Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170035 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noerdin Soeryagama
"Sektor industri jasa, khususnya jasa pelayanan teknis, akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan industri, perkembangan teknologi Industri, dan mulai terbukanya era globalisasi. Sumber institusi penyedia jasa juga akan semakin beragam, tidak hanya dari pemerintah yang bertindak selaku agent of development, tetapi juga akan diikuti dari kalangan perguruan tinggi, dan kalangan swasta lainnya.
Balai Besar Litbang Industri Bahan dan Barang Tehnik (B4T) sebagai salah satu institusi litbang di lingkungan BPPIP, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, telah melakukan kegiatan Jasa Pelayanan Teknis-JPT yang diberikan kepada masyarakat industri. Masalah utama yang dihadapi B4T dalam kegiatan JPT adalah masih lemahnya kemampuan dalam bidang pemasaran dan kinerja organisasi untuk memuaskan pelanggan. Berkaitan dengan akan makin berkembangnya sektor industri jasa dan pasar persaingan yang meningkat, maka B4T harus memiliki strategi pemasaran yang tepat, agar B4T tetap mempunyai daya saing bahkan unggul di masa mendatang. Oleh karena itu, penulisan ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemasaran bagi B4T berdasarkan kondisi internal dan eksternal, maupun posisi B4T dalam pasar yang kompetitif.
Untuk mengetahui lingkungan B4T dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder, yang selanjutnya dianalisis melalui SWOT dan AHP. Hasil dari analisis ini diketahui posisi B4T terletak pada Kwadran I, yang mendukung strategi agresif, dan dengan analisis GE matrix diperoleh bahwa B4T berada pada area selective growth, yang menurut A.T. Kearney, B4T harus melakukan evaluasi terhadap potensi kepemimpinannya di pasar melalui segmentasi, mengidentifikasi kelemahannya, dan membangun kekuatannya. Dari analisis strategi generik, B4T dapat menerapkan keunggulan biaya menyeluruh, dan dari strategi bauran pemasaran, B4T lebih sesuai menerapkan strategi harga karena B4T memiliki keunggulan dalam menetapkan tarif jasa yang murah dibandingkan dengan pesaingnya. Namun, dalam kegiatan JPT ini, B4T sebagai institusi pemerintah disarankan untuk lebih menggalakkan upaya pemasaran interaktif, agar tidak kalah bersaing di pasar.

Marketing Strategy of Technical Service (Case Study on the Institute for Research and Development of Material and Technical Product Industry-B4T, Bandung)
Industrial services sector, especially technical services, will be increasing in line with developing of industries, industrial technologies, and globalization era. The provider of such services will vary also, not only from the government institutes that act as agent of development, but also from universities and other private sectors.
The Institute for Research and Development of Material and Technical Product Industry (B4T) as one of the institutes in the Agency for Industrial and Trade Research and Development, Ministry of Industry and Trade has undertaken technical services (JPT-Jasa Pelayanan Teknis) provided for industrial societies. The major constraint faced by B4T is the lack of capability in marketing and organization performance to satisfy the customers. In relation with increasing of industrial services and high competitive market, B4T should have marketing strategies in order to have competitiveness in the market and become a leader in the future. Therefore, the thesis is aimed to formulate the marketing strategies based on B4T's internal and external environment as well as its position in the competitive market.
