Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asril Basry
"Pihak Manajemen ingin meningkatkan kemampuan pengolahan data pada Departement Finance, untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan suatu pengembangan sistem yang berbasis komputer dimana mendukung pemakai dapat lebih optimal di dalam melakukan pengolahan data.
Tulisan ini menunjukkan bagaimana model dari End User Computing, Pembagian/Klasifikasi pemakai, Jenis/Tipe End User Computing serta aturan - aturan pembagian kerja antara Departement pemakai dengan Departement IT.
Saya mengambil kasus pada Departement Finance sebagai obyek dari penelitian. Pemakai dapat mengambil informasi yang mana informasi tersebut dapat dimonitor dan dianalisa dari berbagai bentuk dengan mudah dan cepat dalam waktu yang berbeda.
Thesis ini selain itu mempunyai objektif untuk memperlihatkan bagaimana End User Computing dapat membantu Manajer di dalam mengambil keputusan yang optimal untuk menjalankan suatu organisasi.

The Management wants to increase the User Computing Performance in Departement Finance, in supporting this condition needed to develop a system base on computer to support user to make optimum computing performance.
This paper intended to show how End User Computing Model, User Classification, End user Computing Type, Roles between Departement User and Departement IT.
I took a case in Departement' Finance as an object of the research. The User asked for information that can monitor and analyze cost from different angles easily and fast in different time frame.
This thesis has objectives to view End User Computing as Manager to make optimum decision to operate organization.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Jatiardi Fitriantoro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan pengguna SCeLE di Jurusan Akuntansi FEB UI dengan mengaplikasikan model End-User Computing Satisfaction. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS). Faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan pengguna terdiri dari konten, akurasi, bentuk, kemudahan penggunaan, dan ketepatan waktu. Selain itu, penelitian ini juga melakukan uji beda terhadap tingkat kepuasan yang dilakukan dengan menggunakan independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua faktor yang terdapat dalam model End-User Computing Satisfaction berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna. Selain itu, hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepuasan antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan., dan terdapat perbedaan tingkat kepuasan antara mahasiswa angkatan awal dan mahasiswa angkatan akhir.

ABSTRACT
This research aims to analyze the factors affecting SCeLE?s user satisfaction on Accounting Department of FEB UI by applying End-User Computing Satisfaction model. The analysis is conducted by using Partial Least Square method. Factors that affect user satisfaction, based on End-User Computing Satisfaction model are consists of content, accuracy, format, ease of use, and timeliness. This research also conducts independent sample t-test. The results showed that all of the factors which carried by End-User Computing Satisfaction model have significant impact to SCeLE?s user satisfaction. Furthermore, this research also implies that there is statistically significant difference in terms of satisfaction level between male student and female student, and there is also statistically significant difference in terms of satisfaction level between first year student and fourth year student"
2016
S64418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicholas, David
London: Mansell Publishing, 1988
025.524 END
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"This book explores the technological challenges and applications of providing fast, "always on" internet connections to the home. Current delivery mechanisms of broadband into and around the home are explored in depth, as well as the current and emerging applications of the technology. The authors discuss what drives people to adopt the technology, how it is being used, the massive potential for the technology, and the home of the future. This fascinating book provides balanced coverage of the issues surrounding this next phase of the Internet that promises to transform the our homes and the way we live. This book explores the technological challenges and applications of providing fast, "always on" internet connections to the home. Current delivery mechanisms of broadband into and around the home are explored in depth, as well as the current and emerging applications of the technology. The authors discuss what drives people to adopt the technology, how it is being used, the massive potential for the technology, and the home of the future. This fascinating book provides balanced coverage of the issues surrounding this next phase of the Internet that promises to transform the our homes and the way we live."
London: Institution of Engineering and Technology, 2003
e20452538
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Athira Marsya Khairina
"Gangguan tidur umum ditemukan pada pasien end-stage kidney disease (ESKD) anak yang menjalani hemodialisis. Jumlah dan kualitas tidur berperan penting dalam pertumbuhan seorang anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase gangguan tidur dan hubungannya dengan usia, jenis kelamin, status gizi, etiologi, dan durasi hemodialisis pada pasien ESKD anak yang menjalani hemodialisis. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan populasi pasien ESKD anak berusia 4-18 tahun yang menjalani hemodialisis di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Penilaian gangguan tidur menggunakan kuesioner sleep disturbance scale for children (SDSC) bahasa Indonesia. Pasien yang mengonsumsi obat antikejang, antihistamin, dan antiansietas selama 3 hari sebelum pengambilan data tidak diikutsertakan dalam penelitian. Didapatkan 88,9% dari total 27 pasien ESKD anak yang menjalani hemodialisis di RSCM mengalami gangguan tidur dengan jenis terbanyak (59,3%) gangguan memulai dan mempertahankan tidur. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan signifikan (p>0,05) antara usia, jenis kelamin, status gizi, etiologi, dan durasi hemodialisis dengan gangguan tidur. Sebagai kesimpulan, gangguan tidur banyak ditemukan pada pasien ESKD anak yang menjalani hemodialisis di RSCM. Usia, jenis kelamin, status gizi, etiologi, dan durasi hemodialisis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur pada pasien ESKD anak yang menjalani hemodialisis di RSCM.

