Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 223494 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Imam Santoso
"Pencemaran udara dalam ruang hunian mempunyai pengaruh yang besar terhadap penghuninya. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan cukup bervariasi, dimulai dengan gejala yang ringan yaitu batuk kering, sakit kepala, iritasi mata, pilek dan tenggorokan terasa kering sampai dengan yang berat yaitu sesak napas.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara tingkat konsentrasi debu udara ruang hunian dengan kejadian penyakit Pnemonia pada bayi dan balita yang tinggal pada permukiman di sekitar pabrik semen di Desa Tarjun.
Rancangan penelitiannya adalah Cross Sectional. Pengukuran konsentrasi debu udara ambien dilakukan pada tiga titik arah dispersi pencemaran udara kearah selatan (dengan jarak 500 m, 600 m, dan 700 m) sesuai arah angin dominan di daerah tersebut, dan juga dilakukan tiga periode waktu pengamatan, pagi, petang, dan malam.
Di sekitar titik pengambilan sampel debu udara ambien, dilakukan pengambilan sampel debu udara ruang hunian secara total sampling terhadap 53 rumah yang mempunyai bayi dan balita. Pada sampel tersebut dilakukan pemeriksaan Minis ada tidaknya kejadian penyakit pnemonia pada bayi dan balita. Analisis statistik menggunakan Uji Regresi Linier dan Uji Regresi Logistik pads program pengolahan data statistik SPSS Versi 7.5 dengan tingkat kemaknaan p<0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin jauh jarak dari sumber pencemar makin rendah konsentrasi debu udara ambiennya. Sedangkan untuk periode waktu pengamatan, ternyata makin tinggi konsentrasinya pada malam hari dibandingkan dengan pagi dan Siang hari. Untuk konsentrasi debu udara ruang hunian mempunyai rata-rata sebesar 1.733,12 .tg/m3, dengan prevalensi kejadian pnemonia sebesar 36,6% dan bukan pnemonia sebesar 63,4%. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian, ventilasi rumah, dan jenis bahan bakar memasak dengan kejadian penyakit Pnemonia pada bayi dan balita.
Dari model regresi logistik diketahui bahwa seorang anak yang tinggal di sekitar pabrik semen PT. IKC-Tarjun mempunyai kemungkinan untuk menderita penyakit pnemonia sebesar 93,7%, kemudian setelah dikontrol dengan variabel umur, kepadatan hunian, ventilasi, suhu ruang, kelembaban relatif, dan jenis bahan bakar memasak. Model ini cukup cocok (fit) dengan keseluruhan akurasi model sebesar 90,24%.
Hasil akhir dapat diketahui urutan prioritas variabel yang paling berperan dalam menentukan prognosis Pnemonia pada bayi dan balita yaitu ventilasi kamar. Penelitian, lanjutan disarankan untuk melihat hubungan antara faktor risiko dengan efek yang ditimbulkan sebagai akibat pencemaran debu udara ruang hunian ui sekitar pabrik semen menggunakan rancangan Case Control atau Cohort Study.
Daftar bacaan : 68 (1965 - 2000)

Relation of Consentration Indoor Air Dust Arround The Cement Factory to Infant and Children Under Five Pneumonia Desease Cases at Tarjun Village, County of Kotabaru, South Borneo.
Indoor air polution have much influence to the people who live in. Health Effect which cause by this case are to variative, from Dry-Cough, Headache, Eye Irritation, Influenza, Dry-Throat until hard to breath.
The ideal of this research is to knowing the relation of indoor air dust around the cement factory to infant and children under 5 Pneumonia desease cases at Tarjun Village.
Model of this research is Cross Sectional. Analytical of ambient air dust concentration has done at three point along dispersion of air polution direction to south (500 m, 600 m, and 700 m) in accordance with dominant wind direction in there.
Arround the sampling point (dust sample), the collecting of indoor air dust as total sampling has done to 53 houses which have infant and children under 5. Clinical Chek-up has done to infant and children under 5 to chek-out is there any pneumonia desease cases or not. Analitycal statistic using linear regretion test and logistic regretion test with treatment statistic data program SPSS version 7.5 and 95% Convidence Intervale.
The result of this research shows that more far the range from polution source the concentration of ambient air dust is more low. In other way at time periode, the concentration is more high at night than a day. Indoor air dust have averageconcentration 1733.1 µg/m3 with 36.6 % pneumonia case prevalence and 63.4 % are not pneumonia.
Analitycal statistic result shows that there is any significant relation between crowded room, house ventilation, and kind of fuel to infant and children under five pneumonia desease cases.
From logistic regretion model knowing that one child who lived arround the cement factory PT. IKC-Tarjun have 93.7 % to get pneumonia desease by controling age, crowded room, ventilation, room temperature, relatif humadity, and kind of fuel. This model is equal wiht all model aquration as 90.2%.
The last result shows that the most playrole variable in determination prognosis child pneumonia are room ventilation. Suggested to do an advance study for looking related risk factor with efect in design Case Contron or Cohort Study.