To understand B4T's atmosphere, the author collected data both secondary and primary, then analyzed using Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) and Analytical Hierarchy Process (AHP). The result of such analysis represent that B4T's position is on Quadroon I, in which the strategy that should be practiced is an aggressive growth (growth oriented strategy). By using General Electric (GE) matrix can be explained that B4T is located on selective growth area, in which according to A.T. Kearney, B4T has to evaluate its potential for leadership via segmentation, identify the weaknesses, and build strengths. Through generic strategy, B4T could implement the total cost advantage in order to create safe position in the long run and achieve superior within industry. Marketing mix strategy suggests that B4T will have better strategy to implement price strategy since B4T has advantage in determining the lowest tariff compared to its competitors. However, in its activities, B4T is urged to activate interactive marketing in order to be competitive in the market.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T8028
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyarto
"Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industn (BPPI), Departemen Perindustrian, yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian, pengembangan, standardisasi, pengujian, sertilikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri kimia dan kemasan sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, Departemen Perindustrian. Sebagai saiah satu institusi dalam lingkup BPPI, Departemen Perindustrian, BBKK diharapkan mendukung pengembangan industri kimia dan kemasan di Indonesia dengan Salah satunya menyediakan pelayanan jasa teknis (PJT) di bidang pengujian, kalibrasi, standardisasi, sertifikasi, konsultansi, dan peiatjhan secara profesional.
Dukungan BBKK terhadap pengernbangan industri kimia dan kemasan dikatakan berhasil apabila produk PJT BBKK banyak dimanfaatkan oieh magfarakat industri. Itu artinya BBKK harus secara intensif memasarkan produk PJT-nya kepada konsumen/pelanggan. Sementara, pada saat ini populasi pasar BBKK terdapat Iebih dari 6.500 industri kimia (kimia hulu, kimia hilir, kimia agro, kimia hasil pertanian dan perkebunan, kimia hasil hutan dan selulosa). Dari 6.500 industri tersebut meliputi 20% industri besar (PMA/PMDN katagori A), 20-40% industri menengah (PMDN kategori B) dan selebihnya sekitar 50% adalah industri-industri kecil (IK). Sedangkan potensi dan fokus pasar BBKK pada 20-25% adalah industri menengah ke atas, yang rata-rata berpotensi mengalokasikan pembelanjaan atas Iayanan jasa BBKK (pengujian, training, kalibrasi, sertirikasi, dll) berkisar antara Rp. 35 juta - 55 juta per tahun. Dari potensi pasar produk PJT BBKK yang sedemikian besar, masih terbuka Iuas untuk meningkatkan pangsa pasar dan yang dimiliki saat ini.
Di pihak Iain, produk PJT BBKK bukan merupakan satu-satunya produk PJT industri kimia dan kemasan di Indonesia. Masih banyak produk sejenis dari Iembaga litbang kimia dan kemasan baik dari lembaga Iitbang Perguruan Tinggi, Swasta maupun Pemerintah yang memperebutkan pangsa pasar PJT kimia dan kemasan. Sementara, keberadaan maupun kemampuan PJT BBKK seiama ini belum banyak dikenal oleh industri di bidang kimia dan kemasan sebagai konsumen utzmanya. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam pasar PJTI, BBKK memerlukan strategi pemasaran yang tepat, yang sesuai dengan kriteria teknik, ekonomi, tinansial dan manajerial, yang berfokus kepada pelanggan. Pokok permasalahan penelitian ini adaiah terfokus pada kemampuan daya saing yang dimiliki BBKK atau posisi bersaingnya dengan kemungkinan strategi yang dapat diterapkan daiam menghadapi pensaingan pasar yang semakin tajam.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui kondisi lingkungan internal dan ekstemal yang mempengaruhi pemasaran produk PJT BBKK, dan untuk mengetahui strategi pemasaran yang tepat bagi BBKK yang dapat digunakan dalam memasarkan produk PJT.
Penelitian dimulai dengan menganalisis kondisi Iingkungan internal dan eksternal bisnis PJT BBKK. Diteruskan dengan mengetahui seberapa jauh kekuatan bisnis (Iingkungan intemal) melalui elemen: sumberdaya (manusia, organisasi, keuangan, peralatan, dan reputasi); kemampuan (produksi, pemasaran, distribusi, dan purna pelayanan); dan kompetensi inti (teknoiogi kimia, teknologi kemasan, pengendalian pencemaran, dan kalibrasi). Begitu juga mengetahui daya tarik industri (lingkungan eksternal) melalui elemen demografi), teknologi, kekuatan pembeli, intensitas persaingan, dan kebijakan pemerintah.
