Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114326 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elia Rosalinda Afif
"Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja. Kece1akaan kerja akan menimbulkan kerugian pada kedua belah pihak, pihak pekerja dan pengusaha. Kecelakaan kerja dapat terjadi di semua sektor industri, termasuk di Pertambangan.
Banyak faktor yang mempengaruhi teriadinya kecelakaan kerja seperti suhu, ventilasi, penerangan, pengetahuan, umur, dan lain-lain: yang kesemuanya ini tidak terlepas dari keadaan pekerjanya itu sendiri
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi di Perusahaan, harus dianalisis untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan tersebut, akibat yang mungkin akan ditimbuikan serta langkah apa yang perlu diambil dalam rangka upaya pencegahannya.
Penelitian tentang kecelakaan kerja, terutama yang terjadi di PT. X, belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui penyebab terjadinya. kecelakaan, perlu dilakukan analisis terhadap kecelakaan yang sudah terjadi agar untuk selanjutnya dengan upaya-upaya koreksi yang ditujukan terhadap penyebabnya, kecelakaan tersebut dapat dicegah dan tidak terulang kembali
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dan bersifat deskriptif analitik yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan antara faktor-faktor Pekerja (umur, pendidikan, status perkawinan, status kepegawaian dan masa kerja); Faktor-faktor Lingkungan Kerja (shift kerja, tempat kecelakaan dan jam terjadinya kecelakaan) dengan Kecelakaan Kerja (Kecil dan Ringan/Berat). Sampel penelitian adalah semua pekerja yang bekerja di Satuan Kerja Produksi Tambang Departemen Tambang dan yang mengalami kecelakaan kerja selama tahun 2003.
Hasil
Kecelakaan kerja dapat terjadi pada : semua golengan umur, berbagai tingkat pendidikan, pekerja dengan status perkawinan kawin maupun tidak, pckerja dengan status kepegawaian apapun baik karyawan tetap, KPO maupun TH., pekerja dengan masa kerja yang sudah lamapun dapat mengalami kecelakaan kerja, kecelakaan kerja terbanyak terjadi pada shift malam yaitu antara jam 24.00 - 07,30, kecelakaan kerja dapat terjadi dimanapun di lingkungan Perusahaan terutama lingkungan Produksi dan Manajemen mempunyai peran yang sangat besar dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.
Kesimpulan dan Saran
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinva kecelakaan kerja. Faktor manusia itu sendiri paling dominan terhadap timbulnya kecelakaan akibat kerja, seperti kurang hati-hati, kurang perhatian, dll. Menegakkan disiplin para pekerja dalam memenuhi dan melaksanakan K3: Melaksanakan pendidikan dan pelatihan K3 bagi seluruh karyawan. Kebijakan K3 dan SOP yang telah ada serta Meningkatkan frekuensi pengawasan, supervisi dan inspeksi.
Kata Kunci
80 - 85 % kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia, kecelakaan terjadi karena adanya interaksi antara 3 (tiga) faktor yaitu faktar rnanusia (human resources factor), faktor situasi (situatianaf factor) dan faktor lingkungan (environment factor)"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T13621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yahya Tisna Wijaya
"Tesis ini membahas studi kasus kecelakaan kerja akibat gas beracun di tambang bawah tanah PT Freeport Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian desain deskriptif dan analisis dilakukan menggunakan metode Human Factor Analysis and Classification System (HFACS). Hasil penelitian mendapatkan bahwa terdapat 3 kasus kecelakaan akibat gas beracun di seluruh blok penambangan bawah tanah PTFI selama periode 2019-2022 dengan faktor risiko berasal dari tindakan tidak aman yang dikategorikan dalam Human Factor Analysis and Classification System (HFACS) yang terbagi menjadi empat yaitu organizational influences, unsafe leadership, precondition for unsafe acts, dan unsafe acts. Pada penelitian didapatkan hasil kegagalan sistem pertahanan pada pengaruh organisasi dalam kasus keracunan gas beracun di dominasi kategori resource management berjumlah 7 kegagalan (57%), faktor-faktor penyumbang kegagalan sistem management antara lain SOP, safety sign, Planned Inspection, PJO, Kebijakan K3, Database incident management system