Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174211 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kamarudin
"Kayu bakar merupakan bahan bakar utama bagi masyarakat pedesaan yang digunakan untuk memasak dan pemanasan. Pemilihan bahan bakar untuk keperluan rumah tangga ini selain dekat dengan sumbernya juga oleh kondisi sosial ekonomi penduduk setempat.
Peneltian ini bertujuan untuk melihat distribusi tingkat pemakaian kayu bakar di koridor sepanjang jalan utama (akses) dusun-dusun yang berada di Kecamatan Kalapanunggal dan Kabandungan Kabupaten Sukabumi, Jawabarat. Wilayah penelitian ini berada di sebelah timur Hutan Taman Nasional Gunuing Halimun.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Hipotesa yang digunakan adalah semakin ke wilayah hutan pemakaian kayu bakar semakin tinggi. Variabel pendukung yang digunakan adalah tingkat pendidikan, pendapatan, pemakaian minyak tanah, listrik dan aksesibilitas.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa distribusi tingkat pemakaian kayu bakar tidak menunjukkan semakin ke arah hutan semakin tinggi. Pemakaian kayu bakar tinggi (0,05 - 0,281 m3/jiwa/bulan) terdapat pada dusun-dusun yang berakses dekat dengan ibukola kecamatan. Tingkal pemakaian yang sedang (0,011 - 0,05 m3/jiwa/bulan) terdapat pada wilayah bagian tengah, sedangkan tingkat pemakaian rendah (0,005 - 0.0011 m3/jiwa/bulan) terdapat pada dusun yang mempunyai akses jauh dari ibukota kecamatan atau dekat dengan hutan"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Eckholm, Erik P.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1984
662.65 ECK ot (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Washington, D.C.: National Academy of Sciences, 1980
634.98 FIR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Kurniawan
"Kajian Pengelolaan Kawasan Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun Berbasis Masyarakat Setempat di Desa Cipeteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, dilakukan memperhatikan sumberdaya alam kawasan konservasi yang sesungguhnya sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar, khususnya masyarakat setempat yang tinggal di dalam kawasan, namun realitasnya masyarakat setempat sering tidak dapat memanfaatkan dan bahkan senantiasa selalu hidup dalam kemiskinan. Kawasan Taman Nasional pada aspek manajemen kawasan dibagi menjadi tiga zona, yakni 1 zona inti, zona rimba, dan zona penyangga/pemanfaatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana dapat melibatkan masyarakat setempat dalam dalam pengelolaan kawasan (zona) penyangga Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Pendekatan penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik Participatory Research Appraisal (PRA) meliputi : analisis data sekunder, profil sejarah, pemetaan sosial, Diskusi Kelompok Terarah, Observasi, dan diagram venn. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam secara perorangan. Analisis data dilakukan metalui reduksi data (unitasi data/informasi, kategorisasi data, analisis & interpretasi, analis lintasan), penyajian data, dan penyajian laporan.
Pelibatan masyarakat setempat dalam pengelolaan kawasan (zona) penyangga TNGH dimungkinkan sesuai kebijakan pemerintah melalui sistem sociat forestry, yakni menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam pemanfaatan kawasan penyangga dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumbemya. Kegiatan yang di lakukan berupa jasa ekowisata, budidaya flora & fauna, industri rumah tangga, usaha pertanian non kayu dan pelstarian Iingkungan. Realitas kegiatan yang dilaksanakn oleh masyarakat setempat sampai saat ini adalah pembinaan budidaya flora & fauna. Kegiatan dalam social forestry merupakan alternatif sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang kekurangan Iahan perlanian dan modal. Kegiatan ini merupakan insentif agar masyarakat mendapatkan tambahan penghasilan dan sekaligus berupaya melesfarikan ekosistem kawasan.
Peran institusi pemberdayaan masyarakat terhadap kemampuan individu dan kelompok masyarakat sangat besar, hal ini terjadi karena adanya pembinaan pengetahuan dan ketrampilan serta bantuan pennodalan dari institusi pemberdaya. Balai TNGH memiliki kedudukan tertinggi dalam pengelolaan kawasan TNGH, sementara Pemda berperan dalam pengaturan masyarakat. LSM berperan sebagai mitra dalam pemberdayaan masyarakat. Jaringan sosiai yang merupakan jalinan hubungan antara kelompok sosial yang dapat digunakan untuk menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari institusi sosial yang terlibat didalamnya. Jaringan sosial bersifat dinamis mengikuti perubahan sosial masyarakat.
