Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55451 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irna Susanti Hardiawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penerapan sistem laporan kesalahan pemberian obat dirawat inap RS X sejak tahun 2000 hingga saat ini.
Sistem laporan mulai dari masukan yaitu sistematika dan pelatihan penulisan formulir laporan, kebijakan yaitu SOP (Standard Operating Procedure), komitmen pimpinan, dan dukungan semua departemen, motivasi yaitu sistem insentif dan rasa takut, takut hukuman, takut disalahkan, takut dipecat dan persepsi staf terhadap laporan yaitu hanya kasus besar / fatal saja yang dibuat laporan, tidak untuk kasus-kasus yang kecil. Sistem juga dilihat dari proses yaitu analisa / klarifikasi laporan juga pencarian akar masalah, tindakan koreksi / pencegahan yang dilakukan dan umpan balik serta evaluasi.
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan model studi kasus, menggunakan 8 kasus 2000-2002 dan 20 kasus hasil observasi 2003. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam dan juga terstruktur terhadap 14 informan dan observasi lapangan terhadap pemberian obat dirawat inap pada waktu tertentu terhadap 32 pasien.
Hasil penelitian terlihat masukan masih belum maksimal diterapkan, laporan, kebijakan, motivasi dan persepsi masih perlu diperbaiki terutama rasa takut menulis laporan masih sangat menonjol dari staf yang diwawancara. Pada proses kesalahan terbanyak yang dilaporkan adalah wrong drug sedangkan pada observasi kesalahan terbanyak adalah wrong time yang tidak dilaporkan semua kesalahan pada observasi berjumlah 20 kasus tidak ada laporan karena kasus kecil, tak tahu ada kesalahan dan atasan tidak tahu. Masih ada kasus-kasus yang akar masalahnya belum dicari dengan tuntas, hanya berhenti pada kesalahan orang yang tak menjalankan SOP sehingga tindakan koreksi / pencegahan tidak tepat. Kasus lain karena tulisan dokter yang tak jelas, distraksi telpon tindakan koreksi hanya sebatas pemberitahuan kepada dokter. Umpan balik dan evaluasi tidak pernah dilakukan.
Untuk memberikan hasil kerja sistem yang optimal maka perlu disarankan perbaikan-perbaikan sistem dari masukan sampai dengan proses dengan konsisten dapat diterapkan terutama menghilangkan kendala rasa takut untuk menulis dengan sosialisasi rutin.

Analysis of the Incident Reporting System on Medication Error in the Wards at Hospital X for the Period Year 2000 ? 2003The purpose of this research is to assess the effectiveness of the Implementation of the Incident Report System with regards to Medication Errors in the wards at Hospital X from the period year 2000 to 2003.
The design of the research was conducted using descriptive qualitative data obtained from the incident reports filed, hi-depth interviewing, structured interviews and observation studies were conducted from the data obtained from the incident reports.
The analysis were conducted using "input" that is, systematic forms, training on how to fill in the forms, existing policies e.g. SOP ( Standard Operating Procedure ), Senior management commitment, multidisciplinary support, staff motivation e.g. reward system, fear of job loss, punishment and staff perception of the error, small/big/fatal. The Process of the system was also analyzed from case-analysis/clarification, finding the root causes, corrective actions /preventive actions, feed back and evaluation.
The results of the research showed input should be improved, in particular fear of punishment, job loss. These two factors greatly influenced the "input". In "Process", it was shown that most errors reported were wrong drug errors, and from observation of 19 errors most of them were wrong time errors, no reports were written because of no fatal case, not known by their supervisors, and they did not realized there were errors.
In the majority of the incidents reported, the root causes of the incidents occurred were not well analyzed, blaming individuals by not following SOP were prominent. Corrective / preventive actions were not implemented correctly.
The analysis also revealed that poor doctors? handwritings and telephone distractions added to the drug error. Limited corrective actions were taken for this. Feedback and evaluation were not done.
From this study it is recommended that in order to optimize the implementation of the system, improvement should be made from input until process consistently, in particular, to eliminate fear in filing the incident reports and the system needs to be widely socialized and understood."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11361
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilda Narcis
"Kompleksnya pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan peluang terjadinya kesalahan, terutama dengan adanya tindakan invasif di bagian bedah. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kejadian dan faktor-faktor yang berkontribusi pada kesalahan medis di bagian bedah rawat inap terkait keselamatan pasien di sebuah Rumah Sakit Umum Daerah. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kesalahan medis yang terjadi yaitu 2 kasus KPC, 1 kasus KNC dan 3 kasus KTC. Belum adanya SOP, audit klinis, tempat kerja yang tidak kondusif, kurangnya sarana prasarana, pendidikan, pelatihan, kerja tim dan komunikasi menjadi latar belakang kesalahan.
Kesimpulannya adalah kejadian kesalahan medis dipengaruhi oleh faktor organisasi, tempat kerja, individu dan barier. Belum adanya clinical governance dan program keselamatan pasien yang belum berjalan dengan baik. Pelaksanaan keselamatan pasien sangat dipengaruhi oleh pimpinan institusi.