Sleep disturbances are common in pediatric end-stage kidney disease (ESKD) patients undergoing hemodialysis. Sleep quantity and quality play an important role in child’s growth. This study aims to determine the percentage of sleep disturbances and their association with age, gender, nutritional status, etiology, and duration of hemodialysis in pediatric ESKD patients undergoing hemodialysis. A cross-sectional study was conducted with a population of ESKD patients aged 4-18 years undergoing hemodialysis at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sleep disturbances were assessed using the Indonesian language sleep disturbance scale for children (SDSC) questionnaire. Patients who took anticonvulsant, antihistamine, and anti-anxiety drugs for 3 days before data collection were not included. It was found that 88.9% of the total 27 pediatric ESKD patients undergoing hemodialysis at RSCM experienced sleep disturbances with the most frequent type was disturbances in initiating and maintaining sleep (59,3%). Bivariate analysis showed no significant relationship (p>0.05) between age, gender, nutritional status, etiology, and duration of hemodialysis and sleep disturbances. In conclusion, sleep disturbances are commonly found in pediatric ESKD patients undergoing hemodialysis at RSCM. Age, gender, nutritional status, etiology, and duration of hemodialysis had no significant association with sleep disturbances in pediatric ESKD patients undergoing hemodialysis at RSCM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihatina Anjela
"Latar belakang: Penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) menjadi sorotan global dengan prevalens yang meningkat. Data di Indonesia tahun 2018 menunjukkan prevalens PGTA pada kelompok usia ≥15 tahun sebesar 19,3%. Anak dengan PGTA yang menjalani dialisis, menghadapi risiko mortalitas tinggi. Kemajuan teknologi dialisis telah meningkatkan kesintasan, tetapi terdapat beberapa faktor yang memengaruhi mortalitas.
Tujuan: Mengetahui faktor yang memengaruhi kesintasan pasien PGTA pada anak yang menjalani dialisis. Dengan intervensi terhadap faktor tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kesintasan pasien anak dengan PGTA.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif berbasis analisis kesintasan 3 tahun terhadap pasien anak dengan PGTA yang menjalani dialisis di RSCM, serta faktor yang memengaruhinya. Data diperoleh melalui penelusuran rekam medis di Instalasi Rekam Medis RSCM, dengan rentang waktu rekam medis dari 1 Januari 2016 hingga 31 Oktober 2020. Populasi terjangkau adalah pasien anak usia <18 tahun dengan PGTA yang menjalani dialisis di RSCM. Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan eksklusi terkait rekam medis yang tidak lengkap. Data dianalisis secara deskriptif dan menggunakan metode Kaplan-Meier untuk analisis kesintasan pasien secara keseluruhan. Analisis multivariat cox regression dilakukan untuk variabel yang memiliki nilai p < 0,250 pada uji bivariat.
Hasil: Penelitian ini melibatkan 207 subjek anak dengan PGTA. Proporsi jenis kelamin terdiri dari 52,7% lelaki, dengan usia dominan ≥ 5 tahun (92,3%). Sindrom nefrotik menjadi etiologi terbanyak (29%), diikuti oleh nefritis lupus (16,4%) dan hipoplasia ginjal (15,9%). Hemodialisis menjadi modalitas dialisis inisial utama (90,8%), dengan 77,8% subjek memiliki status gizi baik. Hipertensi dijumpai pada 65,5% subjek, dan anemia pada 93,7%. Sepsis menjadi penyebab kematian utama (38%). Kesintasan tiga tahun pasien mencapai 56,5%. Hasil analisis menunjukkan bahwa inisiasi dialisis pada usia <5 tahun [HR 3,26 (1,69-6,28)], etiologi glomerular [HR 2,02 (1,26-3,24)], dan gizi kurang/buruk [HR 1,59 (1,03-2,46)] berhubungan dengan risiko kematian yang signifikan.
Kesimpulan: Angka kesintasan 3 tahun pasien PGTA pada anak dengan dialisis di RSCM adalah 56,5%. Faktor yang memengaruhi kesintasan pasien PGTA anak di RSCM adalah inisiasi dialisis pada usia <5 tahun, etiologi glomerular, dan gizi kurang/buruk.

