Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192957 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosmini Nurdin
"Rumah Sakit Marinir Cilandak merupakan salah satu rumah sakit TNI - AL mempunyal tugas pokok memelihara dan meningkatkan kesehatan prajurit TNIAL/Non-AL, PNS dan keluarga serta masyarakat umum. Pelayanan Unit Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan kesehatan secara purna waktu dalam 24 jam. Salah satu standar dan prosedur adalah pelaksanaan triase UGD yang sangat penting untuk diketahui karena dapat menyeleksi dan menilai kegawatan dari setiap pasien untuk segera diberikan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawatan dan kedaruratan kemudian dicatat hasil pemeriksaan pada lembaran gawat darurat.
Pengamatan awal penanganan 100 pasien, serta pengisian lembaran gawat darurat pasien tersebut, memberikan hasil yang tidak sesuai dengan prosedur triase, yaitu dimana tidak adanya klasifikasi penyakit sebanyak 66 %, selain itu terdapat ketidaklengkapan pencatatan pemeriksaan fisik dan identitas sebanyak 37 %.
Berdasarkan pengamatan tersebut diatas maka penulis ingin mengetahui kepatuhan dokter UGD dalam pelaksanaan prosedur triase pasien, yaitu dengan pengamatan dan pengisian kuesioner oleh dokter yang menangani pasien. Dalam pelaksanaan prosedur triase pasien oleh dokter UGD dapat dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari umur,jenis kelamin, pelatihan, senioritas, pengetahuan, sikap, dan faktor eksternal yang terdiri dari kebijakan, pengaturan shift jaga, jumlah kunjungan setiap shift jaga, dan supervisi dari pimpinan.
Setelah ditakukan uji statistik dengan Mann Withney test dan test korelasi Spearman rho dengan hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut; hubungan kepatuhan dengan umur, jenis kelamin, pelatihan, senioritas, pengetahuan, sikap, kebijakan, supervisi hasilnya tidak ada perbedaan kepatuhan dokter . Hubungan kepatuhan dengan shift jaga, dan jumlah kunjungan setiap shift jaga memberikan hasil ada perbedaan kepatuhan antara dokter yuang bertugas pada shift pagi dan shift sore, ada perbedaan kepatuhan dokter dengan jumlah kunjungan pasien yang banyak pada shift sore dibanding shift pagi.
Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan yang ada di UGD perlu diupayakan agar dokter yang bertugas terutama pada shift sore adanya suatu orientasi yang berkaitan dengan pelaksanaan standar dan prosedur UGD umumnya dan prosedur triase khususnya, dengan harapan pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar yang ada dan dapat dipertanggung jawabkan.
Selanjutnya studi ini menganjurkan agar kualitas supervisi ditingkatkan sehingga dapat memberi motivasi para dokter untuk patuh terhadap SOP dan juga mengoreksi bila ada penyimpangan.

Some Factors Related to the Doctor's Compliance in Implementing Triase Standard and Procedures of Cilandak Marine Hospital's Emergency UnitCilandak Mariner Hospital is one of the Navy Hospitals, which main function is to maintain and promote the health of Indonesian Navy members/Non Navy members, Goverment Civil Servants(PNS), as well as Non-military/Public Clients. The Emergency Room's Unit (ER) is one of health services performed in 24 hours' fulltime operation. One of its standard operational and procedures is to operate the ER triase, which is very substantial to be recognized due to its ability to select and diagnose the seriousness of each patient's condition in order to decide promptly most proper treatment required in accordance with the seriousness and emergent condition of the patient. The obtained diagnoses will then be recorded directly on the emergency room's patient record.
Preliminary observation before this study showed that only 66 °k of 100 medical record at ER has information on sickness classification. Even Lower, only 37 % has information on physical examination and patien identification.
Doctors' compliance, according to some literatures, can be related/influenced by several factors, such as age of doctors, sex, training experiences, level of seniority, level of knowledge and attitudes. These can be labeded as internal factors. As external factors are existences of policy on the procedures, work shifting arrangement, patient work load and existence of supervision to the doctors themselves.