The complexity of medical services in a hospital creates a change for an error, particularly on an invasive action in surgery unit. This study is aimed to analyse events and contributing factors to medical error in the inpatient unit regarding patient safety in a district hospital.
Using Qualitative with case study design, this study records some medical error events, which are 2 KPC cases, 1 KNC case and 3 KTC cases. Unexisting SOP, clinical audit, unconvenient place of work, lack of equipment/supporting tools, education, training, teamwork and communication are identified as the major causes.
The conclution is that medical errors are influenced by organization factor, work place, individual and defences factors. Unexisting clinical governance and uncontrolled patient safety program. The implementation of patient safety program is greatly influenced by institution leader.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leila Rahmaulidya
"Saat terjadi malapraktik medis yang disebabkan oleh adanya misdiagnosis dari dokter di rumah sakit, masyarakat bingung untuk menentukan apakah tindakan misdiagnosis dapat digugat ke pengadilan. Lebih daripada itu, masyarakat dibuat bingung dalam penujuan gugatan tersebut, dikarenakan adanya saling lempar tanggung jawab antara dokter dengan rumah sakit. Penulis akan membahas mengenai persyaratan untuk sebuah misdiagnosis dapat dikategorikan sebagai sebuah tindakan malapraktik, lebih jauh sebagai perbuatan melawan hukum, dan pihak manakah yang harus bertanggung jawab atas terjadinya perbuatan melawan hukum tersebut, dengan cara membandingkan beberapa doktrin dan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sebagai perbandingan, Penulis menggunakan putusan Mahkamah Agung No. 515PK/Pdt/2011 terkait misdiagnosis medis yang terjadi di rumah sakit.
When there is a medical malpractice caused by misdiagnosis conducted by a doctor in the hospital, people are confused to determine whether the actions of misdiagnosis can be sued to the court. More than that, the publics confused in addressing the lawsuit, due to doctor and hospital are throwing responsibility each other. The author will discuss the requirements for a misdiagnosis can be categorized as an act of malpractice, so far as tort, and which of the parties shall be responsible for the occurrence of the unlawful act by comparing several doctrines, laws and regulations in Indonesia. For comparison, the author use the Indonesia Supreme Court decision No. 515PK/Pdt/2011 related to medical misdiagnosis that occurred in the hospital."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S56369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Davita Masari Putri
"Misdiagnosis yang dilakukan oleh dokter merupakan tanggung jawab dari rumah sakit dan juga dokter yang melakukan perbuatan tersebut. Terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai misdiagnosis medis, salah satunya adalah Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Penulis akan membahas mengenai unsur apa saja untuk sebuah misdiagnosis dapat dikatakan sebagai tindakan malpraktik dan perbuatan melawan hukum.
Untuk dapat melihat hal tersebut, penulis menggunakan metode penulisan yuridis normatif-empiris, jadi penulis mewawancarai beberapa narasumber dan membandingkan beberapa doktrin dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Sebagai studi kasus, penulis menggunakan kasus dari sebuah website bernama www.rememberaidan.com. Misdiagnosis yang dilakukan oleh dokter merupakan tanggung jawab dari rumah sakit dan juga dokter yang melakukan perbuatan tersebut. Terdapat beberapa peraturan yang mengatur mengenai misdiagnosis medis, salah satunya adalah Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Penulis akan membahas mengenai unsur apa saja untuk sebuah misdiagnosis dapat dikatakan sebagai tindakan malpraktik dan perbuatan melawan hukum. Untuk dapat melihat hal tersebut, penulis menggunakan metode penulisan yuridis normatif-empiris, jadi penulis mewawancarai beberapa narasumber dan membandingkan beberapa doktrin dan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sebagai studi kasus, penulis menggunakan kasus dari sebuah website bernama www.rememberaidan.com.

