Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridlo Noor Wahab
"Era gobalisasi sebentar lagi akan tiba, dalam bidang K3 era tersebut ditandai dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, dimana hal tersebut dapat berdampak pada efisiensi dan produktivitas kerja, namun disamping itu juga berdampak menambah risiko bahaya dan ragam dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Salah satu proses dalam industri adalah proses pengelasan, proses ini merupakan proses yang menghasilkan radiasi sinar ultra violet. Radiasi sinar ultra violet ini pada pekerja las dapat menyebabkan adanya keluhan mata akut berupa peradangan selaput mata, selaput bening, dan peradangan pada kelopak mata pada pekerja las atau yang biasa disebut "Welder Flash " atau "Arc Eye".
PT. Bukaka Teknik Utama yang proses kerja utamanya adalah pengelasan, dijumpai para pekerja lasnya sering mengalami adanya keluhan mata akut, sehingga hal tersebut yang melatar belakangi penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa paparan radiasi sinar ultra violet dan faktor-faktor yang signifikan sebagai penyebab keluhan mata akut pada pekerja las dengan menggunakan metode fault tree analysis.
Metode fault tree analysis (pohon kegagalan) adalah salah satu metode dalam K3 yang digunakan dalam analisa bahaya secara detil (detailed hazard analysis). Metode ini menggunakan pendekatan top down, di mana starting pointnya adalah adanya kerugian/loss atau konsekuensi yang tidak diinginkan dimana hal ini sebagai "Head Event" atau "Top Event", kemudian diidentifikasi seluruh faktor-faktor kegagalan dan urutan-urutan event-event yang mungkin memiliki kontribusi terhadap "Head Event". Hasil dari identifikasi tersebut baru dianalisa dan dievaluasi sehingga diketahui faktor kegagalan yang paling signifikan sebagai penyebab adanya "Head Event" atau "Top Event" tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dari 54 pekerja las yang diteliti sebanyak 38 orang yang mengalami keluhan mata akut. Hasil tingkat intensitas radiasi efektif menunjukkan nilai yang tinggi yaitu berkisar antara 179 µW/cm2 sampai dengan 2850 µW/cm2. Hasil lama pemaparan perhari berkisar antara 30 sampai dengan 376 menit.
Hasil fault tree analysis menunjukkan bahwa paparan tinggi radiasi sinar ultra violet merupakan faktor yang potensial menyebabkan terjadinya keluhan mata akut pekerja las. Paparan tinggi radiasi sinar ultra violet disebabkan oleh adanya tingkat intensitas yang tinggi atau (hubungan OR gate) karena adanya waktu paparan tinggi.
Tingkat intensitas yang tinggi disebabkan karena adanya kegagalan mesin las atau (hubungan OR gate) karena kegagalan penggunaan alat pelindung diri mata. Sedangkan waktu paparan tinggi disebabkan adanya kesalahan dalam posisi pengelasan atau (hubungan OR gate) karena volume pekerjaan yang tinggi.
Kegagalan mesin las disebabkan oleh rangkaian kegagalan yang pada akhirnya berpangkal pada kegagalan pemeliharaan atau (hubungan OR gate) karena usia mesin yang sudah tua. Sedangkan kegagalan penggunaan alat pelindung diri mata disebabkan oleh rangkaian kegagalan yang pada akhirnya berpangkal pada kegagalan pengawasan.
Kesalahan posisi pengelasan disebabkan karena kegagalan pengawasan, sedangkan kegagalan pengaturan jam kerja disebabkan volume pekerjaan tinggi atau karena waktu penyelesaian pekerjaan yang singkat.
Kegagalan pemeliharaan dan kegagalan pengawasan merupakan jenis kegagalan yang sering muncul (common mode), sedangkan kegagalan pemeliharaan sendiri secara signifikan disebabkan oleh kegagalan pengawasan .
Dengan demikian rangkaian kegagalan mulai dari kegagalan pengawasan, kegagalan pemeliharaan dan rangkaian kegagalan berikutnya sampai kepada paparan tinggi sinar ultra violet atau waktu paparan tinggi dimungkinkan sebagai penyebab adanya keluhan mata akut.