By using Mann Whitney Test and correlation Spearman rho, it is concluded that there is no significant relation ship bethween age, sex, training, seniority, knowledge, attitude, policy and supervision whith the doctor's compliance is Furthermore, there is significant relationship between working shift with the compliance (P
This study recommends that the hospital should conduct a refreshing training/meeting. Especially to those who are working on aftenoon/evining working-shift (i.e.contractual doctors). As a preliminary activity, the hospital should promote the triase procedures to all doctors.
Another recommendation is the hospital should improve the quality of supervision as to motivate and make any correction to the implementation of the triase procedures.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5172
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Hannibal
"Salah satu aspek mutu di rumah sakit yang sering mendatangkan keluhan pasien adalah waktu tunggu. UGD ( Unit Gawat Darurat ) RS Bhakti Yudha yang mempunyai peranan penting bagi rumah sakit tersebut, dikeluhkan mempunyai waktu tunggu yang lama. Ada 6,1 % pasien yang pulang karena merasa terlalu lama menunggu.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran waktu tunggu pasien UGD, serta faktor - faktor apa yang ada hubungannya dengan lama waktu tunggu di UGD tersebut. Penelitian ini merupakan survei dengan desain cross sectional, bersifat deskriptif analitik, dimana melalui studi ini didapatkan gambaran hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Penelitian dilakukan selama seminggu dengan jumlah pasien sebanyak 339 orang, dimana ada 7 pasien ( 2,1 % ) yang pulang sebelum ditangani.
Dari hasilnya diketahui bahwa rata-rata waktu tunggu di UGD adalah 12,23 menit, waktu terpendek 4 menit, terpanjang 131 menit Ada 22 % pasien yang mempunyai waktu tunggu lebih dari 15 menit. Rata-rata waktu tunggu pasien gawat darurat 5,23 menit, yang bukan gawat darurat 18,27 menit, Rata-rata waktu tunggu pasien yang langsung masuk ke UGD ( tidak melalui loket pendaftaran ) 4,97 menit, yang melalui loket 18,27 menit.
Dari 9 variabel yang ditetiti ada 4 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan waktu tunggu yaitu cara masuk pasien, waktu kedatangan pasien, jenis kunjungan (lama/barunya pasien), status kegawatan pasien. Yang tidak bermakna adalah keterlambatan dokter, status kepegawaian dokter, pola penugasan dokter, keterampilan dokter serta jumlah pasien.
Kesimpulan, pasien yang pulang lebih kecil dari yang diperkirakan, waktu tunggu UGD relatif pendek, karakteristik dokter tidak berperan dalam waktu tunggu, karakteristik pasien berperan dalam waktu tunggu, waktu tunggu yang pendek saja tidak cukup untuk memuaskan pasien. Saran yang diberikan adalah, menambah loket pendaftaran pada pagi hari, mengoptimalkan waktu pencarian status lama, dan bila mungkin perlu membuat ruang tunggu UGD yang lebih memadai.

Study of Factors that is Related to the Emergency Unit Waiting Time at Bhakti Yudha Hospital, in Year 2000One aspect of the quality of service for a hospital and often makes the patients to complain is about the waiting time case. The services in the Emergency Unit of Bhakti Yudha Hospital have been regarded as the most important part in the Hospital itself, but, however its long waiting time has also been complained by the patients. There are 6,1 % of patients left the hospital without getting the treatment because they cannot stand to wait in the line too long.
The goal of this study is to get a picture regarding the matter that previously described and to also find out factors that is related to delay of services at waiting room in emergency ward. This study is a survey with cross sectional, characterized by analytical description, where the study can be use to derive the relationship between dependent variables and independent variables.
The study carried out for a week with 339 numbers of patients, whereas 7 patients ( 2,1 % ) went home without being taken care of. The result of this study showed that the average waiting time at the emergency roam is 12, 23 minutes, with shortest time is 0 minutes and the longest time 131 minutes. About 22 % of patients spent more than 15 minutes before getting their turn. The average waiting time for emergency patients is 5, 23 minutes, while the average waiting time for non emergency patients is 18, 27 minutes. The average waiting time for patients that directly went straight to the ER unit without going through the admission counter is 4,7 minutes, while those who went through the admission counter is 18, 27 minutes.
From 9 variables that is examined in this study, there are 4 variables have significant relationship to patient's waiting time at the emergency ward such as, method of admittance, time of arrival during the day, type of patient and patient's condition. Variables that insignificant are, tardiness of doctors, type of employment of doctors , position of doctors in the managerial, level of proficiency of doctors and number of patients.