dan komunikasi saat penyampaian instruksi kerja. Tingkat Unsafe Supervision dalam kasus keracunan gas beracun berjumlah 11 kegagalan (55%) dengan dominasi oleh kategori Supervisory Violation, faktor-faktor penyumbang kegagalan sistem manajemen antara lain Neil George Checklist, Bulkhead Ventilation, Re-entry Checklist, Airlock Door, Vent bag, Supervisor Inspection, Alat Pelindung Diri, Pengawasan di lapangan, kelayakan sistem ventilasi di lokasi kerja, observasi pengawas ke pekerja terkait pengoperasian portable gas detector dan instruksi kerja. Tingkat Precondition for Unsafe Acts dalam kasus keracunan gas beracun didominasi kategori Personal Readiness berjumlah 8 kegagalan (38%), faktor-faktor penyumbang kegagalan sistem management antara lain peralatan blasting, PDA, pemahaman bahasa pengantar, emission test alat berat, ceklist stope vent dan ventilasi di area blasting, tidak mempedulikan alarm gas detector. Tingkat Unsafe Acts dalam kasus keracunan gas beracun berjumlah 11 kegagalan (46%) dari dominasi kategori Violation Routine, faktor-faktor penyumbang kegagalan sistem management antara lain chemical handling, prosedur yang tidak memadai, sign nilai ambang batas dalam satu bahasa, dumper vent terhalang lumpur dan vent bag rusak, fixed gas detector belum terkalibrasi dan tertutup lumpur, evaluasi pelatihan tidak konsisten dilakukan, barikade area, tidak mengikuti re-entry protocol. Perusahaan disarankan untuk melakukan evaluasi pada program penanganan kecelakaan akibat gas beracun.

This thesis discusses case studies of work accidents due to toxic gas in PT Freeport Indonesia's underground mine. This research is a descriptive design research and the analysis was carried out using the Human Factor Analysis and Classification System (HFACS) method. The results of the study found that there were 3 cases of accidents due to toxic gas in all PTFI underground mining blocks during the 2019-2022 period with risk factors originating from unsafe actions which were categorized in the Human Factor Analysis and Classification System (HFACS), which was divided into four, namely organizational influences, unsafe leadership, precondition for unsafe acts, and unsafe acts. In the study, the results of the failure of the defense system on organizational influence in cases of poison gas poisoning were dominated by the category of resource management totaling 7 failures (57%), contributing factors to the failure of the management system including SOP, safety sign, Planned Inspection, PJO, K3 Policy, Database incident management system and communication when submitting work instructions. . The level of Unsafe Supervision in cases of poison gas poisoning amounted to 11 failures (55%) with dominance by the Supervisory Violation category, contributing factors to management system failure including the Neil George Checklist, Bulkhead Ventilation, Re-entry Checklist, Airlock Door, Vent bag, Supervisor Inspection, Personal Protective Equipment, Supervision in the field, feasibility of the ventilation system at the work site, supervisor's observation of workers regarding the operation of portable gas detectors and work instructions. The level of Precondition for Unsafe Acts in cases of poison gas poisoning was dominated by the Personal Readiness category with 8 failures (38%), contributing factors to management system failure including blasting equipment, PDA, understanding of the language of instruction, emission test of heavy equipment, stop vent checklist and ventilation in the blasting area, ignoring the gas detector alarm. The level of Unsafe Acts in cases of poison gas poisoning amounted to 11 failures (46%) from the dominance of the Violation Routine category, contributing factors to management system failure including chemical handling, inadequate procedures, sign threshold values ​​in one language, dumper vents blocked by mud and the vent bag is damaged, the fixed gas detector has not been calibrated and is covered in mud, inconsistent training evaluations are carried out, barricaded areas, do not follow the re-entry protocol. Companies are advised to evaluate the program for handling accidents caused by toxic gasses."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patuan Alfon S.
