Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141569 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hutagalung, Inge
"Organisasi adalah sistim kerja atau daya dari dua orang atau lebih yang dikoordinasi secara sadar dengan unsur meliputi komunikasi, kerelaan mengabdi, dan tujuan bersama.
Fungsi komunikasi dalam organisasi merupakan sarana untuk memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi, dan untuk mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi dalam organisasi sangat berbeda dengan proses komunikasi di luar organisasi. Hal ini disebabkan adanya struktur hierarki yang merupakan karateristik dari setiap organisasi. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan organisasi, komunikasi tidak selalu mengikuti pola dalam struktur organisasi. Pola komunikasi di luar struktur yang bersifat informal dapat terjadi. Pada komunikasi formal maupun informal, komunikasi antar pribadi banyak memainkan peranan penting. Adanya komunikasi antar pribadi yang efektif akan sangat membantu untuk pencegahan pertentangan yang berlanjut. Jika pertentangan berkelanjutan dalam suatu organisasi maka pada akhirnya akan merugikan organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Pada sebagian organisasi komunikasi informal tidaklah dianggap sebagai 'pengganggu' daripada komunikasi formal. Lebih jauh kehadiran jaringan komunikasi informal dimanfaatkan untuk melengkapi adanya jaringan komunikasi formal, melalui pengembangan kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Adanya iklim organisasi yang kondusif bagi berlangsungnya komunikasi baik formal maupun informal menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan komunikasi berlangsung dari tingkatan pimpinan hingga bawahan. Keanekaragaman forum komunikasi baik formal maupun informal dimanfaatkan untuk membina rasa kekeluargaan dan kebersamaan diantara sesama pelaku kerja.
Keefektifan komunikasi antar pribadi yang terjadi, menjadikan konflik yang timbul pada organisasi dipandang sebagai sesuatu hal yang manusiawi dan wajar. Dan menjadi salah satu tolak ukur keharmonisan komunikasi yang berlangsung.
Konflik pada organisasi lebih dipandang sebagai bagian dinamika pekerjaan daripada sesuatu yang bersifat pribadi, karena komunikasi khususnya antar pribadi telah berjalan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Sigit Widiantoro
"Usaha untuk menempatkan komitmen terhadap ketepatan mutu dan ketepatan waktu dalam industri buku pelajaran masih menjadi persoalan yang sulit ditangani hingga kini. Banyak penerbit buku pelajaran belum mampu mewujudkan kedua komitmen itu secara simultan yang menjadikan konsumen buku pelajaran --dalam hal ini para guru dan siswa didik di sekolah-- terlayani dalam makna yang sebenarnya. Banyak persoalan yang faktanya mesti dihadapi oleh sebagian besar penerbit buku pelajaran di Indonesia, baik persoalan yang menyangkut aspek produksi maupun aspek organisasi.
Salah satu faktor yang menjadi penghalang dari upaya untuk mewujudkan elemen ketepatan waktu dan ketepatan mutu adalah persoalan konflik organisasi. Bagi banyak penerbit buku pelajaran, konflik di dalam organisasi seolah merupakan sebuah keharusan di tengah-tengah proses penerbitan buku yang berjalan. Namun, tidak banyak penerbit yang mampu mengelola konflik itu menjadi daya dorong yang menjadikan organisasi bergerak ke arah yang dituju. Ketidakpahaman terhadap peta konflik berakibat pada ketidakmampuan organisasi menerapkan strategi komunikasi yang tepat dan jitu.
Merujuk pada persoalan di atas, perhatian tesis ini adalah berusaha untuk mengungkapkan ragam konflik yang muncul beserta kecenderungan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya di dalam lingkungan penerbit-penerbit buku pelajaran. Selain itu, tesis ini juga berupaya untuk mengetahui strategi komunikasi yang diberlakukan oleh Penerbit Yudhistira (PT YGI) dalam mengelola kecenderungan beragam konflik yang muncul sehingga tesis ini lebih sebagai kerja evaluatif.
