Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103612 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Treesje Katrina Londa
"ABSTRAK
Ringkasan:
Isu tentang penurunan kualitas lingkungan telah menciptakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam menggalakkan pendidikan lingkungan yang bertujuan untuk menimbulkan kesadaran terhadap lingkungan dan membekali peserta didik dengan pengetahuan dan pandangan-pandangan yang luas tentang lingkungan. Pentingnya pendidikan lingkungan hidup untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup telah dinyatakan dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 9. Peran pendidikan formal maupun informal sangat dibutuhkan untuk merealisasikan tujuan pendidikan lingkungan tersebut. Pendidikan lingkungan secara formal di Indonesia telah diterapkan baik dalam bentuk contoh-contoh (infus) dan integrasi ke kurikulum sekolah-sekolah sampai ke perguruan tinggi strata-1, maupun dalam bentuk studi ilmu lingkungan yang bergelar Magister Ilmu Lingkungan.
Pendekatan pendidikan ilmu lingkungan bersifat multidisiplin dan interdisiplin. Salah satu masalah dalam pendidikan yang bersifat demikian adalah menentukan apa yang diajarkan dan bagaimana pelaksanaannya; atau bagaimana mengembangkan kurikulum yang bersifat multidisiplin dan interdisiplin. Penelitian ini mempermasalahkan tentang sejauhmana kurikulum Pendidikan Ilmu Lingkungan mendukung peningkatan kemampuan lulusan di bidang kerjanya. Data tersebut diperoleh melalui persepsi lulusan terhadap kurikulum Program Studi Ilmu Lingkungan.
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
- Untuk mendapatkan deskripsi tentang variasi persepsi lulusan terhadap isi kurikulum dari setiap matakuliah dan angkatan pada masing-masing kekhususan Program Studi Ilmu Lingkungan.
- Untuk mendapatkan deskripsi tentang variasi persepsi lulusan terhadap pelaksanaan kurikulum dari setiap matakuliah dan angkatan masing-masing kekhususan Program Studi Ilmu Lingkungan.
- Untuk mengetahui perbedaan persepsi lulusan terhadap isi kurikulum menurut latar belakang pekerjaan lulusan.
-Untuk mengetahui perbedaan persepsi lulusan terhadap.pelaksanaan kurikulum menurut latar belakang disiplin ilmu S-1.
- Untuk mengetahui hubungan antara persepsi lulusan terhadap isi kurikulum dengan persepsi lulusan terhadap pelaksanaan kurikulum pads Program Studi Ilmu Lingkungan.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan kurikulum Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Indonesia, dan dapat dijadikan bahan acuan untuk merintis, mengelola maupun mengembangkan pendidikan lingkungan bagi perguruan tinggi lain.
Subyek penelitian ini adalah lulusan Program Studi Ilmu Lingkungan yang tersebar di Jakarta dan daerah, mulai angkatan VIII sampai XI, yang berjumlah 48 orang yang tersebar pada tiga kehususan yakni Ekologi Manusia (11 orang), Perencanaan Lingkungan (32 orang), dan Proteksi Lingkungan (5 orang). Obyek penelitian ini adalah kurikulum yang ditawarkan pada lulusan. Karena kurikulum untuk ketiga kekhususan tersebut berbeda maka analisis selanjutnya dilakukan di tiap kekhususan.
Untuk mengetahui sejauhmana kurikulum mendukung lulusan di bidang kerjanya masing-masing, maka diperoleh data berdasarkan persepsi lulusan yang mempersoalkan tentang sejauhmana tingkat manfaat isi kurikulum dalam pekerjaan lulusan dan sejauhmana pelaksanaan kurikulum mempengaruhinya. Teknik pengumpulan data adalah dengan kuesioner dan wawanoara.
Hipotesis penelitian ini adalah :
- Terdapat perbedaan persepsi sampel terhadap isi kurikulum tiap matakuliah dan angkatan dalam masing-masing kekhususan program studi Ilmu Lingkungan.
- Terdapat perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan kurikulum tiap matakuliah dan angkatan dalam masing-masing kekhususan Program Studi Ilmu Lingkungan.
- Terdapat perbedaan persepsi terhadap isi kurikulum menurut latar belakang pekerjaan lulusan.
- Terdapat perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan kurikulum menurut latar belakang pendidikan S-1.
- Terdapat hubungan antara persentase persepsi lulusan terhadap isi kurikulum pelaksanaannya.
