Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wawan Purwandi
"Penelitian ini pada awalnya ingin mengetahui hubungan seleksi, penempatan dan produktivitas kerja, dimana dalam melakukan penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dengan menggunakan skala Likert, kemudian dengan menggunakan Structured Equation Model dan mengunakan model stepwise, yakni metode untuk menguji keterkaitan setiap pertanyaan dari kuesioner yang disebar yang diolah dengan SPSS.
Dalam penggunaan metode Structured Equation Model, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Seluruh jawaban responden yang telah terkumpul diolah dengan SPSS dengan melakukan reduction atas pertanyan-pertanyaan yang ada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokkan lagi ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang memiliki keterkaitan yang tinggi (0,5 ke atas baik positif ataupun negatif).
2. Dari hasil pengolahan dengan SPSS, tersebut yang memiliki tingkat keterkaitan yang tinggi.
Dari penggunaan dengan metode di atas ditemukan 3 faktor utama yang mempengaruhi motivasi dan bekerja secara efisien dan efektif yang di dalamnya meliputi selalu termotivasi untuk bekerja dengan baik, apabila menjadi anggota team selalu bekerja dengan baik, dalam bekerja dapat memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif serta tidak menghadapi masalah dengan peralatan yang ada. Ketiga faktor yang mempengaruhi tersebut adalah kecerdasan dan penyesuaian diri, menerima kondisi kerja serta pengetahuan yang sesuai dengan bidang pekerjaan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kecerdasan dan penyesuaian diri mempunyai pengaruh terhadap motivasi bekerja secara efektif dan efisien secara signifikan. Hal ini terlihat dari koefisien korelasi/r sebesar 0,435 pada taraf signifikansi 0,000.
Kecerdasan dan penyesuaian diri ini didalamnya meliputi dapat belajar dengan mudah dan cepat, dapat mengarahkan/membimbing rekan kerja bawahan, sangat memahami beban kerja yang dibebankan dan tidak pernah menunda pekerjaan.
Hal yang sama juga untuk menerima kondisi kerja yang didalamnya meliputi tidak mengalami kesulitan bergaul dengan atasan, peralatan yang ada sudah memadai dan dapat menerima secara utuh lingkungan kerja dapat mempengaruhi motivasi bekerja secara efektif dan efisien sebesar 0,301 pada taraf signifikansi 0,0002. Sedangkan untuk pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap motivasi bekerja secara efektif dan efisien sebesar 0,276 dengan taraf signifikansi 0,003."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 11473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Septiani
"Secara umum motivasi dapat diartikan sebagai konsep perealisasian diri seseorang atau self concept realization. Konsep universal yang juga berlaku pada kehidupan berorganisasi ini ini mencerminkan dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu jika orang tersebut hidup dalam suatu cara yang sesuai dengan peran yang dia sukai, dan jika orang tersebut diperlakukan sesuai dengan tingkatan yang lebih dia sukai, serta jika orang tersebut diperlakukan dengan cara yang sesuai dengan cara yang mencerminkan penghargaan seseorang atas kemampuannya.
Setiap organisasi bisnis harus mampu menyusun kerangka yang tepat bagaimana sebaiiknya motivasi itu diberlakukan pada setiap individu yang terlibat di dalamnya. Motivasi menjadi tugas kepemimpinan dimana jajaran pemimpin mengkonseptualisasi dan sekaligus mengimplementasi motivasi untuk seluruh jajaran karyawan, pegawai, dan terhadap SDM yang bertugas.
Timbulnya motivasi dari dalam diri karyawan itu sendiri disebabkan oleh banyak hal, dan diantaranya adalah hubungan atasan-bawahan dan iklim komunikasi yang terjadi di perusahaan tersebut. Hubungan atasan-bawahan atau iklim komunikasi yang buruk kerap mempengaruhi persepsi atasan terhadap bawahan, akibatnya hubungan yang tercipta cenderung vertikal dan bawahan hanyalah dipandang sebagai orang suruhan. Dampak jangka panjang yang terjadi adalah produktivitas menurun karena kurang puas terhadap suasana yang ada, karyawan pun jadi malas bekerja karena tak memiliki motivasi lagi, dan pada akhirnya karyawan tersebut keluar atau dikeluarkan dari perusahaan. Jika hubungan supervisor atau leader dengan pars bawahannya tidak tegalin dengan balk dan is tidak dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik maka tak menutup kemungkinan ketidakpuasan bawahan yang berhubungan erat dengan motivasi kerja dan akan berdampak pada penurunan produktivitas dan pencapaian tujuan perusahaan. Di sini pula kita dapat melihat apakah meletakkan iklim komunikasi sebagai moderator adalah hal yang tepat guna mendukung terciptanya motivasi intrinsik karyawan.