"Sebagian besar kecelakaan kerja terjadi karena disebabkan oleh adanya tindakan tidak aman (unsafe act). Beberapa faktor tindakan tidak aman yang menjadi penyebab kecelakaan sesuai klasifikasi dari DNV rules antara lain gagal dalam melaksanakan prosedur, gagal dalam menggunakan APD (alat pelindung diri), dll. Demikian juga dengan kecelakaan kerja yang terjadi pada kegiatan produksi dan pemboran pada kegiatan usaha migas di beberapa KKKS, kecelakaan tersebut sebagian besar disebabkan karena adanya tindakan tidak aman (unsafe act). Faktor-faktor tindakan tidak aman tersebut sangat bervariasi dan berbeda antara satu KKKS dengan KKKS lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja faktor tindakan tidak aman yang dominan sebagai penyebab kecelakaan kerja pada beberapa KKKS dan melihat bagaimana peran manajemen dalam pengimplementasikan K3 pada masing-masing KKKS. Penelitian ini menggunakan desain dengan studi evaluasi yang menyangkut kecelakaan kerja pada kegiatan produksi dan pemboran pada 4 group pada tahun 2002-2004 pada beberapa KKKS yang mewakili benua Amerika, Eropa, Asia dan Nasional. Data kecelakaan kerja yang dianalisa adalah seluruh data kecelakaan kerja baik yang ringan, sedang, berat bahkan kecelakaan fatal yang menimpa para karyawan KKKS maupun karyawan kontraktornya. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisa kualitatif.
Temuan penting dari penelitian ini adalah faktor tindakan tidak aman yang dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja pada group KKKS I adalah mengoperasikan peralatan tanpa wewenang sebesar 29 %, lalu Group KKKS II dan III adalah gagal dalam melaksanakan prosedur masing-masing sebesar 28 % dan 37 % dan terakhir untuk group KKKS IV faktor tindakan tidak aman yang dominan adalah mengoperasikan peralatan tanpa wewenang dan menggunakan peralatan yang rusak sebesar 22 % Kecelakaan kerja dapat terjadi karena beberapa faktor, namun sebagian besar kecelakaan kerja tersebut diakibatkan oleh adanya tindakan tidak aman (unsafe act). Untuk meminimilisasi tindakan tidak aman tersebut perlu ditingkatkan peran aktif dan manajemen terutama dalam pengimplementasian aspek K3 di iapangan. Disamping itu pemberian pelatihan yang komprehensif juga dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan ketrampilan serta awareness dari karyawan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmansyah
"Penelitian ini didasari oleh kecelakaan kerja serius yang menimpa 2 orang karyawan Departemen Utility yang terbukti dan hasil investigasi diketahui sebelum terjadinya kecelakaan, mereka melakukan tindakan tidak aman.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara faktor personal, yaitu pengalaman kerja, pelatihan, dan kelelahan serta faktor pekerjaan, yaitu instruksi kerja dan safely promotion dengan tindakan tidak aman.
Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan di Departemen Utility PT.LG PHILIPS Displays Indonesia dan populasi penelitian adalah seluruh karyawan yang levelnya di bawah supervisor yang berjumlah 88 orang.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor personal yaitu kelelahan dan faktor pekerjaan yaitu intruksi kerja berpengaruh terhadap tindakan tidak aman. Kelelahan dapat dikurangi dengan mengubah sistem kerja dari 3 shift dan 3 grup menjadi 3 shift dan 4 grup sehingga dapat memberi kesempatan pada karyawan untuk beristirahat dengan cukup. Kewajiban bagi supervisor untuk memberikan instruksi kerja di pagi hari sebelum memulai aktifitas akan meminimalkan tindakan tidak aman. Disamping itu program safety proinorion harus melibatkan partisipasi aktif karyawan.

This research based on serious accident which injured 2 workers of Utility Department and from investigation report, they did unsafe acts before accident occurred.
The purposes of this research are knowing relationship between factors like work experience, training and fatigue and job factors like work instruction and safety promotion with unsafe acts.
Design of this research is quantitative by cross-sectional approach. This research is done at Utility Department of LG PHILIPS Displays Indonesia and population of this research are all workers who their level under supervisor. Number of workers are 88 persons.