Untuk mengungkapkan ragam konflik yang hadir beserta strategi komunikasi yang diterapkan oleh organisasi penerbit buku pelajaran, tesis ini menggunakan penelitian kualitatif sebagai jalan untuk menjabarkannya. Data dalam penelitian kualitatif ini diperoleh dan dikumpulkan melalui proses pengamatan dan wawancara mendalam (depth interview). Sebaliknya, model yang digunakan sebagai dasar atau landasan untuk memahami persoalan konflik adalah model dari Louis R. Pondy. Pondy mengemukakan episode konflik yang terdiri atas latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict, dan conflict aftermath.
Dari tesis ini diperoleh hasil bahwa hampir semua penerbit buku pelajaran yang menjadi subjek penelitian mengalami konflik organisasi yang disebabkan oleh berbagai persoalan yang melilitnya. Konflik itu beragam, dari mulai latent conflict hingga conflict aftermath. Konflik itu terjadi dan selalu berulang-ulang seiring dengan pekerjaan yang terus diterima dan bergulir dari waktu ke waktu sehingga konflik itu niscaya menunjukkan kelemahan strategi komunikasi yang ada. Bahkan kebanyakan penerbit, termasuk penerbit Yudhistira sebenamya masih memperlakukan strategi komunikasi pengelolaan konflik secara temporal, belum secara sistematik. Implikasinya, strategi komunikasi yang selalu diterapkan terlihat kurang efektif karena tidak menjadi jawaban terhadap persoalan organisasi secara menyeluruh dan mendasar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damanik, Elsye Rumondang
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan pengetahuan sebagai perangkat komunikasi korporasi dengan kegiatan pengambilan keputusan dalam organisasi dengan organisasi Pricewaterhouse Coopers sebagai obyek penelitiannya.
Dalam penulisan tesis ini terdapat beberapa kerangka konsep yang dipergunakan untuk menganalisis pembentukan pengetahuan dan pengaruhnya dalam kegiatan pengambilan keputusan. Konsep-konsep yang digunakan dalam tesis ini seperti pengertian variabel-variabel yang berpengaruh dalam pembentukan pengetahuan seperti variabel sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi serta konsep komunikasi korporasi yang memberikan gambaran bahwa pembentukan pengetahuan dalam organisasi juga sangat difasilitasi oleh kegiatan komunikasinya. Kemudian juga variabel pengambilan keputusan yang sangat tergantung pada proses pembentukan pengetahuan dan kegiatan komunikasi yang dilaksanakan oleh anggota organisasi yang terkait didalam kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Tesis ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan temuan dari penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan pernaparan hasil penelitian pada bagian lima dari penulisan maka temuan ini mengungkapkan bahwa Pricewaterhouse Coopers masih lebih memanfaatkan sarana mediasi dalam pembentukan pengetahuan sedangkan kegiatan sosialisasi yang menjadi sarana pertemuan langsung masih menempati porsi terendah dalam mendukung kegiatan pengambilan keputusan.
Bagian terakhir berisi kesimpulan dan saran dari pembahasan sebelumnya. Pada bagian ini juga terdapat implikasi teoritis dan praktis dari tulisan ini. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan, baik bagi kaum akademisi maupun kaum praktisi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliawaty H. Widodo
"Letak geografis wilayah kerja TOTAL E&P INDONESIE yang tersebar di wilayah kontrak kerja Mahakam mendorong implementasi suatu teknologi komunikasi yang dapat meningkatkan komunikasi internal di dalam perusahaan tersebut. Perkembangan teknologi yang ada menciptakan banyak inovasi-inovasi di segala bidang. Inovasi teknologi yang berbasis Internet, yaitu intranet dianggap dapat menjawab permasalahan tersebut. Penelitian mengenai bagaimana teknologi intranet tersebut digunakan dilihat dari difokuskan pada bagaimana dan kebiasaan serta kegunaan intranet bagi karyawan dalam bekerja.
