Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudi Astono
"Sikap kerja berdiri mempengaruhi kelelahan kerja. Hal ini diakibatkan oleh kontraksi statis otot penyangga tubuh yang terjadi bila tinggi meja kerja tidak sesuai dengan tinggi siku tenaga kerja.
Telah dilakukan penelitian dengan hasil bahwa terdapat hubungan antara kesesuaian tinggi meja dengan terjadinya kelelahan pada tenaga kerja dengan sikap kerja berdiri di bagian assembling pada salah satu perusahaan accu di Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan "studi kros seksional" dan sampel penelitian diambil dari seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 115 orang, dimana sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 98 orang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesesuaian tinggi meja dan tinggi siku tenaga kerja dengan terjadinya kelelahan pada tenaga kerja dengan sikap kerja berdiri dan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelelahan kerja. Untuk mengetahui sesuai tidaknya tinggi meja kerja dengan tinggi siku tenaga kerja, dilakukan pengukuran tinggi meja dan tinggi siku tenaga kerja kemudian dibandingkan dengan nilai standar. Untuk mengukur adanya kelelahan dilakukan dengan metoda flicker fusion test dengan menggunakan alat digital flicker fusion apparatus. Kelelahan diukur setelah tenaga kerja bekerja selama 4 jam, sebelum tenaga kerja istirahat.
Pada penelitian ini diperoleh bahwa dari 98 subyek yang diteliti, sebanyak 45.9 % tenaga kerja dengan sikap kerja berdiri mengalami kelelahan. Terdapat hubungan bahwa subyek penelitian yang tinggi meja kerjanya tidak sesuai dengan tinggi sikunya, lebih besar kemungkinan untuk mengalami kelelahan, dengan uji statistik yang bermakna p 0.00 OR 7.44; CI 2.52-8.29). Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kelelahan kerja pada sikap kerja berdiri adalah umur tenaga kerja, Hb darah, kebiasaan o1ah raga dan kebiasaan merokok.