Penelitian ini dilakukan di PT. Unilever Indonesia, Tbk yang berada di Cikarang. Dalam penelitian ini digunakan data primer yang berupa pertanyaan-pertanyaan kuesioner untuk menguji pemodelan yang ada pada PT. Unilever Indonesia. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder untuk mendukung rasionalisasi dari uji pemodelan yang ada dan juga untuk mendukung validitas dan reliabilitas dari kuesioner yang digunakan. Pengambilan sample dilakukan dengan membagikan kuesioner ke beberapa departemen kerja di PT. Unilever-Cikarang.
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik linear regression untuk menentukan hubungan antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable). Pengujian model ini pertama-tama dilakukan dengan meregresi motivasi intrinsik (INT) dengan hubungan atasanbawahan (LMX). Hasilnya adalah hubungan atasan-bawahan (LMX) berpengaruh positif terhadap motivasi intrinsik (INT). Artinya, jika hubungan atasan-bawahan (LMX) meningkat, maka motivasi intrinsik (INT karyawan akan meningkat.
Penambahan variabel iklim komunikasi (CC) pada langkah dua menunjukkan pengaruh yang positif terhadap motivasi intrinsik, tetapi variabel LMX menjadi tidak signifikan. Hasil regresi dari langkah kedua memperlihatkan bahwa variabel iklim komunikasi (CC) sangat dominan berpengaruh terhadap motivasi intrinsik dari pada variabel hubungan atasan-bawahan (LMX).
Regresi ketiga yaitu dengan melctakkan iklim komunikasi (CC) sebagai moderator ternyata mempengaruhi interaksi antara hubungan atasan-bawahan (LMX) dan motivasi intrinsik (INT) karyawan. Hasil regresi menunjukkan bahwa semakin balk iklim komunikasi (CC), maka semakin lemah interaksi positif antara hubungan atasan-bawahan (LMX) dan motivasi intrinsik (INT). Hal ini terjadi karena responden yang dianalisa dalam penelitian ini adalah level supervisor ke bawah, yang mana variasi pekerjaan yang dilakukan bawahan yang dimaksud disini tidak terlalu beragam, jadi intensitas komunikasi yang dilakukan tidak perlu terlalu besar/banyak.

In general motivation can be defined as a self concept realization. This universal concept that also applies in organization reflects one's drive to do something, if a person live in a way that is suitable with the role he/she like, and if a person is treated in a proper level which he/she prefers, and also if a person is treated in a way that respect him/her ability.
Every business organization must be able to construct the appropriate framework on how motivation is best be implemented to every individual involved. Motivation becomes the leadership task where the groups of leaders conceptualize and implement it through groups of subordinates and employees.
The bloom of motivation from inside of the employee itself is caused by many things, and among them is leader member exchange and communication climate that happen in a particular company. Bad leader member exchange and communication climate often influence perception of superior to subordinate. That will cause the vertical relation and subordinate is considered as a person that always do what he/she's told to do. The long impact is the decreasing productivity because of lack of work satisfaction that trigger no motivation from the employee. In the end the employee will resign or get terminated. If the relationship between supervisor or leader with the subordinates is not good and he/she cannot create good communication climate, there is a possibility that the dissatisfaction of subordinate which tightly connected with work motivation. It will have effect on the decreasing productivity and the failure to achieve company goal. We will also see that putting communication climate as a moderator is a right thing to support the creation of employees' intrinsic motivation.
This research takes place in PT. Unilever Indonesia, Tbk, in Cikarang. In this research, primary data from questionaire is used to test the model in PT. Unilever Indonesia. This research also use secondary data to suport the rationale of model testing and to support the validity and reliability of the questionaire used. The sample is taken from several departments in PT. Unilever Indonesia Tbk. - Cikarang.
