Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78778 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Sontang
"Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. GGT (Gagal Ginjal Terminal) merupakan bentuk lanjut dari GGK GGT ditetapkan berdasarkan bersihan kreatinin dibawah 5 mL/menit. Salah satu gejala pada GGT adalah terjadinya osteodistrofi renal yang dihubungkan dengan masalah penurunan kadar Ca dan peningkatan kadar fosfat darah. Sehubungan dengan hal ini GGK pada umumnya diberikan terapi kalsitriol, diet rendah fosfat dan pengikat fosfat. GGT memerlukan terapi pengganti, seperti dialisis.
Pengaturan homeostasis Ca dan fosfat darah dilakukan oleh hormon kalsitriol dan hormon paratiroid. Pada pasien GGK homeostasis tersebut terganggu oleh karena berkurangnya sintesis kalsitriol dan timbulnya retensi fosfat. Penurunan kadar kalsitriol menyebabkan penurunan absorbsi Ca dari usus. Retensi fosfat menimbulkan peningkatan kadar fosfat yang akan mengikat Ca. Kedua hal diatas menyebabkan terjadinya penurunan kadar Ca darah. Pada penderita GGT kerusakan masa gnjal menyebabkan penurunan kadar kalsitriol sehingga tetjadi gangguan homeostasis Ca darah terutama kadar ion Ca. Hal iru menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hormon paratiroid. Pada penelitian ini akan dibuktikan bahwa pemberian kalsitriol secara oral dapat menurunkan kadar hormon paratiroid (PTH) dan menormalkan kadar ion Ca darah.
Dilakukan studi experimental pada pasien GGT yang mengikuti dialisis. Pasien yang diteliti adalah pasien yang tidal( mendapat pengobatan kalsitriol, tapi mengikuti diit rendah fosfat. Pasien GGT dengan hiperparatiroid sekunder diberikan kalsitriol 0,25 ug oral, tiap hari selama 2 minggu. Pada akhir pemberian kalsitriol diperiksa ulang kadar PTH, Ca, fosfat dan alkali fosfatase.
Hasil dan Kesimpulan: Setelah perlakuan terdapat penurunan kadar PTH secara bermakna p<0,015 dari 397 menjadi 149 pg/mL. Peningkatan kadar ion Ca secara bermakna p<0,020, dari 1,08 menjadi 1,16 mMoVL yang dihitung berdasarkan rumus. Penurunan fosfat bermakna dengan p<0,024, dari 4,18 mg/di, menjadi 3,65 mgldL serta penurunan alkali fosfatase bermakna dengan p<0,002, dari 250 menjadi 173 UIL."
Lengkap +
2001
T8250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soetardhio
"ABSTRAK
Perdarahan merupakan salah satu penyulit dan penyebab kematian yang sering dijumpai pada penderita gagal ginjal akut maupun kronik. Angka kematian yang disebabkan karena perdarahan pada penderita gagal ginjal sekitar 10 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis gangguan hemostasis pada penderita gagal ginjal terminal sehingga usaha untuk mengatasinya lebih terarah. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh hemodialisis terhadap gangguan hemostasis tersebut.
Penelitian dilakukan terhadap 30 penderita gagal ginjal terminal yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam Subdivisi Ginjal dan Hipertensi FKUI-RSCM Jakarta, yang terdiri dari 21 pria dan 9 wanita, berusia antara 33 sampai 62 tahun. Kelompok kontrol terdiri atas 30 orang sehat yang tidak termasuk kriteria tolakan.
Pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini ialah masa perdarahan, hitung trombosit, masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, masa trombin, EDP, PF3 dan agregasi trombosit terhadap ADP 10uH, 5uM dan luM. Pengambilan bahan penelitian untuk penderita ialah sesaat sebelum dilakukan hemodialisis dan segera sesudah hemodialisis, untuk kontrol, pengambilan bahan penelitian segera setelah memenuhi kriteria.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan yang bermakna antara kelompok GGX sebelum HD dengan kelompok kontrol dijumpai pada masa perdarahan, hitung trombosit faktor trombosit 3, MT dan FDP, sedangkan MP, MTPT dan agregasi trombosit tidak berbeda bermakna. Karena rata-rata hitung trombosit pada kelompok GGK masih dalam batas normal, maka disimpulkan penyebab masa perdarahan yang memanjang adalah gangguan fungsi trombosit yaitu aktivitas faktor trombosit 3, MT yang memanjang mungkin disebabkan fungsi atau kadar fibrinogen yang menurun atau mungkin karena adanya inhibitor.