Kondisi lingkungan tersebut diukur berdasarkan pendapat responden ahli tentang tingkat kepentingan dengan memberikan skala perbandingan tingkat kepentingan, dan memberikan penilaian berdasarkan peringkat kondisifkinerja dari setiap elemen yang diteliti. Masing-masing lingkungan diukur Analtycal Hierarchy Process (AHF). Sedangkan untuk menentukan posisi bersaing produk PHT BBKK digunakan matriks general electric (GE). Bobot nilai PJT BBKK terietak pada posisi area selective growth yang berarti apabila BBKK akan menumbuhkembangkan usahanya, disarankan untuk membuat keputusan invesbasi yang selektif untuk rnembangun tantangan bagi kepemimpinan melalui segmentasi, secara selektif membangun kekuatan bisnisnya Iebih lanjut, dan memperkuat kembali daerah-daerah basis pasar potensial yang mudah dimasuki.
Sehubungan dengan posisi bersaing produk PIT BBKK berada pada area Sebcdve Growth, maka strategi bersaing generik BBKK sebagai Unit Peiaksana Teknis Departemen Perindustrian yang berorientasi bisnis, penelitian ini merekomendasikan agar BBKK lebih tepat menggunakan strategi focus. Strategi ini memusatkan pada segmen paliogi kemasan.
Akhir dan penelitian ini penulis memberikan usulan strategi pemasaran produk pelayanan jasa teknis (PJT) BBKK melalui bauran pemasaran jasa yaitu 7P: produk (product), harga (price), tempat (place), promosi (promotrbn), orang (people), bukti tisik (physical evidence), dan prose: (process), yang merupakan penjabaran strategi yang lebih detail dari strategi alternatifyang teiah ditetapkan.

Chemical and Packaging R&D Institute (CPRDI) is one of Technical Managing Unit under the Agency for Industrial Research and Development (AIRD), Ministry of Industry (Mol), with is functions are R Bi D, standardization, testing, certification, calibration and developing the competency of chemical and packaging industry, according to industrial policy determined by AIRD, Mol. CPRD1 is expected to support industries with one of its tasks as a provider of technical services in the area of testing, calibration, slandardization, certification, consultancy, and training activities.
The Contribution of Chemical and Packaging R8rD Insljtute to the development of chemical and packaging industry will succeed if a lot of products of Technical Service (TS) is ulilize by industrial society. It means that CPRDI has to intensively market the product TS to consumer. While, to day there are more than 6.500 chemical industries as a potential market of CPRDI. 20% of it is the large industry, 20-40% as a medium scale industry and the rat is small scale industry. Furthemiore, the main market of CPRDI is 20-25% as a medium scale industry and large industry, meaning that revenua come in to CPRDI (testing, training, calibration, certification etc.) about Rp. 35 million - 55 million per year. The opportunity is still available for CPRDI in the future.
On the other side, product of TS CPRDI is not the only one chemical and packaging industrial product in Indonesia. There are a lot of chemical and packaging industrial product produced by chemical and packaging institutes, such as R&D University, Private sector and also Government. whereas, the existence and ability of TS CPRDI as not been yet recognized by consumer as a core of chemical and packaging industry. To be the winner in TS market competition, CPRDI needs the appropriate marketing strategy, matching with technique criterion, economic, financial and managerial, focusing to customer. The problems of research is focused on competitiveness of CPRDI in its position competition, with the most strategic program can be applied to higher competition.
This purpose of this research is: to learn the internal and external environmental condition influencing product marketing of TS CPRDI, and to know the most strategic marketing which can be used to market TS product.
The beginning of the research is to analyze internal and external environmental condition of TS CPRDI business. Continued to know how far business strength ( internal environmental) through these elements: resources (human, organizational, finance, equipments, and reputation); ability ( produce, marketing, distribution, and post service); and core competences (chemistry technology, packaging technology, pollution control, and calibration). Also to know the industrial attractiveness (external environmental) through demography element, technology, buyer strength, emulation intensity, and governmental policy.