The Appropriateness of Deskwork Height and Fatigue in Working on Standing PositionWorking on standing position influences work fatigue. It involves a great deal of static contraction of the body buffer of muscles that will occur if the deskwork height is not appropriated as worker's elbow height.
In an assembling division of a battery company in Jakarta, It has been examined that there is a correlation with the appropriateness of the height of the deskwork and work fatigue. The study was done withCross Sectional Study and the sampel taken from the whole population is 115 people, but those who can comply the criteria are 98 people.
The objectives of the study are to find out the correlation between the appropriteness of the deskwork height and the worker's elbow height with work fatigue on standing position and to find out other factors that influence work fatigue. Thus, the researcher measured and compared them with standard value. The fatigue measuring was carried out with Flicker function test method and used digital fusion apparatus. The fatigue have measured after 4 hours working before take a rest.
From 98 subject, found 45.9 % workers with standing position get fatigue. There is significant correlation between the work fatigue and the appropriatness of deskwork height. The workers that have not the deskwork height appropriateness with elbow height, more probable to get work fatigue p O.00(OR 7.44; CI 2.52-8.29). The other factors that influence to work fatigue on standing position are worker's age, level of hemoglobin (Hb), physical exercise and smoking habit.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T12427
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Fety Fatayaty
"Masalah di lingkungan kerja di industri garmen adalah iklim kerja yang panas dan lembab, alat kerja (setrika Iistrik/boiler) yang dapat menghasilkan paparan panas dan kelelahan yang dialami pekerja setrika setelah bekerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lingkungan kerja panas dengan kelelahan pekerja setrika di PT Hansung Garmindo Mulia (PT HGM).
Pendekatan penelitian bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah survei dengan Cross Sectional. Populasi dan sampel yaitu semua pekerja setrika di PT HGM berjumlah 16 orang. Langkah Penelitian dengan cara mengukur Index Suhu Bola Basah (ISBB) di 5 titik di area finishing memakai alat Dues Temp Heat Stress Monitor, mengukur denyut nadi pekerja sebelum dan sesudah bekerja, pengisian kuesioner oleh pekerja dan pengamatan Iangsung oleh peneliti.
Hasil penelitian ISBB di 5 area lingkungan kerja PT HGM adalah: 26,9" C; 27,TC; 27,9°C; 29,2?'C; dan 29,7"C, jadi semuanya berada di area slightly warm (di Iuar comfortable) Hasil pengukuran denyut nadi dalam % Cardio Vasculer Load (%CVL) dan pengisian kuesioner temyata semua pekerja setrika di PT HGM mengalami kelelahan setelah me!akukan pekerjaan dengan tingkat kelelahan ringan sampai berat. Data ISBB dan % CVL yang diperoleh dianalisis dengan Korelasi Spearman dengan (di = 15, a = 0,05), r hitung 0,577 sedangkan r tabel 0,522.
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara lingkungan kerja panas dengan kelelahan pekerja setrika di PT Hansung Garmindo Mulia, dengan tingkat hubungan sedang. Saran diletakkan local exhaust, posisi tabung boiler dijauhkan jaraknya dari pekerja, desain meja setrika harus antropometri, pekerja minum air (ditambah gula & garam) 1 galas (150 ml) setiap 20 menit, posisi kerja bergantian (duduk dan berdiri) dan supervisi medic secara berkala untuk pekerja."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Andiningsari
"Tingginya persaingan antar perusahaan jasa angkutan travel dengan trayek Jakarta-Bandung, berdampak pada kurangnya perhatian perusahaan pada kondisi stamina pengemudi travel. Apabila kondisi ini terus bekerlanjutan akan menimbulkan kelelahan kerja. Berdasarkan fakta yang berkembang, kelelahan yang terjadi pada pengemudi dikarenakan pengemudi kerap bekerja diatas jam kerja yang seharusnya dan tidak mendapat penghasilan yang tetap. Untuk itu melalui penelitian ini penulis bermaksud untuk melihat terjadinya kelelahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada salah satu perusahaan penyedia jasa angkutan travel yang ada di Jakarta dengan trayek menuju Bandung yaitu PT Batara Titian Kencana (X-Trans). Variabel yang diteliti, diantaranya dari faktor Internal (usia, IMT, kondisi fisik, dan masa kerja), Faktor eksternal (durasi mengemudi dan shift kerja), dan gejala-gejala kelelahan yang diukur berdasarkan Subjective Symptom Test (SST). Penelitian ini bersifat kuantitatif observasional dan menggunakan desain penelitian Cross-Sectional (potong lintang). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pengemudi X-Trans Jakarta, Tanggerang, dan Bekasi hanya mengalami kelelahan ringan dan hanya faktor kondisi fisik (kesehatan) dan masa kerja yang terdapat perbedaan proporsi dengan terjadinya kelelahan pada pengemudi travel X-Trans Jakarta tahun 2009.

The high competition among the transportation services Travel Company?s route from Jakarta to Bandung, made a lack of impact on the company's attention on the condition of drivers travel stamina. If this condition continues can made fatigue work. Based on the fact, fatigue that occurs because of drivers often work over work hours and that should not get a fixed income. Therefore, it is through this research the author intends to see the occurrence of fatigue and the factors that influence on one of the largest travel service providers who have transport in Jakarta, Bandung route towards the PT Batara Titian Kencana (X-Trans). Variables examined, including the Internal factors (age, BMI, physical condition, and the period of work), external factors (the duration of driving and shift work), and symptoms of fatigue are measured based on the subjective Symptom Test (SST). This research is quantitative observational and research design using a Cross-Sectional. Results of a research show the majority of drivers X-Trans Jakarta, Tanggerang, Bekasi, and only a mild reaction condition and the only physical factors (health) and the work that there are differences in proportion with the occurrence of fatigue on drivers travel X-Trans Jakarta in 2009."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaria Penny
"Tingginya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi menyebabkan peningkatan produksi di berbagai sektor industri. Salah satu caranya adalah dengan memberlakukan sistem shift kerja. Penerapan sistem shift kerja ini berdampak kepada kelelahan pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan pada operator plastic injection di PT X. Faktor yang diteliti merupakan faktor karakteristik pekerja (umur, masa kerja, kondisi kesehatan, dan kuantitas tidur) dan faktor pekerjaan (shift kerja, waktu istirahat, commuting time, dan pekerjaan tambahan). Pengukuran kelelahan pada operator diukur dengan menggunakan Fatigue Severity Scale. Penelitian ini bersifat subjektif analitik dengan menggunakan desain studi cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 99 orang atau 46,5% pekerja mengalami kelelahan. Selain itu juga dapat diketahui bahwa masa kerja, kondisi kesehatan, dan kuantitas tidur mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kelelahan pada operator plastic injection. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap kelelahan, baik dari pihak manajemen maupun operator itu sendiri.

