Namun apakah kebijakan terpusat sudah sepenuhnya ditinggalkan, atau integrasi kedua model kebijakan itukah yang menjadi alternatif terbaik bagi pemecahana permasalahan anak jalanan. Dalam hal ini sangat diperlukan restrukturisasi kebijakan pada tingkat makro (nasional), mezzo (propinsi) sampai mikro (kabupatenikota); yang dapat memadukan perencanaan dari atas dan dari bawah secara proporsional. OIeh karena itu, tujuan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan anak tetap harus memadukan komitmen nasional yang hams didukung dengan kebijakan operasional yang sesuai dengan kondisi daerah yang beragam.
Untuk mengantisipasi berkembangnya permasalahan yang dialami anak-anak jalanan, perlu ditindaklanjuti pengembangan program penanganan anak jalanan, beberapa alternatif yang dapat ditawarkan melalui pertama, Pengembangan Sistem Pelayanan Rumah Singgah, Kedua, Child Protection Program (CPP) terdiri dari Residential Care Program (Home Life), Program Pendidikan, Program Pemeliharaan Kesehatan dan Gizi, Program Manajemen Kasus, Program Pengembangan Jaringan Kerja, Konsultasi dan Advokasi, Pusat Pelayanan Kesejahteraan Anak (Child Centre) dengan Sistem Terbuka, Ketiga, Family Support Programs (FSP), Keempat, Community Building Program."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitta Alawiyah
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
S7201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soetji Andari
"ABSTRAK
Dinamika kehidupan anak jalanan selalu menyisakan berbagai tindakan kekerasan yang menyebabkan anak menjadi pelaku kekerasan bagi anak jalanan lain atau sebaliknya menjadi korban. Bagi anak jalanan hidup dijalan bukan pilihan akan tetatpi kebutuhan yang harus dijalani. mereka kerap kali berhadapan dengan kerasnya hidup dijalan seperti kejahatan, kekerasan, maupun kebebasan. tak ada seorang pun yang menginginkan untuk hidup dijalanan. Tujuan penelitian untuk mengetahui relasi sosial yang terjadi antara anak jalanan dan komunitas jalanan untuk bertahan hidup dibawah tekanan dan keterbatasan. kelompok anak dan komunitas jalanan memiliki ciri solidaritas kelompok yang membela salah satu anggota nya. dinamika interaksi kelompok komunitas jalanan menghasilkan sebuah fenomena masyarakat jalanan dalam sosiologi budaya disebut sebagai solidaritas kelompok (Group Solidarity). Fenomena ini merupakan lawan dari semangat individualistik dalam masyarakat umum."
Yogyakarta : Balai Besar penelitian dan Pengambangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial , 2018
360 MIPKS 42:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Kartika
"Masalah utama penelitian ini adalah : Kehidupan anak jalanan dan Peranan Organisasi pelayanan sosial dalam kehidupan anak jalanan.
Ruang lingkup penelitian ini, yaitu : Pertama; Kehidupan anak jalanan yang meliputi : alasan anak melakukan kegiatan di jalanan, kelompok sosial yang terbentuk dalam kehidupan anak jalanan, wilayah operasi, proses kerja, proses dalam berhubungan sosial, proses mengurus diri, dan ancaman yang dihadapi dalam kehidupan jalanan, serta adaptasi anak jalanan dalam menghadapi ancaman tersebut. Kedua : peran organisasi pelayanan sosial dengan model penanganan Community-based, Street-based, dan Centre-based.
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahapan. Pertama: Peneliti mengadakan pengamatan dan wawancara di lokasi penelitian secara umum. Kedua: Melakukan wawancara secara mendalam terhadap beberapa informan yang dipilih, dengan tujuan untuk mendapat kejelasan terhadap informasi yang diperoleh pada pengambilan data tahap pertama. Subiek penelitian adalah anak jalanan yang dibina oleh Yayasan Dian Mitra Senen Jakarta Pusat, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia Pulogadung Jakarta Timur, dan Yayasan Amalia Tanjung Priuk Jakarta Utara. Hasil penelitian dan pembahasan disaiikan secara deskriptif.