Literature: 68 (1965 - 2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T7924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayza Chairunnisa Permana
"Pada tahun 2022, Provinsi DKI Jakarta menempati urutan ke-empat dengan cakupan pneumonia balita tertinggi (53,2%) melebihi cakupan pneumonia balita Indonesia (38,78%). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor iklim (suhu udara, kelembaban relatif, curah hujan dan tekanan udara), faktor polutan (PM10, SO2, CO, O3, NO2), dan faktor sosioekonomi orang tua (pendidikan dan pekerjaan) terhadap proporsi pneumonia pada balita di Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 – 2022. Desain studi ekologi menggunakan data sekunder dengan unit analisis proporsi pneumonia perbulan di Provinsi DKI Jakarta. Data diolah dan dianalisis dengan grafik dan dianalisis menggunakan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi pneumonia balita menurun signifikan pada 2020 – 2021 akibat COVID-19. Selama 10 tahun faktor polutan seperti CO mengalami penurunan di akhir periode, sementara faktor polutan seperti SO2 cenderung meningkat. Terdapat hubungan yang signifikan antara curah hujan, tekanan udara, PM10 CO, SO2 dan jenis pekerjaan orang tua dengan status sosioekonomi rendah terhadap proporsi pneumonia balita Provinsi DKI Jakarta tahun 2013 – 2022. Proprosi pneumonia balita 2013 – 2022 lebih tinggi dibandingkan proporsi pneumonia balita Indonesia tahun 2022 dengan faktor risiko berupa curah hujan, tekanan udara, PM10 CO, SO2 dan jenis pekerjaan orang tua dengan status sosioekonomi rendah.

In 2022, the Province of DKI Jakarta ranked fourth with the highest coverage of pneumonia in toddlers (53.2%), exceeding Indonesia's toddler pneumonia coverage (38.78%). This study aimed to analyze the relationship between climate factors (air temperature, relative humidity, rainfall, and air pressure), pollutant factors (PM10, SO2, CO, O3, NO2), and parents' socioeconomic factors (education and occupation) on the proportion of pneumonia in toddlers in DKI Jakarta from 2013 to 2022. The ecological study design used secondary data, analyzing the proportion of pneumonia per month in DKI Jakarta. Data were processed and analyzed using graphs and correlation tests. The results showed a significant decrease in toddler pneumonia proportion in 2020–2021 due to COVID-19. Over ten years, pollutants such as CO decreased at the end of the period, while SO2 levels increased. A significant relationship was found between rainfall, air pressure, PM10 CO, SO2, and parental occupation with low socioeconomic status on the proportion of toddler pneumonia in DKI Jakarta from 2013 to 2022. The proportion of toddler pneumonia DKI Jakarta from 2013 to 2022 was higher (1.65%) compared to Indonesia's proportion (1.57%) in 2022, with risk factors including rainfall, air pressure, PM10 CO, SO2, and parents' occupation with low socioeconomic status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Maria Sintorini
"Dampak negatif pembangunan antara lain adalah menurunnya kualitas lingkungan, sampai kepada menurunnya kualitas kesehatan masyarakat akibat berbagai bentuk pencemaran. Kegiatan industri yang diduga banyak mencemari lingkungan udara adalah industri semen, salah satunya ada di Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah melihat bagaimana hubungan kadar PM10 (Partikulat Melayang 10p m) dalam debu udara ambien sekitar pabrik semen di Kecamatan Cileungsi tersebut dengan kejadian gejala penyakit saluran pernapasan yang ada pada penduduk sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan rancangan "cross sectional". Pengukuran kadar PM10 udara ambien dilakukan di 4 titik arah dispersi pencemaran debu, kearah Barat sesuai arah angin dominan didaerah tersebut. Disekitar titik pengukuran udara dilakukan juga pengambilan sampel penelitian secara acak sebanyak 120 responden. Analisis statistik yang digunakan adalah regresi liner dan logistik pada paket program SPSS.
Hasil pengukuran yang diperoleh, kadar PM10 dilokasi penelitian adalah antara 93,06 -195,21 µg/m3. Sedangkan batas yang ditetapkan NAAQS di Amerika (Indonesia belum mempunyai) adalah 150 µg/m3. Tetapi kadar yang terukur tersebut sudah dalam rentang kadar rata-rata tahunan yang ditetapkan WHO untuk menaikan prevalensi penyakit saluran pernapasan pada orang dewasa yaitu 150 - 225 µg/m3 TSP atau 99 - 148,5 µg/m.3 partikulat melayang 10 µm (PM10). Terdapat hubungan linier antara kadar PM10 dengan kejadian gejala penyakit saluran pernapasan pada penduduk sekitar pabrik. Jika pajanan PK a sebesar 70 µg/m3 maka prevalensi kejadian gejala penyakit saluran pernapasan yang dapat diprediksi adalah 10,37%. Dari model regresi logistik didapat bahwa seseorang yang tinggal disekitar pabrik semen mempunyai kemungkinan untuk menderita gejala penyakit saluran pemapasan sebesar 66,49% dengan sudah dikontrol oleh lama tinggal, jenis pekerjaan, masa kerja, merokok dan kepadatan penghuni rumah.
Dapat disimpulkan bahwa kadar PMIa didalam debu udara ambien dapat menaikkan kejadian gejala penyakit saluran pernapasan pada penduduk. Saran bagi pihak pencemar adalah dengan meningkatkan efisiensi dan efektifitas alat-alat pengendalian debu mereka, disamping peningkatan upaya pengendalian debu pada sumber pencemarnya.