In this research the data is processed with linear regression techniques to determine the relation between independent variable with dependent variable. The first test of the model is to regress intrinsic motivation with leader-member exchange. The result is leader-member exchange have positive influence toward intrinsic motivation. Than means, if leader-member exchange increase then the intrinsic motivation will also increase.
The additional of communication climate variable on the second step point out a positive influence towards intrinsic motivation, but leader member exchange variable becomes insignificant. The regression result from the second step shows that communication climate variable has a dominant influence towards intrinsic motivation compared to leader member exchange variable.
The third regression where communication climate is put as a moderator shows the influence to interaction of leader member exchange and employee intrinsic motivation. The regression shows that the better communication climate is, the weaker positive interaction between leader member exchange and intrinsic motivation. It happens due to the respondents in this research come from supervisor and below level, whereas the works done by the subordinate are not too various, so the communication intensity that needs to be done is not too heavy/ too much.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Bardiyati
"Dalam upaya penyelenggaraan pelayanan publik terapi dan rehabilitasi penyalahguna narkoba maka kemampuan pegawai dituntut semakin kompeten. Kemampuan pegawai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pada mutu pelayanan yang diberikan. Bertitik tolak dari hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh kompetensi pegawai terhadap kualitas pelayanan terapi dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi.
Pada penelitian ini indikator kompetensi mengacu pada pendapat kompetesi generik pekerja dari Spencer yang menyatakan sebagai karakter sikap dan perilaku atau kemampuan pekerja yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi suatu situasi di tempat kerja yang terbentuk dari sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal serta kapasitas pengetahuan kontekstual yang dijabarkan dalam tiga variabel kompetensi yaitu kompetensi intelektual, kompetensi emosional, dan kompetensi sosial. Sedangkan kualitas pelayanan mengacu dari Parasuraman yang terdiri dari 5 (lima) dimensi yaitu bukti langsung (tangibles), keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty).
Dalam penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan secara survai dengan menggunakan kuesioner sebagai data primer, data sekunder dan observasi. Data primer (kuesioner kompetensi pegawai) disebarkan kepada 69 orang pegawai dan kuesioner kualitas pelayanan kepada 69 orang residen di BKS Pamardi Siwi (sensus). Data sekunder meliputi dokumen kepegawaian yang diperoleh di BKS Pamardi Siwi. Skoring kuesioner menggunakan skala Likert.
Sebelum analisis, terlebih dahulu instrument diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengujian validitas menggunakan teknik construct validity dengan rumus Product Moment dari Pearson. Dimana setiap butir pemyataan dapat dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total. Karena semua item untuk ke dua variabel telah valid, sehingga untuk pengujian reliabilitas semua item diikutsertakan. Pengujian reliabilitas menggunakan reIiabilitas Alpha Cronbach.
Selanjutnya setelah semua item dinyatakan valid dan reliabel, maka dilanjutkan analisis data. Analisis pertama dilakukan dengan menganalisis distribusi frekuansi dari masing-masing variabel dengan cara menghitung frekuensi dan prosentasi variabel secara manual berdasarkan tabulasi matriks data, Dari hasil distribusi frekuensi variabel kompetensi pegawai berdasarkan persepsi yang dirasakan oleh para pegawai relatif mendukung, dengan hampir setengah dari responden menyatakan sering dengan skor tinggi, serta seperempat lebih pegawai menyatakan selalu dengan merespon sangat tinggi untuk melakukan kemampuannya guna pelaksanaan tugas. Keadaan ini menunjukkan bahwa kompetensi pegawai BKS Pamardi Siwi berkontribusi tinggi dalam pemenuhan kualitas pelayanan terhadap para residen. Sedangkan distribusi frekuensi variabel kualitas pelayanan berdasarkan persepsi yang dirasakan oleh para residen relatif kurang mendukung, hal ini terlihat dari tidak adanya responden yang merespon skor sangat tinggi dan hampir setengah responden lebih banyak merespon skor sedang. Keadaan ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang dirasakan oleh residen masih belum maksimal.