The environmental condition itself is measured base on opinion of expert respondents about there important level by giving comparuzon scale and the assessment of scale condition/performance from each accurate element investigated. Each environment is measured by weighting eadi element by utilizing the Analytical Hierarchy Process ( AHP) method. While, in determining the competition level TS product CPRDI is used general electric (GE) matrix. The weight value is at the area poswon of selective growth, meaning that if CPRDI develop its business it is suggested to make decision of selective investment to build the challengies for leadership through segmentation, selectively develop its business strength furthermore, and strengthen to return the easy potential market bass area entered.
Referring to competitive position of TS CPRDI products that is in the area of Se!edive Growth, therefore the generic competition strategy for CPRDI as Technical Managing Unit of Ministry of Industry which is business orienbng, by this research is recommending CPRDI to be more precisely using the focus market strategy. This strategy concentrate on the certain market segmentation, and technical services product that representing the core competition of CPRDI, as its advance in the level of packaging technology area.
Finally, from this research, the writer is giving the proposal about product marketing strategy for CPRDI technical sen/ice activitia by marketing mix which are 7 P?s : Product, Price, Place, Promotion, People, Physical evidence, and Process, which are representing more detailed strategy formulations comparing from alternative strategies that have been applied before.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Yetty
"Di era globalisasi akan semakin banyak usaha pelayanan jasa teknis yang terlibat, baik dari institusi perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam Pelayanan Jasa Teknis (PJT) tentunya diperlukan strategi yang tepat dan sesuai dengan kriteria-kriteria teknik, ekonomi dan finansial, manajerial dan secara kualitas harus dapat memenuhi kepuasan pelanggan tersebut.
Balai Besar Industri Agro telah berusaha memberikan PJT yang berkualitas dan memuaskan pelanggannya. Penelitian ini bertujuan untuk; mengetahui persepsi pelanggan terhadap kualitas PJT BBIA, mengetahui persepsi karyawan BBIA sehubungan dengan PJT yang diberikan, mengukur kepuasan pelanggan PJT BBIA, dan menentukan strategi peningkatan PJT yang cocok untuk memenuhi kepuasan pelanggannya. Kualitas pelayanan dianalisa dengan metoda Servqual dan analisis strategi dengan menggunakan matrik kepuasan pelanggan.
Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan diketahui bahwa dengan metoda Servqual, menurut persepsi pelanggan kinerja PJT BBIA masih belum memenuhi harapan pelanggan, tetapi kualitas PJT BBIA sudah dikategorikan cukup bagus. Sedangkan kualitas PJT menurut karyawan dikategorikan bagus. Terlihat adanya perbedaan persepsi pelanggan dengan persepsi karyawan tentang kualitas PJT BBIA yaitu karyawan menilai kualitas PJT Iebih tinggi dari penilaian pelanggan. Hal ini berarti karyawan kurang tepat memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dengan matriks kepuasan pelanggan diketahui bahwa semua dimensi PJT berada pada kuadran B yang berarti kinerja PJT BBIA sudah memenuhi kepuasan pelanggannya. Begitu juga halnya dengan semua variabelnya juga telah memuaskan pelanggannya. Oleh karena itu PJT BBIA tidak memerlukan strategi peningkatan kualitas.