Dari penelitian ini ternyata efek HD tidak terlihat pada masa perdarahan maupun hitung trombosit, sedangkan terhadap tes koagulasi dan faktor trombosit 3 efek HD adalah memperburuk, mungkin ini karena efek heparin.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gangguan hemostasis pada gagal ginjal terminal, untuk mengetahui penyebab MT memanjang, perlu diperiksa fibrinogen baik kadar, fungsi maupun adanya inhibitor. FDP dilanjutkan dengan D. diner. Faktor von Willebrand dan adhesi trombosit untuk mengetahui fungsi trombosit.
Efek heparin sebaiknya dinetralkan dengan menambah protamin sebelum pengambilan sample sesudah HD.
"
Lengkap +
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Rosa Tanihatu
"Penyakit ginjal merupakan masalah yang besar di seluruh dunia. Permasalahan yang timbul di negara maju berbeda dengan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Jumlah penderita gagal ginjal kronik (GGK) di Indonesia khususnya Jakarta,
cukup banyak dan mempunyai banyak faktor penyebab. Tindakan hemodialisis (HD) merupakan Salah satu pengobatan untuk penderita GGK disamping transplantasi ginjal. Tetapi tindakan ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain penurunan kadar asam folat dengan segala akibatnya.
Tujuan penelitian ini untuk menentukan prevalensi defisiensi Serta perubahan kadar asam folat dan vitamin B12 pada kelompok GGK dan GGK pasca HD dengan pemberian asam folat 20 mg/bari. Selain itu juga menentukan klasifikasi anemia pada GGK
berdasarkan morfologi eritrosit dan melihat efektivitas pemberian aaam folat sebanyak 20 mg/hari pada penderita GGK pasca HD.
Penelitian ini dilakukan terhadap 50 penderita GGK tanpa tindakan HD, 20 penderita GGK pasoa HD dengan suplementasi asam folat sebanyak 20 mg/hari dan vitamin B12 2 ug dalam tablet Unioap-M selama 24 - 36 minggu. Sebagai kelompok kontrol dipakai 20 penderita penyakit ginjal tampa gagal ginjal. Terhadap ketiga kelompok ini dilakukan pemeriksaan kadar asam folat eritrosit dan serum Serta vitamin B12 dengan cara CPB menggunakan kit Vitamin B12/falaf dual count Amersham CT_301_ Pemeriksaan parameter Hb, Ht, hitung eritrosit, VER, HER dan KHER dilakukan
dengan penghitung sel darah otomatis. Hitung Rt dilakukan dengan pulasan vital Brilliant cresyl blue, sedangkan sediaan hapus darah tepi dipulas dengan pewarnaan Wright.
Pada penelitian ini belum dapat dipastikan adanya defisiensi asam folat pada kedua kelompok GGK (dibandingkan kontrol). Kadar asam folat eritrosit kelompok GGK (nt= 208 ng/mL) lebib rendah dari pada kontrol (nt= 504 ng/mL)(p <0,05). Hal yang sama dijumpai pada kelompok GGK pasca HD (nt= 407 ng/mL). Kadar aaam folat serum kelompok GGK (nt = 4,2 ng/mL) sama dengan kadar asam folat serum GSK pasca HD. Kadar asam folat serum pada kelompok GGK tampa HD maupun GGK pasca HD,
lebih tinggi dari kelompok kontrol (nt = 2,9 ng/mL)(p > 0,05).
Kadar vitamin B12 serum pada kelompok GGK (865 pg/mL) dan GGK pasea HD (1043 pg/mL} lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (351 pg/mL).
Enam puluh persen penderita GGK, 65% GGK pasca HD- dengan suplementasi asam folat dan 90% kelompok kontrol memberikan gambaran anemia normositik normokrom. Pemeriksaan hematologi seperti Hb, Ht dan hitung eritrosit pada kedua kelompok yang
diteliti memberikan basil lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hipersegmentasi pada kedua kelompok GGK tidak disebabkan defisiensi asam folat dan /vitamin B12, tetapi mungkin disebabkan proses degenerasi leukosit.
Kadar Hb, Ht dan hitung eritrosit pada kedua kelompok GGK lebih rendah dibandingkan kontrol (p < 0,05). Tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna pada pemeriksaan nilai eritrosit rata-rata, dan indeks produksi Rt antara kedua kelompok GGK
dibandingkan kontrol.