Program Perencanaan Sosial yang direkomendasikan meliputi tiga strategi : 1) Strategi kemitraan 2) Pengembangan kapasitas individu dan kelompok 3) Sistem keterjaminan sosial. Strategi kemiiraan dilakukan mengingan kawasan Taman Nasional berpotensi menjadi wilayah konilik bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pengembangan kapasitas perlu dilaksanakan mengingat taraf pendidikan masyarakat dan ketrampilan yang rendah serta pelaksana pemberdayaan perlu senantiasa dibekali ilmu dan pengetahuan yang memadai mengingt kondisi masyarakat yang seialu berubah. Sistem Keterjaminan Sosial direkomendasikan untuk mengatur permodalan kegiatan usaha masyarakat agar mandiri dan berdaya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22135
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jajang Gunawijaya
"Masyarakat Kasepuhan Gunung Halimun hingga saat ini masih memelihara dan taat menjalankan berbagai tradisi. Adanya berbagai tradisi yang masih dijalankan itulah yang menyebabkan masyarakat tersebut menjadi dikenal dan dikunjungi oleh warga masyarakat di luar lingkungannya dari berbagai kalangan. Tradisi-tradisi yang mereka jalankan itu nampak seperti tradisi lama seperti yang dijalankan oleh leluhur mereka, akan tetapi bila diamati lebih jauh tradisi-tradisi itu tidak lagi mumi sebagai tradisi lama, melainkan merupakan tradisi yang telah dikreasikan oleh elit-elit lokal dengan kemasan simbol-simbol lama sehingga dapat diterima oleh masyarakat pendukungnya dan diperlakukan bagaikan tradisi leluhur mereka. Kajian-kajian mengenai tradisi itu telah dilakukan oleh para ahli di luar Indonesia yang mengungkap adanya kelompok-kelompok tertentu yang menjadi inisiator untuk mencip-takan tradisi baru dengan mengemasnya dengan simbol-simbol lama untuk mencapai tujuan atau efek yang diharapkan. Tujuan atau efek yang diharapkan itu adalah untuk; (1) mengukuhkan kembali identitas kelompok etnis di tengah-tengah kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas; (2) menghidupkan kembali simbolisasi kepemimpinan tradi-sional; (3) memperkokoh superioritas kelompok sosial tertentu dalam persaingan mem-peroleh kesempatan-kesempatan ekonomi; (4) mengukuhkan hegemoni kebesaran suatu negara atas negara-negara lain; dan (5) untuk memperoleh dukungan, kesetiaan rakyat ter-hadap penguasanya. Penelitian mengenai tradisi yang mempunyai efek atau tujuan-tujuan tertentu itu saya lakukan di Kasepuhan Gunung Halimun, namun saya ingin mengungkap apakah semua efek atau tujuan dari penciptaan tradisi baru yang diungkap para ahli itu sepenuhnya teijadi di Gunung Halimun, atau justru terdapat efek atau tujuan-tujuan lain yang berbeda dari tujuan di atas. Hal ini menarik perhatian saya, karena karakteristik masyarakat Gunung Halimun sangat berbeda dengan masyarakat yang telah diteliti para ahli tersebut, meskipun sama-sama mengalami penciptaan tradisi baru yang digerakan oleh elit-elit lokal. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini mengungkap hubungan antara tradisi, elit politik lokal, dan pemanfaatn potensi sumber daya alam di Kawasan Gunung Halimun yang secara administratif berada dalam wilayah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Communities of Kasepuhan of Halimun Mountain,up to now, still maintain and obey to run a variety of traditions. Running their various traditions, those communities become well known and visited by citizens of various circles who come from outside their environment Traditions they run look like such a long tradition carried on by their ancestors but when it is observed further, it is not exactly pure as the old tradition but it has been created by local elites with an old symbol packaging so they can be accepted by their supporting communities and treated like their ancestral traditions. Studies on the traditions that has been done by some experts from outside of Indonesia that reveal the presence of certain groups to be the initiator to create a new tradition packaged with the old symbols to achieve the purpose or expected effect The purpose or expected effect are: to reaffirm the identity of ethnic group among others in the wider society; to revive the symbolization of traditional leadership; to strengthen the superiority of particular social group in the competition to obtain economic opportunities; to confirm the greatness of a nation hegemony against other countries; and to get support and the loyalty of the people against their ruler. Research on the traditions that have effect or certain purposes, I conduct at Kasepuhan of Halimun Mountain, but I want to reveal whether any effect or purpose of creating a new tradition disclosed by the experts fully happened in Halimun Mountain or just have the effect or other purposes that differ from the above ones. This is caught my attention because the characteristic of communities of Halimun Mountain are quite different from those who have been researched by those experts, even though both are created by local elites. Research using qualitative method reveals the relationship between traditions , local elites and the potential utilitization of natural resources in the area of Halimun Mountain which is administratively located in the District of Sukabumi, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
D-Pdf
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahnuri Mufti
"ABSTRACT
One of the influential factors in the prevention of the destruction and decline of biodiversity is human resources. There is an opinion that human beings or human resources are highly influenced by its level of education. In order to improve any efforts for biodiversity to survive, human responsibility and awareness are needed, especially in rehabilitation of nature source and quality of society education, starting from basic level, in order to strengthen the idea if both responsibility and awareness.