From this research, it showed out that personal factor like fatigue and job factor like work instruction, influence the existence of unsafe acts. To reduce fatigue, it should change working system from 3 shift and 3 group with 3 shift and 4 group so will make opportunity for worker to take a rest more longer, Making compulsory for supervisor hold work instruction especially at morning before doing routine task so unsafe acts can be minimized. Beside that, safety promotion program should involve participation of worker.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Yudiaji
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26586
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Rianto
"Proses pekerjaan pada suatu perusahaan memiliki potensi bahaya yang spesifik sesuai dengan karakteristik operasinya. Pada kegiatan operasi PT. X, Papua, proses pekerjaan mencakup kegiatan eksplorasi batuan tambang hingga pengiriman konsentrat bijih tambang beserta kegiatan-kegiatan pendukung operasi perusahaan. Sehingga PT. X, Papua, memiliki potensi bahaya kerja yang sangat luas.
Berdasarkan statistik, kasus "kecelakaan kerja akibatkan hari kerja hilang" (loss time accident/LTA) PT. X, Papua, tahun 2000-2005 terjadi kenaikan jumlah kehilangan hari kerja aktual per kasus LTA , yaitu dari 18,9 hari per kasus pada tahun 2000 menjadi 28,5 hari per kasus pada tahun 2005. Data hari kerja hilang tersebut menunjukkan terjadinya kecenderungan kenaikan tingkat keparahan LTA aktual dan tahun 2000 hingga tahun 2005.
Untuk menentukan prioritas program pencegahan kecelakaan kerja, khususnya atas LTA tahun 2000-2005, telah dilakukan analisis terhadap faktor-faktor risiko, yaitu kontak, penyebab Iangsung (tindakan dan kondisi tidak aman), penyebab dasar (faktor manusia dan pekerjaan). Secara keseluruhan faktor-faktor risiko paling dominan pada LTA aktual tahun 2000-2005 adalah :
1. Kontak, yaitu "terpukul oleh".
2. Tindakan tidak aman, yaitu "berposisi, memiliki postur atau tindakan tidak aman".
3. Kondisi tidak aman, yaitu "pengaturan yang berbahaya".
4. Faktor manusia, yaitu "Keterbatasan mental".
5. Faktor pekerjaan, yaitu "Pertgawasan tidak memadai".
Perhitungan uji korelasi Kendall's dan Spearman menurut umur, menunjukkan bahwa semakin tinggi umur pekerja, semakin sedikit kondisi tidak aman yang terjadi. Sedangkan menurut masa kerja, semakin tinggi masa kerja pekerja, semakin sedikit tindakan tidak aman, faktor pekerjaan (uji Spearman) ditambi:i kondisi tidak aman (uji Kendall)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Kharisha
"PT XYZ adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan, dimana memiliki lokasi kerja yang tersebar di Indonesia dengan karakteristik yang bervariasi. Karakteristik tersebut yang dapat memunculkan risiko terjadinya kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sistem pertahanan dalam mencegah kecelakaan sesuai dengan kerangka pikir Swiss Cheese Model. Peneliti mengkaji kegagalan sistem pertahanan dengan menggunakan metode Human Factor Analysis and Classification System in Mining Industry (HFACS-MI). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kasus cedera tangan dan jari masih terjadi dan kejadiannya cenderung berulang. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap 33 kasus kecelakaan, permasalahan yang banyak ditemukan diantaranya adalah decisions errors, adverse mental states, coordination and communication, planned inappropriate operations, dan organization process. Dapat disimpulkan bahwa sistem pertahanan yang ada untuk mencegah kecelakaan masih belum optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan sistem pertahanan, baik yang ditargetkan kepada individu maupun organisasi, agar risiko kecelakaan dapat dikendalikan.

XYZ is a company engaged in mining, which has several work sites in Indonesia with varied characteristics. This research aims to get an overview of the defense system in preventing accidents in accordance to the Swiss Cheese Model framework. This research examined the failure of the defense system by using the Human Factor Analysis and Classification System in Mining Industry (HFACS-MI) method. The result of this study mention that the case of hands and fingers injury still occurs. Based on the analysis of 33 cases of accident, the causes are mostly the decisions of errors, adverse mental states, coordination and communication, planned inappropriate operations, and organization process. It can be concluded that the defense system in XYZ company is still not optimal to prevent occupational accidents. Therefore, the defense system will need improvement, targeted to both individuals and organizations, so that the risk of accidents can be controlled."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60477
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megy Armada Putra
"Satu dari beberapa karakteristik proyek konstruksi yaitu berisiko tinggi kecelakaan kerja. Sebagian besar kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh adanya perilaku tidak selamat dalam bekerja. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor penyebab perilaku kerja tidak selamat untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi di proyek pembangunan Bogor Valley Residence dan Hotel tahun 2014.