Tentang ada tidaknya hubungan dan besarnya pengaruh diperoleh melalui analisis korelasi dengan metode koefisien korelasi Product Moment dari Pearson dan regresi tinier. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara kompetensi pegawai terhadap kualitas pelayanan sebesar + 0.703. Ini berarti arah korelasi positif atau makin tinggi kompetensi pegawai maka kualitas pelayanan cenderung meningkat. Besar korelasi tersebut apabila dikonsultasikan pada pedoman interprestasi koefisien korelasi berarti kompetensi pegawai berhubungan kuat terhadap kualitas pelayanan. Sedangkan besarnya pengaruh kompetensi pegawai terhadap kualitas pelayanan sebesar 49,5 % yang menunjukkan bahwa variabilitas dalam kualitas pelayanan dapat dijelaskan oleh kompetensi pegawai, sedangkan variabilitas selebihnya tidak dapat diterangkan oleh kompetensi pegawai. Di mana dari masing-masing kompetensi pegawai tersebut memberikan sumbangan efektif yang bervariasi terhadap kualitas pelayanan terapi dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di BKS Pamardi Siwi. Oleh karena itu disatu sisi peningkatan kompetensi pegawai perlu dilaksanakan terhadap seluruh bidang tugas pelayanan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di BKS Pamardi Siwi serta pengembangan faktor lain yang akan dapat meningkatkan mutu dari pelayanan BKS Pamardi Siwi.

In the efforts to conduct public service therapy and rehabilitation of narcotics abuser, employees are expected to improve their competence. The employees' competence is one of the factors that influences service quality. In consideration of the above, the writer is interested in conducting research on the influence of the employees' competence on the therapy service and rehabilitation of narcotics abusers at the Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi.
In this research, competence indicator refers to the Spencer?s worker generic competence stating the attitude character and behavior or relatively stables worker capability when facing a situation at work arising out of synergy, character, personal concept, internal motivation and contextual knowledge capacity described in three variables of competence namely intellectual competence, emotional competence and social competence. Whereas service quality according to ?Parasuraman? consisting of 5 (five) dimensions namely tangibles, reliability, responsiveness, assurance and empathy.
In this quantitative descriptive research, technique of data collection is conducted through survey by using questionnaire as primary data, secondary data and observation. Primary data (questionnaire of employee competency) is distributed to 69 employees and questionnaire of service quality to 69 residents at Pamardi Siwi (census). Secondary data consists of document obtained at BKS Pamardi Siwi. Questionnaire scoring uses Likert scale. Prior to analyses, instrument is tested on its validity and reliability. Validity test uses Product Moment of Pearson. Because all items of both variables are valid, the reliability test is applied on all items. Reliability test is conducted by using Alpha Cronbach. Next step is, when all the items are declared valid and reliable, it is then followed by data analyses. A first analysis is conducted by analyzing frequency distribution of each of variables and by manually computing frequency and percentage of variable by using data matrix tabulation. Based on the perception the employees felt, the result of the employees competence variable frequency distribution appeared to provide a relative support where almost half of the respondents stated to be frequent with high score, and more than one-fourth of the employees always give extremely high response to perform their task. This situation shows that competency of BKS Pamardi Siwi's employees provides high contribution to fulfill the service quality of residents. Whereas service quality variable frequency distribution in term of perception felt by the residents provides a relatively less support as shown by the absence of respondent who gave an extremely high score and almost half of the respondents gave average score. The condition shows that service quality felt by the resident is not maximal yet.
The absence of relation and the grade of influence received through correlation analysis by method of correlation coefficient of Product Moment of Pearson and linier regression. The result of research shows that there is a relation between employee competence and service quality by +0,703. It means a direction of positive correlations or the higher the employee competence, the better service quality the inclination shows. If the grade of the correlation is consulted with the con-elation coefficient inter-performance, it means the employee competence has a close relation to service quality.
Whereas the grade of employee competence influence on service quality by 49,5% showing that variability in service quality can be explained by employee competence, and the remaining variability cannot be explained by employee competence where each of said employee competence provides varied effective contribution on therapy service quality and rehabilitation of narcotic abusers at BKS Pamardi Siwi.
