Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94546 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supriyanto Widodo
"Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kota Madya Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian sosiolinguistik yang metode pemerolehan datanya terutama menggunakan metode penelitian kuantitatif dipadukan dengan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif dimanfaatkan manakala metode kuantitatif kurang meyakinkan dengan harapan memperoleh hasil penelitian yang benar-benar sahih. Penelitian bahasa dengan ancangan sosiologi ini menerapkan analisis ranah. Penelitian hanya difokuskan pada ranah keluarga.
Responden yang berhasil dijaring sebanyak 89 orang terdiri dari laki-laki 46 orang dan perempuan 43 orang, berusia antara 10-69 tahun. Semua responden adalah dwibahasawan, yaitu menguasai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Di dalam rumah, baik ketika berbicara dengan orang tua, paman/bibi, saudara: baik kakak maupun adik, pembantu rumah tangga, dan ketika menemui tamunya, sebagian besar resoponden menggunakan bahasa Jawa. Selama pembicaraan berlangsung, mereka pun ditanggapi dengan menggunakan bahasa Jawa.
Meskipun semua responden adalah dwibahasawan, selama berbincang-bincang menggunakan bahasa Jawa itu mereka hanya sedikit menyelingi dengan bahasa Indonesia. Selingan bahasa Indonesia banyak dilakukan oleh responden yang berusia muda. Semakin muda usianya semakin banyak selingan bahasa Indonesianya. Ini berarti bahwa di dalam masyarakat Kota Madya Surakarta sudah mulai terjadi pergeseran penggunaan bahasa.
Penggunaan bahasa Jawa yang masih dominan di dalam ranah keluarga ini disebabkan oleh hubungan antarpeserta tutur yang masih dekat. Kedekatan hubungan ini menyebabkan penggunaan bahasa Jawa dianggap lebih akrab. Di samping itu, penggunaan bahasa Jawa dianggap lebih sopan dibandingkan penggunaan bahasa Indonesia bila yang diajak berbicara adalah kerabat dekat atau orang yang perlu dihormati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Asim Gunarwan
"ABSTRAK
Pandangan yang berterima di kalangan pakar pragmatik (dan juga di kalangan pakar sosiolinguistik) setakat ini ialah bahwa jika kita berbicara atau mengeluarkan ujaran (apakah ujaran itu berupa kalimat, frase atau kata), apa yang keluar dari mulut kita itu dapat dianggap sebagai tindakan. Tindakan itu dapat disebut sebagai tindakan berbicara, tindakan berujar atau tindakan bertutur. Istilah yang sekarang lazim dipakai untuk mengacu ke tindakan itu ialah tindak tutur, yang merupakan terjemahan dari istilah Inggris speech act. Yang lebih penting, yang juga berterima di kalangan pakar pragmatik, adalah pendapat bahwa di dalam melakukan tindak tutur itu, si penutur tidaklah asal buka mulut (kecuali jika ia memang abnormal, gila, sedang mabuk atau tidak radar). Artinya, sebelum melakukan meta tindak tutur, si penutur perlu mempertimbangkan beberapa hal, misalnya bagaimana hubungan sasial di antara si penutur dan si petutur, di mana peristiwa kominikasinya berlangsung, untuk apa tindak tutur itu dilakukan; tentang apa tindak tutur itu; dsb.
Faktor-faktor seperti mitra bicara dan latar komonikasi itulah yang perlu dipertimbangkan penutur sebelum bertutur. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan itu dapat juga bersumber dari prinsip kesantunan bertutur (kesopanan. berbahasa) yang berlaku di dalam masyarakat tutur atau masyarakat bahasa yang si penutur adalah anggotanya Prinsip kesantunan ini tentunya berkaitan dengan nilai-nilai budaya masyarakat itu, dan berdasarkan hal ini dapat kita sebutkan kesamaan pendapat di kalangan sosiolinguis bahwa perilaku berbahasa anggota -anggota suatu masyarakat tutur mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat itu. Dengan perkataan lain, ada hubungan di antara perilaku berbahasa dan nilai budaya atau kebudayaan itu sendiri. Walaupun ini bukan hal yang baru, tampaknya akan menarik untuk mengetahui seberapa jauh hal itu didukung oleh data empiric.