Background: End-Stage Renal Disease (ESRD) has garnered global attention with increasing prevalence. In Indonesia, ESRD prevalence in 2018 among individuals aged ≥15 years was 19.3%. Children with ESRD, particularly those undergoing dialysis, face a heightened risk of mortality. Technological advancements in dialysis have improved survival rates, yet several factors significantly influence mortality.
Objective: To identify factors that influence survival of children with ESRD undergoing dialysis. Intervention to these factors may improve the survival of children with ESRD.
Method: This study adopts a retrospective cohort design based on a 3-year survival analysis of pediatric patients with ESRD undergoing dialysis at RSCM, along with influencing factors. Data were obtained through the retrieval of medical records from the RSCM Medical Record Installation, covering the period from 1 January 2016 to 31 October 2020. The population comprised children under 18 years old with ESRD who are undergoing dialysis at RSCM. The study sample represents a subset of the accessible population meeting inclusion and exclusion criteria, with exclusions related to incomplete medical records. Descriptive analysis and Kaplan- Meier methods were employed for overall patient survival analysis. Multivariate Cox regression analysis was conducted for variables with a p-value < 0.250 in bivariate tests.
Results: The study involved 207 pediatric ESRD subjects. Gender distribution was 52.7% male, with the majority aged ≥ 5 years (92.3%). Nephrotic syndrome was the most prevalent etiology (29%), followed by lupus nephritis (16.4%) and renal hypoplasia (15,9%). Hemodialysis was the predominant initial dialysis modality (90.8%), with 77.8% of subjects having good nutritional status. Hypertension was found in 65.5% of subjects, and anemia in 93.7%. Sepsis emerged as the leading cause of death (38%). Three-year survival reached 56.5%. Analysis results indicated that initiation of dialysis at age <5 years [HR 3.26 (1.69-6.28)], glomerular etiology [HR 2.02 (1.26-3.24)], and moderate/severe malnutrition [HR 1.59 (1.03-2.46)] were associated with a significant risk of mortality.
Conclusion: Three years survival of children with ESRD undergoing dialysis at RSCM was 56.5%. Factors that influence the survival were initiation of dialysis at age <5 years, glomerular etiology, and moderate/severe malnutrition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan
"Latar belakang: Pasien dengan Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) yang menjalani hemodialisis dilaporkan adanya penurunan pendengaran. Beberapa studi mengatakan adanya hubungan antara hemodialisis dengan penurunan pendengaran. Penurunan pendengaran yang terjadi juga diduga adanya faktor risiko lain seperti usia, hipertensi, diabetes melitus dan riwayat/lamanya dilakukan hemodialisis. Beberapa penelitian, dikatakan masih kontroversi sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Metode: Penelitian potong lintang pre dan post ini melibatkan 50 subyek penelitian yang sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Pemeriksaan dilakukan dengan menilai pemeriksaan otoskopi, dilanjutkan dengan pemeriksaan timpanometri, audiometri nada murni dan DPOAE (Disortion Product Otoacoustic Emissions). Pemeriksaan fungsi pendengaran dilakukan secara pre post hemodialisis. Pengolahan data dilakukan dengan uji t berpasangan dan Wilcoxon Signed Ranks Test, P-value.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan bermakna (p<0,001) antara perubahan rerata ambang dengar dan SNR (Signal to Noise Ratio) dengan terapi hemodialisis pada pasien PGTA.
Kesimpulan: Hemodialisis dapat menurunkan ambang dengar dan perubahan SNR terutama pada frekuensi tinggi. Pada penelitian ini perubahan ambang dengar dan SNR bersifat reversibel, diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui perubahan ambang dengar dan SNR yang bersifat irreversibel.