Therefore the improvement of employee competence needs to be carried out on all areas of duties in providing rehabilitation service for narcotic abuser at BKS Parmadi Siwi and improvement of other factor to improve BKS Parmadi Siwi's service quality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Missiliana Riasnugrahani
"Occupational commitment adalah keterikatan individu terhadap pekerjaannya yang didasari oleh ketiga komponennya, yaitu affective commitment (keterikatan secara emosional terhadap pekerjaan), continuance commitment (pertimbangan untung rugi dalam melakukan pekerjaan) dan normative commitment (rasa kewajiban moral dalam melakukan pekerjaan). Occupational commitment memegang peran penting dalam perilaku dosen yang tampil dalam proses belajar mengajar maupun kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi yang lain.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang timbul di Universitas Kristen Maranatha. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat occupational commitment dosen, dan derajat dari masing-masing komponen occupational commitment dalam diri dosen. (2) untuk mengetahui task value bagi dosen, yaitu derajat keberartian tugas bagi dosen. (3) untuk mengetahui derajat achievement motivation dari dosen. (4) untuk mengetahui adanya sumbangan yang bermakna dari achievement motivation dan task value baik secara bersama-sama maupun tersendiri terhadap occupational commitment dosen, serta besarnya sumbangan yang bermakna tersebut.
Sampel penelitian adalah dosen tetap di Universitas Kristen Maranatha yang telah memiliki masa kerja minimal satu tahun sebanyak 98 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Occupational Commitment Dosen yang dimodifikasi dari alat ukur yang dikembangkan oleh LaMastro, Achievement Motivation yang dirnodifikasi dari teori Mandel dan Markus, dan Task Value Dosen yang disusun berdasarkan teori Eccles dan Wigfield. Analisis data yang digunakan adalah analisis multiple regression dengan metode stepwise.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa achievement motivation dan task value memberikan sumbangan yang bermakna secara bersama-sama terhadap occupational commitment dan affective commitment, sedangkan terhadap continuance commitment dan normative commitment, hanya achievement motivation yang memberikan sumbangan yang bermakna, yaitu bersifat negatif terhadap continuance commitment dan bersifat positif terhadap nonnative commitment. Saran yang diberikan pada universitas adalah berusaha untuk menumbuhkan iklim kerja yang dapat meningkatkan achievement motivation dan task value yaitu dengan membuat penilaian kinerja yang benar-benar mampu memberikan feedback yang objektif bagi kemajuan dosen. Pihak universitas juga harus berusaha mengenali task value yang paling dominan pada dosen, agar dapat melakukan upaya perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan pula untuk melakukan penelitian mengenai occupational commitment pada organisasi atau profesi lain, dengan cakupan yang lebih luas. Selain itu juga dapat diteliti variabel-variabel lain yang mungkin mempengaruhi occupational commitment seperti kepuasan kerja, locus of control, turn over intention dan kondisi kerja, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang occupational commitment."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmiati
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji beberapa faktor psikologis yang dianggap sangat memberikan sumbangan terhadap prestasi belajar. Diantaranya adalah faktor kemampuan berpikir kreatif, motivasi berprestasi dan inteligensi. Kemampuan berfikir kreatif penting diteliti karena mahasiswa tidak hanya belajar untuk mencerna teori tetapi juga merancang dan mempraktekkan berbagai bidang studi yang membutuhkan kreativitas tinggi. Adapun motivasi berprestasi juga dianggap penting karena merupakan faktor pendorong pada dirinya untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Inteligensi merupakan kemampuan dasar yang diperlukan untuk mencerna materi pelajaran.
Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa D-2 PGSD UHAMKA yang sudah menyelesaikan semua mata kuliah teori dan sedang malaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Dasar. Sampel berjumlah 85 orang yang diperoleh dengan teknik accidental sampling. Data kemampuan berfikir kreatif diperoleh melalui Tes Kreativitas Verbal (TKV) yang dikonstruksi oleh Utami Munandar. Data motivasi berprestasi, dalam bentuk kuesioner skala Likert. Data tentang Inteligensi diperoleh melalui tes Culture Fair Intelligence Test (CFIT) untuk mahasiswa. Sedangkan data tentang prestasi belajar diambil dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) selama empat semester. Analisis data dilakukan dengan Korelasi Product Moment teknik korelasi ganda dan Multiple Regression dengan memanfaatkan program Statistic Package for Social Science (SPSS).