The Causality Between the Particulate Matter (PM10) Content in Ambient Air-Dust and Acute Respiratory Infection Symptoms. A case Study was Conducted at Cement Factory X Located at Cileungsi-Bogor and Residents Living around itThe decrease of environmental quality is one of several development program negative impacts. Such a decrease consequently, leads a decrease of public health condition in a community. Cement industry is thought to be one of the greatest industrial activities contributing to the environmental pollution. The study which was carried out at the industrial area of Cileungsi-Bogor, West Java, was aimed at finding out causality between the PMI0 (Particulate Matter less than 10µm) content in ambient air-dust and acute respiratory infection symptoms of people living around the factory.
The study used a cross sectional design. The measurement of the particulate matter was carried out in west as a four-dot direction of dust polluting dispersion with the dominant wind direction in the area. Sampling was carried out at random, i.e. 120 respondent living around the designated. Linier and logistic regression was applied in the statistic analysis.
The result of measurement shows that the content of PMIC was 93,06 - 195,21 pglm3, whereas the limit decided by the US NAAQS is 150 pglm3. The content measured of annually produced particulate matter by WHO is increase the prevalence of the adult pharyngeal disease. There was tinier causality between the PMIC content and the acute respiratory infection symptoms to the resident living around the factory area. If the number content indicated 70 gglm3, thus the predictable prevalence of the disease symptom is 10,37%. Seen from the logistic regression model, it was found that a person living around factory has the possibility of pharyngeal disease (66,49%). This finding was corrected for various confounding factors such as length of stay, occupation, length of occupation, smoking habit, and numbers of person staying in the house.
It was concluded that the PM10 content in the ambient air-dust could increase the acute respiratory infection symptoms of the community. It is recommended that the factory should be equipped with dust control machine, i.e. electrostatic precipitator, and that efforts of controlling the source of dust pollution, should be improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamidi
"Polusi debu particulate matter 10 mikron (PM10) di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan menunjukkan peningkatan. Meningkatnya kadar PM10 merupakan isu signifikan yang menimbulkan gangguan pernafasan. Pada tahun 2000 prevalensinya sebesar 36,9 %, sedangkan 2001 menjadi 40,92 %. Studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar debu PMI0 rumah dan PM10 ambien dengan kejadian gangguan pernafasan pada bayi dan balita. Pengukuran PM10 dilakukan di dalam rumah yaitu ruang dapur, ruang tidur, dan ruang tamu, sedangkan di luar rumah pengukurannya dilakukan sejauh lima meter dan pintu depan.
Dari 384 responden ditemukan 202 rumah dengan kadar debu PM10 lebih dari 70 µg/m3 dan 182 rumah kurang dari 70 µg/m3. Terhadap rumah yang kadar debu PMI0 lebih dari 70 µg/m3, ditemukan 111 bayi dan balita (55%) mengalami gangguan pernafasan. Sedangkan terhadap rumah yang kandungan PM10 kurang dari 70 µg/m3 hanya ditemukan 51 bayi dan balita (28%) mengalami gangguan pemafasan. Bayi dan balita tinggal di dalam rumah dengan kadar debu PM10 nya lebih dari 70 µg/m3(OR = 4,75; p value = 0,0005) mempunyai risiko mengalami gangguan pernafasan sebesar 4,75 kali dibandingkan dengan kadar debu PM10 rumah kurang dari 70µg/m3 setelah dikontrol oleh kadar debu PM10 ambien dan kelembaban? (abstrak tidak lengkap ter-scan).

Dust Exposure in Relation with Respiratory Health Effects (Study on Baby And Children Aged Less Than Five Years Inhabiting The Coal Transportation Lane at Subdistrict Mataraman in District Banjar, South Borneo)Dust pollution of Particulate Matter 10 micron (PM10) in Banjar District, South Borneo increases. This is a significant issue causing respiratory health effects. Its prevalence is 36,9 % in 2000 and 40,92 % in 2001. This cross sectional study is aimed at finding the relationship between indoor dust consentration PM,() and PM10 ambient and the respiratory effects on baby and children aged less than five years. PMto measurement is done indoors such as in kitchen, bedroom and visiting room. On the other hand, outdoor measurement is conducted on space as far as 5 metres of the front door.
From 384 respondents, it is found that there are 202 households with consentration PM10 more than 70 Mg/m3 and 182 households with concentration less than 70 Mg/m3. To the household with consentration PMI0 more than 70 Mg/m3, it is found that 111 (55%) baby and children aged less than five years infected by respiratory health effects. On the other hand, to the household with consentration PM10 less than 70 Mg/m3, it is found that only 51 babies and children aged less than five years (28 %). Baby and children aged less than five years inhabiting the home under consentration PM10 more than 70 Mg/m3(OR = 4,75; p value = 0,0005) is mostly probable to be infected by respiratory health effects as much as 4,75 times compared with consentration PM10 less than 70 Mg/m3 after being controlled by dust consentration PM1O ambient and indoor humidity and the interaction between dust consentration PMio home and dust consentration PMio ambient, and the interaction between home ventilation and dust consentration PMIO ambient. Dust consentration PMI0 indoor is related with respiratory health effects to baby and children aged less than five years. PMio home is influenced by PM1o ambient. The more PMio ambient is, the more dust consentration PMIO home will be. The influentian variables in this research are ventilation, humidity and PMIO ambient. To reduce dust consentration PMIO ambient influence to dust consentration PMlo home in coal transportation lane, it is suggested that inhabitant plant many trees beside the lane or their yards.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Sudirman
"Penyakit pnemonia sampai sekarang masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara berkembang termasuk Indonesia. Profil Kesehatan Kota Bekasi tahun 2002 menyebutkan pnemonia menempati urutan ke 4 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas untuk golongan umur 29 hari- <1 tahun sebesar 4,82% (1.456 orang) dan 3.328 orang (4,15%) untuk golongan umur 1-4 tahun. Hasil penelitian-penelitian terdahulu baik di dalam maupun di luar negeri menunjukkan bahwa umur, keadaan gizi, kekebalan tubuh, lingkungan fisik rumah dan perilaku merupakan faktor yang dapat mempengaruhi insiden pnemonia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-faktor lingkungan fisik rumah dan faktor risiko lainnya dengan kejadian pnemonia pada balita. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain kasus kontrol. Lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Teluk Pucung Kota Bekasi dengan waktu penelitian bulan Maret sampai dengan Juni 2003.