Analisis data bersifat deskriptif dengan menggunakan uji non-parametrik. Untuk menguji hipotesis pertama, ke-dua, ke tiga dan ke-empat digunakan analisis Chi-quadrat (x2), sedangkan hipotesis ke-lima digunakan uji korelasi rank.
Kesimpulan hasil analisis adalah :
1. Perbedaan persepsi terhadap isi kurikulum antara ke 18 matakuliah pada kekhususan Ekologi Manusia, dan antara ke 17 matakuliah kekhususan Proteksi Lingkungan tidak signifikan, dan sebaliknya terdapat perbedaan yang signifikan antara ke 16 matakuliah untuk kekhususan Perencanaan Lingkungan. Analisis menurut angkatan untuk ketiga kekhususan menunjukkan adanya perbedaan persepsi lulusan yang tidak signifikan antar angkatan.
2. Perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan kurikulum antara ke 18 matakuliah pada kekhususan Ekologi Manusia, dan antara ke 17 matakuliah kekhususan Proteksi Lingkungan tidak signifikan, dan sebaliknya terdapat perbedaan yang signifikan antara ke 16 matakuliah untuk kekhususan Perencanaan Lingkungan. Analisis menurut angkatan untuk ketiga kekhususan menyatakan tidak terdapat perbedaan persepsi lulusan yang tidak signifikan antar angkatan.
3. Berdasarkan latar belakang pekerjaan lulusan, maka dibuat pengelompokkan menjadi empat kelompok sampel menurut pekerjaan lulusan yaitu : pengajar, birokrat, peneliti dan swasta. Kekhususan Ekologi Manusia terdiri atas pengajar, dam birokrat; Perencanaan Lingkungan terdiri atas pengajar, birokrat, peneliti dan swasta; Proteksi Lingkungan terdiri atas pengajar dan peneliti. Hasil analisis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan proporsi sampel terhadap isi kurikulum tiap-tiap kelompok yang ada pada kekhususan Ekologi Manusia dan Perencanaan Lingkungan yang tidak signifikan, dan proporsi sampel yang memiliki persepsi tinggi antara kelompok sampel pengajar dan peneliti terhadap isi kurikulum pada kekhususan Proteksi Lingkungan adalah sama.
4. Pengelompokkan lulusan berdasarkan latar belakang disiplin ilmu S-1 dibagi atas kelompok IPS dan IPA. Hasil analisis pada kekhususan Perencanaan Lingkungan menyatakan bahwa terdapat perbedaan proporsi sampel IPA dan IPS yang memiliki persepsi tinggi yang tidak signifikan terhadap pelaksanaan kurikulum. Kekhususan Ekologi Manusia dan Proteksi Lingkungan hanya memiliki satu kelompok sampel masing-masing adalah IPS dan IPA.
5. Analisis korelasi rank antara persepsi lulusan terhadap isi kurikulum dengan persepsi lulusan terhadap pelaksanaan kurikulum dilakukan menurut angkatan. Kesimpulannya adalah korelasi antara kedua variabel tersebut untuk semua angkatan masing-masing kekhususan tidak signifikan.
Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa isi kurikulum Program Studi Ilmu Lingkungan sudah tergolong dapat menjawab kebutuhan lulusan di bidang kerjanya. Bila dibandingkan, hasil analisis antara ke tiga kekhususan yang ada maka isi kurikulum kekhususan Perencanaan Lingkungan masih perlu dikembangkan lagi agar dapat lebih mendukung peningkatan kemampuan lulusan, karena peserta didik pada kekhususan ini lebih tinggi heterogenitasnya dalam hal latar belakang bidang kerjanya, dibandingkan dengan dua kekhususan lainnya.Selanjutnya dapat disimpulkan juga hahwa pelaksanaan kurikulum untuk ke tiga kekhususan menurut persepsi lulusan masih perlu ditingkatkan lagi. Kesimpulan lainnya adalah bahwa tidak terdapat kesejajaran atau kesesuaian persepsi antara isi kurikulum dengan pelaksanaannya, yang berarti bahwa isi kurikulum yang dapat menjawab kebutuhan lulusan tidak berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum.
Berdasarkan hasil uji hipotesis pada analisis kurikulum Program Studi Ilmu Lingkungan, maka dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sifat pendidikan yang menggunakan pendekatan multidisiplin dan interdisiplin, yaitu: makin tinggi heterogenitas peserta didik, makin tinggi kemungkinan perbedaan persepsi mereka terhadap tingkat relevansi kurikulum (baik isi maupun pelaksanaannya) dengan tuntutan kebutuhan bidang kerja mereka. Tingginya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pelaksanaan kurikulum, karena peserta didik memiliki latar belakang disiplin ilmu S-1 dan bidang kerja yang berbeda, yang menyebabkan mereka memiliki potensi berbeda satu dengan yang lainnya.