Setakat ini, tampakaya di Indonesia belum ada kajian yang membandingkan perilaku berbahasa dua (atau lebih) kelompok etnis dengan mengaitkannya dengan nosi kebudayaan. Ini dugaan. Yang tampaknya memang benar adalah bahwa setakat ini di Indonesia balum ada tulisan yang dipublikasikan yang melaporkan hasil penelitian mengenai topik tersebut (yakni perbandingan perilaku berbahasa sebagai cerminan perbedaan pandangan hidup) dengan pendekatan pragmatik. Jika asumsi ini benar, penelitian tampaknya mempunyai kemaknawian (significance) yang cukup.
Dipilihnya kelompok etnis Jawa dan Batak sebagai objek penelitian bukanlah tanpa alasan. Pemilihan itu berdasarkan pendapat awam bahwa, pada umumnya, di dalam perilaku berbahasa orang Batak itu lebih langsung (dalam anti lebih berterus terang) daripada orang Jawa Bahwa pendapat itu sudah "berterima" di kalangan masyarakat awam tidak berarti bahwa topik ini tidak boleh Jika kita bersikap ilmiah, pendapat itu perlu dibuktikan dengan mencari data empiris. Yang juga perlu didukung oleh data empiris ialah apakah perbedaan perilaku berbahasa orang Jawa dan orang Batak itu signifikan atau tidak dan, jika signifikan, berapakah derajat signifikansinya lagipula, perlu diketahui kemungkinan adanya keterpengaruhan budaya, yang dapat diinferensikan dengan membandingkan perilaku-perilaku berbahasa kelompok-kelompok Jawa Jakarta vs Batak Jakarta, Jawa Jakarta vs Jawa Semarang & Yogyakarta, Batak Jakarta vs Batak Medan, misalnya Di samping itu perlu dicari data empiris yang mungkin mendukung dugaan bahwa ada penibahan perilaku berbahasa menurut dimensi umur pada kedua kelompok etnis ini.
1.2 Permasalahan
Seperti halnya istilah perkampungan mengacu ke sejumlah kampung (jadi bukan satu kampung), istilah permasalahan di dalam penelitian ini diartikan sebagai merujuk ke sejumlah masalah, yakni sejumlah masalah penelitian. Di dalam hal ini, sesuai dengan uraian di dalam buku-buku penelitian yang baik, permasalahan dibagi menjadi beberapa masalah tambahan, yang kesemuanya berkaitan dengan masalah utama tersebut.
Masalah utama dalam penelitian ini, di dalam bentuk pertanyaan, ialah: adakah perbedaan realisasi tindak tutur melarang di antara orang Jawa dan orang Batak pada umuinnya seperti yang tersirat dari pendapat awam bahwa orang Batak cenderung lebih berterus terang dalam mengungkapkan pikiran mereka daripada orang Jawa? Dengan menggunakan istilah pragmatik, pertanyaan itu dapat diparafrasekan .menjadi: adakah perbedaan di dalam hal kelengkungan/kelurusan garis ilokusi melarang di kalangan orang Batak dan di kalangan orang Jawa?
Masalah (utama) itu dapat dijabarkan menjadi sub-submasalah, yaitu:
1. Jika memang ada, seberapa signifikankah perbedaan itu?
2. Di mana letak perbedaannya (dan juga kesamaannya, jika ada)?
3. Apakah perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan di dalam world view yang wujud di dalam perbedaan struktur sosial?
4. Adakah indikasi yang mengisyaratkan adanya pergeseran atau perubahan perilaku berbahasa? "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Meity Taqdir Qodratillah
"Kajian ini bertujuan memperoleh gambaran yang jelas tentang pemakaian istilah oleh kalangan profesional kedokteran dan profesional keuangan. Penelitian ini mencoba menggabungkan sosiolinguistik dan terminologi, yang disebut sosioterminologi. Data dijaring melalui penyebaran kuesioner ke kalangan dokter dan profesional keuangan. Kerangka teori yang diterapkan dalam penelitian ini ialah teori perencanaan bahasa, yakni tentang pembakuan istilah, dan pembentukan istilah.
Pembakuan istilah merupakan proses yang kompleks yang memerlukan sejumlah proses, seperti penyeragaman konsep dan istilah, definisi istilah, pengurangan kehomoniman dan kesinoniman, penetapan penyebutan (designation), termasuk singkatan dan lambang serta penciptaan istilah baru. Dari dasar tersebut, saya mencoba membandingkan pemakaian istilah di kalangan profesional kedokteran dan keuangan. Bagaimana tingkat keseragaman istilah yang digunakan oleh kedua kalangan itu, baik dengan orang seprofesi maupun dengan orang tak seprofesi? Bagaimana sikap kedua kalangan profesional tersebut terhadap istilah Indonesia? Istilah serapan atau terjemahankah yang lebih cenderung dipilih?
Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat keseragaman pemakaian istilah di kalangan dokter, baik dengan orang seprofesi maupun dengan orang tak seprofesi tinggi, yakni 97.50% dan 90%. Sementara itu, tingkat keseragaman pemakaian istilah di kalangan profesional keuangan dengan orang seprofesi dapat dikatakan rendah (60%) dan dengan orang tak seprofesi sangat rendah (45%). Sikap dokter dan profesional keuangan terhadap istilah Indonesia positif. Namun, dari tingkat kepositifannya, sikap dokter lebih positif daripada sikap profesional keuangan. Ihwal istilah serapan dan terjemahan, keduanya cenderung memilih istilah serapan daripada terjemahan.

The aim of this study is to obtain a description of the usage of terminology by medical and financial professionals. The research has tried to combine two disciplines, i.e. sociolinguistics and terminology and thus it could be named socioterminology. The theoretical framework for in this study is the theory of language planning, especially the standardization of terminology, and term formation.
Standardization of terms is a complex process that entails a number of operations, such as the unification of concepts, the definition of terms, the reduction of homonymy, the elimination of synonymy, the fixing of designations, including abbreviations and symbols, and also the coinage of new terms. For these reasons, I have tried to compare the usage of terminologies between medical and financial professionals. To what extent is the usage of terminologies by each professional uniform? How does she or he think about the Indonesian terminologies? Which terminology has he or she chosen? Does he or she prefer borrowed terms or translated terms?
The results indicate that the degree of uniformity in the usage of terminology by the professionals varies. The uniformity degree among the medical professionals is higher (97.50%) than that among the financial professionals (60%). A medical professional uses a different form when talking to his or her colleagues compared to the occasion when talking to someone who belongs to a different profession. The attitudes of both groups towards the Indonesian terms are positive, but the doctors' attitudes are more positive than those of the financial professionals. They prefer the borrowed terms to the translated terms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathur Rokhman
"This sociolinguistic study focuses on language attitudes among santries. This research aims to describe language attitudes among santries in Al-Ihsan Pondok Pesantren, Beji, Banyumas on the languages they are able to speak, such as: Indonesian, vernacular languages, Arabic language, and English.
There are three approaches used in this research: sociological approach, psychological approach, and anthropological approach, as ordinarily used in sociolinguistic researches. Data are collected through distributing questionnaires, matched-guise, interviews, and participatory observations. The main data obtained are respondents' self-report about their language attitudes. The data obtained through questionnaires and matched-guise are analyzed quantitatively using one-way analysis of variance (Anova) in order to get the santries' language attitudes based on social variables, such as: gender, age, education, and mother tongue. The data obtained through interviews and observations are analyzed qualitatively using categorical analysis.
This research finds out three basic attitudinal aspects of santries' language attitudes, those are: cognitive, affective, and conative. Santries language attitudes, in this case, are categorized into four groups: santries' language attitudes on Indonesian, santries' language attitudes on vernacular languages, santries' language attitudes on Arabic language, and santries' language attitudes on English. Beside those things, this research also finds out that language attitudes are related to social factors to analyze which cover gender, age, education, and mother tongue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kurniasari
"Pemilihan bahasa (language choice) merupakan fenomena yang lazim terjadi pada masyarakat multibahasa. Dalam interaksi sosial pemilihan bahasa merupakan tindakan dalam menggunakan bahasa terpilih pada situasi tertentu. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemilihan bahasa. Makalah ini akan memaparkan hasil penelitian dari pemilihan bahasa yang dilakukan oleh mahasiswa Kabupaten Kebumen yang ada di UI. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek pemilihan bahasa pada mahasiswa Kebumen di UI. Sumber data diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan pada 25 orang mahasiswa. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa responden memilih dan menggunakan bahasa yang berbeda untuk situasi dan kondisi yang berbeda.