Analysis of Presentation on Radiation of Ultra Violet Light Against Welders of PT Bukaka Teknik Utama, District of Bogor, Year of 2002Era of globalization, that is coming in the near future, is identified by utilization of high technology and science. On one side, such condition gives positive impact on efficiency and working productivity. However, on the other side, it will also give negative impact on increasing of hazard risks as well as of types of occupational accidents and diseases.
One of industrial production process is welding that produces radiation of ultra violet light. Radiation of ultra violet light results in acute irritation on cornea and on eyelid of welders that is commonly called as "Welder Flash" or "Arc Eye".
This research based on the fact that welders those are working at PT Bukaka Teknik Utama often complains about acute irritation on their eyes. This research is designed to analysis of presentation on radiation of ultra violet light and of significant factors as the causes of acute irritation complained by the welders. In this respect, this research uses "fault tree analysis" method.
"Fault tree analysis" method is a "detailed hazard analysis", as one of analysis method used in Occupational Safety and Health. This method uses top-down approach, in which the starting point is the occurrence of loss or unexpected consequences that is called as "Head Event" or "Top Event". Next step of this method is identification of all failure factors and sequence of events that may give contribution to "Head Event". Result of identification is then analyzed or evaluated in order to find the most significant failure factor to the mentioned "Head Event" or "Top Event".
The research shows that 38 out of 54 sampling welders are suffered from acute eyes irritation. Intensity of effective radiation shows high value that is between 179 µW/cm2 to 2,850 µW/cm2. Length of presentation is between 30 to 376 minutes per day.
Fault Tree Analysis proves that high presentation on radiation of ultra violet light is the potential factor causes acute irritation on eyes of welders. The high presentation on ultra violet light is caused by high intensity or (relations of OR gate) as the result of high volume of works.
Failure of welding machine is caused by series of failures that ultimately based on failure in maintenance or (relations of OR gate), as caused by old age of the machine. Meanwhile, failure in using self protective for eyes is caused by series of failures that ultimately based on failure in inspection.
Failure in welding position is caused by failure in inspection, and failure in regulating working hours is caused by high volume of works or by limited time to finish works.
Failures in maintenance and in inspection are types of failures that become common mode. Meanwhile, failure in maintenance alone is significantly caused by failure in inspection.
It comes to conclusion that series of failures from failure in inspection, in maintenance and to other following failures up to high presentation on ultra violet light and high time of presentation are identified as possible causes of acute irritation on eyes."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 9756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Zaendar
"Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran aspek perilaku kerja selamat melalui metode ABC Antecedents-Behavior-Consequences) pada pekerja di PT. BTU. Menurut model ABC, perilaku dipicu oleh beberapa rangkaian peristiwa anteseden dan diikuti oleh konsekuensi yang dapat meningkatkan atau menurunkan kemungkinan perilaku tersebut akan terulang kembali.
Anteseden yang diteliti meliputi peraturan keselamatan, pelatihan keselamatan, pengawasan, safety message dan ketersediaan APD. Sedangkan variabel konsekuensi yang diteliti antara lain sanksi, penghargaan dan dampak tindakan tidak aman. Penelitian ini meliputi seluruh pekerja di Divisi Steel Tower PT. BTU sejumlah 76 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerja sudah memiliki perilaku bekerja yang baik (55,3%). Berdasarkan hasil uji statistik terlihat adanya hubungan yang bermakna antara peraturan eselamatan, pengawasan dan penghargaan terhadap perilaku bekerja selamat. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa pihak manajemen memiliki pengaruh terhadap budaya dan perilaku K3 pada pekerja di lingkungan kerja."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim
"Penelitian ini membahas tentang analsis perilaku berisiko pada pekerja bengkel las sektor informal di jalan raya ciomas kota Bogor. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku berisiko yang terjadi di Bengkel Las Informal. Populasi yang digunakan adalah 6 (Enam) pekerja Bengkel Las Informal dari 6 (Enam) Bengkel Las Informal.
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ABC yang menyatakan bahwa PErilaku dipengaruhi oleh faktor Anteseden dan Konsekuensi.
Hasil penelitian menemukan bahwa kurangnya kepedulian, persepsi, pengawasan yang buruk, tidak adanya peraturan, ketersediaan APD, dan adanya sanksi dan penghargaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku berisiko pekerja.