As a conclusion, the number of patient that went home is lower than what was originally predicted, waiting time at emergency ward is relatively short , the characteristic of doctors is irrelevant to the problem, the characteristic of patients is significant to the problem, and short waiting in itself is not enough to please the patient. The advice that is given to improve the service is to add more admission counters in the morning shift, to decrease the time needed on searching for patients' records and if possible to built better waiting room for the ER unit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ahsan Taqwim
"Latar Belakang: Dalam pemberian pelayanan kesehatan dan non kesehatan dituntut untuk melakukan sebaik mungkin. Proses peningkatan kesehatan dapat dilakukan dengan melakukan penguatan terhadap pelayanan kesehatan, yaitu Rumah Sakit. Tujuan: Tujuan dari penelitian melakukan analisis implementasi indikator SPM IGD pada KMK No. 129 tahun 2008 di IGD Rumah Sakit “Sehat” Depok. Metode Penelitian: Desain pada penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan Jenis Penelitian Rapid Assesment Procedure. Hasil: Pada komponen input, pengambilan kebijakan melalui proses multi pimpinan, SDM masih belum pernah diadakan pelatihan kegawatdaruratan yang tersertifikasi, SOP keperawatan dan medis di IGD berjumlah 116. Sarana dan prasarana IGD masih belum sesuai dengan Permenkes RI No.47 tahun 2018. Pada komponen proses terdiri dari perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Pada komponen output terdapat indikator yang belum sesuai dengan SPM, pada indikator pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berlaku BLS/PPGD/GELS/ALS hasil capaian 71%, keterserdian tim penanggulangan bencana tersedia satu tim, namun belum ada SK dari pimpinan. Kesimpulan: Belum tercapainya keseluruhan indikator pada SPM mengindikasikan bahwasanya mutu pelayanan dasar pada IGD Rumah Sakit “Sehat” Depok belum maksimal dalam implementasi dan pelaksanaanya. Saran: Melakukan optimalisisi pada SPM dengan mengadakan pelatihan dan penurunan SK untuk tim bencana di IGD.

Background: In the term of providing both health and non-health services, we are required to do our best. The process of improving public health can be undertaken by strengthening health services in the hospitals. Objectives: The purpose of this research is to analyze the implementation of the indicators of SPM IGD in KMK No. 129 of 2008 in the emergency room of Sehat Hospital in Depok. Research Methods: The design of this study uses a qualitative approach with Rapid Assessment Procedure. Results: Based on the input component, the hospital’s policy-making through a multi-leader process, the hospital’s human resources have never been held a certified emergency training while nursing and medical SOPs in the emergency room is 116. The emergency room facilities are still not following the Minister of Health Regulation No. 47 of 2018. Based on the process component, it consists of planning, decision making, organizing, leadership, and controlling. Based on the output component, the indicators are not following the SPM, the indicators of certified emergency service providers still use BLS/PPGD/GELS/ALS, which results in 71% (standard 100%), the disaster management team is only one team and there is no a decree from the director. Conclusion: The lack of positive results of all indicators in SPM indicates that the quality of basic services in Depok Sehat Hospital’s emergency room has not been maximally implemented. Suggestion: The hospitals’ stakeholder optimizes the SPM through certified training and the director signs the decree for the disaster management team in the emergency room.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoma Sari Namara
"Latar Belakang: Pasien yang datang ke IGD memiliki penyakit yang berbeda dan tingkat keparahan yang juga berbeda. Sistem skor dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan pasien IGD dan dapat memprediksi mortalitas pasien. Simple Model Score (SMS) yang merupakan sistem skor yang menggunakan data laboratorium dasar disertai umur sebagai variabelnya, telah terbukti memiliki performa yang baik. Namun untuk dapat digunakan pada karakteristik pasien yang berbeda, SMS perlu divalidasi.