Language choice is a common phenomenon that occurs in a multilingual society. In the social interaction, language choice is an act of using a selected language in certain situations. There are various factors that affect a person in committing language choice. This article will present the findings of the language choice on UI students from Kebumen Regency. This study was intended to find out the aspects of the language choice on the UI students from Kebumen. The data were collected through a questionnaire administered to 25 students. The findings of this study show that the respondents choose and use different languages ​​for different situations and conditions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyanto Widodo
"Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Kota Madya Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian sosiolinguistik yang metode pemerolehan datanya terutama menggunakan metode penelitian kuantitatif dipadukan dengan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif dimanfaatkan manakala metode kuantitatif kurang meyakinkan dengan harapan memperoleh hasil penelitian yang benar-benar sahih. Penelitian bahasa dengan ancangan sosiologi ini menerapkan analisis ranah. Penelitian hanya difokuskan pada ranah keluarga.
Responden yang berhasil dijaring sebanyak 89 orang terdiri dari laki-laki 46 orang dan perempuan 43 orang, berusia antara 10--69 tahun. Semua responden adalah dwibahasawan, yaitu menguasai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Di dalam rumah, baik ketika berbicara dengan orang tua, paman/bibi, saudara: baik kakak maupun adik, pembantu rumah tangga, dan ketika menemui tamunya, sebagian besar resoponden menggunakan bahasa Jawa, Selama pembicaraan berlangsung, mereka pun ditanggapi dengan menggunakan bahasa Jawa. Meskipun semua responden adalah dwibahasawan, selama berbincang-bincang menggunakan bahasa Jawa itu mereka hanya sedikit menyelingi dengan bahasa Indonesia. Selingan bahasa Indonesia banyak dilakukan oleh responden yang berusia muda. Semakin muda usianya semakin banyak selingan bahasa Indonesianya. lni berarti bahwa di dalam masyarakat Kota Madya Surakarta sudah mulai terjadi pergeseran penggunaan bahasa.
Penggunaan bahasa Jawa yang masih dominan di dalam ranah keluarga ini disebabkan oleh hubungan antarpeserta tutor yang masih dekat. Kedekatan hubungan ini menyebabkan penggunaan bahasa Jawa dianggap lebih akrab. Di samping itu, penggunaan bahasa Jawa dianggap lebih sopan dibandingkan penggunaan bahasa Indonesia bila yang diajak berbicara adalah kerabat dekat atau orang yang perlu dihormati."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yulfi Zawarnis
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Turmudzi
"Penelitian ini membandingkan budaya masyarakat Belanda dan Indonesia khususnya dalam hal bagaimana perusahaan penyedia lapangan pekerjaan kantoran mengiklankan perusahaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi secara spesifik komponen karakter budaya yang terdapat dalam laman iklan internet perusahaan penyedia lapangan pekerjaan kantoran terkemuka di Belanda dan di Indonesia dan melihat adakah perbedaan gaya atau ragam bahasa iklan perusahaan penyedia lapangan pekerjaan kantoran terkemuka pada laman internet antara Belanda dengan Indonesia. Penulis membandingkan 4 (empat) contoh laman iklan internet perusahaan penyedia lapangan pekerjaan kantoran terkemuka di Belanda yaitu Freelance.nl, JobTrack.com, Intermediair.nl, dan Stepstone.nl serta 4 (empat) laman iklan internet perusahaan penyedia lapangan pekerjaan kantoran terkemuka di Indonesia yaitu Lokerpedia.com, JobsDB.com, CariJOB.com, dan JobIndo.com. Iklan perusahaan penyedia lapangan pekerjaan di Belanda hampir selalu menginformasikan banyak tulisan yang menyajikan keunggulan ataupun kualitas perusahaan perusahaan, lain halnya dengan iklan di Indonesia yang tidak menuliskan gambaran kualitas perusahaan penyedia lapangan pekerjaan kantoran melalui banyak tulisan namun hanya menggunakan gambar, animasi dan sedikit tulisan yang menjelaskan tentang bagaimana perusahaan mereka.