This study discusses about analysis on the risk behavior of workers in the informal sector welding ciomas Street Bogor city. Objective of this study was to describe the risk behaviors that occurred in Informal Welding shop. The population used is 6 (Six) Workshop Las Informal workers from 6 (Six) Informal Welding shop.
This research is a case study with qualitative methods. Techniques of data collection was conducted through in-depth interviews and observation. The theory used in this study is the ABC theory which states that behavior is influenced by Antecedents and Consequences factors.
The study found that a lack of awareness, perception, poor supervision, lack of regulations, availability of PPE, and the existence of Punishment and rewards are all factors that influence the behavior of workers at risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Bagus Wicaksono
"Ketel uap dalam penggunaannya untuk berbagai kebutuhan industri mengandung resiko bahaya yang memerlukan perhatian, karena menghasilkan uap panas, bertekanan dan dapat meledak. Kegiatan-kegiatan di dalam mengoperasikan ketel uap tersebut harus dipenuhi agar dalam pengoperasiannya berjalan lancar dan aman. Agar tahu seberapa besar resiko dari kegiatan-kegiatan pengoperasian ketel uap tersebut perlu dilakukan analisa resiko terhadap salah satu jenis ketel uap yang bila meledak akan menghasilkan ledakan yang hebat dibandingkan dengan jenis ketel uap lainnya, yaitu ketel uap silinder mendatar pipa api. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meadapatkan gambaran resiko dari kegiatan-kegiatan pengoperasian ketel uap pipa api di pabrik NSD PT. Unilever Indonesia Tbk - Cikarang - Bekasi dan di pabrik PT. Nestle Indonesia - Cikupa - Tangerang.
Penelitian dilakukan dengsn pengamatan secara langsung di unit pengoperasian ketel uap. Sampel penelitian adalah kegiatan-kegiatan pengoperasian ketel uap. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan check list, diskusi dan wawancara langsung dan dari data-data sekunder. Analisa data terdiri dari analisa terhadap kegiatan-kegiatan sebelum pengoperasian ketel uap pipa api, terhadap kegiatan-kegiatan pada saat mulai pengoperasian ketel uap pipa api dan terhadap kegiatan-kegiatan selama pengoperasian ketel uap pipa api. Dari hasil analisa di dapat bahwa kegiatan-kegiatan pengoperasian ketel uap pipa api di kedua perusahan tersebut telah dilakukan secara baik dan benar, selain itu alat-alat perlengkapan termasuk alat-alat pengaman ketel uap pipa api di kedua perusahaan tersebut juga masih bekerja dengan baik, yang menjadikan kegiatan-kegiatan pengoperasian ketel uap pipa api di kedua perusahaan tersebut mempunyai tingkat resiko paling tinggi adalah pada tingkat substansial.
Saran yang dapat diberikan adalah agar peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan jenis ketel uap yang berbeda. Sebaiknya PT. Unilever Indonesia - Cikarang - Bekasi dan PT. Nestle Indonesia Cikupa - Tangerang - menugaskan para operator ketel uap hanya untuk melayani ketel uap saja. Kinerja terus ditingkatkan agar kegiatan-kegiatan pengoperasian ketel uap pipa api tetap mempunyai tingkat resiko yang rendah.

Risk Analysis of Fire Tube Boiler Operation at Non Soap Detergent Plant PT. Unilever Indonesia Tbk - Cikarang - Bekasi and at Plant of PT. Nestle Indonesia -Cikupa - TangerangThe usage of boilers in many industries is contains hazard risk that need a special treatment. They generate a pressure steam and can explode. The activities of boiler operation should be allowed in order -to operate smoothly. In order to know how big the risk of boiler operation activities, it need to be carried out risk analysis of one kind of boiler that could explode and cause big explosion. That is fire tube cylinder boiler. The aim of this research is to get risk description of boiler operation activities at NSD Plant PT. Unilever Indonesia Tbk - Cikarang - Bekasi and at Plant of PT. Nestle Indonesia - Cikupa - Tangerang.
The research is carried out visually in boiler operation unit. Research samples are boiler operation activities. The data collection is carried out by check list, discussion, interview and secondary data. The data analysis is comprised of analysis on activities before operation, start operation and during operation for fire tube cylinder boiler.