Penelitian ini menunjukkan bahwa antara kemampuan berfikir kreatif, motivasi berprestasi dan inteligensi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar. Kemampuan berpikir memberikan kontribusi sebesar bersangkutan 28% terhadap prestasi belajar, motivasi berprestasi memberikan kontribusi sebesar 30% terhadap prestasi belajar. Dan inteligensi memberikan kontribusi sebesar 26% terhadap prestasi belajar. Bila antara kemampuan berfikir kreatif, motivasi berprestasi dan inteligensi secara bersama-sama bersinergi terhadap prestasi belajar memberikan kontribusi sebesar 43%. Kontribusi masing-masing variabel signifikan karena probabilitasnya adalah 0.000 - 0.001 lebih kecil dari 0.05.
Untuk meningkatkan sumber daya manusia dimasa yang akan datang, maka pemerintah diharapkan memperbesar investasi untuk pendidikan dari anggaran APBN. Kepada lembaga penyelenggara pendidikan tenaga kependidikan diharapkan agar melakukan seleksi yang baik terhadap calon guru disamping melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) yang kondusif. Untuk keperluan generalisasi sangat diperlukan penelitian yang lebih lanjut dengan populasi yang lebih banyak dan wilayah yang lebih luas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T18521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andie Hevriansyah
"ABSTRAK
Yayasan Abacu merupakan Yayasan yang membawahi beberapa unit kerja. Salah satunya Unit Pendidikan. Sebagai Yayasan Islam yang dikelola dengan prinsip Syariah, Yayasan Abacu juga menghadapi permasalahan pengelolaan Sumber Daya Insani. Penelitian ini mengidentifikasi pennasalahan komponen yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode pembagian kuesioner. Kuesioner tersebut terdiri atas 39 pertanyaan. Tehnik analisis yang akan digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan analisis inferensi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga dilakukan pengkodean (coding), yang selanjutnya di analisis dengan program SPSS versi 11,5 for windows.
Dari penelitian ini diketahui bahwa yang merupakan komponen produktivitas karyawan Yayasan Abacu adalah Motivasi Kerja. Komponen yang mempengaruhi produktivitas karyawan Yayasan Abacu adalah motivasi kerja sebesar 7,9%.

ABSTRACT
Abacu Foundation are the foundation which have a few business units, and one of them is Education Unit. The organization manage by the principle of Shar'e, Abacu Foundation facing the same problem, the problem is how to manage Islamic human resource. This research identify the component of the problem which influence productivity of employee.
The Data collected by survey. Quesioner contain 39 questions. The data analysis will be using descriptive technique analysis, and inferensi analysis. The kind of data which collected is qualitative, so that it's need to coding the data. Then, using SPSS version 11.5 for windows to analysis the data.
From this research found that the component of the productivity of employee is motivation. The component which giving effect the productivity of employee is motivation 7,9%.
"
2007
T20733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uldrich, Jack
"May 2004 marks the beginning of a two-and-a-half year bicentennial celebration of Lewis and Clark's journey and its significance to American history. Against staggering odds, these men inspired such loyalty in each other and in their group that they are still widely regarded as the most successful leadership team in American history."
New York: [American Management Association, ], 2004
e20438519
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Zainal Abidin
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat retensi karyawan dalam suatu perusahaan di Indonesia. Skripsi ini menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi finansial dan pegembangan karir terhadap retensi karyawan. Hal tersebut dikarenakan kompensasi finansial dan pengembangan karir menentukan tingkat motivasi karyawan untuk pencapaian tujuan-tujuan individu maupun organisasi. Studi ini mengeksplorasi 3 variabel penting. Kompensasi finansial dan pengembangan karir sebagai variabel independen. Sedangkan retensi karyawan sebagai variabel dependen. Penelitian ini melibatkan 68 orang dari sebuah perusahaan telekomunikasi di Jakarta sebagai responden dengan menggunakan metode total random sampling pada divisi wholesale service. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan alat bantu Statistical Product and Service Solution(SPSS) Versi 25.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kompensasi finansial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap retensi karyawan, sedangkan pengembangan karir tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap retensi karyawan. Akan tetapi secara simultan kompensasi finansial dan pengembangan karir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap retensi karyawan.