Tujuan: Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi SMS dalam memprediksi mortalitas tujuh hari perawatan pasien gawat darurat non bedah yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (IGD RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif dengan subjek pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober-November 2012. Data usia, hemoglobin, trombosit, leukosit, ureum, natrium, dan glukosa saat pasien masuk ke IGD digunakan untuk penilaian SMS. Luaran dinilai pada tujuh hari perawatan (hidup atau meninggal). Performa kalibrasi dinilai dengan plot kalibrasi dan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Terdapat 701 pasien yang memenuhi kriteria penelitian ini. Pasien yang meninggal sebanyak 92 pasien (13,12%). Plot kalibrasi SMS menunjukkan koefisien korelasi r=0,639 dan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,749. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,665 (IK 95% 0,610; 0,719).
Simpulan: Simple Model Score memiliki performa kalibrasi yang baik namun performa diskriminasi yang kurang baik untuk memprediksi mortalitas tujuh hari perawatan pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

Background: Patients who came to emergency department (ED) had different diagnosis and severity spectrums. Scoring system could stratify the risk of ED patients and predict their mortality. Simple Model Score (SMS) utilizing age and laboratory data as variables was already proven as a instrument with good performance. Nevertheles, the application of SMS in different characteristic population, should be validated.
Objective: To evaluate calibration and discrimination of SMS in predicting seven day in hospital mortality of nonsurgical ED patients at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: This was a retrospective cohort study of nonsurgical patients who attended to ED of Cipto Mangunkusumo Hospital in October-November 2012. The data of age, hemoglobin, platelet count, white blood count, ureum, sodium and blood glucose level when the patient was admitted to emergency room used to perform the calculation of SMS. The primary outcome was seven day in hospital mortality. Calibration was evaluated with calibration plot and Hosmer-Lemeshow test while discrimination was evaluated with area under the curve (AUC).
Results: There were 701npatients who met the criteria were recruited to this study. Mortality was observed in 92 patients (13.12%). Calibration plot of SMS showed r = 0.639 and Hosmer-Lemeshow test showed p = 0.749. Discrimination was shown by ROC curve with AUC 0.665 (CI 95% 0.610; 0.719).
Conclusion: Simple Model Score showed a good calibration despites less satisfying discrimination in predicting seven day in hospital mortality of nonsurgical ED patients at Cipto Mangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Sri
"Rumah Sakit Atma Jaya tidak mempunyai suatu bentuk penilaian kinerja yang komprehensif dan data Rumah Sakit Atma Jaya menunjukkan bahwa 75% pasien Inslalasi Rawat Inap berasal dari Instalasi Gawat Darurat, untuk menjadikan Instalasi Gawat Darurat sebagai andalan Rumah Sakit Atma Jaya maka Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Atma Jaya perlu dievaluasi kinerjanya yang selanjutnya menjadi bahan masukan bagi Rumah Sakit Atma Jaya dengan memakai pendekatan balance scorecard maka kinerja Instalasi Gawat Darurat dapat dievaluasi dari komitmen dan kepuasan kerja sumber daya manusia di Instalasi Gawat Darurat, pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat, kepuasan pasien di Instalasi Gawat Darurat dan kinerja keuangan Instalasi Gawat Darurat.
Penelititan ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan responden sebanyak 23 orang sumber daya manusia di Instalasi Gawat Darurat, 288 orang pasien yang datang berobat di Instalasi Gawat Darurat selama bulan Mel tahun 2002 yang dipilih secara random. Alat penelititan yang digunakan yaitu : wawancara mendalam, kuesioner, dan check list. Data yang dikumpulkan dianalisa secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator sumber daya manusia di Instalasi Gawat Darurat belum baik yaitu mereka tidak puas dan tidak komitmen terhadap Instalasi Gawat Darurat. Akibat dari indikator sumber daya manusia yang belum baik tersebut mempengaruhi proses pelayanan pasien di Instalasi Gawat Darurat. Indikator proses pelayanan yang belum baik tersebut mempengaruhi proses kepuasan pasien Instalasi Gawat Darurat terutama terhadap waktu tunggu rawat dan pelayanan dokter. Pasien yang tidak puas terhadap pelayanan yang diterima di Instalasi Gawat Darurat memberi dampak kurang baik terhadap pemasukan keuangan Instalasi Gawat Darurat ke rumah sakit sehingga rumah sakit tidak mampu memberi subsidi sebesar yang diharapkan sumber daya manusia di Instalasi Gawat Darurat. Hendaknya Direktur Rumah Sakit Atma Jaya menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar penilaian kinerja selanjutnya dan meninjau ulang kebijakan yang ada untuk meningkatkan kinerja di rumah sakit.