Strategi yang cocok untuk PJT BBIA adalah strategi untuk mempertahankan kualitas supaya terus dapat memuaskan pelanggan PJT BBIA Bogor. Pada akhir tulisan disarankan beberapa upaya yang sebaiknya dilakukan sehubungan dengan strategi untuk mempertahankan kualitas PJT BBIA Bogor tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12512
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting Suka, Made
"Dalam menghadapi era globalisasi, peran lembaga riset seperti Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) sebagai salah satu institusi yang juga bergerak dalam bidang pelayanan jasa teknis (PTT) akan menjadi semakin penting, disebabkan berbagai produk yang dihasilkan oleh industri dituntut untuk dapat memenuhi berbagai persyaratan baik itu secara nasional maupun internasional. Tuntutan itu bukan saja berasal dari suatu negara, tetapi disebabkan oleh semakin tingginya kesadaran dari masyarakat dan tersedianya berbagai pilihan dari suatu produk, sehingga masyarakat dapat menentukan pilihan yang baik dan juga ekonomis. Dalam menghadapi era globalisasi ini, maka Balai Besar Kimia dan Kemasan dituntut dapat terus meningkatkan kemampuan pelayanan jasa teknisnya melalui proses pembelajaran, agar dapat mengantisipasi tuntutan dari industri-industri sebagai pengguna pelayanan jasa teknis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan persepsi pelanggan terhadap kemampuan pelayanan jasa teknis (PJT) Balai Besar Kimia dan Kemasan, menggambarkan harapan pelanggan terhadap kemampuan pelayanan jasa teknis (PJT} yang diberikan Balai Besar Kimia dan Kemasan, mengetahui persepsi karyawan terhadap proses pembelajaran yang selama ini dilakukan untuk menjamin kepuasan pelanggan, serta menjelaskan pembelajaran yang sesuai dalam menentukan strategi peningkatan kemampuan pelayanan jasa teknis untuk menjamin kepuasan pelanggan di Balai Besar Kimia dan Kemasan. Kemampuan pelayanan jasa teknis (PJT) Balai Besar Kimia dan Kemasan diukur dengan menggunakan perspektif pelanggan berdasarkan persepsi dan harapan pelanggan dengan melihat tingkat aspek kepuasan pelanggan, yaitu: tangiblity, reliability, responsiveness, assurance, don empathy. Data diolah dengan menggunakan analisa deskriptif, dengan menggunakan skala Likert. Sedangkan untuk proses pembelajaran di BBKK, adalah dengan melihat style (model) dan faktor pendorong yang memudahkan atau mempersulit terjadinya proses pembelajaran, dengan menggunakan analisa faktor dan bantuan software SPSS versi 12. Dari hasil analisa terhadap strategi peningkatan kemampuan pelayanan jasa teknis untuk menjamin kepuasan pelanggan melalui proses pembelajaran di BBKK, yang diukur dengan menggunakan persepsi dan harapan pelanggan diperoleh persepsi terendah yang terdapat pada BBKK sangat tanggap dan mampu memberikan pelayanan yang Saudara butuhkan (terdapat pada dimensi responsiveness), sedangkan harapan pelanggan yang tertinggi adalah penjelasan dari karyawan BBKK tentang informasi pelayanan jasa teknis apa saja yang bisa dilayani dan besarnya biaya layanan yang dikenakan (terdapat pada dimensi emphaty). Untuk lima (5) dimensi aspek kepuasan pelanggan maka , skor persepsi rata-rata tertinggi adalah terletak pada dimensi tangibility. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya style pembelajaran di BBKK menurut persepsi karyawan BBKK yaitu faktor Knowledge Acquisition merupakan faktor yang memberikan pengaruh tertinggi, kemudian diikuti oleh faktor Knowledge Sharing, dan yang terendah adalah Knowledge Utilization. Sedangkan faktor pendorong yang dapat memudahkan terjadinya pembelajaran di BBKK, dipengaruhi oleh System Perspective, Continuous Education, Scanning Imperative, Involved Leadership. Proses pembelajaran yang digunakan sebagai strategi peningkatan kemampuan pelayanan jasa teknis untuk menjamin kepuasan pelanggan dalam mengatasi kesenjangan yang terjadi antara persepsi dan harapan dan para pelanggan di BBKK adalah dengan jalan terus mengembangkan model pembelajaran yang terdapat pada faktor Knowledge Acquisition, jugs dengan lebih memfokuskan dan mengembangkan model pembelajaran yang ada pada faktor Knowledge Utilization dengan memperhatikan indikator value-chain focus dan skill development yaitu dengan menjaga keseimbangan terhadap penggunaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan aktifitas pelayanan maupun penjualan (value-chain focus) begitu juga terhadap pengembangan keterampilan individu maupun keterampilan kelompok (skill development) dan juga terhadap faktor Knowledge Sharing. Sementara untuk empat faktor pendorong seperti system perspective, continous education, scanning imperative, dan involved leadership agar terus dipertahankan dan dikembangkan. Namun faktor pendorong seperti performance gap dan concern for measurement perlu untuk ditingkatkan, agar kemajuan organisasi selalu dapat dipantau.