Nowadays, the number of human need's demand is always tending to increase. In order to meet with that high demand of human needs, many industries try to increase their production activity supported by a shift work system. But in the reality, we almost find some complaint about a fatigue worker. This research aim to learn about several factors that causes a fatigue among plastic injection operator at PT X. That factors are divided into personal factors (age, years of services, worker's health condition, and a quantity of sleep) and work condition factors (shift system, break time, commuting time, and worker's second job). This research is using a subjective analytical method which is measured by a Fatigue Severity Scale with cross sectional design. The result of this research shows that 99 persons or 46.5% of plastic injection operator at PT X is experienced fatigue, and years of service, worker's health condition, and quantity of sleep factors are significantly related with the fatigue among plastic injection operator. Due to the result of this research, either the management of PT X or the workers itself have to manage that fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Yolanda
"Bus merupakan sarana transportasi publik yang masih menjadi pilihan masyarakat luas untuk menempuh perjalanan jarak dekat maupun jarak jauh karena biayanya yang relatif lebih murah. Kondisi pengemudi berperan penting dalam penyediaan pelayanan kebutuhan masyarakat akan transportasi ini. Pengemudi yang mengalami kelelahan dan tidak diatasi maka akan meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, survei ini bertujuan untuk melihat kelelahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang mungkin terjadi pada pengemudi Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Jurusan Jakarta-Solo. Variabel yang diteliti diantaranya faktor internal pengemudi (usia, jenis, IMT, kondisi fisik, masa kerja, waktu tidur) dan faktor eksternal pengemudi (durasi mengemudi, waktu kerja dan jadwal kerja). Kelelahan diukur menggunakan kuesioner berdasarkan gejala kelelahan subjektif.
Hasil survei menunjukkan sebagian besar pengemudi mengalami kelelahan ringan dan hanya sebagian kecil yang mengalami kelelahan sedang dengan durasi mengemudi dan kurangnya waktu tidur sebagai faktor yang berhubungan terhadap terjadinya kelelahan pengemudi Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) Jurusan Jakarta-Solo.

Bus is still the popular choice of mass public transport for common people to travel in short or long distance, because the fare is relatively cheap. And the driver's condition plays important role in the presentation of this mass public transportation service. The unrested fatigue will increase the possibility of accident to occur, therefore this survey dedicated to review this fatigue and the all the influencing factor that will likely to happen and affect the driver of City bus between Jakarta and solo.The variable that will be reviewed is the driver's internal factor (age, types of imt, physical condition, years of work, sleep time) and the drivers external factor (driving duration, work hour and work schedulle) fatigue is measured with a questionaire based on subjective fatigue symptoms.
The survey results shows that most drivers only suffer minor fatigue and only a few suffer medium fatigue with drivings duration and lack of rest time as the influencing factor of this fatigue to affect the jakarta-solo bus driver.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Innes Marinda
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan proporsi kelelahan fisik pada pekerja PT. X. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di PT. X. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner yang diisi secara mandiri, pengukuran antropometri, dan 24H food record dengan jumlah sampel 126 responden. Analisis data menggunakan uji Chi-square untuk melihat perbedaan proporsi antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara asupan protein (P value =0,049), konsumsi air putih (P value=0,022), dan status merokok (P value=0,027) dengan kelelahan fisik. Sebaiknya perusahaan menyediakan botol untuk menampung urin, sehingga pekerja dapat mengukur warna urin dan mengetahui kecukupan konsumsi air putih selama bekerja.