Hitung leukosit kelompok GGK tanpa HD lebih tinggi dibandingkan kontrol (p >0,05) dan GGK pasea HD (p <0,05). Hitung trombosit kelompok GGK tampa HD lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (p > 0,05}, tetapi lebih tinggi dibandingkan kelompok GGK pasca HD (p <0,05).
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan nilai rujukan asam folat eritrosit dan serum, Serta vitamin B12 serum untuk orang Indonesia."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Aprilia Kumala Dewi
"Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) dengan pendekatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan dalam seting Keperawatan Medikal Bedah. Gagal ginjal kronis merupakan kondisi ketidakmampuan ginjal melakukan fungsinya. GGK dipicu oleh berbagai faktor antara lain gaya hidup misalnya dengan mengkonsusmsi minuman beralkohol, maupun obat-obatan; kurang minum air putih; riwayat penyakit sebelumya; serta kurangnya olahraga. Gagal ginjal kronis dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung dan berujung kematian. Perawat melakukan berbagai upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif serta resosiliatif kepada sasaran sebagai asuhan keperawatan untuk mencegah kenaikan kasus gagal ginjal. Kesadaran untuk menjaga kesehatan ginjal dengan edukasi dapat mencegah individu untuk sakit gagal ginjal kronis ataupun komplikasi dari gagal ginjal kronis. Penatalaksanaan gagal ginjal kronis meliputi pembatasan cairan, diet rendah protein, kalium dan natrium. Praktikan merekomendasikan untuk melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada pasien GGK untuk untuk meningkatkan derajat kesehatan klien.

Writing scientific papers aims to analyze nursing care to patients of chronic kidney disease (CKD) with approach the Urban Community Health Nursing in Medical Surgical Nursing setting. Chronic kidney disease is the inability of the kidney to perform its function. CKD triggered by various factors such as lifestyle such as alcohol, or drugs consume; less drinking water; history of previous illness, and lack of exercise. Complication of CKD can lead to heart failure and lead to death. Nurses perform a variety of promotive, preventive, curative, rehabilitative and resosiliatif to target as nursing care to prevent a rise in cases of kidney failure. Education can prevent from CKD or the complications, so we have to maintain kidney health awareness. Management of CKD include fluid restriction, a diet low in protein, potassium and sodium. Practician recommend to perform a comprehensive nursing care to patients for the CKD to improve client's health."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melati
"Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan Gagal Ginjal Kronis (GGK) melalui pendekatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP). World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2050, 70% penduduk dunia akan tinggal di perkotaan. Padatnya penduduk yang tinggal di satu kota mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan seperti konsumsi makanan olahan, kurang aktivitas, merokok, penggunaan alkohol, dan obat-obatan yang meningkatkan risiko hipertensi dan diabetes melitus. Kedua masalah tersebut merupakan penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK).
Analisis dilakukan terhadap asuhan keperawatan pada tingkat individu pada pasien dengan masalah kesehatan Gagal Ginjal Kronis di rumah sakit. Asuhan keperawatan pasien dengan GGK di rumah sakit berada pada tingkat perawatan kesehatan tersier dimana pasien mengalami kondisi patologis yang luas dan disertai komplikasi.
Manajemen keperawatan yang dilakukan adalah modifikasi gaya hidup melalui diit dan aktivitas. Ketidakpatuhan pasien terhadap manajemen GGK karena kurangnya pengetahuan merupakan masalah keperawatan yang diintervensi. Perubahan gaya hidup pasien yang dipengaruhi oleh keyakinan-kesehatan pasien berkaitan dengan karakteristik pasien sebagai masyarakat perkotaan.
Praktikan merekomendasikan perawat memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan KKMP untuk dapat memahami dan memperkirakan perilaku pasien terhadap kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi yang diberikan.

The aims of this paper was to describe the practice of nursing care of patients with CKD with Urban Public Health Nursing approach. World Health Organization (WHO) estimates at 2050, 70% of world population will live in cities. Dense population living in one city resulted a change of lifestyle such as consumption of processed foods, less activity, smoking, alcohol use, and medications that increase the risk of hypertension and diabetes mellitus. Both problems are a major cause of Chronic Kidney Disease (CKD).
Analysis was performed on nursing care at the individual level at the hospital. Nursing care of patients with CKD were hospitalized at a tertiary level of health care that patients have pathological conditions accompanied by complications.
Nursing management of patient with CKD are diet and activity modification. Noncompliance patient due to lack of knowledge is a matter of nursing intervention. Changes in the patient's lifestyle is influenced by the patient's health beliefs related to patient characteristics as urban communities.