In facing the globalization era the roles of research center like the center of chemical and packaging (or known as BBKK) as one of the institutions that also played in technical service provision. BBKK would become increasingly important due to various products produced by the industry demanded to be able to meet various requirements either at national and international level. The demands did not only come from a country, but also caused by the increase in society awareness and the availability of various alternatives of certain products. Therefore the society was able to make wise choices and also economical. In facing the globalization, BBKK was continuously demanded to improve the technical services through the Learning process in order to be able to anticipate the demands of the industries as the users of the technical services provision. The purpose of the research was to elaborate the customer perception towards the ability of the technical service provision (1) BBKK portrayed the customers expectations towards the ability of technical service provision that were provided by BBKK, (2) knowing the staff perceptions towards the Learning process that had been done all this time to ensure the customers satisfaction, (3) elaborating appropriate teaming in determining the improvement strategy of the technical service provision capacity to ensure the customer satisfaction in BBKK. The capacity of technical service provision, BBKK was measured using the customers' perspectives based on the customer perceptions and expectations through looking at the following customers satisfaction: tangibility, reliability, and responsiveness, assurance, and empathy. Data were processed using descriptive analysis with Likerts scales. As for the learning process in BBKK it was done by looking at the styles or model and supporting factors that simplified or complicated the occurrence of learning process using factor analysis and SPSS version 12 software. From the results of the analysis towards the strategy of capacity improvement of providing technical services to ensure the customers satisfaction through learning process in BBKK, that was measured with the customers perceptions and expectations, obtained the lowest perceptions in BBKK i.e., very responsive and was able to provide services needed (in the responsiveness dimension), as for the highest customers expectation was the elaboration from the staff of BBKK on the information of technical service provision such as what services were provided and how much money should they pay for such service (in the empathy dimension). For five dimensions of customers? satisfaction aspects an average high score of perception was laid on the tangibility dimension. As for the factors influencing the form of the styles of learning in BBKK according to the staff perceptions i.e., knowledge acquisition factor had the highest influence, then it was followed by knowledge sharing factor, and the lowest one was knowledge utilization. As for the supporting factors that could simplify the occurrence of learning in BBKK were influenced by the perception system, continuous education, scanning imperative, involved leadership. The learning process used as the improvement strategy of technical service provision to ensure the customer satisfaction in handling the gap between the customers perceptions and expectations in BBKK, it was done by continuously developing learning models that were existed in the knowledge acquisition factor, and also by more focused and developing learning model that existed in the knowledge utilization factor by considering the value-chains indicators and skills development, i.e., by maintaining the balance towards the use and the exploitation of knowledge that was related with the services activities as well as the sale (value-chain focus) that also applied towards the development of individual or group skills (skills development) and also towards knowledge sharing factor. As for the 4 supporting factors such as perspective system, continuous education, scanning imperative and involved leadership needed to be maintained and developed. However, the supporting factors such as performance gap and concern for measurement needed to be improved so that the organizational progress could always be monitored."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S9154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djuaras A. Amaludin
"ABSTRAK
Rumah Sakit Haji Jakarta merupakan badan usaha milik pemerintah DKI yang memiliki potensi untuk berkembang dalam industri jasa Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Tesis ini bertujuan mengkaji daya saing Rumah Sakit Haji Jakarta untuk dapat bersaing dalam bisnis jasa pelayanan kesehatan.