Performance Evaluation of Emergency Department at Atma Jaya Hospital in May 2002 Atma Jaya hospital doesn't have the comprehensive performance evaluation. There are 75% patients of in patient department come from emergency department, therefore emergency department need to become Atma Jaya hospital priority for performance evaluation then it will become an input in Atma Jaya hospital strategic planning. By using balanced scorecard approach, the performance of emergency department can be evaluated through its commitment and the work satisfaction of human resource in the emergency department, the process of patient service in the emergency department, the satisfaction of the emergency department?s patient, and the performance of the financial of the emergency department.
This research was carried out by qualitative and quantitative descriptive, by using 23 respondents? human resources of emergency department, 288 patients who came to be cared in the emergency department during May 2002. The research was done by in depth interview, questioner, and checklist. The collected data were analyzed by qualitative and quantitative descriptive.
The result of the research shows that human resource indicator in emergency department is not so good i.e. they are not satisfied and they do not commit to emergency department. The effect of that not so good human resource indicator influences the patient?s service process to the patient in emergency department. That not so good service process indicator influences the satisfaction of the emergency department's patient. The unsatisfaction of emergency department's patients especially about waiting time of care and the doctor's services. The unsatisfied patients to the service in emergency department causes not so good effects to the emergency department's earning to the hospital, so the hospital can not give subsidy as much as subsidy hoped by the human resource of emergency department. Atma Jaya Hospital can uses this research to be hospital foundation for next becoming performance evaluation, and Board of Director must observe at a distance about Atma Jaya Hospital policy that uses to raise performance of emergency department.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudarmanto
"Kesiapan Instalasi Gawat Darurat di RSUP Dr. Kariadi sebagai rujukan Sistem Gawat Darurat Terpadu Sehari-Hari sangat dipengaruhi oleh faktor input : Sumber Daya Manusia dan pengaturan jaganya, tersedianya ambulan 24 jam, melalui call center, sarana fisik bangunan, sarana medik dan non medik, ketersediaan obat alat kesehatan dan bahan habis pakai di ruang tindakan, Standar prosedur pelayanan pasien, serta faktor proses pelayanan pasien meliputi alur pasien, triase, pelayanan gawat darurat di label merah, pemeriksaan penunjang laboratorium dan radiologi dan ketersediaan obat di farmasi 24 jam.
Hasil penelitian ini dengan membandingkan Kepmenkes No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit didapatkan bahwa mampu memberikan semua jenis pelayanan 100%, tersedianya SDM sesuai dengan kualifikasi dan pendidikan serta dokter jaga spesialis anak, bedah, penyakit dalam, obstetrik dan kandungan serta anesthesi 24 jam 100%, terpenuhinya syarat fisik bangunan di ruang tindakan, operasi dan observasi 100%, tersedianya obat, prasarana medik di ruang tindakan berupa obat, bahan habis pakai dan peralatan medik 100%, tersedianya layanan ambulan 24 100%, tersedianya pemeriksaan penunjang laboratorium, radiologi dan farmasi 24 jam 100% dan belum berfungsinya call center.

Preparedness of Emergency Department Kariadi Hospital Semarang as a referral Emergency Comprehensive Services System Daily influenced by input factors, human resources and distribution services, 24 hour ambulance services, call center ,physical building , medical and non medical equipment, drugs and single used material in service area standard operating procedure for patients services, and process factor as patient flow through an emergency department, triage, true emergency services (red label), supporting services as laboratory, radiology and pharmacies 24 hours.