Provide nursing care with Urban Public Health Nursing approach makes nurses understand and predict the behavior of the patients on their health and how they adhere to the therapy.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Yusuf
"Latar Belakang: Periostin memainkan peran sebagai mediator proses inflamasi termasuk inflamasi dan fibrosis ginjal. Namun, data signifikansi periostin pada acute kidney injury terbatas. Kami meneliti korelasi kadar periostin urin dengan fungsi ginjal pada pasien keganasan yang mendapat terapi cisplatin dosis tinggi.
Metode: Penelitian kohort prospektif ini dilakukan di n ruang rawat HOM lantai 8 gedung A, di RSCM dari November 2019 hingga jumlah sampel minimal terpenuhi dengan cara consecutive sampling. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 23.0 sesuai tujuan penelitian.
Hasil: Dari 37 responden diketahui 70,3% laki-laki, 29,7% berusia 41-50 tahun, 59,5% menderita KNF, serta 64,9% memiliki Skor Karnofsky 80. Kadar ureum dan kreatinin darah responden meningkat dari pra kemoterapi hingga 1 minggu paska kemoterapi I. Begitu juga dengan nilai eGFR yang makin menurun. Perubahan kadar periostin menurun selama kemoterapi I dan II, naik kembali 1 minggu paska kemoterapi III dengan nilai p>0,05. Pada uji korelasi kadar periostin urin dengan variabel fungsi ginjal lainnya tidak didapatkan domain yang signifikan bermakna (p>0,05) dengan nilai koefisien korelasi lemah (r = 0,017-0,254) dan beberapa domain memiliki arah korelasi negatif.
Simpulan: Tidak didapatkan korelasi bermakna kadar periostin urin dengan kadar ureum darah, kreatinin darah serta laju filtrasi glomerulus pasien keganasan dengan terapi cisplatin dosis tinggi.

Background: Periostin plays role as mediator of inflammatory processes including inflammation and kidney fibrosis. However, data on the significance of periostin in acute kidney injury are limited. We investigated the correlation of urine periostin levels with kidney function in malignant patients receiving high-dose cisplatin therapy.
Methods: This prospective cohort study was conducted in the 8th floor HOM care room in building A, in the RSCM from November 2019 until the minimum sample size was fulfilled by consecutive sampling. Data were analyzed using SPSS version 23.0 according to the purpose of study.
Results: Of the 37 respondents known to be 70.3% male, 29.7% aged 41-50 years, 59.5% suffer from NPC, and 64.9% have Karnofsky score of 80. Urea levels and blood creatinine of respondents increased from pre-chemotherapy to 1 week after chemotherapy I. Likewise, the eGFR value decreases. Changes in periostin levels decreased during chemotherapy I and II, rising again 1 week after chemotherapy III with a p value> 0.05. In the correlation test of urinary periostin levels with other kidney function variables, no significant domain was found (p> 0.05) with a weak correlation coefficient (r = 0.017-0.254) and some domains had a negative correlation direction.
Conclusion: No significant correlation was found in urine periostin levels with blood urea levels, blood creatinine and glomerular filtration rates of malignant patients with high-dose cisplatin therapy.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Rhismawati Djupri
"ABSTRAK
Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan Dengan Kasus Gagal Ginjal Kronik Stage V Menggunakan Pendekatan Model Keperawatan Adaptasi Roy Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Diana Rhismawati Djupri2017 AbstrakPraktek klinik Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan adalah untuk mampu melakukan dan menganalisa asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik Stage V dan 30 pasien lain yang mengalami gangguan pada sistem perkemihan. Selain itu mampu menerapkan Evidence Based Nursing Practice EBNP dan sebagai inovator di ruang perawatan maupun di ruang rawat jalan. Peran pemberi asuhan keperawatan menggunakan Model Adaptasi Roy. Perilaku adaptasi fisiologi yang banyak mengalami gangguan adalah cairan dan masalah keperawatan yang banyak muncul adalah hipervolemia, sehingga intervensi yang diberikan adalah pencatatan secara akurat intake dan output, edukasi pembatasan cairan. Penerapan EBNP yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi tingkat fatigue pada pasien Gagal Ginjal Kronik Stage V dengan menggunakan instrumen FACIT-F, sehingga dapat diketahui tingkat fatigue pasien dan dapat dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif. Program inovasi yang dilakukan adalah Range of Motion pada pasien intrahemodialisis untuk meningkatkan adekuasi hemodialisis dikaitkan dengan tingkat fatigue menggunakan instrumen FACIT-F Kata Kunci : fatigue, ROM exercise, gagal ginjal kronik, hemodialysis, FACIT-FABSTRACT