Masalah utama yang dihadapi oleh Rumah Sakit Haji Jakarta adalah belum optimalnya perolehan pangsa pasar yang sebanding dengan kapasitas yang tersedia. Hal ini disebabkan oleh antara lain banyaknya jasa pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Jakarta khususnya di Jakarta Timur, serta adanya kesan bagi masyarakat luas bahwa Rumah Sakit Haji Jakarta hanya di khususkan untuk para calon jemaah haji.
Penelitian ini dimulai dengan menganalisis lingkungan internal RSHJ dan lingkungan eksternal industri jasa pelayanan kesehatan yang datanya diperoleh melalui Studi Pustaka dan Studi Lapangan. Selanjutnya metoda Proses Hirarki Analitik (PHA) digunakan sebagai alat untuk membobot derajat kepentingan faktor-faktornya, sedang untuk menentukan posisi bersaing RSHJ digunakan matrik General Electric (GE).
Dari hasil uji PHA dan matrik GE diperoleh posisi RSHJ pada kwadran V pada matrik GE. Hal ini berarti bahwa RSHJ berada dalam area usaha "Hold and Maintain " yang artinya; RSHJ harus berupaya keras agar kinerja usahanya dapat meningkat. Selanjutnya berdasarkan posisi bersaing tersebut penulis merekomendasikan alternatif strategi untuk pengembangannya dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta tujuan Rumah Sakit Haji Jakarta, maka ditetapkan Strategi Pengembangan Pasar dengan dukungan salah satu strategi generik Michael Porter yaitu Keunggulan Biaya Menyeluruh.
Pada akhir penulisan diberikan usulan strategi pemasaran jasa pelayanan kesehatan melalui bauran pemasaran jasa yaitu 7 P, yang merupakan penjabaran strategi yang lebih detail dari strategi alternatif yang telah ditetapkan"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Srie Sulistyowati
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indrawan Djauhari
"ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi pada dekade 80an hingga
pertengahan 90an membawa sejumlah dampak positip seperti tingkat pertumbuhan
ekspor dan meningkatnya jurnlah investasi asing di Indonesia. Kondisi ini melahirkan
kebutuhan terhadap suatu layanan pengantaran dokumen dan barang ke berbagai
tempat di dunia; terutama dari kalangan eksportir dan perusahaan multinasional yang
beroperasi di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan ini hadirlah sejumlah
perusahaan yang dikenal sebagai penyedia jasa kurir internasional.
Membesarnya pasar potensial membuat semakin banyak pihak yang tertarik
untuk terjun ke industri jasa kurir internasional. Kondisi ini tidak terlepas dari
anggapan sebagian orang bahwa dengan modal yang relatif kecil maka seseorang
sudah dapat memulai suatu usaha jasa kurir yang melayani wilayah tertentu.
Kemudian apabila hendak melakukan pengiriman internasional, maka mereka cukup
bekerjasama dengan sejumlah perusahaan kargo; baik di dalam maupun di luar negeri.
karena itu menjamurlah perusahaan jasa kurir di Indonesia; Asperindo mencatat ada
lebih dari 700 buah perusahaan yang terdaftar, dengan layanan yang bervariasi mulai
dan dalam kota hingga internasional.
Beberapa perusahaan jasa kurir asing yang sudah bertahun-tahun
berkecimpung di bidang ini ternyata juga tertarik dengan pasar Indonesia. Apabila
pada pertengahan tabun 70an hanya ada DHL, maka pada dekade 80an muncul nama
nama seperti TNT, Federal Express (FedEx), United Parcel Service (UPS), dan
Airborne Express. Berbeda dengan perusahaan jasa kurir lokal, para pemain asing ini
datang dengan sumberdaya dan kapabilitas yang sangat besar. Mulai dari segi armada
untuk kegiatan operasional, fasilitas pendukung di berbagai negara, teknologí
informasi yang canggih, hingga sumberdaya keuangan. Karena itu tidaklah
mengherankan apabila persaingan diantara mereka berlangsung sangat ketat; terlebih
mengingat kemampuan yang dimiliki nyaris setara.
