Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Zaini
"Dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan karyawan dan keluarga PT Pusri, maka pihak RS Pusri diberi tanggungjawab memberikan pelayanan kesehatan bagi karyawan dan keluarga PT Pusri dengan sistem kapitasi. Sistem kapitasi adalah suatu cara pembayaran dimuka sebelum pelayanan diberikan dan sistem ini memerlukan informasi yang lengkap dan komprehensif terhadap tingkat utilisasi pelayanan kesehatan oleh karyawan dan keluarga PT Pusri.
Pada pelayanan kesehatan yang dibiayai sering terjadi apa yang disebut moral hazard sehingga sering terjadi over utilisasi. Permasalahan pada penelitian ini adalah belum diketahuinya informasi tingkat utilisasi pelayanan kesehatan oleh karyawan dan keluarga PT Pusri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor karakteristik karyawan dan keluarga PT Pusri yang berhubungan dengan tingkat utilisasi pelayanan kesehatan RS Pusri. Penelitian ini merupakan penetilitian deskriptif analitik dengan data primer didapat dari hasil wawancara dan data sekunder dari rekam medik.
Karakteristik karyawan dan keluarga PT Pusri yang merupakan variabel bebas yaitu ; jenis kelamin, umur, pendidikan, jabatan, status perkawinan, jenis penyakit , persepsi terhadap RS Pusri, jarak tempat tinggal, jumlah anggota keluarga dan pengeluaran keluarga dengan variabel terikatnya tingkat utilisasi. Pada uji statistik chi square dengan nilai p = 0,05 didapatkan hanya 3 variabel bebas yaitu; jenis penyakit, persepsi dan jarak tempat tinggal yang mempunyai hubungan bermakna dan pada analisis multivariat regresi logistik didapatkan variabel jarak tempat tinggal merupakan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat utilisasi responden.
Hasil uji korelasi diantara variabel-variabel bebas yang mempunyai hubungan bermakna ternyata mempunyai nilai korelasi yang rendah. Variabel jarak tempat tinggal mempunyai nilai korelasi yang paling tinggi dan negatif dibanding dari 2 variabel bebas yang lain.
Dalam penelitian ini menyatakan secara tidak langsung bahwa tidak semua teori yang ada dapat sesuai dengan kondisi dari populasi yang dijadikan sampel penelitian terutama pada populasi dimana biaya pelayanan kesehatan ditanggung pihak lain.
Saran dari peneliti adalah untuk dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat utilisasi pada populasi dimana beban biaya pelayanan kesehatan ditanggung pihak lain sehingga dapat melihat seberapa besar terjadinya moral hazard dan derived demand.

Correlation Analysis between Characteristic of Employees and Families of PT Pusri with the Utilization Level of Health Service of the Pusri Hospital 2003 In fulfilling the needs for health service of the employees and families of PT Pusri, the Pusri Hospital is charged with the responsibility to provide health services for the employees and families of the PT Pusri with capitation system. The capitation system is a prepaid payment system before the service is provided and this system needs complete and comprehensive information toward the utilization level of the health service by the employees and families of PT Pusri.
In the health service which is financed often occurred what is call moral hazard that often occurred over utilization. The problem in this research is the unknown information regarding the health utilization level by the employees and families of PT Pusri and the factors which affect it.
This research is intended to identify the factors of the employees and families? characteristic which is related to the health service utilization level of Pusri Hospital. This research is a descriptive and analytic one, with the primary data obtained from the result of interview and secondary data from medical record.
The employees and families characteristic of PT Pusri which independent variable, namely : sex, age, education, position, marital status, types of diseases, perception towards the Pusri Hospital, distance of residence, family size and family expenditure with its dependent variable: the utilization level. With the chi square statistical test with the p value = 0.05 we only obtained 3 independent variables, namely : types of diseases, perception and distance of residence that have significant correlation and the logistic regression multivariate analysis we obtained the variable of distance of the residence as the most dominant factor in affecting the respondents' utilization level.
The results of correlation test between the independent variables which have significant relationship turned out to have low correlation value; the variable of residence distance has the highest correlation value and negative compared to the other 2 independent variables.
In this research we found out indirectly that the not all of the available theories can be suitable with the population condition that become samples of this research, especially in the population in which the health service expense is financed by other parties.