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan semi kuantitatif. Populasi yang diteliti adalah pekerja bagian finishing sebanyak 70 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi dengan besar sampel 65 responden. Desain penelitian cross sectional, observasi, kuesioner, wawancara dan analisis data menggunakan chi-square.
Hasil telitian menunjukkan bahwa mayoritas pekerja berperilaku kerja tidak selamat (53,8%). Ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang hambatan berperilaku kerja selamat, ketersediaan fasilitas keselamatan kerja, dan peraturan keselamatan kerja dengan perilaku kerja tidak selamat pekerja konstruksi.

One of several characteristics of construction projects that have a higher risk of accidents. Most of the work accident occurs due to the unsafe behavior in working. The purpose of the research was to determine the causes of workplace unsafe behavior to prevent work accidents at construction workers in the construction project Bogor Valley Residence and Hotel in 2014.
Research was a descriptive analytic study with semi-quantitative approach. The population be researched was part of finishing as many as 70 workers. The sampling method used was to test the hypothesis using two different formulas proportions with a sample size of 65 respondents. Desaign of research were cross-sectional, observation, questionnaires, interviews and data analysis using chi-square.
The results show that the majority of workers have unsafe behavior (53.8%). There is a significant relationship between perceptions of barriers to safe work behavior, availability of safety facility, and the safety regulations with unsafe behavior of construction workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiduri
"Pekerjaan material manual handling merupakan aktivitas yang penting dilakukan di hampir semua jenis industri. Cidera akibat pekerjaan manual menempati porsi yang cukup besar, yaitu sebesar 30% (Straker, 2000). Cidera yang dialami biasanya mengenai bagian punggung (cidera punggung) yaitu sekitar 60% dari seluruh cidera akibat manual handling (Straker, 2000). Secara umum, bentuk cidera akibat pekerjaan material manual handling sebagian besar berupa gangguan otot rangka (musculoskeletal disorders), sprain dan strain yaitu sebesar 93.7% untuk pria (Straker, 2000). Kasus cidera sering terjadi pada industri manufaktur.
Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat risiko pada pekerjaan material handling terhadap gejala gangguan otot rangka pada pekerja bagian body shop, trimming cabin dan trimming chassis final di PT Pantja Motor Isuzu Hekasi tahun 2003. Penelitian bersifat studi kasus dengan pendekatan observasi. Identifikasi risiko diperoleh melalui pengamatan di lapangan dengan bantuan check list, dan gejala yang dirasakan pekerja diperoleh melalui survei gejala dengan bantuan kuesioner. Populasi untuk survei gejala adalah seluruh pekerja dari ketiga bagian tersebut, sedangkan populasi untuk identifikasi risiko adalah seluruh faktor pada pekerja yaitu karaktersitik pekerjaan, objek, dan lingkungan kerja saat melakukan aktivitas.
Hasil identifikasi risiko kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat risiko berdasarkan karakteristik pekerjaan, karakteristik objek, karakteristik lingkungan kerja dan secara keseluruhan dari setiap pos kerja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara umum pos-pos kerja yang ada secara keseluruhan memilik risiko ergonomi sedang. Dilihat secara keseluruhan dan karakteristik pekerjaan, bagian yang pos kerjanya paling banyak memiliki tingkat risiko tinggi adalah trimming cabin. Trimming chassis final merupakan bagian yang pos kerjanya paling banyak memiliki tingkat risiko tinggi dilihat dan karakteristik objek. Hal ini berarti bahwa kondisi yang ada ataupun aktivitas yang dilakukan sudah memiliki risiko ergonomi untuk menimbulkan gangguan otot rangka Samua pos kerja memiliki risiko ergonomi rendah jika dilihat dari karaktersitik lingkungan kerja. Perbaikan yang bisa dilakukan antara lain adalah memperbaiki tata cara kerja (work practices), modifikasi tata ruang lingkungan kerja, objek atau peralatan kerja, dan evaluasi administratif (rotasi, work rest cycle dan pelatihan).