Populasi penelitian adalah balita yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Teluk Pucung. Sampel penelitian terdiri atas kasus dan kontrol. Kasus adalah balita yang datang berobat ke Puskesmas Teluk Pucung dalam kurun waktu penelitian dan berdasarkan diagnosis dokter/paramedis dinyatakan sebagai penderita pnemonia Sedangkan kontrol adalah tetangga terdekat kasus yang tidak menderita pnemonia pada saat penelitian dilakukan. Besar sampel secara keseluruhan adalah 196, terdiri dari 98 kasus dan 98 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, observasi dan pengukuran, Alat yang digunakan (meteran, timbangan bayi, lux meter, Microdust 880nm. Data di analisis hasil dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat dengan bantuan perangkat lunak yang tersedia di UPT komputer FKM UI.
Hasil analisis bivariat dengan uji Chi square menunjukkan bahwa 13 dari 18 variabel bebas yang diteliti mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian pnemonia pada derajat kepercayaan 95%. Variabel-variabel tersebut adalah kepadatan rumah, pencahayan ruang tamu, pencahayaan kamar tidur, luas ventilasi rumah, luas ventilasi kamar tidur, kadar PM10 ruang tamu, kadar PM10 kamar tidur, kadar PM10 dapur, adanya perokok dalam rumah, status gizi, status imunisasi, status ekonomi keluarga, perilaku ibu menggendong balita saat memasak. Hasil analisis multivariat untuk mendapatkan faktor yang paling mempengaruhi kejadian pnemonia pada balita secara berurutan dengan melihat OR tertinggi adalah kadar debu PM10 kamar tidur balita (Olt 11,255), status imunisasi (OR=6,839), status gizi (OR=6,041), luas ventilasi kamar tidur balita (OR 5,089), kepadatan hunian rumah (OR=4,312), perilaku ibu memasak dengan menggendong balita didapur (OR 2,7913).
Intervensi yang dilakukan dalam sistim kewaspadan dini penyakit pnemonia perlunya surveilans aktif petugas P2M dan sanitarian Puskesmas Teluk Pucung bersama kader posyandu dan kader kesehatan lingkungan dalam pembuatan pemetaan wilayah balita berisiko dari faktor dominan tersebut dan ditindak lanjuti dengan penyuluhan terhadap masyarakat tentang penyakit pnemonia pada balita dengan alternatif pencegahannya melalui peningkatan gizi pada balita, pemberian imunisasi yang lengkap, serta merubah perilaku ibu dalam memasak dengan tidak menggendong balita.
Daftar Pustaka : 37 (1974-2002)

Physical House's Environmental and Another Risk Factors Related to Under Five Years Children Pnemonia Cases in Teluk Pucung Community Health Center (Puskesmas) Area, Bekasi District Year 2003In developing country as in Indonesia, pneumonia recognized as a Community cause of death for babies and under five years children. According to Bekasi Health Profile year 2002, pneumonia is number four from ten diseases in Community Health Centre (Puskesmas), for age group 29 days < 1 year is 4.82 % (1,459 persons) and for age group 1-4 year is 4.15 % (3,328 persons). Based on the last research indicated that age, nutrition, immunity, physical house environment, and behavior, are factors which influences pneumonia incident.
Research objectives is define physical house's environment and another risk factors related to babies and under five year children pneumonia. This research held from March to June 2003 in the Teluk Pucung Community Health Centre (Puskesmas) Area, Bekasi. Research method is using Case-Control studies. Population is babies who live in Teluk Pucung Community Health Centre (Puskesmas) Area. Case is child under five years who attending to Community Health Centre for care in the research period and diagnosed as pneumonia. Control was taken from the closed neighbor to the case. Total numbers of samples are 196 persons; with number of each case and each control are 98 persons. Research instruments are questioners, check list, and field measurement tools such as scale, lux meter, microdust 880 nm. Result analyzed by invariant, bivariant chi-square test, and multivariant aplicated by logistic regression software.
Bivariants analyses by chi-square from 18 variables, indicated that 13 variables correlated with pneumonia with 95 % degree of freedom, that is; house's crowded, guest and bed room's lighting, houses and bed rooms ventilation space, PM10 for bed room and PMIO for kitchen, nutrition, immunization and economic status, maternal behaviors to held their baby when they are cooking, and the existence of smoker in their houses. Multivariate analyses to identify dominant factors related to babies pneumonia are PM10 dust contents in under five years children bedroom (OR =11.255), immunization status (CR=.839), nutrition status (OR=6.041), under five years children bedroom ventilation space (OR-5.089), house crowded (OR-4.3121), maternal behavior to hold under five children's when there are cooking (CR=2.794).