Suggestion from this research is that further research can he done to identify the utilization in the population in which the health service expense is financed by other parties that we can see the extent to which the moral hazard and derived demand."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 10923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purwadi
"Faktor penentu yang berhubungan dengan terjadinya pembengkakan restitusi dan jumlah pemohon yang tidak prosedural dari tahun ke tahun antara lain adalah adanya persepsi masyarakat Polri terhadap citra Rumkitpus Polri RS Sukanto yang kurang baik yaitu adanya stigma negatif terhadap rumah sakit tersebut. Untuk mengetahui hubungan antara citra Rumkitpus Poiri RS. Sukanto dan pengajuan restitusi diantara anggota Polri kesatuan Markas Besar dan Polda Metro Jaya, telah dilakukan penelitian kros seksional dan penelitian kualitatit terhadap 190 orang sampel anggota Polri di Jakarta. Sampel diambil secara proportional stratified random sampling. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang persepsi terhadap citra dan pengetahuan tentang restitusi, sedangkan data tentang restitusi lainnya diperoleh dari studi literatur. Teknik analisis yang digunakan adalah : uji chi square, menghitung odds ratio dengan confidence interval 95 %, uji korelasi Spearman's rho dan analisis regresi logistik dari program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (56,8 %) memiliki persepsi terhadap citra yang baik dan sebanyak 43,2 % responden memberikan persepsi buruk terhadap citra Rumkitpus Polri RS. Sukanto. Sebagian besar responden (64,7 %) tahu tentang restitusi. Sebanyak 117 orang (61,6 %) responden pernah mengajukan restitusi dan sebagian besar (86,3 %) diantaranya tidak prosedural. Dana yang dikeluarkan untuk membayar restitusi pada setiap tahunnya cenderung meningkat. Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara kepangkatan dengan citra p= 0,012; OR= 0,23. Hubungan tersebut menunjukkan korelasi positif dan bermakna, dimana r= 0, 182; p= 0,012. Variabel citra berhubungan bermakna dengan restitusi, dimana p= 0,038; OR= 0,784. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan nilai p= 0,046; OR= 0,146: CI 95% 0,048-0,274.
Terdapat perbedaan persepsi terhadap citra Rumkitpus Polri RS Sukanto di kalangan anggota Polri kesatuan Markas Besar dan Polda Metro Jaya berdasarkan kepangkatan dan terdapat hubungan antara citra Rumkitpus Poiri RS Sukanto dan pengajuan restitusi diantara anggota Polri kesatuan Markas Besar dan Polda Metro Jaya.
Disarankan konsisten dan tegas dalam menerapkan ketentuan pangajuan restitusi dan meningkatkan kualitas pelayanan, memperbaiki tingkat kecocokan, memperbaiki tingkat kedekatan serta perbaikan manajemen rumah sakit.
Daftar Pustaka : 26 (1983-2003)

Relation Between Image of Rumkitpus Polri Rs. Sukanto and Proffering of Restitution Among Member Police Unity of Headquarter and of Polda Metro Jaya of Year 2003Determinant related to the happening of improvement of applicant amount and restitution which not procedural from year to year for. Example is the existence of perception of Polri to image of Rumkitpus Polri of RS Sukanto un favorable that is existence of negative stigma to hospital. To know relation among image of Rumkipus Polri of RS Sukanto and proffering of restitution among Police member unity of Headquarter and of Polda Metro Jaya, have been conducted by research of sectional kros and research qualitative to 190 people of sampel Police member in Jakarta. Sample taken by proportional sampling random stratified. Questioner used to get data about perception to knowledge and image about restitution, while data about other restitution obtained from literature study. Analysis technique the used is : test of chi square, calculating ratio odds with international confidence 95%, correlation test of Spearman?s analysis and rho of regression logistics of program of SPSS.
Result of research indicate that most responder ( 56,8%) owning perception to good image and counted 43,2% responder give ugly perception to image of Rumkitpus Polri of RS. Sukanto. Most responder ( 64,7%) knowing about restitution. Counted 117 people ( 61,6%) responder have raised restitution and most ( 86,3%) among others [do] not procedural. Fund released to pay for restitution in each its year tend to increase. There are relation having meaning of (p < 0,05) among rank with image of p= 0,012; OR= 0,23. The relation show positive correlation and have a meaning of, where r= 0, 182; p= 0,012. image variable correlate to have a meaning of with restitution, where p= 0,038; OR= 0,784. Result of analysis of regression logistics show value of p= 0,046; OR= 0,146: Cl 95% 0,048 - 0,274.