This study aims to describe the proportional difference between fatigue, physical fatigue of worker in PT. X. This study is a quantitative study using cross-sectional study design. The data were collected in May-June 2015. The data were collected by using self-administered questionnaire, anthropometric measurement, and 24H food record involving 126 respondents. The data were analyzed using Chi-square test to describe the proportion difference between the independent variables and the dependent variables.
The result shows that t there are proportional differences between protein intake (P value=0,049), mineral water consumption (P value=0,022), smoking status (P value=0,027), and physical fatigue. The company is suggested to be more concerned regarding the menu in the canteen. Furthermore, the worker are suggested to be more active like increase their exercise frequency and routine by using the facilities in the company. The company should provide a bottle to accommodate the urine , so that workers can measure the color of the urine and aware of the sufficiency of white water consumption during work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S60229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zubaidah
"Tesis ini membahas efek modifikasi status hidrasi dengan memperhitungkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada petugas ground handling di Bandara Soekarno Hatta. Yang sering terpajan panas dalam waktu lama, yang dapat menyebabkan dehidrasi dan kelelahan. Lestari (2016) dalam penelitiannya menyatakan iklim kerja yang panas dan melebihi NAB dapat meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi.  Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, 219 responden yang bekerja di dalam Gedung dan apron. Status hidrasi diukur menggunakan berat jenis urin, IMT diukur dengan berat badan dan tinggi badan, dan kelelahan diukur menggunakan kuisioner IFRC. Hasil penelitian 63,5% responden mengalami kelelahan berat dan 36,5% mengalami kelelahan ringan. 70,3% pekerja memiliki status hidrasi yang baik, sementara 29,7% mengalami dehidrasi. 58,9% responden obesitas dan sisanya 41,1% tidak obesitas. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara status hidrasi terhadap kelelahan kerja (p-value 0,340), ada hubungan signifikan antara IMT dengan kelelahan (p-value 0,014). Ada interaksi antara status hidrasi dengan IMT. Analisis multivariat menyatakan ada hubungan signifikan antara efek modifikasi status hidrasi dengan memperhitungakan IMT terhadap kelelahan (p-value 0,022 dan cOR 1,184). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh status hidrasi terhadap tingkat kelelahan kerja bergantung atau bervariasi menurut status IMT, sehingga diketahu nilai OR pada IMT obesitas (kode 1) adalah 1,46. Artinya responden yang obesitas dengan status dehidrasi berisiko 1,46 kali lebih tinggi pada responden yang mengalami kelelahan berat dibandingkan dengan status euhidrasi setelah dikontrol oleh faktor risiko terkait pekerjaan dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan.

This thesis discusses the effect of hydration status modification considering Body Mass Index (BMI) on ground handling workers at Soekarno Hatta airport. Those worker are often exposed to prolonged heat, which can cause dehydration and fatigue. Lestari (2016) stated that a hot working climate exceeding TLV can increase the risk of dehydratin. This cross-sectional study involved 219 respondents working inside buildings and the apron. Hydration status was measured using urin specific gravity; BMI was measured with weight and height; and fatigue was measured using the IFRC questionnaire. The result showed that 63,5% of respondents experienced severe fatigue and 36,5% experienced mild fatigue; 70,3% of workers had good hydration status, while 29,7% were dehydrated; 58,9% of respondents were obese and the remaining 41,1% were not obese. Statistical analysis results showed no significant relationship between hydration status and work fatigue (p-value 0,340), but there was a significant relationship between BMI and fatigue (p-value 0,014). There was an interaction between hydration status and BMI. There was also a significant relationship between the effect of hydration status modification considering BMI on fatigue (p-value 0,022 amd cOR 1,184). This shows that the impact of hydration status on the level of work fatigue varies depending on BMI status. The OR value for obese BMI (code 1)was 1,46; meaning that obese respondents with dehydration were 1,46 times more likely to experience severe fatigur compared to respondents with good hydration status, after controlling for work-related and non-work-related risk factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Shofiya
"Kelelahan Kerja adalah kondisi fisik atau mental yang terjadi pada pekerja dan berpengaruh negatif terhadap performa kerjanya. Skripsi ini membahas mengenai faktor- faktor yang berkontribusi menyebabkan terjadinya Kelelahan Kerja Subjektif pada petugas pemadam kebakaran Kota Bogor tahun 2019. Jumlah responden yang diteliti adalah keseluruhan populasi, yaitu 54 pekerja. Pengukuran kelelahan menggunakan daftar pertanyaan berupa gejala kelelahan yang bersumber dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) dan hasilnya menunjukkan bahwa 36 pekerja (66,6%) mengalami kelelahan ringan dan 18 pekerja (33,3%) mengalami kelelahan sedang. Desain Penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan menggunakan metode kuantitatif (Chi-square) dan odd ratio untuk mengetahui derajat hubungan dua variabel. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya variabel yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan.