Hasil penelitian : Pertama; Anak melakukan kegiatan di jalanan karena membantu orang tua, alasan tersebut pada umumnya dikemukan oleh anak- yang berasal dari keluarga yang tinggal di lingkungan yang sumber kemasyarakatannya terbatas. Alasan lain adalah konflik dengan orang tua, alasan tersebut dikemukakan oleh anak yang berasal dari keluarga yang menolak peran pengasuhan, dan alasan terakhir adalah mencari pengalaman, mereka berasal dari luar Jakarta dan keluarganya tinggal di lingkungan yang sumber kemasyarakatannya terbatas. Kedua; Dalam kehidupan anak jalanan terbentuk kelompok yang didasarkan kepada umur dan lama di jalanan. Masing-masing kelompok memiliki pola hidup yang berbeda dan khas. Perbedaan tersebut ditampilkan melalui proses kerjanya dari magang pada orang lain sampai dengan mandiri, proses berhubungan sosial dari yang terbatas sampai dengan luas, dan proses mengurus diri dari yang belum memperhatikan sampai kepada sudah memperhatikan dirinya. Ketiga; Jalanan bukan merupakan tempat yang aman bagi kehidupan seorang anak. Di jalanan mereka menghadapi banyak ancaman yang pada umumnya datang dari orang dewasa yang seharusnya melindunginya. Ancaman tersebut datang dari petugas, preman, kaum homo, dan dari teman mereka sendiri. Ancaman tersebut mengakibatkan anak jalanan mengalami krisis. Untuk menghadapi situasi tersebut banyak di antara mereka yang melarikan diri ke dalam perilaku negatif atau tindakan kriminal baik yang ringan maupun berat. Keempat ; Dalam masyarakat telah berkembang organisasi pelayanan sosial bagi anak jalanan dengan 3 model penanganan model community-based, pelayanan yang melibatkan anak, keluara dan masyarakat serta pelaksanaaanya berpusat di lingkungan tempat tinggal. Sasaran pelayanannya tidak hanya anak tetapi juga keluarganya. Street-based, pelayanan yang ditujukan untuk memperkecil pengaruh budaya jalanan, pelaksanaannya di lakukan di suatu tempat tertentu atau di tempat anak melakukan kegiatan. Centre-based, pelayanan yang ditujukan untuk mengentaskan anak dari jalanan, pelaksanaannya dipusatkan di tempat bernaung dan anak dipenuhi segala kebutuhannya.
Kesimpulan: Tekanan ekonomi keluarga telah membawa anak untuk melakukan kegiatan di jalanan. Meskipun alasan anak melakukan kegiatan di jalanan beragam, tetapi sumber utamanya adalah ketidakberfungsian keluarga, terutama yang berhubungan dengan pelaksanaan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya. Ketidakberfungsian tersebut disebabkan karena kemiskinan yang dialaminya. Mereka tidak mampu meng'akses' pelayanan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial, serta pelayanan lain yang mereka butuhkan. Oleh karena itu dalam menangani anak jalanan, sasaran intervensinya adalah anak dan keluarganya. Di jalanan anak dibedakan menjadi Anak Anyaran, yaitu anak yang berusia 7 -10 tahun dan belum 1 tahun melakukan kegiatan di jalanan; Anak Madya berusia 11 - 14 tahun yang melakukan kegiatan di jalanan sudah lebih dari satu tahun dan kurang dari 3 tahun; dan Anak Kawakan yang berusia 15 --18 tahun dengan kegiatan di jalanan lebih dari 3 tahun. Masing-masing kelompok memiliki pola hidup sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk mengembangkan pelayanan bagi anak jalanan perlu mempertimbangkan beberapa faktor yaitu latar belakang keluarga, dan pola hidup mereka di jalanan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T3642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S8356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebijakan sosial pengentasan anak jalanan selama ini banyak yang diimplementasikan secara parsial (hanya menyangkut diri nanak jalanan) , sehingga hasilnya tidak pernah mampu membebaskan jalanan dari eksistensi kehidupan anak yang meminta-minta , mengamen,atau sekedar menggelandang di tempat-tempat umum...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yogie Permana
"Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif evaluatif. Fokus penelitian ini adalah untuk melihat efektifikatas pemberian bantuan terhadap pemenuhan hak dasar anak jalanan dengan mengevaluasi capaian program. Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi Sumatif, dimana capaian-capaian yang telah dicapai selama berjalannya program di sesuaikan dengan indikator-indikator capaian program. Populasi yang di pilih adalah penerima manfaat PKS-Anjal di Yayasan Uswatun Hasanah pada term 2010/2011 dengan sampel sebanyak 48 responden. Dari empat dimensi capaian, yang berhasil diberikan dalam memenuhi hak dasar anak jalanan adalah dimensi peningkatan potensi diri dan kreativitas anak dan aksesibilitas pelayanan sosial dasar.