Penelitian menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan mewawancarai 9 orang narasumber yang yang terdiri dari satu orang mewakili manajemen senior sekaligus sebagai pemilik dari media komunikasi tersebut, satu orang berasal dari divisi komunikasi dan tujuh orang lainnya berasal dari divisi yang beraneka ragam. Selain melakukan wawancara, peneliti juga meneliti dari sumber lain seperti dokumen-dokumen, diskusi bebas dan grapevine.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan intranet sebagai media komunikasi yang dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan, meningkatkan kinerja karyawan dan perusahaan masih rendah. Dukungan dari manajemen yang masih rendah serta sosialisasi mengenai pengguanaan teknologi intranet tidak banyak dilakukan sehingga penggunaan intranet menjadi tidak efektif. Namun banyak upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut sehingga tujuan dari penggunaan intranet sebagai media komunikasi internal di dalam organisasi TOTAL E&P INDONESIE dapat tercapai. Upaya yang dilakukan juga harus didukung dengan action plan yang matang, realistis serta sosialisasi yang semua pihak di dalam organisasi TOTAL E&P INDONESIE.
Akhirnya, dari penelitian yang telah dilakukan, penulis merekomendasikan agar TOTAL E&P INDONESIE melakukan proses adopsi intranet dengan tepat dan menyeluruh kepada karyawannya serta didukung dengan perangkat peraturan mengenai penggunaannya. Adapun rekomendasi dari segi akademis agar penelitian selanjutnya dapat lebih memfokuskan analisa pada implementasi proses adopsi teknologi komunikasi sesuai dengan teori adaptasi teknologi dan teori komunikasi yang ada."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Nurhayati
"PT Rajawali Nusantara Indonesia merupakan salah satu BUMN yang memiliki berbagai macam bidang usaha, Selain pengembangan industri gula sebagai core businessnya. PT RNI terus mengkonsolidasikan usahanya dengan mengembangkan SDM dan memperbesar usahanya di bidang farmasi, perdagangan, industri kulit, pakan ternak dan agrobisnis dengan diversifikasi pertanian, kehutanan yang meliputi industri teh dan kelapa sawit. Pesatnya perkembangan perusahaan salah satunya ditandai dengan perkembangan aset yang pada tahun 1991 hanya berjumlah Rp. 496 milyar menjadi Rp. 1,1 trilyun di tahun 1996. Hal ini tentu saja membawa konsekuensi logis semakin kompleksnya struktur organisasi dan iklim komunikasi atau aktivitas komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Sebagai sebuah perusahaan yang tengah berkembang maka PT RNI tentu tidak bisa begitu saja mengabaikan persoalan tersebut mengingat pengaruhnya yang begitu besar terhadap keberhasilan perusahaan.
Konsep iklim komunikasi mencakup persepsi pesan dan kesan yang berhubungan dengan kejadian yang berlangsung dalam organisasi. Berdasarkan penelitian secara empirik, para pakar ilmu komunikasi terutama Redding dan Dennis berpendapat adanya lima faktor ideal yang melekat dalam iklim komunikasi yaitu supportiveness; participation decision making; trust, confidence and credibility; openness and candor; high performance goals.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap key informants di PT RNI maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa iklim komunikasi yang selama ini berlangsung di PT RNI relatif baik. Mayoritas pimpinan menyadari pentingnya dukungan atasan kepada bawahan dalam melaksanakan tugas dan mengembangkan ide-ide yang inovatif. Demikian juga halnya dengan komunikasi lisan atau komunikasi dua arah, dipandang sebagai jenis atau bentuk komunikasi yang lebih memungkinkan terbentuknya iklim komunikasi yang relatif terbuka dan dialogis antara atasan dan bawahan. Dalam proses pengambilan keputusanpun, pimpinan biasanya terlebih dahulu berupaya untuk mendapatkan informasi, usulan dan saran dari bawahan sebagai pengembangan ide demi mendapatkan berbagai alternatif yang mungkin dapat membantu dalam pemecahan masalah. Sedangkan berkaitan dengan sosialisasi dan akses informasi tentang kebijakan atau keputusan perusahaan, mayoritas mengaku selama ini berjalan tanpa ada persoalan yang cukup berarti. Mayoritas informan mengakui bahwa iklim komunikasi di lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang besar implikasinya bagi peningkatan motivasi kerja dan kesadaran karyawan akan makna perannya.