There are difference of perception to image of Rumkitpus Polri of RS Sukanto among Police member Unity of Headquarter and of Polda Metro Jaya pursuant to rank and there are relation among image of Rumkitpus Polri of RS Sukanto and proffering of restitution among Police member unity of Headquarter and of Polda Metro Jaya.
Is suggested by consistence and coherent in applying rule of proffering of restitution and improve the quality of service, improve storey of agreement, improve contiguity storey and also repair of hospital management.
Bibliography : 26 ( 1983-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Agustin
"Promosi Kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Program unggulan promosi keehatan adalah PHBS yang mencakup lima tatanan diantaranya tatanan Institusi Kesehatan yang disebut PKRS, dengan sasaran masyarakat rumah sakit dan lingkungan sekitarnya. Tujuan PKRS adalah mengembangkan pemahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita serta hal-hal yang perlu dilakukan oleh keluarganya, dalam membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali oleh penyakit yang sama. Apabila dilaksanakan dengan baik PKRS dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan mutu dan citra pelayanan kesehatan.
PK Saint Carolus merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe utama yang telah melaksanakan program PKRS, dirintis sejak tahun 1991 hingga saat ini, namun pelaksanaannya masih dalam pembenahan.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan metode wawancara mendalam, FGD dan analisa data sekunder. Dengan informan penentu kebijakan, ketua pelaksana PKRS, koordinator bidang, petugas di rawat inap dan pasien.
Hasil dan Kesimpulan dari penelitian dapat diketahui bahwa:
Jumlah tenaga PKRS di PK Saint Carolus untuk tingkat rumah sakit berjumlah 15 orang dan cukup memadai, dengan pendidikan minimal S1 di Bidang Kesehatan dan telah mengikuti lokalatif tentang PKRS. Selain sebagai panitia PKRS, seluruhnya telah mempunyai tugas pokok dan fungsi utama. Untuk PKRS tingkat pasien, petugas belum terlatih dan jumlahnya dirasa masih perlu ditambah. Dana untuk pelaksanaan PKRS dibebankan pada anggaran Direksi P.K. Saint Carolus. Sarana dan prasarana, telah ditetapkan SK Panitia PKRS dan telah tersedia ruang sekretariat, lengkap dengan peralatan meja, kursi, lemari buku, media cetak dari beberapa sumber, komputer, OHP, Wireless, VCD berada di Unit kebidanan serta multimedia berada di biro direksi, box-box PKRS terletak di setiap bidang. Televisi yang ada disetiap ruang tunggu dan ruang perawatan belum digunakan secara maksimal.
Perencanaan kegiatan PKRS, menggunakan sistem bottom up, yaitu unit-unit kerja membuat rencana kemudian dibicarakan dengan seluruh panitia dan diusulkan kepada Direksi. Pengorganisasian PKRS dalam bentuk kepanitiaan, dilengkapi dengan uraian tugas yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, PKRS di unit perawatan dilakukan secara perorangan antara petugas dan pasien, jarang diadakan penyuluhan kelompok, kecuali unit kebidanan. Di tingkat Rumah Sakit PKRS dilaksanakan berupa penyuluhan, seminar, lokalatif dan telah direncanakan studi banding PKRS di RS Dr. Soetomo Surabaya. Belum pernah dilakukan tindak lanjut penilaian/evaluasi, baik dari manajemen RS, Depkes. maupun Dinkes provinsi DKI. Langkah-langkah pengelolaan kegiatan PKRS, jika dilihat dalam buku Panduan Promosi Kesehatan, pada umumnya PKRS PK Sint Carolus telah melaksanakan sesuai tahapan.
Saran penulis untuk meningkatkan kualitas PKRS di PKSC yaitu Sarana televisi agar dimanfaatkan lebih maksimal sebagai sarana PKRS dengan menambah alat berupa sentral audio, PKRS diusulkan mendapat dukungan dari pihak pengelola program yaitu Depkes khususnya Ditjen Yanmed dan Pusat Promosi Kesehatan serta rencana PKRS masuk sebagai salah satu komponen akreditasi RS supaya ditindak lanjuti. Bagi peneliti lain, agar bisa menindaklanjuti penelitian ini khususnya untuk pelaksanaan PKRS yang di luar rumah sakit.