Result of this study compare with the Kepmenkes No 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit, is prepared for all services case, qualification and education of human resources and prepared of special doctor on site pediatrician, surgeon, internist, obstetric and gynecologist also anesthesiologist 24 hours, prepared of physical building in services area, operation room, and observation room 100%, prepared of medication, medical equipment and material single used 100%, ambulance services 24 hours, prepared of supporting services as laboratory, radiology and pharmacies 24 hour and call center is not well done.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessy Ramadhan
"Waktu pelayanan pasien Instalasi Gawat Darurat adalah penanda kualitas dari proses pelayanan Instalasi Gawat Darurat. Analisis waktu pelayanan pasien Instalasi Gawat Darurat dari setiap proses pelayanannya akan membantu memperjelas penyebab perpanjangan waktu pelayanan pasien Instalasi Gawat Darurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengukur rata-rata waktu pelayanan pasien Instalasi Gawat Darurat untuk masuk rawat inap RSUD Cengkareng di tahun 2012 dari tiap proses pelayanan pasien sejak pasien tiba sampai keluar dari IGD berdasarkan karakteristik pasien (status triase dan jam kedatangan) dan untuk mengidentifikasi variabel independen yang paling memberikan pengaruh pada perpanjangan waktu pelayanan pasien IGD untuk masuk rawat inap RSUD Cengkareng tahun 2012. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik pasien yaitu status triase dan jam kedatangan, waktu pemeriksaan perawat, response time dokter, waktu pelayanan pemeriksaan penunjang (laboratorium dan/radiologi), waktu dokter membuat keputusan, waktu pelayanan admission, waktu pasien keluar dari IGD dan total waktu pelayanan pasien IGD untuk masuk rawat inap secara keseluruhan. Uji Independent t-test digunakan untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien status triase dan jam kedatangan dengan total waktu pelayanan pasien IGD untuk masuk rawat inap dan uji regresi linier ganda digunakan untuk variabel independen yang paling berdampak pada total waktu pelayanan pasien IGD untuk masuk rawat inap. Rata-rata waktu pelayanan pasien IGD untuk masuk rawat inap berdasarkan status triase pasien gawat darurat adalah 119,4 menit dan pasien gawat tidak darurat adalah 108,5 menit. Ada hubungan antara karakteristik status triase dan jam kedatangan dengan waktu pelayanan pasien IGD RSUD Cengkareng untuk masuk rawat inap. Didapatkan variabel denpenden yang diperkirakan paling memberikan dampak pada waktu pelayanan pasien IGD untuk rawat inap. Dengan mengintervensi variabel status triase maka diharapkan dapat menurunkan waktu pelayanan pasien IGD untuk masuk rawat inap RSUD Cengkareng. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan mempertimbangkan karakteristik perawat dan dokter.

Time spent by Emergency Department patient to receive care is a marker of the quality of ER care process. Time analysis of patient services in Emergency from every process will help clarify the cause of extra-time spent by ER patient. The purpose of this study was to determine and measure the average service time from patient arrival at the ER to actual discharge to inpatient ward based on patient`s characteristics (triage status and arrival time) and to identify the independent variables that most influence the extension of time spent by boarded ER patients of Cengkareng Hospital in 2012. The data collected is characteristic of the patient: triage status and arrival time, nurse`s assessment time, physician`s response time, service time of investigation (laboratory and/radiology), physician`s disposition time, admission service time, time of actual discharge from ER to inpatient ward and the total service time ER patients to inpatient. Independent test t-test was used to determine the relationship between patient`s characteristics: triage status and time of arrival to total service time ER patients to inpatient and multiple linear regressions analysis is used to estimate the impact of independent variables and to identify areas of particular concern. The average time spent for boarded ER patients based on triage status was 119.4 minutes for the urgent emergency patients and 108.5 minutes for non urgent emergency patients. There is a relationship between patient`s characteristics: triage status and time of arrival to total service time boarded ER patients of Cengkareng Hospital. There is indenpendent variable: triage status that predicted mostly give impact to total service time boarded ER patients. By intervening this variable, it is expected to reduce total service time boarded ER patients of Cengkareng Hospital. Further research is needed to consider the characteristics of nurses and doctors which may influence the time of service."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Pranata
"ABSTRAK
Pendahuluan Di RSCM algoritme penanganan pasien trauma belum ada. Waktu yang dibutuhkan untuk penanganan pasien trauma juga tidak pernah tercatat dengan baik. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui rerata waktu penanganan pasien trauma di ruang resusitasi RSCM. Selain itu, mortalitas akibat trauma juga dicatat.
Metode Semua pasien trauma yang masuk ke ruang resusitasi RSCM pada bulan Juni-November 2012 diikutsertakan. Waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien masuk ruang resusitasi sampai primary survey dan tindakan diagnosis yang dibutuhkan serta waktu sampai pasien keluar dari ruang resusitasi baik ke kamar operasi maupun ke ruang rawat juga dicatat. Mortalitas yang terjadi di rumah sakit pasca trauma juga dicatat.