Namun demikian ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan. Pertama, perlu ditingkatkannya pengakuan dan penghargaan atasan terhadap prestasi atau keberhasilan bawahan dalam melaksanakan tugas. Persoalan kedua yang harus diperhatikan adalah menyangkut pernyataan beberapa informan yang secara eksplisit menyampaikan harapan diberlakukannya pertemuan rutin dan ditingkatkannya dialog atau diskusi internal. Hal ini perlu, selain sebagai media sosialisasi informasi secara jujur dan konkret juga sebagai salah satu bentuk media transfer of knowledge yang dapat meningkatkan self confident dan motivasi kerja bawahan karena perasaan dianggap penting oleh atasan. Ketiga, berkaitan dengan terdapatnya kekurangan menyangkut komunikasi atau sosialisasi informasi secara tertulis tentang beberapa persoalan. maka pimpinan perusahaan perlu lebih memperhatikan hal tersebut karena bagaimanapun juga komunikasi semacam ini tetap merupakan sesuatu yang penting sehingga karyawan memiliki pemahaman yang komprehensif tentang persoalan yang ada. Hal ini penting sebagai salah satu bentuk pengakuan atasan terhadap keberadaan bawahan sehingga semakin meningkatkan motivasi kerja dan membuka gairah kesadaran pribadinya untuk mendukung keberhasilan perusahaan mewujudkan misinya menjadi holding company dengan kinerja terbaik di bidangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiati
"Program Tansmigrasi, terutama di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, menjadi program unggulan penyebaran penduduk ke daerah-daerah terutama luar Pulau Jawa dan dalam melaksanakan program transmigrasi tersebut sangat tergantung kepada kinerja dan motivasi kerja karyawannya.
Menyadari pentingnya kinerja dan motivasi kerja karyawannya, Kantor Wilayah Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Daerah Khusus Ibukota Jakarta berupaya memotivasi kerja karyawannya. Salah satu aspek organisasi yang berpengaruh terhadap peningkatan motivasi kerja adalah komunikasi kerja baik komunikasi ke bawah, ke atas, mapun horizontal yang dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif diharapkan dapat memotivasi kerja karyawannya.
Dalam pelaksanaan komunikasi ke bawah di Kantor Wilayah Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Daerah Khusus Ibukota Jakarta ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain : keterbukaan, kepercayaan pada pesan tulisan, pesan yang berlebihan, ketepatan waktu dan daya saing anggota organisasi terhadap pesan yang disampaikan. Kesemua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap lancarnya proses komunikasi ke bawah.
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau yang lebih tinggi dengan tujuan memberikan balikan (feedback), saran dan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek terhadap motivasi kerja dan sikap karyawan. Dengan komunikasi ke atas, tersebut diharapkan dapat memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan : pekerjaan karyawan dan hasil yang telah dicapainya, masalah kerja yang dihadapi oleh karyawan berkaitan dengan upaya perbaikan unit kerjanya, dan mengetahui pikiran dan perasaan karyawan guna memotivasi kinerja dan produktivitas karyawan. Kombinasi dari perasaan-perasaan dan kepercayaan karyawan tersebut menjadi penghalang yang kuat bagi terlaksananya suatu proses komunikasi ke atas yang efektif.