Introduction: Patients with End Stage Renal Disease (ESRD) undergoing hemodialysis reported hearing loss. Several studies suggest a relation between hemodialysis and hearing loss. The decrease in hearing that occurs is also suspected to be due to other risk factors such as age, hypertension, diabetes mellitus and history/length of hemodialysis. Some research is said to be still controversial so further research is needed.
Methods: This cross-sectional pre and post study involved 50 research subjects who met the inclusion and exclusion criteria. The examination is carried out by assessing the otoscopic examination, followed by tympanometry, pure tone audiometry and DPOAE (Disortion Product Otoacoustic Emissions) examinations. Hearing function examination is carried out pre-post hemodialysis. Data processing was carried out using the paired t test and Wilcoxon Signed Ranks Test, P-value.
Results: In this study, it was found that there was a significant relationship (p<0.001) between changes in the average hearing threshold and SNR (Signal to Noise Ratio) with hemodialysis therapy in ESRD patients.
Conclusion: Hemodialysis can reduce hearing thresholds and changes in SNR, especially at high frequencies. In this study, changes in hearing threshold and SNR are reversible, further research is needed to determine whether changes in hearing threshold and SNR are irreversible.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihsan Soemanto
"Latar belakang: Penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) masih menjadi permasalahan nasional dan internasional, salah satu faktor penyebabnya adalah Diabetes Melitus tipe 2 (DM). Hemodialisa menjadi pilihan terbanyak terapi pengganti ginjal bagi para pasien PGTA, dengan fistula arteriovenosa autogen (FAV) menjadi pilihan terbaik akses karena rendah angka komplikasi dan intervensi. Penentuan maturasi dan waktu kanulasi FAV masih bervariasi dan masih banyak dipelajari. Salah satu faktor utama keberhasilan maturasi FAV adalah feeding arteri. Rekomendasi KDOQI penggunaan FAV yaitu “rule of 6”, dan rekonstruksi FAV bracchiocephalica untuk kasus PGTA dengan komorbid DM. Penelitian ini diharapkan bahwa parameter arteri brachialis sebagai feeding artery menggunakan USG linear dapat menjadi prediktor maturasi FAV.
Subjek dan metode: seluruh pasien PGTA dengan DM tipe 2 yang menjalani operasi FAV brachiocephalica. Dengan menggunakan data sekunder dilihat parameter sebelum operasi berupa diameter, peak systole (PS), volume flow (VF), dan Intimal Medial Thickness (IMT) arteri brachialis yang akan dilakukan anastomosis, dan penilaian maturasi pada minggu 1,2,4,6,8 pasca operasi.  Penilitian ini menggunakan analisis komparatif kategorik 2 kelompok tidak berpasangan dengan uji hipotesis T test. Nilai perbedaan rerata (mean difference) dan p dipresentasikan. nilai p=0.05 menunjukkan terdapat hubungan bermakna secara statistik.
Hasil: 64 pasien masuk dalam penelitian, jumlah maturasi pada minggu 1,2,4,6,8 pasca operasi: 6 (9,37%), 12 (18,75%), 20 (31,25%), 37 (57,81%), dan 47 (73,43%). Dari keseluruhan variabel bebas yang di teliti tidak ada yang menunjukan hubungan bermakna terhadap maturasi FAV. Ditemukan VF dan PS yang selalu konsisten lebih tinggi pada kelompok matur di setiap waktu pemeriksaan.
Kesimpulan: parameter VF, PS dan IMT arteri brachialis sebelum operasi belum dapat menjadi prediktor untuk keberhasilan maturasi pada pasien PGTA dengan DM tipe 2. Diperlukan penelitian lanjut menilai parameter lain termasuk faktor outflow dan faktor lainnya dengan sampel lebih besar.