The knowledge of nature has appeared through basic and higher levels education. However, it falls to present very basic information for student to understand the link of nature and the survival of the national. Mean while teachers unsuccessfully teach students to comprehend what are being taught, especially to apply the materials. It becomes worst when less attention for students to train them selves are given. As a consequence, students are not capable to operate any function of natural resources in everyday life. Students are mostly taught such cognitive knowledge rather than any significant applications.
This results in the student being unable to fully comprehend the importance of conserving biodiversity properly.
The Research is purpose to know :
1. The student?s perception and comprehension on the idea of biodiversity conservation. All students are rounded from basic level around Taman Nasional Gunung Halimun, West Java.
2. The student?s perception and comprehension on the idea of biodiversity conversation. All students are rounded from basic level around West Java Area.
The Research obtained are expected to be able to answer such as the following questions:
1. Are there any differences on the students perception of biodiversity conservation between the students from big city and Taman Nasional Gunung Halimun Area.
2. Are there any differences on students comprehension of biodiversity conservation between students from big city and Taman Nasional Gunung Halimun Area.
3. Are there materials of biodiversity conservation integrated on the curriculum of basic level of education, and how to perform it.
The Mount Halimun National Park which is situated about 100 km distance from West Jakarta is surprisingly more familiar to the Junior High School students of West Jakarta than to those who live within a radius of less than 25 kilometers from the Park. Indeed, students, students from both area responses similarly that conservation is very importance. They also have similar perception on how to cover any problems. They face on their studies on the conservation.
The Research moreover find that students difference on understanding the terms dealing with conservation. The number of the student who agree and disagree in naming the animal to be protected.
Analyzed results of test which have been carried out are able to indicate the effectively of the teaching process. If furthermore shows that students of SLTP around Taman Nasional Gunung Halimun from the sample taken have the score average of 13,534 among them are only 45,1% capable to answers questions about conservation, on the contrary of 21,5% score average and 71,5% of the students around Taman Nasional Gunung Halimun who answered correctly. So there is a significant difference between the two areas.
The Role of the Biology teachers are quite influential on the views of the students regarding biodiversity, In general, the SLTP teachers of the school around Taman Nasional Gunung Halimun are mostly non native of the area. They have limited knowledge about the Taman Nasional Gunung Halimun, and its surroundings.
Keeping in mind the importance of biodiversity as a renewable natural resources which can be utilized as an asset to continuous national development, an efforts has been made during the 1994 GBPP to include the topic of biodiversity in the curriculum. This decision was made as a follow up to the biodiversity Action Plan for Indonesia. Which has preceded by the United Nations Conservation on biodiversity. In which it is stated that biodiversity is a topic to be taught at schools in section 13 of the 1994 law No.5.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Suatu studi untuk mengetahui tingkat infestasi tungau-tungau Tropilaelaps clareae dan varroa jacobsoni pada lebah madu Apis mellifera telah dilakukan di Apiari Pramuka, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pengamatan dilakukan dengan wawancara, perhitungan jumlah ektoparasit pada 20 sisir sarang lebah dan identifikasi parasit di laboratorium. Tingkat infestasi rata-rata tungau T.clareae dan V.jacobsoni adalah 16,313% dan 13,41% dengan larva/pupa kerugian ekonomi akibat infestasi kedua ektoparasit tersebut berupa penurunan produksi telur lebah ratu yang mengakibatkan terjadinya penurunan pengisian sel oleh “brood” (telur/larva/pupa) lebah menjadi sebesar 45,43%. Di samping itu, sejumlah kerusakan dapat dijumpai, yaitu larva yang mengering (mumifikasi), sel yang tutupnya terbuka da mati, dan pertumbuhan lebah yang abnormal. "
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>