Based on results of analysis, it will be getting that the activities of boiler operation have been carried out appropriately. The accessories and safety devices of fire tube boiler in both companies have the highest risk -that is substantial level.
The advice is the other research could continue this research with different type of boiler. The both companies assign boiler operator to operate boiler only. The performances keep to be developed in order to that activities of boiler operation have low risk level."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranty Ferlisa
"Faktor perilaku manusia memegang peranan penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. Cara kerja seseorang dan bagaimana orang tersebut bersungguh-sungguh melakukan pekerjaannya dengan baik, dipengaruhi oleh persepsi dari orang tersebut terhadap pekerjaannya. Bagian produksi sebagai salah satu tempat diterapkannya penggunaan alat dan mesin, menjadi tempat dengan potensi bahaya yang besar dan risiko pekerjaan yang tinggi.
Oleh karena itu, persepsi terhadap risiko K3 di bagian produksi penting untuk diidentifikasi sehingga dapat menjadi data dasar bagi perusahaan dalam rangka menciptakan budaya K3. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menggambarakan persepsi pekerja di Unit Produksi II/III terhadap risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilihat dari variabel independen, yaitu pengetahuan pekerja, lama kerja, serta sikap pekerja terhadap variabel dependen yaitu persepsi pekerja terhadap risiko K3. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penelitian yang terdiri dari pengisian data demografi, pertanyaan pilihan ganda, dan pernyataan sumber informasi dengan menggunakan pilihan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan pekerja, lama kerja, dan sikap dengan persepsi pekerja terhadap risiko K3 di Unit Produksi II/III, Indarung, PT. Semen Padang tahun 2008 (= 0,05).
Saran yang diberikan oleh penulis adalah dengan pemberian reward dan punishment sebagai realisasi mendisiplinkan pekerja, pengawasan dan komukasi yang efektif, mengoptimalisasikan informasi K3 sebanyak-banyaknya dan pelatihan K3 yang reguler dan tepat sasaran, serta mempertimbangkan dan mengutamakan keberadaan Biro K3LH sebagai biro yang penting dan memiliki wewenang untuk membuat peraturan yang berhubungan dengan K3LH. Selain itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel lain yang lebih banyak dan menggunakan instrumen penelitian yang validitas dan reliabilitasnya baik. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
C. Setyo Rohadi
"Banyak ahli K3 memperhatikan bahwa kinerja keselamatan kerja, terutama yang berdasarkan pendekatan rekayasa, sampai batas tertentu cenderung untuk mendatar, dan upaya peningkatan selanjutnya sulit dicapai. Berbagai manajemen keselamatan kerja didasarkan pada model pengelolaan berdasarkan pembagian tugas dan kewenangan yang bertumpu pada struktur hirarki, formalisasi peraturan dan prosedur, dan pengawasan. Metode ini selama bertahun-tahun telah menghasilkan penurunan kondisi tak aman secara bermakna, melalui upaya-upaya rekayasa dan perbaikan lingkungan kerja. Meskipun demikian, sejalan dengan hilangnya kejadian kecelakaan yang berat, maka hasil dari pendekatan tradisional ini cenderung mendatar.
Telah diketahui bahwa kebanyakan insiden ditimbulkan oleh elemen manusia. Jika tanggapan pekerja terhadap keselamatan kerja tinggi, maka keamanan akan lebih rendah. Masalah bagi manajemen adalah bagaimana cara untuk memaksimalkan tingkat tanggapan pekerja terhadap keselamatan, dan menurunkan perilaku berbahaya. Mekanisme untuk perbaikan berkelanjutan bagi elemen manusia dalam keselamatan kerja adalah dengan menggunakan pendekatan perilaku dan metode statistik (survei budaya / iklim K3) yang dipadukan dengan keterlibatan pekerja dalam menindaklanjuti umpan balik serta pemecahan masalah K3.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai budaya / iklim K3 di PT Pupuk Kujang, Cikampek. Dari 856 pekerja diambil 189 orang sebagai sampel (22%). Metode yang digunakan untuk menentukan tipe budaya K3 adalah kuesioner (161 responden), dan wawancara (28 responden).