Early pneumonia alert system needs active surveillances from the Communicable Diseases Control and the Sanitarian officers, together with the Integrated Health Post (Posyandu) and the Environmental Health cadres, especially to develop under five years children risk factors mapping area. It should be followed by health community education to develop understanding about pneumonia disease with alternative prevention by increasing nutrient, giving complete immunization, and mother changed behaviors.
References : 37 (1974 - 2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12940
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gertrudis T.
"ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada balita. Di wilayah Puskesmas Citeureup yang berada di sekitar pabrik semen PT Indocement, ISPA masih menempati urutan teratas dari data 10 besar penyakit di Kecamatan Citeureup. Emisi partikel debu ke udara oleh pabrik semen dalam proses produksi maupun transportasinya merupakan pencemaran terhadap lingkungan yang perlu diwaspadai, yang diperparah oleh meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik yang mengeluarkan buangan bahanbahan pencemar lingkungan. Bahan-bahan pencemar ini bisa masuk ke dalam rumah melalui ventilasi maupun pintu yang terbuka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar partikulat (PM10) udara rumah tinggal dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan rancangan studi crosssectional dan teknik sampling yang digunakan adalah systematic random sampling dengan jumlah sampel 303 balita. Data tentang kondisi fisik rumah dikumpulkan melalui pengukuran, variabel lainnya melalui observasi dan interview menggunakan kuisioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah PM10 dalam rumah (OR = 3,1; 95% CI: 1,79-5,20), asap rokok (OR = 2,1; 95% CI: 1,20-3,72), penderita ISPA serumah (OR = 10,9; 95% CI: 4,73-25,01) dan status gizi (OR = 2,6; 95% CI: 1,22-5,56).
Disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara PM10 dengan kejadian ISPA pada balita dimana balita yang tinggal dalam rumah dengan kadar PM10 tidakmemenuhi syarat (> 70% μg/m3) berisiko 3,1 kali untuk mengalami ISPA dibanding balita yang tinggal dalam rumah dengan kadar PM10 memenuhi syarat (≤70% μg/m3) setelah dikontrol oleh asap rokok, penderita ISPA serumah dan status gizi.

ARI (Acute Respiratory Infection) is a disease that often occurs in infants. In the area of Citeureup Health Center around the cement factory of PT Indocement, ARI is still occupying the top 10 major diseases of the data in the Sub District of Citeureup. Emissions of dust particles into the air by a cement factory in the production and transportation process is pollution to the environment that need to be watched, aggravated by an increasing number of motor vehicles and factories that secrete waste polluting materials. These pollutants materials get into the house through vents or open doors.
This study aims to determine the relationship between levels of particulate matter (PM10) house air for children with ARI occurrence. This study uses cross-sectional study design and sampling technique used is systematic random sampling with a sample of 303 infants. Data of house conditions were collected through measurements and other variables were collected through observations and interview using questionnaires.
The results showed that variables significantly associated with the occurrence of ARI among children under five were PM10 in the house (OR = 3.1; 95% CI: 1.79 - 5.20), smoke cigarettes (OR = 2.1; 95% CI: 1.20 - 3.72), patients with ARI household (OR = 10.9; 95% CI: 4.73 - 25.01) and nutritional status (OR = 2.6; 95% CI: 1.22 -5.56).
Concluded that significant relationship between PM10 and the occurrence of ARI among children under five where children who live in homes with levels of PM10 are not eligible (> 70% μg/m3) have a risk to experience upper respiratory tract infection 3.1 times compared to children who live in homes with qualified PM10 levels (≤ 70% μg/m3) after being controlled by smoke cigarettes, people with ARI household and nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31721
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hatta
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terutama Pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di negara berkembang, sekitar 4 juta kematian disebabkan oleh penyakit ISPA terutama Pneumonia. Di kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan penyakit Pneumonia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dimana pneumonia menempati urutan teratas dalam sepuluh penyebab kesakitan yang mempunyai kontribusi sebesar 53,42 %. Sementara angka cakupan imunisasi campak masih relatif rendah (70 %, tahun 1998).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan imunisasi campak dengan kejadian pneumonia pada balita dan faktor risiko lainnya di kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan tahun 2000. Studi ini menggunakan desain kasus kontrol, dengan 141 sampel dimana kasus adalah balita umur 9-59 bulan, menderita pnemonia yang datang ke Puskesmas, sedangkan kontrol adalah balita umur 9-59 bulan yang datang ke Puskesmas, tetapi tidak menderita pnemonia ataupun ISPA. Data diperoleh dari basil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada responden ibu balita dan dianalisa dengan analisis univariat, bivariat (Chi Square) dan multivariate (Logislic Regression).
Hasil akhir uji multivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara imunisasi campak dengan kejadian pnemonia pada balita umur 9-59 bulan (DR= 2,307; p~,003 ). Dapat dikatakan bahwa risiko terkena pneumonia pada balita umur 9-59 bulan yang tidak diimunisasi campak 2,3 kali lebih besar dibandingkan dengan balita umur 9-59 bulan yang telah diimunisasi campak. Disamping variabel imunisasi campak ada 5 variabel lain yang mempengaruhi kejadian pneumonia di kabupaten OKU, sebagai berikut: Pendidikan ibu (OR=2,037; p=0,013), pengetahuan ibu (OR=2,364: p=0,005), polusi asap dapur (OR=2,99; p=0,002), kepadatan rumah (OR= 3,247; p= 0,0005) dan jarak ke sarana kesehatan (OR=0,43 1; p= 0,007).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada pengambil keputusan guna lebih memberi perhatian kepada keluarga balita (9-59 bulan) yang belum diimunisasi campak, berpendidikan rendah, berpengetahuan rendah, keadaan rumah yang jelek (polusi asap dapur), rumah yang padat huni dan yang jauh dari pelayanan kesehatan.