Sehubungan dengan kondisi persaingan yang terjadi, maka penelitian
dilakukan terhadap PT flirotika Semesta selaku pemegarig lisensi DHL di Indonesia.
Tujuannya agar dapat mengetahul dan menganalisa Iangkah-Iangkah yang telah
dilakukan untuk mempertahankan pangsa pasarnya saat ini. Diharapkan hasil analisa
dapat menjadi bahan untuk memberi masukan berharga dalam penyusunan strategi
pemasaran DHL di Indonesia.
Metode penelitian dilakukan secara Exploratory yaitu penelitan tidak
terstruktur, informal, dan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai sifat
umum dari suatu masalah. Data yang dikumpulkan berupa data-data sekunder; baik
yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan, serta wawancara dengan sejumlah
orang yang dlanggap mengetahui tentang masalah ini.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pasar jasa kurir di masa mendatang
dapat terus berkembanig. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekspor, nilai
investasi asing, serta munculnya transaksi perdagangan elektronlk melalui Internet.
Daya tarik industri ini didukung pula oleh analisa ¡ndustni dengan Porter ?s
competitive forces yang menunjukkan tingginya potensi keuntungan pada industri jasa
kurir intemasional; karena kekuatan yang tinggi hanyalah persaingan antar pemain
yang ada.
Segmentasi bagi produk DHL dibedakan antara untuk pasar konsumsi dan
pasar industri. Pada pasar konsumsi digunakan segmentasi demografis dan
berdasarkan rnanfaat yang diberikan. Sedangkan untuk pasar industri dilakukan
dengan segmentasi makro dan mikro. Kendala terbesar yang dihadapi dalam
penelitian ini ialah sulitnya memperoleh data untuk melakukan segmentasi di pasar
industri, karena data yang ada sangat terbatas atau sulit diperoleh. Pemilihan pasar
sasaran (targeting); baik di pasar konsumsi maupun industri, didasarkan pada
kemampuan daya beli dan kebutuhannya. Pertimbangan ini penting mengingat bahwa
positioning yang ditawarkan perusahaan ialah secara fungsional, jadi menawarkan
kecepatan, keamanan, dan ketepatan waktu.
Temuan menunjukkan bahwa persaingan antar pemain teradi pada tingkat
augmented product berupa manfaat atan fitur tambahan bagi pelanggan. Misalnya
berbagai kemudahan dalam proses pengiriman dan pelacakan lewat Internet. Faktor
harga tampaknya bukan merupakan faktor penentu persaingan. Dari segi distribusi
menunjukkan perlunya dibuat outlet ban di sejumlah daerah potensial. Sedangkan
dari segi promosi tampaknya ada masaiah berupa rendahnya awareness di pasar
konsumsi. Kondisi ini mengharuskan DHL untuk melakukan berbagai upaya promosi
secara lebih efektif dan efisien.
Kelemahan utama dari penelitian ini ialah tidak diperolehnya persepsi
konsumen mengenai kualitas jasa atan pelayanan yang diberikan DHL Indonesia.
selain itu data-data dan perusahaan pesaing juga sangat terbatas. Kedua hal ini masih
diperparah lagi oleh kenyataan bahwa banyak pelanggan perusahaan yang meminta
petayanan khusus. Akibatnya informasi menjadi sangat tidak lengkap, sehingga tidak
dapat dibuat suatu peta persepsi pelanggan (perceptual map) mengenai posisi
persaingan perusahaan jasa kurir intemasional ataupun suatu tabel perbandingan antar
perusahaan yang bermakna.
"
2001
T1561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>