Berdasarkan model budaya K3 berbasis sistem, hasilnya menunjukkan bahwa profil K3 PT Pupuk Kujang terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor organisasional, seperti komitmen manajemen, lingkungan kerja, gaya manajemen, manajemen perubahan, serta pemenuhan sistem K3. Karena manajemen K3 PT Pupuk Kujang sepenuhnya mengadopsi langkah-langkah penalaran / prosedur SMK3 berdasarkan Permenaker No.05 /Men/1996, maka budaya K3 PT Pupuk Kujang dapat digolongkan sebagai tipe kalkulatif.

Analysis of Safety Culture Climate at PT Pupuk Kujang, By The Year 2003Many safety professionals notice that safety performance (especially which is based on engineering approach) to some extent may have appeared to plateau, and further improvements may seem difficult to achieve. Many of safety managements are based on authoritarian management models that rely on hierarchical structures, the formalizing of rules and procedures, and policing workers to enforce the rules. These methods have been responsible for some significant reduction of unsafe conditions over the years, through the effort to improve engineering and work environments. However, as some of the most common and severe accidents were eliminated, the result from these 'traditional methods" began to plateau.
It is known that incidents come primarily from the human element". When workforce safety responsiveness is high, accidents are lower. The management question is how to maximize this level of safety responsiveness, as to lower "at risk behavior". The mechanism for continuous improvement on human element of safety is the use of behavioral and statistical science (safety culture/ climate assessment), coupled with employee involvement in ongoing feedback and problem solving.
This study was performed to assess the safety culture/ climate at PT Pupuk Kujang, Cikampek, West-Java. The samples were 189 respondents out of 856 employees of PT Pupuk Kujang. The methods used to determine the specific tipe of safety climate/ culture were questioners (161 respondents) and interview (28 respondents).
Based on the system-based model of safety culture, the result shown that the safety profile of PT Pupuk Kujang was strongly influenced by organizational factors, such as management commitment, work environment, management style, managing change, and systems compliance. As safety management of PT Pupuk Kujang ?blindly? following all the logically steps/ procedures of SMK3 derived from Permenaker No.05/Men/1996, the safety culture of PT Pupuk Kujang can be distinguished as calculative type.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T 11365
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manik, Domen
"PT. Thames Pam Jaya adalah mitra swasta PDAM DKI Jakarta yang berasal dari Thames Water Inggris dalam hal pengelolaan dan pelayanan Air Bersih untuk sisi Timur Jakarta, sementara untuk sisi Barat Jakarta, PDAM DKI Jakarta bekerja sama dengan perusahaan dari Prancis yaitu Lyonnase De Saux dan selanjutnya disebut PT. Palyja. Kerja sama ini dimulai pada tahun 1998.
Semenjak adanya kerja sama ini, dimulailah pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan dibentuknya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) - H & S Department yang tentunya diikuti program-program. Seiring dengan pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini, maka untuk menjalankannya ada suatu Sistem Manajemen yang digunakan.
Adapun Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sudah ditentukan oleh H & S Group yang ada di kantor pusat Thames Water UK dan diberlakukan di semua Unit Bisnis Thames Water yang ada di seluruh dunia. Setelah adanya penerapan program K3 ini belum diketahui secara konkrit/formal tingkat kepedulian karyawan terhadap K3.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis ingin meneliti Profil Budaya/iklim Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Thames Pam Jaya Tahun 2004.
Penelitian ini dilakukan di Divisi Produksi Direktorate Operasi PT. Thames Pam Jaya untuk melihat:
- Profil Budayaliklim Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kelompok Manajer.
- Profil Budaya/iklim Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kelompok Supervisor.
- Profil Budaya/iklim Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kelompok Koordinator/Leader.
- Profil Budaya/iklim Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kelompok Staff.