The Relationship Between Measles Imunization and Pneumonia Insidens on Underfive Years Old Children in Ogan Komering Ulu (Oku) District, South Sumatera, in 2000.The Acute Respiratory Tract Infection (ARI) especially pneumonia is main cause of morbidity and mortality on infant and under five years old children in developing countries. There are 4 million death caused by ARI especially pneumonia. In Ogan Komering Ulu (OKU) district, South Sumatera province, the pneumonia still became Community Health Problem. Pneumonia was the first rank of ten cause of morbidity that contributed 53,42 %, while the measles immunization coverage still low(70 %, year 1998).
This study was conducted to know the relationship between measles immunization and other risk factors with pneumonia on under five years old children in OKU district, South Sumatera province in 2000. The study design used in this study is Cases Control, with cases are 141 children age 9 - 59 month children suffered from pneumonia who attending health center. While the control was taken from age 9-59 month children without the diseases, who attending the some Health Center. The data was collected by interviewed from the children's mother using questioner. The analysis method of univariate, bivariate (Chi Square) and multivariate (logistic regression) was used in the study.
The result of the study show that a statistical significance association between measles immunization with pneumonia on 9-59 month children (p= 0,003 ; 0R=2,307). It can be said that pneumonia risk on under five years old children without measles immunization arc 2,3 time larger than that of under five years old children with measles immunization. Beside measles immunization, there are 5 other variables that also associated with pneumonia risk in OKU district such as: mothers education(UR=2,307; p=0,013), mothers knowledge (OR=2,364; p=0,005), kitchens smoke pollution (OR= 2.99: p=4.002). house density(OR=3,247;p= 0,000) and the house distance to health services(CR=0,431; p=O,OO7.
Based on the study result, it was suggested that the policy maker have to pay more attention to family with under five years old children who have not gotten yet the measles immunization, whose mother has low education, and low knowledge, who have bad condition and has high density of house, and whose house long far from health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muridi Mudehir
"ISPA adalah penyakit infeksi yang paling banyak terjadi pada masyarakat Indonesia khususnya pada anak balita, kondisi ini juga terjadi di Kecamatan Jambi Selatan. Beberapa penelitian ISPA pada anak balita banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkugan rumah. Permasalahan penelitian ini adalah belum diketahui faktor-faktor lingkungan rumah mana saja yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan rumah dan karakteristik anak balita yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan.
Desain penelitian adalah Cross Sectional yang dilaksanakan dengan metode survei menggunakan kuesioner. Jumlah sampel yang diambil sebesar 358 rumah tangga yang ada anak balita, yang diambil secara random di wilayah Kecamatan Jambi Selatan, sebagai responden ibu rumah tangga. Analisa data dengan univariat, bivariat, dengan uji Chi Square, don analisa multivariat dengan uji regresi lagistik model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh gambaran 35,8% anak balita yang menderita ISPA, kondisi lingkungan rumah dari 10 variabel pada umumnya belum memenuhi syarat, dan karakteristik anak balita masih banyak yang belum mendapat imunisasi lengkap serta stains gizi kurang.
Dari 10 variabel yang diduga ada hubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita melalui uji Chi Square menunjukkan ada 8 variabel yang berhubungan yaitu konstruksi dinding OR = 2,2 ; jenis lantai OR = 3,1 ; ventilasi OR = 1,7 ; kelembaban OR = 14,4 ; lubang asap dapur OR = 2,7 ; kepadatan penghuni rumah OR = 3 ; kondisi dapur OR = 2,8 ; asap rokok OR = 3,9. variabel yang tidak berhubungan yaitu jenis bahan bakar masak dan obat anti nyamuk bakar.
Dan 10 variabel lingkungan rumah, setelah melalui uji multivariate ternyata yang mempunyai hubungan yang bermakna ada 4 variabel, yaitu kepadatan penghuni rumah, kondisi dapur, kelembaban dan asap rokok. Variabel yang paling dominan hubungannya dengan kejadian ISPA pada anak balita di Kecamatan Jambi Selatan adalah kelembaban, dengan persamaan regresi yaitu :
Logit Y = -7,837 + 2,187 kelembaban + 1,412 asap rokok + 0,878 kondisi dapur + 0,701 kepadatan penghuni rumah.
Variabel perancu tidak ada yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak balita
Kesimpulan bahwa kejadian ISPA pada anak balita ada hubungan dengan empat variabel tersebut dan perlu ada upaya perbaikan. Berkaitan dengan hasil penelitian disarankan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Jambi, Dinas Kesehatan Kota. Jambi, semua Puskesmas di wilayah Kecamatan Jambi Selatan untuk merencanakan, memprogramkan pelaksanaan penyuluhan tentang faktor-faktor lingkungan rumah berhubungan terhadap kejadian ISPA pada anak balita, serta memberdayakan kader dasawisma yang ada dan klinik sanitasi.