Background; End stage renal disease is an increasing national and global health problem, with diabetic type 2 as one of its most common cause. Hemodialysis is still the most frequent choice for renal substitution therapy. And native arteriovenous fistula is still the best option for hemodialysis access because of the lowest number of complication and intervention. But the method for determining AVF maturation and time for cannulation still varies and need to be studied more.  One of the main factors for AVF maturation is feeding artery. KDOQI had recommend “rule of 6” as maturation condition, other recommendation stated that brachiocephalic AVF should be constructed for end renal stage disease with diabetes mellitus.  This study aim to know whether preoperative feeding artery linear duplex scan parameters can be used as a predictor for the AVF maturation.  
Subject and Methods: Subjects were patient with end stage renal disease with diabetic type 2, who had brachiocephalic AVF surgery. Subject were taken from secondary data and diameters, peak systole (PS), volume flow (VF), and intimal medial thickness (IMT) of brachial artery were collected before surgery. Maturation time was determined with draining vein examination at 1st, 2nd, 4th, 6th and 8th weeks after surgery. Data analysis was done using unpaired t-test. P value below 0.05 were considered significant.
Results: 64 patients were included in this study. The number of patients with mature AVF in 1, 2, 4, 6, and 8 weeks were 6 (9,37%), 12 (18,75%), 20 (31,25%), 37 (57,81%), and 47 (73,43%) consecutively. All independent variables showed no statistically significant difference between mature and non-mature group. We found VF and PS scores to be consistently higher at mature group compared to non-mature group in all examination time.
Conclusion: Preoperative VF, PS, IMT of the feeding artery could not predict the maturation and time to mature of brachiocephalic AVF in end stage renal disease with diabetic type 2 patients. Further research is required, especially to study other paramaters include outflow and other factors with larger sampel size.

 

Keywords: AVF maturation, feeding artery, duplex scan

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iffatul Faizah
"Anak End-Stage Kidney Disease (ESKD) dapat mengalami berbagai komplikasi yang diantaranya berupa gangguan tidur. Umum diketahui bahwa tidur memiliki peran penting dalam pertumbuhan serta perkembangan anak. Sayangnya data terkait gangguan tidur pada anak ESKD yang menjalani continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) masih sangat sedikit yang menjadi alasan mengapa penelitian ini dilakukan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui profil tidur anak ESKD yang menjalani terapi CAPD di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. (RSCM). Seluruh pasien anak ESKD yang menjalani CAPD dimasukkan menjadi subjek untuk dievaluasi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah menjalani CAPD minimal selama 1 bulan. Kriteria Eksklusi adalah konsumsi obat antikejang, antihistamin, antiansietas dan obat lain yang memiliki efek kantuk selama 3 hari sebelum pengisian kuesioner Skala Gangguan Tidur untuk Anak (SDSC). Gangguan tidur diidentifikasi pada 11 dari total sampel 20 pasien. Jenis gangguan tidur terbanyak berupa gangguan memulai serta mempertahankan tidur. Uji bivariat dilakukan dan tidak didapatkan hubungan bermakna antara usia, jenis kelamin, etiologi penyakit ginjal kronis (PGK) durasi CAPD, dan status gizi dengan skor total SDSC. Kesimpulan yang dapat diambil adalah prevalensi gangguan tidur anak ESKD yang menjalani CAPD di RSCM sebesar 55% serta belum ditemukan faktor bermakna terhadap gangguan tidur pada populasi anak tersebut.