Dari 198 karyawan, diambil sampel 142 orang. Penelitann dilakukan melalui penyebaran kuisioner.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Profil Budaya/iklim Keselamatan dan Kesehatan Kerja baik untuk keseluruhan responden maupun untuk kelompok Manajer, kelompok Supervisor, kelompok Koordinator/Leader, dan kelompok Staff, yang tampak bernilai tinggi adalah Prioritas dan Kebutuhan Pribadi terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sebaliknya yang bernilai kurang tinggi adalah Penilaian Pribadi terhadap Resiko.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu:
Untuk meningkatkan persepsi Indikator Budaya/iklim Keselamatan dan Kesehatan Kerja "Penilaian Pribadi terhadap Resiko", maka perlu ditingkatkan pemahaman tentang bahaya dan resiko dari setiap aktifitas yang ada di tempat kerja, keteladanan dari para pimpinan dan penerapan punishment dan reward.

Analysis of Health and Safety Culture/Climate Profile at PT. Thames Pam Jaya Year 2004PT. Thames Pam Jaya (TPJ) is a private company (joint venture) of PDAM DKI Jakarta from Thames Water UK in managing and delivering drinking water within eastern sector of Jakarta. For western sector of Jakarta, PDAM DKI Jakarta co-operates with Lyonnase De Saux Plc from French and then called PT. Palyja. This co-operation had been beginning since 1998.
Since this co-operation, PT. Thames Pam Jaya (TPJ) also started managing and implementing H & S of course following with programs. In managing H & S, PT. TPJ used the H & S Management System which had been established by H & S Group Thames Water. Within this time, not yet known the level of safety awareness of employees formally.
Based on this fact, researcher would like to research the Profile of H & S Culture/Climate at PT. Thames Pam Jaya Year 2004.
This research is limited only within Production Division Operations Directorate PT. Thames Pam Jaya. The objectives of this research as follows:
- To know the Profile of Health and Safety Culture/Climate for Manager level.
- To know the Profile of Health and Safety Culture/Climate for Supervisor level.
- To know the Profile of Health and Safety Culture/Climate for Coordinator/Leader level.
- To know the Profile of Health and Safety Culture/Climate for Staff level.
There are 142 respondents from 198 employees. Data were collected throught questionnaire.
The result of this research shows that:
The Profile of Health and Safety Culture/Climate for all respondent, Manager level, Supervisor level, Coordinator/Leader level and Staff level is a domination of Personal Priorities and Need for Health & Safety, beside of them there is the profile (value) which is less domination such as Personal Appreciation of Risk.
Suggestion based on the result of this research is; Need to increase the understanding/knowledge of Hazard and Risk of every activity at workplace, leadership and to implement reward and punishment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Tusafariah
"Teknologi nuklir atau radiasi sudah banyak dimanfaatkan dalam bidang kehidupan, seperti bidang pertanian, kesehatan dan industri. Namun demikian selain memberi dampak positif, tenaga nuklir juga mempunyai potensi bahaya radiasi terhadap pekerjanya, anggota masyarakat dan lingkungan hidup, apabila didalam pemanfaatan tenaga nuklir ketentuan tentang keselamatan nuklir tidak diperhatikan dan diawasi dengan sebaiknya.
Pusat Penelitian Tenaga Nuklir Serpong adalah salah satu pusat kegiatan yang melakukan penelitian dan pengembangan program -pemanfaatan tenaga nuklir. Dalam melaksanakan tugas tersebut para pekerjanya saling berhubungan dengan sumber radiasi maupun bahan zat radioaktif. Dengan demikian pekerjanya berpotensi untuk terpajan dengan radiasi baik secara interna maupun eksterna. Hal ini mungkin dapat menyebabkan ganguan kesehatannya, untuk itu perlu dilakukan pemantauan dosis radiasi baik itu pada pekerja maupun lingkungan kerjanya untuk menghindari agar dosis radiasi tidak melebihi nilai batas dosis yang diizinkan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor apa saja yang berhubungan dengan dosis radiasi eksterna yang diterima oleh pekerja radiasi akibat interaksi antara pekerja radiasi dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya.
Rancangan penelitian adalah pendekatan cross sectional, untuk melihat hubungan umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan, masa kerja, pengetahuan dan sikap, peralatan proteksi radiasi, prosedur kerja dan pengawasan serta pajanan radiasi lingkungan daerah kerja dengan dosis radiasi eksterna yang diterima. Sebagai responder digunakan 100 orang pekerja radiasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang pekerja radiasi ada 10 % yang menerima dosis radiasi lebih besar dari 15 mSv. Jika dibandingkan dengan laporan dari UNSCEAR tahun 2000 (1%) untuk rata-rata penerimaan dosis pekerja radiasi di dunia selama periode 1990-1994, ternyata lebih tinggi, namun bila dibandingkan dengan penerimaan untuk rata-rata dengan jenis pekerjaan (13%), hasil yang diperoleh lebih rendah.