Daftar bacaan : 44 (1983 - 2001)

The Connection between the Factors of the House Environment with the Appearance of ISPA Disease on Children Under 5 Years Old in Kecamatan Jambi Selatan in 2002
ISPA or acute respiratory infection is an infection disease mostly occurs in the community specifically on children under 5 years old in Indonesia, and it appears in Kecamatan Jambi Selatan. Several researches of ISPA on children under 5 years old shows that it is caused by the houses environmental factors. The research problem is the unknown of houses environmental factors which connected to ISPA on children under 5 years old in Kecamatan Jambi Selatan.
The research was undertaken to know the figures of the house environmental factors and the characteristic of the children under 5 years old related to the occurrence ofISPA in Kecamatan Jambi Selatan.
The design used in this Cross Sectional which is undertaken by survey method, using questioner. The respondents are house-wives who have children under 5 years old The number of samples are 358 homes/houses, taken by random in Kecamatan Jambi Selatan. Data analyzed by univariate, bivariate with Chi Square test, and multivariate analysis with prediction mode of logistic regression test.
The result of research is picturing that 35,8% of children under 5 years are suffering ISPA, the houses environment condition of 10 variables are generally poor and the characteristics of the children under 5 years old have not got complete immunization and are in less nutrient status.
From 10 variables which are predicted connected with ISPA disease on the children under 5 years old, through the Chi Square test, show that 8 variables related are wall construction OR = 2,2; type of floor OR = 3,1; ventilation OR =1,7; humidity OR = 14,4; kitchen chimney OR = 2,7; human density of house OR = 3; kitchen condition OR = 2,8; cigarette smoke OR = 3,9. The other variable which no connection are kind of cooking fuel and solid mosquito repellent.
From the 10 variables of the houses environment, after passing the multivariate test shows that there are 4 variables which have very close connection. There are human density in house, kitchen condition, humidity and cigarette smoke. The most dominant variable on ISPA on the children under 5 years old in Kecamatan Jambi Selatan is the humidity, with regression similarity that is:
Logit Y = - 7,837 + 2,187 humidity + 1,412 cigarette smoke + 0,878 kitchen condition + 0,701 human density in house.
There is no confusing variable connecting with ISPA disease occurs on the children under 5 years old.
The conclusion of the appearance of ISPA on the children under 5 years old, there are 4 variables mentioned before, and improvement must be undertaken to overcome the 4 variables. Due to the result of the research, it is suggested to the Health Official Government of Jambi Province, Health Official of Jambi City, and all PUSKESMAS (Community Health Center) in Kecamatan Jambi Selatan, to provide a planning, and an implementation program of illumination information about house environmental factors which cause the occurance of LSPA to the children under 5 years old, and to push and using the existing Dasawisma and Sanitation Clinic cadres efficiently and effectively.
Literature : 44 (1983 - 2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 4616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Irianto
"Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang banyak menyerang masyarakat terutama anak-anak balita. Di Kota Cirebon penyakit ISPA selaiu menempati peringkat pertama dalam kejadian 10 penyakit terbesar, dan Kecamatan Lemahwungkuk merupakan kecamatan yang menempati peringkat pertama. Dari segi kesehatan lingkungan, Kecamatan Lemahwungkuk juga menempati peringkat pertarma dengan kondisi lingkungan rumah yang masih banyak tidak memenuhi syarat kesehatan. Dengan keadaan seperti ini, diduga ada hubungan antara kondisi lingungan rumah penduduk yang tidak memenuhi syarat dan karakteristik balita dengan kejadian penyakit ISPA pada balita.
Penelitian ini tentang hubungan faktor lingkungan rumah dan karakteristik balita yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional yang dilaksanakan dengan metode survei melalui wawancara dan pengukuran. Jumlah sampel sebanyak 224 sampel, sebagai unit analisis adalah balita umur 2 sld 59 bulan, sedangkan yang menjadi responder adalah ibu balita. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis. Analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat uji chi square dan uji t dan analisis multivariat regresi logistik ganda model prediksi.
Hasil penelitian diperoleh gambaran 54,9% balita menderita ISPA dan 45,1% balita tidak menderita ISPA. Hasil analisis bivariat didapatkan variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian ISPA pada balita adalah status imunisasi, Janis lantai, ventilasi ruang keluarga, kepadatan hunian rumah, merokok di dalam rumah, suhu kamar balita dan suhu ruang keluarga.
Model akhir setelah uji interaksi didapatkan variabel yang paling berpengaruh atau berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita adalah variabel merokok di dalam rumah dengan OR = 58,682, artinya balita yang tinggal di rumah dan di dalamnya ada anggota keluarga yang merokok mempunyai risiko rnendcrita penyakit 1SPA 58,7 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal dirumah tanpa ada yang merokok di dalamnya. Kemudian disusul kepadatan hunian rumah dengan OR = 25,59, artinya balita yang tinggal di rumah yang padat penghuninya mempunyai risiko menderita penyakit ISPA 25,6 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah yang tidak padat penghuninya. Sedangkan va.-label yang berinteraksi yaitu variabel merokok di dalam rumah dengan kepadatan hunian rumah.
Saran bagi masyarakat agar selalu berusaha memperhatikan lingkungan rumah sehingga memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan kepada Dinas Kesehatan Kota Cirebon, disarankan agar mengoptimalkan program penyuluhan tentang bahaya merokok dan rumah sehat, program peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan program perbaikan sarana sanitasi dasar perumahan.