Ada beberapa metode yang digunakan dalam melaksanakan komunikasi horizontal antara lain : rapat-rapat, komite, interaksi, informal, percakapan telepon, memo atau nota, aktivitas sosial dan lain-lain. Komunikasi horizontal di Kantor Wilayah Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Daerah Khusus Ibukota Jakarta berperan rnengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai fungsi organisasi dalam level yang sama. Komunikasi ini mengalir melintasi berbagai fungsi dalam organisasi untuk memotivasi kerja serta gairah kerja karyawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Patricia T.
"Komunikasi organisasi adalah sesuatu yang vital dalam pengelolaan bisnis. Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu faktor yang menentukan organisasi dapat hidup, sukses, efektif dan bertahan.. Suatu analisa komunikasi organisasi dapat menerangkan proses kunci yang dapat mengganggu efektivitas berfungsinya organisasi, yang analisisnya meliputi bagian-bagian mungkin menampakkan pengaruh-pengaruh pokok internal organisasi yang mungkin menghambat efektifitas organisasi (baik faktor teknis atau hal lain). Efektivitas organisasi sering dipertanyakan namun jarang diukur, padahal ini dapat diidentifikasi melalui profil komunikasi organisasi. Penelitian ini dibuat untuk melihat gambaran bagaimana profil komunikasi organisasi dan seberapa jauh variable dalam komunikasi organisasi ini saling mempengaruhi. Adapun data Profil Komunikasi Organisasi ini bersifat kuantitatif dengan operasional variable yaitu dimensi iklim komunikasi, kepuasan organisasi, budaya organisasi, dan efektivitas komunikasi dengan menggunakan metode audit komunikasi.
Penelitian ini melibatkan 256 responden di PT. RXYZ, manufacturing company yang terbagi pada tiga segmen yaitu top level sebanyak 9 orang, mid level sebanyak 55 dan low level sebanyak 192 orang yang dilaksanakan pada sepuluh departemen yang dipertimbangkan langsung berhubungan dengan kinerja harian perusahaan tersebut dan dilengkapi dengan observasi dan interview. Ada dua hal yang ditelusuri dalam penelitian ini, yaitu: (1) Gambaran dimensi iklim komunikasi, kepuasan organisasi, budaya organisasi, dan efektivitas komunikasi; (2) seberapa kuatnya hubungan (korelasi) yang terjadi antara masing-masing variable dan variable mana yang memiliki pengaruh paling besar. Secara ringkas hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Dimensi iklim komunikasi dan efektivitas komunikasi berada pada kondisi sedang atau masih memenuhi harapan minimum. Sementara dimensi kepuasan organisasi berada pada kondisi sedang cenderung kritis 'diambang batas'. Deinikian pula pada dimensi budaya organisasi menunjukkan kondisi sedang cenderung kritis, sementara konstruk AKA memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki keccnderungan beriklim negatif namun masih ada kekuatan aktif atau mendorong, didukung potensi unsur organisasi yang cukup kuat dan dipercaya.
b. Besarnya nilai hubungan berdasarkan analisis korelasi Kendall yang paling berpengaruh pada semua variable adalah budaya organisasi yang menurut Young menunjukkan hubungan yang substansial cenderung kuat, arah hubungan positif. Sementara besarnya nilai hubungan berdasarkan analisis korelasi Spearman yang paling berpengaruh pada semua variable adalah budaya organisasi yang menunjukkan hubungan yang kuat, arah hubungan positif.
c. Dari semua variable, diketahui bahwa yang memiliki hubungan yang paling kuat terhadap dimensi budaya adalah kepuasan. Meskipun tingkat kepuasan organisasi perusahaan ini termasuk rendah namun perhatian terhadap kinerja tetap tinggi, sementara iklim komunikasi dan efektivitas komunikasi secara umum kondisinya masih cukup lumayan.
d. Meskipun nilai keseluruhan responden secara umum variable masih memenuhi standar minimum rata-rata organisasi, perlu diperhatikan bahwa semua variable pada top level berada pada kondisi yang baik (di atas rata-rata) namun tidak demikian jika dibandingkan dengan keadaan mereka yang berada di mid dan low level, yang terlihat cukup jauh berbeda, sementara kondisi mid dan low level cenderung sama.