Children with End-Stage Kidney Disease (ESKD) can experience various complications, including sleep disturbances. It is commonly known that sleep has important roles in the growth and development of children. Unfortunately there is limited data regarding sleep disturbances in ESKD children undergoing continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) which is the reason why this study was conducted. The purpose of this study was to determine the sleep profile of ESKD children undergoing CAPD at Cipto Mangunkusumo Hospital. (RSCM). All ESKD pediatric patients undergoing CAPD were included as subjects. The inclusion criteria were undergoing CAPD for at least 1 month. Exclusion criteria were anticonvulsants, antihistamines, antianxiety drugs consumption or other drugs with drowsy effect for 3 days before filling out the Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC) questionnaire. Sleep disturbance was identified in 11 of the total sample of 20 patients. The most common type of sleep disturbances is disturbance in initiating and maintaining sleep. Bivariate tests were carried out and found no association between age, sex, etiology of chronic kidney disease, duration of CAPD, and nutritional status with SDSC total score. Conclusion, the prevalence of sleep disorders in ESKD children undergoing CAPD at RSCM is 55% and no significant factors have been found for sleep disturbances in this population "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adriel Ghifary
"Latar belakang: Kematian pasien lansia dengan COVID-19 di ICU memiliki angka yang tinggi. Pandemi COVID-19 menjadi kendala bagi penerapan perawatan akhir hayat pada lansia dengan COVID-19 yang dirawat di ICU karena adanya pembatasan interaksi antara pasien dengan keluarga pasien. Gambaran kasus: Pasien merupakan seorang lansia berusia 82 tahun berjenis kelamin laki-laki dengan diagnosis COVID-19 derajat kritis, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, serta demensia. Observasi dilakukan terhadap perawatan akhir hayat pada pasien dan keluarga pasien. Perawatan utama pada pasien berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan kenyamanan pasien. Pasien tidak dapat dilibatkan secara langsung karena kondisi dalam pengaruh sedasi. Keterlibatan keluarga dilakukan melalui media gawai karena keluarga tidak bisa dihadirkan langsung kepada pasien untuk mencegah transmisi virus. Kesimpulan: Komunikasi dan interaksi melalui gawai kurang optimal dalam memfasilitasi kebutuhan spiritual akhir hayat pasien dan keluarga, sementara perawat tidak dapat menggantikan peran keluarga.

Background: Elderly patients with COVID-19 in ICU have a high mortality rate. COVID-19 pandemic creates an obstacle in implementing end-of-life care for the elderly with COVID-19 in ICU because there is a limitation of interaction between patients and their families. Case illustration: A 82 years old male patient with diagnosis critical level COVID-19, type 2 diabetes mellitus, hypertension, and dementia. The focus of the observation is for the end-of-life care to the patient and his family. The primary interventions for the patient are basic needs support and patient comfort. The patient cannot be directly involved because he is under sedation. The family involvement is done with the help of gadget devices because they cannot meet the patient to prevent virus transmission. Conclusion: Communication and interaction using devices cannot optimally facilitate patient and family’s spiritual needs at the end-of life, while the nurses cannot replace the family roles."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>