Analysis on Implementation of Health Promotion in Hospital at Saint Carolus Health Service, Jakarta 2003Health Promotion is an empowerment effort of community in preserving, increasing, and protecting their health and environment. The prime program of health promotion is PHBS that covers 5 (five) arrangements: among others is Health Institution which called Health Promotion in Hospital (HPH), with the community of hospital and its surrounding as the targets. The objective of HPH is to develop the comprehension of patients and their families regarding the disease suffered and things that need to be done by the families themselves in helping the recovery and preventing the relapse condition of the same disease. If it is done well, HPH can give its contribution towards the increase of quality and health service image.
Saint Carolus Health Service is one of prime-type private hospital that has conducted the program of HPH. It has begun in 1991 up to now; nevertheless the implementation is still in straightening-up.
It is a qualitative research using in-depth interview method, FGD and secondary data analysis. By the informant of policy maker, the chief of Implementation HPH, the officers for hospital treatment, and patients.
Based on the result and conclusion of this research, it can be found that:
The amount of HPH officers at Saint Carolus is 15 people for the hospital level, which it is quite sufficient. The have minimum education of Master Degree majoring in health and have followed HPH training. Besides as committee of HPH, they all have had main duties and functions. For HPH in the patient level, the officers have not been trained yet, and the amount is felt need to be added. The budget for implanting HPH is from Saint Carolus Direction Board budget. The equipment and infrastructure have been determined in Decree Letter of HPH committee; they are a secretariat room which is completed with table, chairs, book shelf, printed-media from several sources, computer, OHP and wireless, VCD which is in obgin Unit, multimedia that is direction bureau, boxes HPH located in every field, and television that exists in each waiting room and nursery room used in maximal yet.
The planning of HPH uses bottoms-up system which is each working units has made the plan that will be discussed next entire committee and will be proposed to the Direction. The organization of HPH is in the form of committee that is completed by the job description that has not been fully conducted. HPH in nursery unit is done personally between officer and patient. It is rarely done in-group expect for obgin unit. In the hospital level of HPH is done education, seminar, training and has been planned a comparison study on HPH at Dr. Soetomo Hospital in Surabaya. It has never been done an evaluation follow up from Ministry of Health (MOH), Hospital management or provincial Health Office of DKI. The organizing steps of HPH can be seen in the Health Promoting Guideline which Saint Carolus generally has been done based on its steps.
The suggestion of the writer to increase the quality of HPH in Saint Carolus Health Service is the means of television is better to be used in maximal as the means of HPH by adding audio central. HPH is proposed to get support from program implementers which is MOH, especially Directorate General of Medical Service and Central of Health Promotion as well as the plan of HPH that is included as one of hospital accredited component so that it can be followed up next. Other researchers need to pay their attention in following up this research particularly the implementation of HPH that is done Outreach hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Ibrahim
"Rumah sakit Pemerintah menghadapi berbagai tantangan dalam mengemban fungsi sosial pada masa mendatang. Terlihat kemampuan pemerintah mensubsidi rumah sakit baru mencapai 50-60 % dari kebutuhan rill, Oleh karena itu muncul harapan rumah sakit menjadi lebih mandiri atau otonom dalam pengelolahannya namun tetap menjalankan misi pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai otonomi RS Fatmawati yang meliputi: Manajemen strategik, Pengelolaan/Administrasi, Manajemen SDM, Manajemen Keuangan serta Pengadaan dengan menggunakan konsep Chawla (1996) dan konsep RS Perja (2000). Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian memperlihatkan gambaran peran yang erat antara Dewan Pengawas dengan derajat otonomi rumah sakit. Kesimpulan yang di dapat adalah: Dewan Pengawas merapakan unsur penting dalam menentukan derajat otonomi suatu RS; Menurut kerangka model otonomi Chawla, derajat otonomi RS Fatmawati tinggi pada Manajemen Strategis, Administratir'manajemen operasioral, Manajemen SDM non PNS, manajemen keuangan bersumber pendapatan fungsional dan Pengadaan untuk pendanaan bersumber dari RS. Untuk itu peneliti menyarankan kepada Depkes untuk memilih Dewan Pengawas yang profesional dan mewakili simbol masyarakat. Mengobah pandangan terhadap rumah sakit ke model RS dengan Pandangan Pihak Berkepentingan (Stakeholders View). Untuk RS Fatmawati disarankan untuk mengkaji UU NO.19 tahun 2003 tentang BUMN, mengembangkan analisis jabatan berdasarkan Rencana Strategik dan penyusunan sistem insentif yang lebih baik, menyusun tariff berdasarkan unit cost. Disamping juga melakukan diversifikasi produk serta melakukan proses sosialisasi intern RS.