Hasil Selama periode penelitian tercatat ada 41 pasien trauma yang masuk ke ruang resusitasi RSCM. Rerata waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien masuk ruang resusitasi sampai primary survey selesai dikerjakan adalah 10(5-60) menit; sampai hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan adalah 55(5-185) menit; sampai hasil pemeriksaan rontgen didapatkan adalah 30(15-210) menit; sampai hasil pemeriksaan USG didapatkan adalah 12,5(5-30) menit; sampai hasil pemeriksaan CT-scan didapatkan adalah 75(15-360) menit. Rerata waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien masuk ruang resusitasi sampai dikirim ke kamar operasi adalah 222,5(25-660) menit; sampai dikirim ke ruang rawat tanpa melalui operasi adalah 1440(170-1440) menit. Mortalitas yang terjadi di rumah sakit pasca trauma adalah 41,4%.
Kesimpulan Rerata waktu penanganan pasien trauma di ruang resusitasi RSCM, baik untuk tindakan diagnostik maupun operasi emergensi masih lebih dari 60 menit. Mortalitas pasien pasca trauma 41,4%. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi hubungan antara waktu penanganan pasien dengan mortalitas pasien.

ABSTRACT
Introduction In Cipto Mangunkusumo Hospital trauma algorithm is not available yet. The time spent to manage trauma patients in the resuscitation room also hasn’t been recorded very well. Aim of this study is to analyze how much time needed in the resuscitation room to manage trauma patients. The mortality follow is also recorded.
Methods All consecutive trauma patients who went to the resuscitation room during June to November 2012 are included. The time spent between admission to the resuscitation room until primary survey and diagnostic procedure be done also until patients exit the resuscitation room whether to the operating room or straight to the ward were recorded. In hospitality mortality were also recorded.
Results During the study, there were 41 trauma patients went to the resuscitation room. Median time spent between admission until primary survey was finished was 10(5-60) minutes; until blood work results finished was 55(5-185) minutes; until x-ray results finished was 30(15-210) minutes; until USG results finished was 12,5(5-30) minutes; until CT-scan results finished was 75(15-360) minutes. Median time spent between admission until exiting to the operating room was 222,5(25-660) minutes; until exiting to the ward without operation was 1440(170-1440) minutes. In hospitality mortality was 41,4%.
Conclusion The time spent in the resuscitation room to manage trauma patients both to do the diagnostic procedure and emergency operation was still more than 60 minutes. In hospital mortality was 41,4%. Further study needed to analyze the relationship between those two things."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yaumal Farhan
"ABSTRAK
Pemeliharaan adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan, karena untuk mempertahankan kualitas bangunan sehingga layak berfungsi dan dapat mendukung layanan untuk masyarakat. Jika sebuah bangunan tidak dirawat dengan baik, terutama rumah sakit tempat itu menyangkut hidup dan mati seseorang, dan tuntutan pasien/komunitas untuk pelayanan kesehatan yang berkualitas, efektif dan efisien, rumah sakit membutuhkan fasilitas terbaik, di mana fasilitas harus beroperasi dalam kondisi terbaiknya. Karena itu, perlu dibangun pemeliharaan dalam bentuk prosedur teknis pemeliharaan, terutama Darurat Kamar-kamar di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Indonesia sebagai salah satu kamar di rumah sakit yang memiliki risiko tinggi serta perawatan pertama pasien saat memasuki RS Rumah Sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan prosedur teknis di PT pemeliharaan komponen struktural, mekanik, listrik, dan biomedis di Ruang Gawat Darurat Rumah Sakit Pendidikan Universitas Indonesia. Penelitian Metode yang digunakan adalah survei dan analisis arsip dengan cara wawancara dan kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah 5 komponen arsitektur, 1 komponen struktural, 21 komponen mekanis, 10 komponen listrik, dan 17 peralatan biomedis komponen, maka ada 16 kegiatan pemeliharaan komponen arsitektur, 6 perawatan aktivitas komponen struktural, 172 aktivitas perawatan dan perawatan mekanik komponen, 91 aktivitas perawatan dan perawatan komponen listrik, dan 170 kegiatan pemeliharaan dan perawatan komponen peralatan biomedis, untuk kegiatan pemeliharaan dan perawatan secara umum bertanggung jawab oleh teknisi dengan bertanggung jawab oleh Asisten Manajer Infrastruktur, kemudian mengembangkan SOP dalam pekerjaan pemeliharaan dan perawatan struktural, arsitektur, mekanik, listrik dan komponen peralatan biomedis di ruang gawat darurat Universitas Indonesia Rumah Sakit Pendidikan Indonesia.