Dari hasil pemantauan lingkungan kerja diperoleh pajanan radiasi daerah kerja pada umumnya di bawah 2,5 mR/jam. (yang tertinggi lebih dari 200 mR/jam), tetapi pajanan radiasi yang tinggi ini tidak berlangsung lama. Dengan demikian pajanan radiasi masih tergolong dalam daerah pengendalian sesuai dengan pembagian daerah kerja.
Hasil penelitian dengan uji statistik menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin, pendidikan, pelatihan, masa kerja, pengetahuan, peralatan proteksi radiasi tidak ada hubungan yang signifikan dengan dosis radiasi eksterna. Sementara sikap, prosedur kerja, pengawasan dan pajanan radiasi lingkungan daerah kerja berhubungan dengan dosis radiasi eksterna.
Dari hasil analisis multivariat diperoleh 2 faktor yang saling berhubungan dengan dosis radiasi eksterna. Dari dua faktor tersebut ternyata yang paling berhubungan dengan dosis radiasi eksterna adalah pajanan radiasi daerah kerja kemudian prosedur kerja dengan nilai Odds Ratio masing-masing 89,9086 95% CI : 8,6600-933,4321 dan 14,0036, 95% CI : 1,9476-100,6859.
Dengan demikian disarankan kepada instansi untuk mengambil langkah berusaha menurunkan pajanan radiasi lingkungan kerja dan lebih memperhatikan/mengawasi pekerja radiasi dalam melakukan pekerjaan agar mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan dan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi yang menerima dosis lebih besar dari 15 mSv lebih diperhatikan.

Analysis on Factors Related to External Radiation Dose to Radiation Workers at Serpong Nuclear Research Centre, National Nuclear Energy Agency in 2000/2001Nuclear or radiation technology has much been used in various fields of life: agriculture, health, industry etc. Nevertheless, along with its positive advantages, nuclear energy also potentially dangerous to the workers, public and environment, whose using the nuclear energy, whenever the requirements of safety radiation are not well establish.
Serpong Nuclear Research Centre is one of the centres of activities that carries out research and development of nuclear energy. In the implementation of the task, the workers are often in contact with radiation sources and radioactivity materials. The workers will then potentially expose to radiation, externally and internally. This may affect his health so that it is necessary to monitor the radiation dose to the workers and his work environment to avoid the radiation dose that exceeds the dose limit.
This study has purpose to analyze factors that related to the external radiation dose received by the workers or their work environment since there were interaction among workers with his job and his work environment.
The design of the study was a cross sectional approach and to know the relationship of age, sex, education, training, work duration, knowledge, attitude, equipment for radiation protection, work procedures, supervision and radiation exposure to the environment of work area with external radiation dose received. As respondents, 100 radiation workers have been collected.
The result of the study shown that 10% out of 100 radiation workers received radiation dose more than 15 mSv. If compared to 2000 UNSCEAR report (1%) for global averaged dose received by radiation workers dining 1990-1994, it is seen higher. But if compared to average rate received wording to the work classification (13%), the result obtained is lower.
From the result of the monitoring of work area environment, in general its obtained under 2,5 mR/hour, the highest is over 200 mR/hour but not longer. Therefore, it can still be classified as of controlled area.
The result of the study using the statistical test shows that age, sex, education, training, work duration, knowledge, equipment for radiation protection have no significant relationship with external radiation dose. However, attitude, work procedures, supervision and radiation exposure of work area environment have a significant relationship with external radiation dose.
From the multivariate analysis result two factors which were related with external radiation dose. The most related of that factors were radiation exposure of work area, followed by the procedures having the Odds ratio value 89, 9086 95% CI: 8, 6600-933,4321and 14, 0036, 95% Cl : 1,9476-100,6859 respectively.