Analysis of Medical Surgical Nursing Residency Practice on UrinarySystem Disorders with Chronic Kidney Disease CKD STAGE V Cases Using Roy Adaptation Model Approach at Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta Diana Rhismawati Djupri2017 Abstract Ners Specialist Urinary System is to be able to perform and analyze nursing care in patients with Chronic Kidney Desease CKD Stage V and 30 other patients with urinary system disorders. It is also capable of implementing Evidence Based Nursing Practice EBNP and as an innovator in the treatment room as well as in the outpatient room. The role of nursing care providers uses the Roy Adaptation Model. Behavioral adaptation of many disordered physiology is fluid and nursing problems that many appear is hypervolemia, so that intervention given is accurate recording intake and output, fluid restriction education. Implementation of EBNP is done by identifying fatigue level in patients with Chronic Kidney Desease CKD Stage V using FACIT F instrument, so that can know fatigue level of patient and can be done comprehensive nursing care. The innovation program performed was the Range of Motion in intrahemodialysis patients to improve the hemodialysis adequacy associated with fatigue levels using the FACIT F instrument. Keywords fatigue, ROM exercise, Chronic Kidney Desease, hemodialysis, FACIT F"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ratih Tri Kusuma Dewi
"Latar belakang : Inflamasi dan stres oksidatif merupakan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Pasien hemodialisis kronis akan mengalami peningkatan kadar hs-CRP.hs-CRP merupakan marker inflamasi yang telah terbukti pada beberapa penelitian bermanfaat dalam memprediksi cardiovascular event. Pemberian N-Acetylcysteine(NAC)oral dapat digunakan sebagai strategi untuk menurunkan proses inflamasi yaitu disfungsi endotel dan stress oksidatif yang berperan pada atherosclerosis pada pasien hemodialisis sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas karena penyakit kardiovaskuler. Tujuan penelitian : Mengetahui pengaruh pemberian N-Acetylcysteine oral terhadap penurunan kadar hs-CRP pada pasien hemodialisis kronis. Metode : Penelitian eksperimen dengan Randomized Double Blind Controlled Trial yang dilakukan selama periode Agustus sampai Oktober 2013 di unit hemodialisis RS.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Subjek penelitian ini adalah pasien dengan penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Sebanyak 87 subjek direkrut, hanya 65 subjek yang memenuhi kriteria inklusi sebagai sampel. Sampel dirandomisasi menjadi dua kelompok, 33 subjek kelompok intervensi yang mendapatkan NAC 2x600 mg per hari dan 32 subjek kelompok kontrol yang menerima placebo 2x1 per hari selama dua bulan (60 hari). Terdapat 5 subjek yang drop out, sehingga hanya 60 subjek yang dapat menyelesaikan penelitian 30 subjek dalam kelompok NAC dan 30 subjek placebo. hs-CRP diukur dalam tiga interval waktu, sebelum (baseline), setelah bulan pertama (post 1), dan setelah bulan kedua (post 2). Hasil : Perlakuan dengan NAC oral selama 60 hari tidak memberikan perbedaan dibanding dengan plasebo. Analisis statistik dengan Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak ada penurunan kadar hs-CRP yang signifikan diantara kedua kelompok dengan p value Δ post1-baseline, Δ post2-baseline, and Δ post2-post1 kelompok NAC disbanding kelompok placebo secara berurutan (p=0.796, p=0.379, p=0.712). Kami juga mencoba membandingkan penurunan kadar hs-CRP secara statistik pada tiap kelompok untuk tiga interval pengukuran hs-CRP dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks hasilnya menunjukkan p value dari perbandingan kadar hs-CRP untuk masing-masing kelompok Baseline:Post1,Baseline:Post2,Post1:Post 2 (kelompok NAC vs kelompok plasebo) secara berurutan (0.821vs0.651; 0.845vs0.358; 0.905vs0.789).