Analysis of the Implementation of Policy on Hospital Autonomy A Case Study at the Fatmawati Hospital, Jakarta 2003In the future, Government's Hospitals are facing to several challenges in shoulder it social function. It is obviously seen that government's capacity in subsidizing hospital only reach about 50-60% of real needs of a hospital. Therefore, it is a raising expectation to have a self sufficient or autonomous hospital but at the same time is still running government's missions. This research aimed at evaluating the autonomy of Fatmawati Hospital in the scope of: strategic management, management/administration, human resources management, management of finance, and procurement by using the concept of Chawla (1996) and the concept of state owned enterprise (Perjan) hospital. The design of study is a case study using quantitative and qualitative approach. The results of research show a significant relationship between the role of Board of Supervisor and the degree of autonomous. The conclusion of the research are: Board of Supervisor is an important component that determining the degree of autonomus of a hospital; according to the concept of Chawla. The degree of autonomy of Fatmawati Hospital is high interms of strategic management, operational managementladministration, non-civil servant human resources management, management of finance based on functional income, and procurement of hospital. Therefore, it suggested to the department of Health to choose professional and publicly representative Board of Supervisor. Change the paradigm of hospital to a model of hospital that using stakeholders' view. For the Hospital of Fatmawati it suggested to analysis the Law No. 1912003 about State Owned Enterprise, developing job analysis based on stategic planning, developing a better incentive system, and developing pricing based on unit cost analysis, and also diversify the produk and socialized it at the internal hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riwayat Suyono
"Untuk mengetahui keinginan dari konsumen tentang pelayanan kesehatan yang merupakan karakteristik pasien rawat inap Rumah Sakit Pelni "Petamburan" Jakarta, telah dilakukan penelitian terhadap 49 pasien kelas perawatan VIP dan 86 pasien kelas perawatan Non VIP. Banyaknya sampel tersebut telah memenuhi persyaratan penelitian yang ditetapkan.
Penelitian dilakukan dengan latar belakang bahwa rumah sakit mampu untuk menyelenggarakan pelayanan rawat nginap yang baik, tetapi belum dapat dimanfaatkan konsumen secara optimal untuk menghadapi peluang yang ada. Peluang tersebut adalah demand konsumen terhadap pelayanan kesehatan yang lebih baik karena adanya peningkatan pendidikan dan keseiahteraan masyarakat serta semakin membaiknya perekonomian negara sebagai hasil pembangunan yang telah dilakukan bangsa Indonesia.
Serta untuk menghadapi persaingan dengan sesamanya, rumah sakit perlu berupaya melakukan pemasaran produk jasa pelayanan rawat inapnya. Upaya pemasaran ini dilakukan terhadap produk jasa pelayanan kelas perawatan VIP dan Non VIP agar dapat memberikan nilai tambah bagi rumah sakit. Nilai tambah ini dimaksudkan agar rumah sakit mampu mengatasi biaya operasionalnya yang semakin meningkat.
Hasil penelitian yang merupakan karakteristik pasien kelas perawatan tersebut diharapkan dapat menjadi landasan bagi rumah sakit dalam menyusun upaya pemasaran, agar dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suripto
"Mengelola rumah sakit bukanlah hal yang sangat sederhana dengan biaya yang sederhana pula, melainkan memerlukan kerjasama berbagai kornponen yang ada melalui upaya yang strategis dan dukungan sumberdaya yang handal, sehingga Pendapatan merupakan hal yang sangat berarti dari seluruh kegiatan rumah sakit sebab Pendapatan tersebut merupakan bagian dari tambahan biaya operasional rumah sakit.
Pendapatan rumah sakit dapat dijadikan sebagai salah satu acuan tentang peningkatan pelayanan diunit unit tersebut sebagai bagian dari kinerja keuangan unit dan keadaan ini akan dipengaruhi oleh kinerja pelayanan yang dilakukan masing masing unit.
Gambaran pendapatan ini ingin diketahui secara rinci selama 5 tahun yaitu dari tahun 1999 sampai dengan 2003 dengan melihat gambaran pendapatan dari; Pendapatan Rawat jalan, Pendapatan Rawat inap, Serta pendapatan pelayanan penunjang, baik dari penggunaan kapasitas ruangan, jenis / kelompok layanan, serta bagamana gambaran laporan keuangan yang ada sehingga nantinya dapat dipakai sebagai salah satu acuan untuk menentukan perencanaan pada masa yang akan datang.