A misdiagnosis that was caused by a doctor is a liability for the hospital and the doctor itself. There are some rules that governing about medical misdiagnosis, one of them is Undang undnag No. 44 Tahun 2009. The writer will discuss the element whether a misdiagnosis can be categorize as a malpractice and as an action against the law.
To get the conclusion, the writer is using juridical normative empirical writing method, so the writer interviewing several people and comparing some doctrine and regulation in Indonesia. As a case study, the writer is using a case from a website named www.rememberaidan.com.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2017
S69115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wardani Arsyad
"Pendahuluan: Kesalahan pemberian obat merupakan isu kualitas pelayanan kesehatan yang melibatkan peran perawat. Perawat membutuhkan kemampuan kognitif untuk mengelola kegiatan asuhan keperawatan pasien.
Tujuan: Mengetahui hubungan kemampuan kognitif dan beban kerja perawat pelaksana dengan kesalahan pemberian obat di unit rawat inap RSUD Cengkareng Jakarta.
Desain: Deskriptif analitik menggunakan pendekatan cross sectional terhadap 61 perawat pelaksana, dipilih dengan cosecutive sampling. Pengukuran kesalahan pemberian obat dengan observasi, beban kerja menggunakan continous observation, selama 24 jam (3 shift), sedangkan kemampuan kognitif diukur dengan Raven standard progressive matrices test.
Hasil: Ada hubungan bermakna antara kemampuan kognitif dan beban kerja dengan kesalahan pemberian obat (p=0,027;OR=0,6; p=0,018;OR=0,6). Kesalahan pemberian obat lebih banyak terjadi dalam hal waktu dan dokumentasi obat (masing-masing 30,2%).
Kesimpulan: Perawat yang memiliki kapasitas intelektual rata-rata dan beban kerja tinggi berpeluang lebih besar melakukan kesalahan pemberian obat.
Rekomendasi: Meningkatkan pemahaman perawat akan perannya dan menanamkan sikap disiplin waktu pemberian obat, yang bisa dimulai 30 menit sebelum jadwal yang tertulis pada daftar obat. Pengaturan jadwal dinas perawat mempertimbangkan kebutuhan akan pemulihan.

Introduction: The medication administration errors are one of the negative issues in the health care quality. Nurses should need a certain level of cognitive beside a condusive work load environment to secure the entire high quality patient nursing.
Objective: To analyze the correlation between nurse cognitive level and work load to the medication administration error in the in-patient unit of RSUD Cengkareng-Jakarta.
Methode: Analytical comparassion study with cross sectional design of 61 subjects, collected by consequtive sampling method. The measurement of medication administration error was done by disguised direct observation. The work load was measured by continous observation in 3 shift for 24 hours, while the cognitive level by Raven standard progressive matrices test.
Result: A significante correlation between cognitive level and work load to the medication administration error was found (p=0.027; OR=06 and p=0.018; OR=0.6). The medication administration error occured mostly in administration's timing and documentation (each 30,2%).
Conclusion: In the high work load circumstances, the nurses with an average level of cognitive had a bigger chance to make medication administration error than the nurses with an outstanding level of cognitive.
Recommendations: Improved the understanding of the nurses noble roles and the nurse's discipline in medication administration. The medication administration could be start 30 minutes before the instructed time. The setting of working time table must count the need of recovery time after duty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ayus Astoni
"Tesis ini meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian medical error oleh dokter di RS. XYZ Palembang, yang meliputi faktor karakteristik dokter, faktor pasien dan faktor lingkungan kerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis spesialisasi dokter memiliki hubungan bermakna dengan kejadian medical error oleh dokter, dimana dokter spesialis medik operatif dan dokter umum lebih sering melakukan medical error dibandingkan dokter spesialis medik non operatif. Faktor usia dan masa kerja dokter, faktor kenyamanan lingkungan kerja, dan faktor kompleksitas penyakit pasien tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian medical error oleh dokter di RS.XYZ Palembang.

This research examines the factors assaciate with the medical errors events by doctors at the hospital XYZ Palembang, which include doctors characteristic factors, patient factors and work environment factors. This is a quantitative study with a cross-sectional design.
Results showed that type of physicians specialities have a significant relationship with the medical errors events by doctors. Whereas Operative medical specialists and general practitioners have more frequent of doing medical errors than non-operative medical specialists. Age and work experience of doctors, work environment factors and patient factors have no significant relationship with the medical errors events by doctors at the hospital XYZ Palembang.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44224
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochimiah
"Berdasarkan Kepmenkes no 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar pelayanan farmasi untuk tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat adalah 100 %. Kejadian kesalahan pemberian obat dari bagian farmasi di RS ?X? masih selalu muncul walaupun sudah ada Standar Prosedur Operasional (SPO). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan analisis konten. Peneliti melakukan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Dari hasil penelitian didapatkan faktor penyebab kejadian kesalahan pemberian obat yang perlu diperbaiki adalah faktor supervisi terhadap pelaksanaan SPO, lingkungan kerja fisik, kelelahan, stress dan interupsi, beban kerja serta ketrampilan dan pengetahuan petugas.