Background: Inflammation and oxidative stress are the risk factor for cardiovascular disease in patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis will have elevated levels of hs-CRP. hs-CRP is a marker of inflammation that has been provenin several studies use fulto predict cardiovascular events. The administration of oral N-Acetylcysteine (NAC) can be used as a strategy lowering the in flammatory process which end o the lialdys function and oxidative stress play a role in a the rosclerosis for hemodialysis patients there fore reduces morbidity and mortalitydue to cardiovascular disease. Objective: To determine the effect of oral N-Acetylcysteine in lowering the levels of hs-CRPin chronic hemodialysis patients. Methods: Randomized Double Blind Controlled Trialexperimental study conducted during the period August to November 2013 in the hemodialysis unit of Cipto Mangun kusumo Hospital. The subjects were patients with stage 5 chronic kidney disease undergoing hemodialysis. Eighty seven subjects were recruited, but only 65 subjects matched for inclusion criteria as samples. The samples were randomized into two groups : intervention group 33 subjects who received NAC2x600 mg per day and control group of 32 subjects who received placebo, both groups consumed the medicine for two months (60 days). There were 5 subjects dropped out, so there search completed by the end of 60 subjects with 30 subjects in NAC groupand 30 subjects in the placebo group. The hs-CRP levels were measuredin 3 interval of time, before (baseline), the first month (post1), and second month (post2). Result: Treatment with oral NAC for 60 days did not give any difference compare to PB. Statistically analysis with Mann Whitney test showed that there is no significant decrease of hs-CRP levels between two groups with the p value of Δ post1-baseline, Δ post2-baseline, and Δ post2-post1 NAC group compare to plasebo group respectively (p=0.796, p=0.379, p=0.712). We also try to compare the decrease of hs-CRP levels statistically in each group for 3 interval of hs-CRP check with Signed Ranks Wilcoxon test. The result showed p value of hs-CRP levels comparison within each group for Baseline : Post1, Baseline :Post2,Post1:Post2 (NAC group vs plasebo group)respectively (0.821vs0.651; 0.845vs0.358; 0.905vs 0.789). Conclusion: The administration of oral NAChas not been shown lowering the levels of hs-CRPin chronic hemodialysis patients."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Febriyeni
"[ABSTRAK
Batu ginjal merupakan penyakit urologi yang banyak ditemukan di wilayah
perkotaan. Diet yang tidak sehat dan kurangnya asupan cairan merupakan
penyebab terbentuknya batu ginjal. Berulangnya penyakit sering terjadi pada klien
batu ginjal. Intervensi keperawatan berupa edukasi diet dan cairan perlu diberikan
kepada klien dengan batu ginjal. Hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan
yang sering terjadi pada klien dengan batu ginjal karena ketidakpatuhan terhadap
pola diet dan asupan cairan setelah dilakukan pengangkatan batu. Rekomendasi
dari tulisan ini adalah pemberian edukasi khususnya terkait diet dan cairan dengan
menggunakan media edukasi dan prosedur yang jelas dapat dijadikan intervensi
rutin di rumah sakit untuk klien dengan batu ginjal untuk mencegah kekambuhan.

ABSTRACT
Kidney stones are urologic diseases commonly found in urban areas. Unhealthy
diets and lack of fluid intake are the cause of kidney stones formation. Recurrence
of the disease is common in clients with kidney stones. Nursing interventions
such as diet and fluid intake education should be given to clients with kidney
stones. This is done to prevent a recurrence that often occurs in clients with
kidney stones because of poor adherence to diet and fluid intake after the removal
of the stone. This paper recommend to provide education, especially related to
diet and fluid by using educational media and a clear procedure can be used as a routine intervention in the hospital for clients with kidney stones to prevent
recurrence.;Kidney stones are urologic diseases commonly found in urban areas. Unhealthy
diets and lack of fluid intake are the cause of kidney stones formation. Recurrence
of the disease is common in clients with kidney stones. Nursing interventions
such as diet and fluid intake education should be given to clients with kidney
stones. This is done to prevent a recurrence that often occurs in clients with
kidney stones because of poor adherence to diet and fluid intake after the removal
of the stone. This paper recommend to provide education, especially related to
diet and fluid by using educational media and a clear procedure can be used as a
routine intervention in the hospital for clients with kidney stones to prevent
recurrence., Kidney stones are urologic diseases commonly found in urban areas. Unhealthy
diets and lack of fluid intake are the cause of kidney stones formation. Recurrence
of the disease is common in clients with kidney stones. Nursing interventions
such as diet and fluid intake education should be given to clients with kidney
stones. This is done to prevent a recurrence that often occurs in clients with
kidney stones because of poor adherence to diet and fluid intake after the removal
of the stone. This paper recommend to provide education, especially related to
diet and fluid by using educational media and a clear procedure can be used as a
routine intervention in the hospital for clients with kidney stones to prevent
recurrence.]"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>