Risk Level Analysis of Material Manual Handling for Musculoskeletal Disorder's Symptoms to Workers in PT. Pantja Motor Isuzu in 2003.Material manual handlings are significant activities in all kind of industries. Injuries caused by material manual handling are 30% of all kind of injuries (Straker, 2000), usually have impact to trunk (baca injury), it is about 60°% of all kind of injuries. In general material manual handlings injuries are musculoskeletal disorders (MSDs), sprain and strain has a great portion (93.7%) among men workers mostly in manufacture industries.
The purpose of this research is to analyse the risk of material manual handling for MSDs's symptoms among workers in the working group of body shop, trimming cabin, and trimming chassis final. This research is a case study with observation approximation. Check list is a tool to assess the risk identification and questioner as another tool to survey the symptoms. The population sample survey includes all labors in those divisions. The population of risk identification consist of three factors such as task characteristic, object characteristic and environment factor during working hour.
The result of risk identification is analysed to determine the risk level of task characteristic, object characteristic, environment characteristic and overall. All results were coming from all working group (body shop, trimming cabin and trimming chassis final). The general summary is all working groups have a medium ergonomic risk In general points/overall and job characteristic points, trimming cabin has the highest level of risk Trimming chassis final has the highest risk level of object characteristic points. So, all condition/situation and activities are already having its ergonomic risk lead to musculoskeletal disorders. All working groups have a small number of ergonomic risks compared to working environment characteristic.
There are some suggestions to improve such as working procedure/work practice, revision of working space (e.g. distance between material stock and working space, distance between working groups, etc), object/hand tools and administrative evaluation (e. g rotation, work rest cycle, training, etc).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marita Rani
"Kecelakaan kerja di PTSI Cilegon Factory terus terjadi berulang setiap tahunnya walaupun perusahaan telah mengimplementasikan sistem manajemen K3 berdasarkan PP 50 tahun 2012 dan OSHAS 18001 selama kurang lebih delapan tahun. Untuk mengendalikan insiden kecelakaan yang terus berulang maka diperlukan analisis mendalam terkait penyebab kecelakaan di PTSI Cilegon Factory, sehingga kecelakaan kerja dapat dihindarkan dengan adanya tindakan pengendalian.
Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor apa saja yang merupakan penyebab kecelakaan kerja terus terjadi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode penelitian campuran metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif yaitu analisa data sekunder berupa laporan kejadian kecelakaan, laporan klinik dan laporan investigasi. Metode kualitatif dengan observasi di lingkungan kerja dan wawancara mendalam terhadap pekerja, supervisior dan manajer.
Hasil penelitian kuantitaif didapatkan dari data sekunder bahwa faktor penyebab kecelakaan terbesar adalah slip kegagalan keterampilan karena tidak fokus dan pelanggaran yang segaja di lakukan oleh pekerja. Hasil ini sebanding dengan faktor kerusakan alat atau mesin yang digunakan. Hasil penelitian kualitatif didapatkan bahwa faktor penyebab utama adalah pekerja yang tidak fokus dalam bekerja karena keterbatasan waktu, serta kurangnya pengawasan supervisior terhadap prosedur kerja dan keadaan alat kerja.Kata kunci : Kecelakaan, Gambaran Kecelakan Kerja, Faktor Kecelakaan Kerja.

Accidents at PTSI Cilegon Factory continue recuring every years even though the company has implemented occupational health and safety management system based on PP 50 tahun 2012 and OSHAS 18001 for about eight years. To control the incident of accidents that continue to repeat the necessary in depth analysis of the causes of accidents in PTSI Cilegon Factory, so that workplace accidents can be avoided with the existence of control measures.
This thesis aims to analyze about the factors are causes of recurrent work accidents. This research is descriptive with research method of mixed quantitative method and qualitative method. Quantitative method is analiyze secondary data of accident reports, clinical reports and investigative reports. Qualitative method with workplace observation and in depth interviews of workers, supervisors and managers.
The result of quantitative research from the secondary data that the biggest causes of accidents is a slip failure skills because not focus and workers deliberately have violations. This result is balance about the damage factors of the tool or machine have used. The result of qualitative research are found that the main causes factor are the worker not focus when working and have a limited time, and the lack of supervision on work procedure and the state of the work tool.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>