Based on Kepmenkes No. 129 year 2008 about Minimum Service Standards Hospitals, pharmaceutical service standards for the absence of medication error occurrence is 100%. Incidence of medication errors in a hospital "X" pharmacy section was always appear despite existing Standard Operating Procedures (SOPs). The purpose of this research is to identify and analyze the factors that caused the error. This is a qualitative research method with content analysis. Researchers conducted in-depth interviews, observation and document review. From the results, the causes of medication error events that need to be improved is the supervision of the implementation of SPO factors, physical work environment, fatigue, stress and interruptions, workload and skill and knowledge workers."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
T41900
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Santosa
"Faktor penyebab kesalahan pengobatan di RS Bros belum pernah dievaluasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pemberian obat di RS Bros khususnya dari peresepan, pendistribusian atau pemberian. Merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan analisis isi, tehnik pengambilan data dengan studi dokumen, wawancara mendalam dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan kasus kesalahan pengobatan yang tidak terlaporkan masih cukup tinggi, Faktor yang menentukan kesalahan pengobatan meliputi kesulitan pembacaan resep dokter oleh beberapa petugas farmasi.dan masih belum tersedianya beberapa kebijakan dan SOP. Diperlukan sosialisasi penulisan resep yang standar ,juga penyempurnaan kebijakan dan SOP untuk mencegah kesalahan pengobatan di RS Bros.

The cause of medication errors at Bros Hospital has not been evaluated. The purpose of this study was to determine the factors that lead to error in the implementation of medication administration at Bros Hospital, especially in prescribing, dispensing and administration. This qualitative descriptive study with content analysis using data capture techniques including review documents, in-depth interviews and observations. In this study unreported medication errors are still common. Determinant factors of medication errors were difficulties in reading prescription by pharmaceutical officers, policies and standard operating procedures were not available yet. We suggest socialization of standard prescribing method and improvement of policies and standard operating procedures in order to prevent medication errors at Bros Hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T39247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Mas Dewi Pratiwi
"Latar Belakang. Menurut The Institute of Medicine sekitar 7.000 orang Amerika tewas setiap tahun akibat kesalahan pengobatan. Kesalahan pengobatan terdairi dari kesalahan diagnosis, resep, dosis, pemberian obat, dan ketidakterbacaan tulisan dokter. Rumah Sakit Karya Bhakti sudah memiliki sistem yang terkomputerisasi untuk pengelolaan farmasi namun ada sejumlah resep tidak tertebus dari 233 lembar resep dan 577 resep pada setiap harinya.
Tujuan. Menganalisa kesiapan pelayanan farmasi rawat jalan dalam penerapan sistem e-resep.
Metode Penelitian. Jenis penelitian adalah kualitatif analitik yang dilakukan pada bulan Mei tahun 2013 di Rumah Sakit Karya Bhakti, Bogor, Jawa Barat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Systematic Literature Review dan wawancara mendalam.
Hasil Penelitian. Model sistem e-resep yang paling cocok diterapkan di Rumah Sakit Karya Bhakti adalah kombinasi EPPAMS dan ETP. Sistem kombinasi ini bertujuan agar sistem e-resep memiliki pengaman dalam bentuk barcode dan memiliki sistem pengingat untuk pasien-pasien dengan pengobatan berkala. Kesiapan faktor sistem adalah 83% (sudah siap). Kesiapan faktor sumber daya manusia adalah 59% (kurang siap). Kesiapan faktor lingkungan pekerjaan adalah 72% (cukup siap). Kesiapan faktor pendukung adalah 83% (sudah siap).
Kesimpulan. Rumah Sakit Karya Bhakti cukup siap menerapkan sistem e-resep (kesiapan 69%).

Background. According to The Institute of Medicine, 7,000 Americans die each year due to treatment errors. Those errors include inaccuracy in diagnosis, prescription, dosage, drug delivery, and unreadable handwriting from physicians. Karya Bhakti Hospital already has a computerized system to manage the pharmacy sector but there still happens a condition that numbers of prescriptions has not been filled from 233 sheets and 577 prescriptions each day.
Objective. Analyzing the readiness of outpatient pharmacy services in eprescribing implementation.
Method. This study used analytical qualitative method which had been conducted in May 2013 at Karya Bhakti Hospital, Bogor, West Java. The data was collected using Systematic Literature Review and in-depth interview.
Result. The model of e-prescribing system, which is most suitable for Karya Bhakti Hospital, is a combination of EPPAMS and ETP. The system aims to build safe e-prescribing in the system with barcode as a tool and to make a reminder system for the patient with regular treatments. The result of the study shows that system factors 83% (already ready), human resources factors 59% (less ready), environment factors 72% (quite ready), and supporting factors 83% (already ready).
Conclusion. Karya Bhakti Hospital is ready enough to carry out the e-prescribing system (69% of readiness)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>