ABSTRACT
Maintenance is a very important activity to do, because to maintain the quality of the building so that it is feasible to function and can support services for the community. If a building is not well cared for, especially the hospital where it concerns a person's life and death, and the demands of the patient / community for quality, effective and efficient health services, hospitals need the best facilities, where facilities must operate in the best conditions. Therefore, maintenance needs to be built in the form of technical maintenance procedures, especially Emergency Rooms in the Teaching Hospital of the University of Indonesia as one of the rooms in hospitals that have a high risk as well as the patients first care when entering the Hospital Hospital. The purpose of this research is to develop technical procedures in PT maintenance of structural, mechanical, electrical, and biomedical components in the Emergency Room of the University of Indonesia Hospital of Education. Research The method used is a survey and archive analysis by means of interviews and questionnaires. The results of this study are 5 architectural components, 1 structural component, 21 mechanical components, 10 electrical components, and 17 biomedical equipment components, so there are 16 architectural component maintenance activities, 6 structural component activity maintenance, 172 component maintenance and mechanical component maintenance activities, 91 maintenance and maintenance activities for electrical components, and 170 maintenance activities and maintenance of biomedical equipment components, for maintenance and maintenance activities are generally responsible by technicians with responsibility by the Assistant Infrastructure Manager, then develop SOPs in structural, architectural, mechanical maintenance and maintenance work, electricity and biomedical equipment components in the emergency room at the University of Indonesia Indonesian Educational Hospital."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suluh Tri Utomo
"ABSTRAK
Rerata persentase kedatangan pasien tidak gawat darurat di IGD dengan penjaminan BPJS yang tidak sesuai alur menimbulkan permasalahan antara pemberi layanan kesehatan dengan pihak pasien. Hal tersebut berdampak pada terjadinya komplain pasien. Terjadi peningkatan jumlah kedatangan pasien tidak gawat darurat yang datang ke IGD RS Umum Siloam di karawaci sebesar 15,7% pada bulan Maret 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat yang datang ke IGD tentang kriteria kasus gawat darurat yang sesuai dengan konsep kegawatdaruratan medis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif cross sectional menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 122 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan jumlah 30 soal yang teruji validitas dan reabilitas kuesioner penelitian. Analisis data menggunakan analisis univariat, yaitu distribusi frekuensi dan persentase. Analisa bivariate dilampirkan sebagai data tambahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang kriteria kasus gawat darurat tergolong rendah (18%), cukup (55%) dan tinggi (27%). Tingkat pendidikan menunjukan hubungan yang bermakna terhadap pengetahuan tentang kriteria kasus gawat darurat (p=0.002, α=0,05). Sosialisasi dan edukasi tentang kriteria kasus gawat darurat perlu untuk lebih disebarluaskan kepada masyarakat agar dapat mengurangi kepadatan pasien akibat persentase kunjungan pasien tidak gawat darurat di IGD

ABSTRACT
The overloaded of non-emergency patient's arrival with government insurance (BPJS) became problem on ER. It has an impact on patient complaints. There was increased number of arrivals non-emergency patients who came to the emergency department at the Siloam General Hospital Karawaci by 15.7% in March 2015. This study described the level of knowledge people who come to ER on emergency criteria. This research used descriptive method with cross sectional approach. Purposive sampling of 122 respondents collected. with 30 question questionnaire. Data analysis using univariate analysis and bivariate analysis as additional data research. The results showed that the level of people knowledge of emergency criteria cases is relatively low (18%), sufficient (55%) and high (27%). A significant relationship showed by education background (p=0.002, α=0,05). Socialization and education of the emergency criteria cases need to be disseminated to the public in order to reduce the density of non-emergency in ER"
2016
S64848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>