Acute respiratory infection disease (ART) is the disease that attacks people, mainly children under the age of 5. In Cirebon ART disease is always on the first rank of the i d biggest diseases, and Lemahwungkuk is the first. From the environmental health side, Lemahwungkuk is also on the first rank for the environment of the house condition that does not fit to healthy requirements. Seeing that condition, assumed that there is connection between improper home environment and children under the age of 5 characteristic with the phenomena of ART disease on children under the age of 5.
This research about connection home environment factor and children under the age of 5 characteristic with the phenomena of ART disease on children under the age of 5. This research used cross sectional design implemented with survey method and measured. The sample amount 224, as the analyze unit is the children age 2 to 59 months, meanwhile the respondents are their mothers. Sampling was done systematically random sampling. The data analyzes that is used chi square test and l test bivariate analyzes and the prediction model double logistic regression multyvariate analyzes.
The result of this research described that 54,9 % of children under the age of 5 suffer from ART disease and 45,1 % of children under the age of 5 do not suffer from ARI disease. Bivariate analyzes result found some variables that clearly connected to ARI disease such as immunization status, the type of floor, the family room ventilation, the at home population, the at home smoking, the temperature of children's room and the temperature of family room.
The final model after interaction test got significant variable or related to ARI disease on children under the age of 5 is the at home smoking variable with OR 58,682. It means the children who live at home with the smoking family member tend to suffer ARl disease 58,7 times, compared to the children who live at home with no smoker in it. Then it is followed the at home population with OR = 25,59, it means that the children under the age of 5 who live at high population home tend to suffer ART disease 25,6 times, compared the children that live at low population home. We got variables interaction are the at home smoking interacted with the at home population.
The recommended for community is asked to pay attention on their house so that fulfill the health requirement. Whereas to the Cirebon City Health Department is suggested to optimize promotion program of the hazar smoke and healthy house extension, the healthy behavior improvement program and the house basic sanitary recovery program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munziah
"Prevalensi ISPA pada balita di Indonesia masih tinggi yaitu 36%, sedangkan data SKRT tahun 1995 menemukan proporsi-kematian balita (1-4 tahun) akibat ISPA adalah sebesar 18,2%. Penelitian dilakukan di 3 desa Kecamatan lnderalaya Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Sclatan tahun 2002, dengan alasan masih tingginya kasus 1SPA pada bayi dan balita dimana prevalensi ISPA 32,4% ( Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2001)
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi partikulat melayang (PM10) rumah dengan kejadian gangguan saluran pemapasan pada bayi dan balita. Subyek penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita (0 bulan-59 bulan). Dengan desain penelitian survei menggunakan rancangan cross secsional dengan jumlah sampel sebanyak 100 keluarga yang memiliki bayi dan balita secara random sampling yang tersebar di 3 desa. Dari 15 variabel yang diajukan, ternyata hanya 7 variabel yang terbukti berhubungan secara bermakna dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada bayi dan balita. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada bayi dan balita adalah ventilasi rumah .
Hasil analisis model akhir menunjukan bahwa faktor yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian gangguan saluran pernapasan pada bayi dan balita adalah jenis dinding, ventilasi, adanya perokok dan pemakaian obat nyamuk bakar.
Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir disarankan perlu adanya penyuluhan yang lebih menekankan pada aspek kesehatan lingkungan rumah terdiri dari ventilasi rumah dan kebiasaan merokok. Disarankan kepada penduduk desa terutama di Kecamatan lnderalaya agar membuka jendela pada pagi hari dan kebiasaan merokok jangan didekat bayi dan balita.

The Relationship of Fly Particulate Concentration (PM10) Houses with the Incident of Respiratory Tract Problem (Study on Infant and Baby at Inderalaya Sub-District, Ogan Komering Ilir District, South Sumatra, 2002)
The prevalence of Acute Respiratory Infections (ARI) on under-five in Indonesia is still high that as 36%, while the Household Health Survey data in 1995 showed that the proportion of under-five death (1-4 year(s) caused by ARI was 18.2%. This study was conducted at three villages of Inderalaya Sub-District, Ogan Kemering Iiir District, South Sumatra, 2002. The reason, it is still high the cases of ARI on infant and baby, where the prevalence of ARI as 32.4% (Profile of Local Health Service, Ogan Komering Ilir District, 2001).
In general, the objective of this study was to determine the relationship of fly particulate concentration (PM 10) houses and the indication of respiratory tract problem on infant and baby. The subject was mothers that having infant and baby (0 month - 59 months). Study design used cross-sectional, with the sample 100 families who's having infant and baby randomly sampling that spread out at three villages. Out of 15 variables that submitted, the fact only 7 variables that proved significantly relationship with incident of respiratory tract problem on infant and baby. The factor that the most dominant related to incident of respiratory tract problem on infant and baby was house ventilation.
The result of analyses on final model showed that the factor that all together related to incident of respiratory tract problem on infant and baby were type of wall, ventilation, there was smoker and using baked mosquito drug.
The head of Local Health Service of Ogan Komering Ilir District is suggested it needs an education that addresses on house environmental health aspect that consist of house ventilation and habit of smoking. It is recommended to people at the villages, especially Inderalaya Sub-District to open the windows in the mornings and the habit not smoking closed to infant and baby.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>