It is therefore advisable for the institution to take the necessary measures to minimize radiation exposure of work environment and to give more attention to their radiation workers. Establishing work procedures, as well as to provide a more thorough health examination to workers who received radiation dose exceeding 15 mSv.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Syahrul Efendi
"Seiring dengan perkembangan dunia industri, banyak perusahaan yang menerapakan tekhnologi baru dengan tujuan meningkatkan produktivitas. Dengan peningkatan penggunaan teknologi baru ini juga berdampak pada perkembangan hazard yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja; disebabkan tidak diikuti perkemabangan pengetahuan dan kemampuan pekerja terhadap teknologi tersebut. Salah satu penyebab kecelakaan paling besar adalah faktor manusia 80 %, oleh sebab itu faktor manusia merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan.
Faktor manusia yang dibahas mengenai persepsi, pengetahuan, sikap dan kemampuan pekerja menghindari hazard hubungannya dengan perilaku aman. Dengan diketahuinya hubungan faktor tersebut diatas terhadap perilaku aman, dapat dibuat program intervesi dalam rangka mencegah kecelakaan kerja hubungannya dengan perilaku aman.
Desain penelitian obeservasional melalui survey analitik dengan pendekatan cross-sectional untuk menganalisis hubungan persepsi, pengetahuan, sikap dan kemampuan menghindari hazard dengan perilaku aman dengan memakai uji Chi-square continuity correction dengan bantuan perangkat luck SPSS.

Relation of Perception, Cognition, Attitude and Ability of Avoid Worker thorough Hazard with Safe Behavioral at PT GKD Jakarta, on 2003Many companies implement new technology to aim increasing of productivity in recent industrial development. Increasing its development of new technology have an impact to increase number of hazard associated which contributed work accident due to not following knowledge and skill development through its technology human factor should strongly estimated as one of most accident cause is human factor (80%).
Perception, knowledge, attitude and workers ability to avoid hazard related to safe behavior described in this thesis_ Based on relation of the above factor and safe behavior, intervention program cord be made to avoid work accident related to safe behavior.
Observational research design through analytic survey with cross-sectional method to analyze relation of perception, cognition and attitude and ability to avoid hazard by safe behavior using chi-square continuity correction test continued by using SPSS software.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feri Hendriyadi
"Kegiatan maintenance dan operational produksi crude oil pasca pemboran merupakan salah satu aktivitas yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja di industri minyak dan gas bumi lepas pantai. kecelakaan yang terjadi bisa menyebabkan cidera ringan, serius dan bahkan sampai menyebabkan kematian, kerusakan peralatan dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pembuatan analisa keselamtan kerja pada pekerja di departemen Produksi dan Perawatan di anjungan lepas pantai PT X. Desain penelitian Deskriptif dengan pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara wawancara dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara pelaksanaan analisa keselamatan kerja dilapangan dengan kecelakaan kerja yang terjadi dilapangan selama periode 2013-2014. Dari hasil penelitian ini disarankan bagi perusahaan untuk melakukan pelatihan dan pelatihan penyegaran yang berhubungan dengan pelaksanaan analisa keselamatan kerja, melakukan evaluasi secara berkala oleh para pimpinan dilapangan, meningkatkan kesadaran pekerja dalam melakukan analisa keselamatan kerja dengan baik dan konsisten. Dan membuat formulir analisa keselamatan kerja yang lebih sederhana agar setiap pimpinan tim kerja lebih mudah dalam membuat analisa keselamatan kerja lebih berkualitas.

Maintenance and operational activities of crude oil production after drilling is one of the activities that have potential accidents in the oil and gas industry offshore. Accidents that occur can cause minor injury, serious and even cause death, damage to equipment and the environment. The purpose of this study is to discover the quality of job safety analysis in production and maintenance departments at offshore PT X. The research method used descriptive and observational through in-depth interviews and observation of secondary data.
The results showed a relationship between the implementation of the job safety analysis in the field with the accidents that occur during the period 2013-2014. The result of this study suggest for the company to conduct and refresh training related to the implementation of job safety analysis, conduct regular review and evaluation by the leaders in the field, increasing the awareness of workers in performing job safety analysis properly and consistently, and create a job safety analysis form simpler in order to help the team leaders easier to make a higher quality of job safety analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T43935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>