The study aims to compare Dutch and Indonesian culture, specifically to compare how companies in the respective countries would typically announce job vacancies. Additionally, this particular study is looking to identify specific components of cultural characteristics which associated with online job search sites in both countries, the Netherlands and Indonesia, to learn whether there is a difference in the language style used. Therefore, authors compare the four (4) online job search sites in the Netherlands, namely Freelance.nl, JobTrack.com, Intermediair.nl, and Stepstone.nl and four (4) online job search sites in Indonesia, namely Lokerpedia.com, JobsDB.com, CariJOB.com, and JobIndo.com. Commonly, the online job search sites in the Netherlands will provide more detailed information related to the company and put more emphasis on company‟s excellence whilst the online job search sites in Indonesia are tend to be more visual by showing more pivtures or animations with brief narration about the company.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Ratna Sophia
"Alih kode merupakan fenornena sosiolinguistik yang dilakukan oleh banyak orang. Fenomena tersebut juga banyak ditemukan di lingkungan pendidikan, khususnya pendidikan dengan dwibahasa. Oleh karena itu, penelitian ini dibuat untuk menganalisis fenomena alih kode di lingkungan sekolah, khususnya di sekolah inklusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi penggunaan alih kode guru di kelas, dan untuk menganalisis persepsi siswa berkebutuhan khusus terhadap alih kode guru. Lokasi penelitian ini yaitu SMP Mutiara Bunda Cilegon, Provinsi Banten, Indonesia. Kelas yang diamati adalah kelas XII sampai IX, dan respondennya adalah 23 siswa berkebutuhan khusus dari ketiga kelas tersebut yang ditentukan secara purposif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan angket. Hasil observasi menunjukkan adanya penggunaan alih kode oleh guru ketika proses pernbelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris, khususnya ketika penyampaian materi. Kemudian, hasil angket menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap penggunaan alih kode guru di kelas. Hal ini terjadi karena dengan alih kode, materi pembelajaran menjadi lebih mudah dipaharni oleh mereka."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2023
400 BEBASAN 10:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Theresia Margareth
"[ABSTRAK
Berita ditujukan untuk semua kalangan. Oleh karena itu, berita bersifat universal. Meskipun bersifat universal,
para remaja yang berusia sekitar 9 sampai dengan 12 tahun pada umumnya kurang tertarik untuk menonton berita
di televisi. Hal itu disebabkan oleh segi pemakaian bahasa yang terkadang sulit dipahami dan cara penyampaian
yang terlalu cepat dari pembawa berita. Dengan adanya acara berita yang ditujukan khusus untuk para remaja
menjadikan para remaja lebih mudah untuk memahami berita yang disampaikan dan tertarik untuk menonton
berita. Salah satu acara berita khusus untuk para remaja yang berusia sekitar 9 sampai dengan 12 tahun adalah
Jeugdjournaal di Belanda. Dalam Jeugdjournaal terdapat beberapa faktor yang membuat para remaja tertarik
untuk menonton berita. Salah satu faktornya adalah pemakaian bahasa dari pembawa berita. Laras bahasa
pembawa berita Jeugdjournaal akan dianalisis dalam penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan teori
dasar laras bahasa yang dilihat dari konteks situasi (topik wacana, modus wacana, hubungan peran dalam wacana).
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pemakaian bahasa dari pembawa berita berperan dalam meningkatkan minat
para remaja untuk menonton berita.ABSTRACT News is for everyone. Therefore, news is universal. Although news is universal, teenagers around 9 to 12 years
old are generally less interested in watching news on television. That is because the terms of the language used are
sometimes difficult to be understood and the methods of delivery from the news anchor are too fast. With the news
programs that are intended exclusively to the teenagers, it makes the teenagers more easy to understand the news
delivered and interested to watch the news. One special news programs for teenagers around 9 to 12 years old is
Jeugdjournaal in the Netherlands. In Jeugdjournaal there are several factors that makes teenagers interested to
watch the news. One of them is the use of language from the news anchor. The register of Jeugdjournaal news
anchor will be analyzed in a descriptive qualitative research by the use of the basic theories of the register that is
seen from the context of the situation (field of discourse, mode of discourse, tenor of discourse). The results of this
analysis show that the language use from the news anchor have roles in increasing the interest of teenagers to
watch the news., News is for everyone. Therefore, news is universal. Although news is universal, teenagers around 9 to 12 years
old are generally less interested in watching news on television. That is because the terms of the language used are
sometimes difficult to be understood and the methods of delivery from the news anchor are too fast. With the news
programs that are intended exclusively to the teenagers, it makes the teenagers more easy to understand the news
delivered and interested to watch the news. One special news programs for teenagers around 9 to 12 years old is
Jeugdjournaal in the Netherlands. In Jeugdjournaal there are several factors that makes teenagers interested to
watch the news. One of them is the use of language from the news anchor. The register of Jeugdjournaal news
anchor will be analyzed in a descriptive qualitative research by the use of the basic theories of the register that is
seen from the context of the situation (field of discourse, mode of discourse, tenor of discourse). The results of this
analysis show that the language use from the news anchor have roles in increasing the interest of teenagers to
watch the news.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>