Saran yang dapat disampaikan adalah 1) Kuatnya pengaruh budaya terhadap seluruh variable menunjukkan bahwa perusahaan sebaiknya mernpertimbangkan faktor ini dalam merancang strategi dan program ke depan. Sulitnya merubah budaya yang sudah mengakar kuat dapat diantisipasi dengan meningkatkan iklim komunikasi yang positif, memperbaiki kepuasan organisasi disertai perbaikan sistem komunikasi organisasi untuk mencapai efektivitas perusahaan. Ini memerlukan komitmen semua pihak agar organisasi memiliki karakter budaya kuatlunggul. Implikasinya pada komunikasi adalah merancang program yang berorientasi pada penerima `target khalayak dengan adanya two way communication (khususnya dalam membangun komitmen karyawan). Bagaimanapun kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas bekerja; 2) Penelitian ini merupakan bagian dari proses audit komunikasi, yang akan sangat bermanfaat jika dilakukan oleh manajemen secara berkala sehingga dapat meningkatkan kemampuan efektivitas fungsi organisasi sekaligus mengevaluasi harmonisasi dimensi yang berperan dalam profil komunikasi organisasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Tresnaningsih
"Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Balitbang) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) merupakan suatu Badan yang sangat strategis yang berfungsi memberikan masukan kepada Mendiknas dalam rangka perurnusan kebijakan pendidikan nasional. Badan ini memiliki dua lokasi kantor yang berbeda, pertama di lingkungan Kantor Depdiknas, Senayan dan kedua di Iingkungan kantor Balai Pustaka, Senen.
Beberapa hambatan dijumpai pada Badan ini antara lain masalah komunikasi internal organisasi, yang tidak disadari oleh pimpinan, yang ditunjukkan antara lain informasi dari pimpinan kurang tersebar kepada pegawai; sering terlambatnya laporan kegiatan dari masing-masing unit kerja; dan terlambatnya pemenuhan permintaan pimpinan yang bersifat urgen. Rumusan masalah penelitian: Bagaimana pelaksanaan sistem komunikasi internal organisasi yang lokasinya tersebar di dua tempat? Pertanyaan penelitian: (1) Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan organisasi, tingkat kepuasan komunikasi, dan iklim komunikasi antara pegawai di kantor Senen dan pegawai di kantor Senayan? (2) Apakah ada perbedaan antara pelaksanaan sistem komunikasi internal pegawai di kantor Senen dan pegawai di kantor Senayan? (3) Apakah ada hubungan antara level pegawai dengan: kepuasan komunikasi, kepuasan organisasi, iklim komunikasi dan pelaksanaan sistem komunikasi internal kantor? dan (4) Budaya organisasi yang bagaimana yang berkembang dari hasil interaksi diantara para pegawai dengan organisasinya?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adlah Teori Sistem, dimana organisasi dianggap sebagai sebuah sistem. Sebagai suatu sistem organisasi terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain saling bergantung dan berada dalam suatu lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: (1) pelaksanaan sistem komunikasi internal Balitbang Depdiknas, yang lokasi kantornya berada di dua lokasi yang berbeda; (2) ada tidaknya perbedaan tingkat kepuasan organisasi, tingkat kepuasan komunikasi, dan iklim komunikasi antara pegawai di kantor Senen dan pegawai di kantor Senayan; (3) ada tidaknya perbedaan antara pelaksanaan sistem komunikasi internal pegawai di kantor Senen dan pegawai di kantor Senayan; (4) ada tidaknya hubungan antara level pegawai dengan: kepuasan komunikasi, kepuasan organisasi, iklim komunikasi dan pelaksanaan sistem komunikasi internal kantor; dan (5) budaya organisasi yang bagaimana yang berkembang dan hasil interaksi diantara para pegawai dengan organisasinya.