This research is to evaluate quantitatively the effects of a social welfare program. It focuses on the effectiveness of services delivery upon the fulfillment of the rights of street children by evaluating the achievement of the program. Evaluation focuses on the resulted from the achievements during the implementation of the program which referred to its expected result indicators. The population of the research is final beneficiaries of "Social Welfare Program for Street Children" at Yayasan Uswatun Hasanah period 2010/2011 involving 48 respondents. There are four expected result indicators. Two out of four dimension, the basic social service access and increase of child self-potency and creativity, have been successfully delivered while the two others have not been accommodated optimally."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mhd. Ridha Haykal Amal
"PeneHtian ini adalah studi kasus tentang Rumah Singgah Yasan Kesejahteraan Indonesia. Pendekatan peneHtian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena peneliti ingin mendiskripsikan program pelayanan di rumah singgah secara detail. Penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian htpotesa. Jenis peneHtian ini diambil karena peneliti hanya ingin memberikan gambaran tentang peranan pekerja sosial dalam menangani masalah anak jalanan. Peneliti tidak ingin menguji hipotesa ataupun mencari hubungan sebab akibat. Penelitian deskriptif.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Singgah YKAI yang berlokasi di Jl. Swadaya 2, No.3 Rt. 17/06 Jakarta Timur. Adapun waktu penelitian ini dimulai dari bulan Agustus 2000 sampai dengan bulan September 2001.
Penetapan informan diambil secara purposive, dimana informan diambil secara sengaja oleh peneliti. Setiap informan mewakili bagian-bagian program pada Rumah Singgah YKAI. Itifbrman terdiri dari, anak jalanan, pengurus Rumah Singgah YKAI dan orang tua anak jalananan.
Upaya penanganan anak jalanan, perlu melibatkan banyak pihak, profesi dan disiplin ilmu karena masalah anak jalanan merupakan hasil dan penghasii bagi masaiah sosial lainnya. Rumah Singgah Anak Jalanan YKAI merupakan saiah satu bentuk usaha kesejahteraan sosiaf yang peduli terhadap kesejahteraan anak-anak Indonesia, terutama anak-anak jalanan. Suatu bentuk usaha yang secara tidak langsung bertujuan melindungi anak-anak jalanan dari kondisi alam yang kadang kala tidak bersahabat, gangguan orang dewasa, dan melindungi mereka dari tingginya resiko kecetakaan melekat pada diri mereka.
Dilihar dari pendekatan yang digunakan rumah singgah YKAI menggunakan pendekatan centre based program dengan fiingsi intervenst rehabilitatif^yaitu berusaha melepaskan anak dari jalannan. Meskipun demikiap rumah singgah juga menggunakan pendekatan community based dan street based yang tercermm dalam beberapa program dan kegiatannya. Rumah singgah adalah realisasi model penampungan drop in centre yaitu penampungan sementara, karena runiah singgah haiiya sebagai fasilitator untuk memfasilitasi anak jalanan tepas dari jalanan agar kembali ke keluarga asli, ataupun keluarga pengganti.
Rumah singgah sebagai tempat penampungan sementara memberikan bermacam fasilitas sebagai daya tank, yang dapat digunakan oleh anak-anak jalanan untuk beristirahat, membersihkan diri, mencuci pakaian, makan, berteduh, tidur, bermain, dan lain sebagainya. Selain fasilitas, anak-anak jalanan di rumah singgah juga memperoleh beragam pelayanan berupa program bimbingan anak, bimbingan keluarga, dan pendidifcan jaianan. Masing-masing dari program tersebut direalisasikan daiam bentuk kegiatan yang daiam pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak jalanan. Program bimbingan anak diturunkan daiam bentuk kegiatan bimbingan sosial ke anak, bimbingan kesehatan, bimbingan agama, belajar, dan pemberian bantuan beasiswa kepada anak-anak jalanan yang masih bersekolah ataupun yang ingin melanjutkan sekolah. Program bimbingan keluarga terdiri dari kegiatan home visit, surat-menyurat dan mengundang orang tua anak jalanan untuk berdiskusi bersama tentang perkembangan anak mereka. Kegiatan pemberdayaan ekonomi keluarga anak jalanan juga merupakan kegiatan dari program bimbingan keluarga. Sedangkan kegiatan yang tercakup daiam program pendidikan jaJanan adalah kegiatan outreach, yang didalamnya sendiri terdiri dari bimbingan anak, keluarga, yang dilakukan oleh petugas outreach di jalan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>