Dan pengumpulan data sekunder dilakukan suatu analisis yang bersifat evaluatif untuk mengikuti perkembangan pendapatan selama 5 tahun sehingga dari hasil analisis ini diperoleh gambaran masing-masing unit pelayanan serta kontribusinya dalam besaran penerimaan rumah sakit, baik itu dibandingkan dengan pengeluaran maupun biaya operasional lain sehingga kemampuan rumah sakit dalam pemenuhan pembiayaan operasional yang berasal dari pendapatannya seenndiri dapat diketahui.
Dengan membuat beberapa trend dan proyeksi pendapatan rumah sakit maupun pengeluaran maka hal ini berguna sebagai bahan evaluasi kegiatan apakah rumah sakit mempunyai prospek yang baik dalam meningkatkan pendapatannya serta mampu untuk menekan biaya secara efisien sehingga mampu untuk dipersiapkan menjadi Badan Layanan Umum.

Managing a hospital is not a simple thing to do with simple cost but it needs collaboration from many components through strategic effort and reliable resources support. So the revenue is very valuable thing from all activities in hospital because it is part of additional operating cost of hospital.
Hospital revenue can be a model for service improvement in the units of hospital as a part of unit's financial performance. It is influenced by service performance that conducted in each unit.
The study would like to explain about the description of revenue for 5 years from 1999 until 2003 by assessing the revenue of outpatient, inpatient and ancillary services either from room usage, type of services, and existing financial statement. So, it could be used as one of references to make a planning in the future.
Secondary data analysis used evaluative approach in order to assess the progress for 5 years. From analysis result above would be obtained the description of revenue in each unit and its contribution in the scale of hospital revenue both compared with expenses and other operating costs. In the result, the hospital capability in performing operating cost that got from its revenue could be assessed.
By making some trend and projection models of hospital cost and revenue could be used as program evaluation subject whether the hospital had good prospect in increasing its revenue, was able to do the cost containment efficiently and to prepare itself became a Public Service Board."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Handiarti Effendi
"Kondisi persaingan dalam dunia perumahsakitan saat ini semakin meningkat dengan adanya peraturan dan kebijakan yang membuka luas usaha di bidang ini oleh pihak swasta serta datangnya era globalissasi. Untuk itu rumah sakit yang telah ada dituntut untuk menerapkan suatu strategi agar bisa tetap bertahan hidup dan tidak tenggelam dalam arus globalisasi tersebut.
Rumah Sakit Ibu dan Anak Lestari merupakan rumah sakit khusus swasta yang berada di daerah Cirendeu, Ciputat dan telah berdiri sejak tahun 1992. Dalam perjalanan pelayanannya, tampak bahwa kinerja rawat inap masih di bawah standar dan masih kalah dibandingkan dengan pesaingnya. Dengan makin ketatnya persaingan di dunia perumahsakitan, dipandang perlu untuk membuat perencanaan pemasaran untuk layanan rawat inap kebidanan, selain itu juga karena rumah sakit ini belum mempunyai program pemasaran yang terintegrasi.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif; dilakukan dengan mengumpulkan data primer melalui observasi dan wawancara mendalam serta mengumpulkan data sekunder dengan penelusuran dokumen yang mendukung. Dilakukan pula FGD (Focus Group Discussion) dalam tahap awal dan tahap keputusan.
Dengan menganalisis faktor-faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal rumah sakit dapat dipilah-pilah mana faktor yang merupakan peluang dan ancaman serta mana yang menjadi kekuatan dan kelemahan organisasi. Kemudian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap layanan rawat inap digunakan untuk penyusunan Matriks EFE dan IFE kemudian dianalisa dengan menggunakan matriks TOWS dan matriks IE.
Pada tahap ini didapatkan strategi pengembangan produk sebagai strategi terpilih dengan alternatif program : 1. meningkatkan penjualan dengan perbaikan mutu layanan, 2. memodifikasi produk dengan membuat paket persalinan, 3. membuat produk baru yaitu senam hamil, 4. paket antenatal care dan 5. mengembangkan penelitian pemasaran.
Melalui FGD, dilakukan penentuan prioritas program yang akan dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu Quantitative Strategic Plannning Matrix, dan terpilih program peningkatan mutu layanan melalui peningkatan kualitas SDM, perbaikan sarana dan prasarana serta penambahan dokter spesialis kebidanan/kandungan tetap.

The 2003 Marketing Strategic Plan of Inpatient Service In Lestari Hospital, Ciputat, TangerangThe competition among hospitals keeps on increasing due to the open policy and the effect of globalization that allow private sectors to join in the business. For that reason, it is necessary for hospitals to implement a certain strategy to survive.