The purpose of this study is to investigate the retention rate of an organization in Indonesia. This paper tests that if there is significant effect between financial compensation and career developement to the employee retention. This is because financial compensation and career developement dictates the level of motivation essential for the attainment of individual and organizational goals. This study explored these three important variables. Financial compensation and career developement was the independent variables. Employee retention was the dependent variable. The study used 68 persons of a telecommunication firm on Jakarta as the respondents and used total random sampling in Wholesale Service Division. The data was collected by questionnaires and analyzed with Statistical Product and Service Solution(SPSS). The results showed that financial compensation have a significant relation to employee retention, meanwhile career developement not have a significant relation to employee retention. But, simultaneously financial compensation and career developement has signifiant to employee retention"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiawan Adi Prihartono
"

 

Reserse Kriminal (Reskrim) merupakan salah satu fungsi yang dimiliki oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melaksanakan tugas penegakan hukum meliputi penyelidikan, penyidikan dan koordinasi serta melakukan pengawasan terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang lebih dikenal dengan PPNS.Kapolri menyatakan bahwa banyak keluhan dari masyarakat ihwal kinerja bidang reserse di kepolisian.Polda Bali merupakan salah satu Polda Tipe A, Polresta Denpasar merupakan salah satu polres yang memiliki tingkat kriminalitas tinggi dari Polres di seluruh wilayah Bali. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pelaksanaan merit systemdalam penempatan jabatan di Satuan Reserse Kriminal Polresta Denpasar serta faktor-faktor yang menghambat. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan dari penempatan jabatan Penyidik Pembantu di Satuan Reserse Kriminal yang dilaksanakan oleh Polresta Denpasar menunjukkan secara umum tidak sepenuhnya berdasarkan prinsip-prinsip merit system. Ketidaksesuaian prinsip terjadi yaitu pemilihan kandidat belum mengacu kepada kualifikasi kandidat atau masih kuatnya diskresi pimpinan, tidak adanya tahapan wawancara terhadap kandidat Penyidik Pembantu, Sidang Dewan Pertimbangan Karier yang dilaksanakan oleh Polresta Denpasar tidak melibatkan Kasatfung selaku Pembina Fungsi, dan tidak adanya tahapan Test narkoba ataupun kesehatan.Namun demikian, Polresta Denpasar secara garis besar dalam pelaksanaan penempatan jabatan Penyidik Pembantu sudah mengikuti Peraturan Kapolri. Selain itu, adapun faktor-faktor penghambat diterapkannya merit system secara menyeluruh adalah hambatan administratif, hambatan politik dan budaya, dan hambatan teknis.

 


 

Criminal Investigation (Reskrim) is one of the functions possessed by the Republic of Indonesia National Police which carry out law enforcement duties including investigations, investigations and coordination as well as supervising Civil Servant Investigators better known as PPNS. The National Police Chief stated that many complaints from the public regarding the performance of the detective sector in the police. Bali Police is one of the type A Regional Police. Denpasar Police is one of the police stations that has a high crime rate from the Police in all regions of Bali. The purpose of this study was to analyze the implementation of the merit system in the placement of positions in the Denpasar Police Criminal Investigation Unit and the inhibiting factors. Based on the results of the study, the implementation of the placement of the position of Assistant Investigator in the Criminal Investigation Unit conducted by the Denpasar Police Department generally shows that it is not entirely based on the principles of merit system. Principle mismatch occurs, namely the selection of candidates does not refer to the candidate`s qualifications or the leadership`s strong discretion, there is no interview stage for the Candidate Investigator candidate, the Career Advisory Council Session held by the Denpasar Police does not involve Kasatfung as the Functional Advisor, and there are no stages of drug testing or health test. However, Denpasar Police in general in the implementation of the position of Assistant Investigator has followed the Chief of Police Regulation. In addition, as for the inhibiting factors the implementation of merit systems as a whole is administrative barriers, political and cultural barriers, and technical barriers.

 

"
2019
T52936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Prasetyo Asnar
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara manajemen karir dengan kerja motivasi kerja karyawan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Utama Universitas Indonesia. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survey yang menggunakan teknik total sampling terhadap karyawan tetap Karyawan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Utama Universitas Indonesia yang telah bekerja minimal satu tahun dalam perusahaan, sehingga diperoleh 41 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen karir memiliki hubungan yang kuat terhadap motivasi kerja karyawan.

This paper aims to examine the correlation between career management towards employee job motivation. This study used quantitative approach with survey method that used total sampling technique to permanent employees of PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Utama Universitas Indonesia who have been working for at least one year which held 41 employees. This result of study showed that career management had a strong relation to employee job motivation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>