Metode penelitian ini adalah penelitian evaluasi dengan menggunakan metode Audit Komunikasi pada Organisasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode stratified sampling, diperoleh 115 responden. Metode pengumpulan data melalui kuesioner dengan instrumen Profil Komunikasi Keorganisasian (PKK) dan wawancara mendalam. Teknik analisis data menggunakan metode statistik dengan program SPSS 13 for Windows. Penghitungan statistik yang digunakan adalah mengukur mean PKK untuk melihat nilai kondisi organisasi yang sebenamya; t test untuk melihat perbedaan mean antarlokasi, dan Korelasi Spearman Rho untuk melihat hubungan antarlevel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat kepuasan komunikasi dan kepuasan organisasi cukup, (2) iklim komunikasi kurang baik, terutama dalam hal kepercayaan. (3) Kebutuhan informasi kurang tercukupi; (4) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kepuasan organisasi, tingkat kepuasan komunikasi, dan iklim komunikasi pegawai di kantor Senen dengan pegawai di kantor Senayan; (5) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pelaksanaan sistem komunikasi internal pegawai di kantor Senen dengan pegawai di kantor Senayan; (6) Tidak ada korelasi yang signifikan antara level pegawai dengan: kepuasan komunikasi, kepuasan organisasi, iklim komunikasi, dan pelaksanaan sistem komunikasi internal kantor (5) Budaya yang berkembang belum menunjukkan budaya kuat.
Implikasi teoritis dapat diketahui bahwa pelaksanaan sistem komunikasi yang efektif ditandai dengan kondisi iklim komunikasi yang baik, tingkat kepuasan organisasi dan tingkat kepuasan komunikasi yang tinggi dan budaya organisasi yang kuat. Implikasi praktis adalah audit komunikasi dapat dilaksanakan untuk mengetahui dan memperbaiki pelaksanaan sistem komunikasi internal suatu organisasi. Sejumlah rekomendasi disampaikan kepada pimpinan Balitbang untuk memperbaiki pelaksanaan sistem komunikasi internal Badan: (1) Perlu dilakukan perbaikan dalam iklim komunikasi agar lebih terbuka, saling percaya, mendukung, partisipatif, dan tetap memberikan perhatian pada tujuan kinerja tinggi; (2) Perlu keterbukaan terhadap informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh pegawai; (3) Perlu ditunjuk staf liason (penghubung) yang dapat memperbaiki hubungan antara atasan bawahan dan sebaliknya. (4) Perlu meningkatkan keterampilan komunikasi pegawai, agar proses komunikasi di kantor berlangsung secara efektif dan efisien; (5) Perlu mendapat perhatian bagi peneliti lebih lanjut bahwa jarak lokasi kantor tidak menjadi kendala yang berarti terhadap jalannya proses komunikasi. Kemajuan teknologi komunikasi memudahkan orang untuk berkomunikasi dengan orang lainnya tanpa kendala ruang dan waktu; (6) Perlu dilakukan kembali Audit Komunikasi setelah dua tahun rekomendasi ini dilaksanakan untuk mengevaluasi secara komprehensif perkembangan kantor dan program komunikasi yang telah dilaksanakan berdasarkan rekomendasi audit komunikasi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan iklim komunikasi dalam perubahan organisasi di Kementerian Komunikasi dan Informatika pasca pembubaran Departemen Penerangan. Berbagai perubahan yang terjadi secara tidak langsung mempengaruhi pembentukan iklim komunikasi di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode penelitian berupa studi kasus. Kerangka pemikiran yang dipakai dalam penelitian ini antara lain komunikasi organisasi, iklim komunikasi dan perubahan organisasi.
Hasil temuan dalam penelitian ini antara lain, bentuk komunikasi antara atasan dan bawahan yang terjadi di Departemen Penerangan ditandai dengan karakteristik instruktif, hirarkis, otoriter, feodal, dan top down. Sedangkan di Kementerian Komunikasi dan Informatika komunikasi ditandai dengan suasana egaliter, terbuka, dan tidak berjarak, serta adanya pemanfaatan teknologi seperti e-mail, e- office, dan media sosial dalam komunikasi atasan dan bawahan; Gambaran iklim komunikasi yang tercipta di Departemen Penerangan mengarah pada iklim komunikasi defensif. Sedangkan di Kementerian Komunikasi dan Informatika, iklim komunikasi yang terjadi mengarah pada iklim komunikasi suport.