Lestari Hospital, which specialized in delivering service for mothers and children, has been established since 1992. Along the way, the performance of its inpatient service is still below standard and positioned it self below other competitors. Facing tight competition and it?s a necessity to organize a marketing strategic plan for maternity inpatient service. Besides that, the hospital is doesn't have an integrated marketing program.
A qualitative research was conducted by gathering primary data through observation and in-depth interview while checking the related documents was done to gather secondary data. Focus Group Discussion (FGD) was carried out during the initial and decision making stage.
By analyzing external and internal factors, factors that were considered opportunities and threats as well as strength and weaknesses can be determined. The influencing factors for inpatient service were used in EFE and IFE Matrix. TOWS and IE matrix were used in the analyzing process.
In this stage, product diversification came out as the chosen strategy with 5 alternatives: increasing sales by improving the service quality; product modification with maternity package; developing new products such as maternity exercise; antenatal care package; and marketing research.
Through FGD, the prioritized program was set using Quantitative Strategic Planning Matrix with the following result: improving service quality through human resource development, improving the facilities and adding more permanent gynecologist."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 10925
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Suwandi
"Dengan meningkatnya jumlah rumah sakit di kota-kota besar, khususnya Jakarta, maka dirasakan perlu untuk memasarkan jasa rumah sakit dengan tetap mengingat etika yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan PERSI. Kerjasama dengan berbagai perusahaan dan perusahaan asuransi dianggap oleh RS Pluit sebagai upaya dalam meningkatkan jumlah pasien dan pemanfaatan fasilitas.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk melihat peran dan fungsi bagian pemasaran dalam memasarkan ikatan kerjasama dengan berbagai perusahaan.
Dari penelitian ini diketahui bahwa struktur organisasi manajemen pemsaran di RS Pluit tidak mengikuti teori dan tidak mempunyai target dan mekanisme kontrol dalam menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang. Keberhasilan maupun kegagalan diukur dengan membandingkan pencapaian bulan berjalan dengan bulan sebelumnya. Pendapatan rumah sakit dari ikatan kerjasama sampai dengan bulan Juli 2001 adalah Rp.168.862.614, suatu jumlah yang tidak terlalu besar bagi RS seperti RS Pluit.
Disimpulkan bahwa proses manajemen pemasaran di sini, khususnya dalam perencanaan belum optimal sehingga disarankan untuk memperbaikinya dengan menetapkan target dan mempunyai mekanisme kontrol untuk menilai kinerja.

The Role of Marketing Management in Marketing Partnership with Companies at Pluit HospitalMany new hospital emerged in big cities like Jakarta led to the need of marketing health services provided by hospital although ethics stipulated by Ministry of Health and PERSI in doing so must always be considered and followed. Pluit hospital considers partnership with companies and insurance companies as a tool in increasing patients and utilization of ancillary services.
This is a qualitative research with case study approach to analyze the role of Marketing Management in Marketing Partnership with Companies at Pluit Hospital.
It was found that organization structure in marketing department of Pluit hospital was not following theory of organization, it also did not stipulated goal and target and did not have a control mechanism in planning a short term as well as long term plan. Success and failure measured by comparing this month's performance with that of the previous month. This year's income earned in this partnership up to July 200I was Rp.168.862.614, an average amount for a high class hospital such as Pluit hospital.
It was concluded that the role of marketing management, especially in planning, was not yet maximal. Goal, target and control mechanism has to be stipulated to be able to measure performance."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T7814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Lufti Huswatun
"Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa belum dilakukannya bauran promosi secara optimal untuk paviliun melati. Sebagai produk unggulan yang memberikan profit besar kepada rumah sakit seharusnya paviliun melati dapat tersosialisasi di masyarakat.
Dari analisa yang sudah dilakukan ditemukan bahwa BOR paviliun melati selama periode Oktober 2001 sampai dengan Pebruari 2002 rata-rata diatas 60 %, tapi berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada pasien tentang alasan di rawat di paviliun melati didapatkan 90 % pasien berasal dari rujukan dokter atau RS lain, dan hanya 10 % pasien yang mengetahui keberadaan paviliun melati.
Tujuan penelitian untuk mengetahui landasan keputusan pemilihan bauran promosi paviliun melati dari pihak RS PMl, selain itu juga membuat rancangan konsep bauran promosi yang optimal bagi paviliun melati RS PMI.