Work Fatigue is a physical or mental condition that occurs to workers and negatively affects their work performance. This study discusses the contributing factors for the occurrence of Subjective Work Fatigue in Bogor City firefighters in 2019. The number of respondents studied was the entire population, which is 54 workers. Measurement of fatigue using a questionnaire in the form of fatigue symptoms originating from the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) and the results showed that 36 workers (66.6%) experienced mild fatigue and 18 workers (33.3%) experienced moderate fatigue. The research design used was cross sectional using the quantitative method (Chi-square) and odd ratio to determine the degree of relationship between two variabels. The results of this study indicate the absence of variabels that have a significant relationship to the occurrence of fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cesie Nadia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja. Jenis penelitian bersifat deskriptif analitik dengan disain studi cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 58 pekerja di gerbang tol Cililitan PT. Jasa Marga cabang CTC yang dibatasi inklusi dan eksklusi. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner, data sekunder, observasi, dan pengukuran denyut nadi. Hasil penelitian didapatkan 56,9% pekerja mengalami kelelahan tingkat ringan dan 43,1% mengalami kelelahan tingkat sedang. Variabel yang diteliti yaitu durasi kerja, pola shift kerja, beban kerja, waktu istirahat, lama tidur, kondisi kesehatan, dan gambaran workstation. Hasil analisis bivariat didapatkan ada hubungan signifikan antara beban kerja, waktu istirahat, dan lama tidur dengan kelelahan kerja. Disarankan untuk pihak perusahaan melakukan fatigue management guna mencegah dampak dari timbulnya kelelahan.

This study aims to determine the relationship factors that may influence the occurrence fatigue at work. Types of research is descriptive analytical with cross sectional study design. The sample in this study amounts to 58 workers at the toll collectors Cililitan gate PT. Jasa Marga CTC branch office that restricted inclusion and exclusion. Data were collected by questionnaires, secondary data, observation, and pulse measurement. The results showed that 56.9% of workers experienced low fatigue level and 43.1% experienced moderate fatigue level. The variable are duration of work, work shift patterns, work load, rest periods, length of sleep, health condition, and workstations. Results of bivariate analysis found there is significant relationship between work load, rest periods, and length of sleep with fatigue at work. Recommended for the company is created fatigue management in order to prevent the impact of the onset of fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Permata Sari
"Pekerja informal merupakan salah satu pekerja yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang paling sering dirasakan adalah kelelahan. Karya Ilmiah Akhir Spesialis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan di keluarga pekerja maupun pada kelompok pekerja dengan Intervensi yang diberikan adalah senam peregangan dan relaksasi otot progresif. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 10 keluarga pekerja dan 30 orang pekerja. Hasil dari intervensi didapatkan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga maupun pekerja tentang kelelahan pada pekerja, penurunan angka kelelahan, penurunan keluhan yang berhubungan dengan kelelahan, dan peningkatan tingkat kemandirian keluarga.

Informal workers are among the workers at risk of health problems. The most common health problem is fatigue. This research aims to find out the description of the implementation of nursing care in the family of workers and workers group with intervention given is the stretching and progressive muscle relaxation. The number of respondents in this study were 10 families of workers and 30 workers. The results of the interventions resulted in increased knowledge, attitudes and skills of families and workers about worker fatigue, decreased fatigue score, decreased complaints related to fatigue, and increased family self reliance. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>