The research aims to describe communication climate in the organizational change especially in Ministry of Communication and Information Technology (MCIT) after Departemen Penerangan's era. Many of change that isn't directly affect on the creation of communication atmosphere in MCIT. This research is a qualitative descriptive research using case study research method. The framework idea is used in the research such as communication, organization, communication atmosphere and organizational change.
The finding result of the research such as, communication form between superiors and subordinates that occurred in Departemen Penerangan is marked with instructive characteristic, hierarchies, authoritarian, feudal and top down; while in MCIT, communication is marked with egalitarian atmosphere, open communication without any gap, and communication using technology such as email, e-office and social media. The description of communication atmosphere created in Departemen Penerangan aims to defensive communication, while in MCIT, the communication atmosphere aims to supportive communication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Srinursih
"Sempati Air merupakan salah satu maskapai penerbangan yang ada di Indonesia, yang secara berkesinambungan meluncurkan berbagai macam program pelayanan, dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaan, sehingga dapat dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Perbaikan pola layanan ini dilaksanakan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, dalam usaha memasuki era globalisasi. Dalam mensosialisasikan program kerja ataupun program pelayanan yang inovatif tersebut dibutuhkan suatu iklim komunikasi yang terbuka. Sehingga semua pihak mengerti dan memahami program kerja tersebut secara rinci. Dengan demikian dapat dicapai kualitas layanan yang lebih baik bagi penumpang Sempati Air. Dalam kenyataannya, Sempati Air mengalami berbagai kendala dalam mengimplementasikan program-programnya, hal ini karena tidak efektifnya program sosialisasi karena tidak adanya iklim komunikasi yang sesuai.Akibatnya pelaksana dilapangan tidak dapat melaksanakan program tersebut secara optimal. Konsep iklim komunikasi mencakup dua pengertian yakni persepsi dan reaksi para karyawan terhadap kualitas organisasi tempatnya bekerja. Dalam penelitian secara empiris konsep iklim komunikasi oleh para Ahli terutama Redding telah dijabarkan mejadi 5 komponen, yaitu : daya dukung, pengambilan keputusan yang partisipatif kepercayaan, percaya diri dan krediabilitas, keterbukaan dan keterusterangan, serta tujuan prestasi yang tinggi.
Dari penelitian yang dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan kunci dalam perusahaan PT. Sempati Air , yang dianggap mengetahui secara mendalam tentang organisasi dan konsep kerja maupun perilaku segenap karyawannya. Maka dapat disimpulkan komunikasi antara atasan dan bawahan dapat dikategorikan baik , karena bawahan tidak perlu takut-takut untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya kepada atasan. Tetapi hal yang ada kaitannya dengan program kerja inovatif masih banyak kurang dipahami oleh karyawan Sempati.Dalam hal ini dikarenakan Top down dilakukan secara lisan , yang sayangnya tidak didukung oleh adanya petunjuk teknis yang dapat digunakan sebagai pegangan dilapangan. Selain itu dalam perkembangnnya penyebaran informasi dari atas tidak dilakukan secara terpadu, sehingga ditemukan banyak masalah dilapangan. Oleh karena itu disarankan : 1. Agar diselenggarakan komunikasi timbal balik antara Top Down dan Button Up maupun komunikasi horizontal dalam pertemuan-pertemuan yang setingkat. 2. Dibuat buku pedoman sebagai petunjuk kerja. 3. Harus ada program khusus untuk pelaksanaan program inovatif tersebut, karena sistem komunikasi dan iklim komunikasi yang ada nampaknya hanya efektif untuk program yang rutin, bukan untuk program inovasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>