Jenis penelitian merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Data dan informasi diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan belum sempurnanya landasan keputusan pemilihan bauran promosi paviliun melati dilihat belum adanya database untuk audiens sasaran, serta belum adanya kebijakan dari manajemen tentang anggaran promosi yang akan digunakan. Bauran promosi yang sudah dilakukan selama ini dengan menggunakan brosur dengan lokasi penempatan yang tidak strategis dan distribusi pengadaan serta frekuensi pembaharuan yang terjadwal. Perencanaan kegiatan penyuluhan kesehatan melalui radio dan rencana kegiatan housecall pasien post rawat . khusus kelas utama untuk kontrol ulang cukup baik tapi belum dibuat perencanaan yang matang dari segi SDM, anggaran dan teknis pelaksanaan.
Perencanaan anggaran promosi dapat diambil dari pendapatan perawatan, sesuai dengan penelitian Lilien anggaran yang digunakan untuk promosi sebesar 7% dari penjualan. Sedangkan untuk periklanan diasumsikan 25 % dari anggaran promosi total, humas dan publisitas sebesar 50% dari anggaran promosi total dan untuk promosi penjualan sebesar 15 % sedangkan untuk pemasaran langsung sebesar 10%.. Perhitungan didasarkan atas jenis produk paviliun melati yang masih dalam taraf perkenalan sehingga periklanan dan humas harus dilakukan lebih intensif.

The background of the research was that promotional mix isn't implemented optimally for melati pavilion. As a core product giving high contribution for the hospital, melati pavilion should be socialization among people.
From the analysis, it detected that the B.O.R of melati pavilion during September 2001 until February 2002 approximately 60%. But considered patient opinion about their reason of stay in VIP, it is found 90% patients came due to other hospital or doctor reference, the rest about 10% of the patients recognized the existence of melati pavilion (survey).
The aim of the research was to explore right perception about promotional mix strategy in PMI hospital. Besides researcher wants to know about planning concept of promotional mix in PMI.
The type of the research was a case study with qualitative approach. Data was analyzed by using interviewed, observation and documentation study.
The result indicates that RS PMI has been facing the follow problem: unclear objective of promotion mix selection. Brochure positioned in proper place, no schedule frequency and renounce, no human resources planning, budget planning and technical implementation. But RS PMI performs well in reminding customer to do regular check up by phone.
Assume Lilien research that budget for promotion account for approximately 7% from sales promotion. For the advertising program 25% from the total promotion budget, publication 50% from the total promotion budget. Both advertising and publication budget has to be more than other because of the product was still in introduction stages. Budget for sales promotion about 15% from total budget promotion and finally budget for direct marketing is about 10 % from total budget promotion.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T2833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnomo Subagyo
"Total biaya pelayanan rumah sakit dari tahun ke tahun cenderung meningkat, dari Rp 245,8 milyar pada tahun 1982/83 menjadi Rp 476,2 milyar pada tahun 1985/86. Pada umumnya pemakaian biaya tersebut di rumah sakit sendiri masih belum banyak diketahui. Berbagai macam rumah sakit di Indonesia terutama swasta mempunyai sistem akuntansi dan klasifikasi biaya yang sangat beragam.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang komponen biaya dan biaya satuan Unit Rawat Nginap Anak RS Bethesda Yogyakarta dan melihat bagaimana keeratan hubungan antara komponen biaya serta biaya apa yang paling berperan terhadap pembentukan biaya satuan. Dengan tidak memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi komponen biaya tersebut. Janis penelitian adalah "time series study" dan pengambilan data dengan penelusuran biaya memakai cara distribusi ganda. Teknik analisis yang dipakai adalah analisis monovariat, analisis bivariat dengan uji korelasi dan analisis multivariat dengan regresi linier ganda. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran tentang keeratan hubungan antara komponen biaya dengan biaya satuan dan komponen biaya yang paling berperan.
Kesimpulan yang didapat adalah biaya obat, biaya barang dan biaya karyawan mempunyai hubungan yang et-at dengan biaya satuan dan yang paling erat adalah biaya obat kemudian biaya barang dan biaya karyawan. Untuk itu peneliti mengusulkan kepada para pengelola rumah sakit bahwa sekarang sudah saatnya memperhitungkan biaya satuan sebagai bahan masukan pengambilan keputusan, perencanaan dan evaluasi dalam rangka pengelolaan biaya rumah sakit yang rasional."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>