With respect to the diminishing environmental quality an urgent need arise to support an environmental education aimed at environmental awareness and educate the students for environmental overview. Environmental education aims to improve human resources in environmental management. The importance of this education is to improve people's awareness regarding their responsibilities to manage the environment, as expressed in Act Number 4 of 1982, Article 9. The role of education both formal or non formal are required to realize the objectives of environmental education in Indonesia, the formal environmental education has been applied either in the form of curricula integrated for high school, college, or university degrees in Environmental Sciences.
Environmental problems can be solved with several approach like multidiscipline and interdiscipline. Generally, environmental education follows a similar approach. One of the educational problems, is how to determine, what have been learned and their implementations. Or, how to improve multidisciplinary and interdisciplinary curricula.
The objectives of the study are as follow:
To acquire a description of the variation of alumni perception towards the curricula, for each subject and class in each discipline.
To describe the variation of the alumni perception towards curricula implementation from each subject and classes each discipline of Programme of Study in Environmental Sciences respectively.
To determine the difference of the alumni perception towards each subject according to their job background.
To determine the difference of alumni perception towards curricula implementation according to alumni S-1 discipline.
To determine the relation between the alumni perception toward the subject and the alumni perception toward curricula implementation Programme of Study in Environmental Sciences.
The results of this study is expected as an input for the development of Programme of Study in Environmental Sciences at the University of Indonesia, and as a reference for other universities to establish, manage or improve their programs.
The subject is the alumni of Programme of Study in Environmental Sciences living in and outside Jakarta, from the Eighth to Eleventh classes. There are 46 alumni who with three disciplines comprise of Human Ecology (11), Environmental Design (32), and Environmental Protection (5). The object of this study is the curricula. In this matter, since the three disciplines are different, most analysis will be based on each discipline.
To determine, how the curricula supported the alumni in their job, data is collected regarding their perception on how useful the curricula is and how its implementation affected their jobs. Data is collected through questionnaires and interviews.
Hypotheses:
There is a difference in perception towards subject curricula and classes in their disciplines respectively.
There is a difference in perception towards curricula Implementation and classes in their disciplines respectively.
There is a difference in perception towards subject curricula according to alumni job.
There is a difference in perception towards curricula implementation according to the background of S-1 discipline.
There is a relationship between perception towards
curricula subject and curricula implementation.
The data analysis is descriptive utilizing non parametric test. To test the first, second, third, and forth hypotheses the chi-square test is used, but the fifth hypotheses utilize a rank correlation test.
The result of analysis:
The difference in alumni perception to the subject among the 18 subjects in Human Ecology discipline, and amongst the 17 subjects of the Environmental Protection discipline is non significant. There is a significant difference amongst the 16 subjects c£ Environmental Planning. One analysis based on alumni for the three disciplines expressed, in fact, uncorrelated alumni perception.
The difference in alumni perception to curricula implementation among 18 subjects of Human Ecology Discipline, and among 17 subjects of Environmental Protection have a non significant difference among 16 subjects of Environmental Design Discipline. One analysis according to alumni for the three disciplines expressed that alumni perception is non significant.
Based on the background of alumni job, furthermore, it could be classified into four sample group according to alumni job such as teachers, bureaucrats, researchers and private sector. The Human Ecology Discipline consists of teachers, and bureaucrats; Environmental Design consists of teachers and researchers. The result of the analysis summarized that there is a difference in existing sample proportion to subjects of Human Ecology and Environmental Design. The teachers and researchers in the subjects of Environmental Protection Discipline have a similar high perception.
For alumni group based on the background of S-1 is divided into Social Sciences (IPS) and Natural Sciences (IPA). The result of analysis in Environmental Design expressed that the sample of Social Science (IPS) and Natural Science (IPA) proportion have not a significant difference to curricula implementation. Both Human Ecology and Environmental Protection have one sample group respectively such as Social Sciences (IPS) and Natural Sciences (IPA).
Analysis Of Rank correlation among perception to curricula subject and perception to curricula implementation according to alumni. In summary the correlation between both variables for all alumni is non significant to each discipline (0.01 respectively).
Based on the result of the analysis, in summary, the overall curricula subjects in the curricula of Programme of Study in Environmental Sciences can be utilized to solve the alumni's needs in their jobs. When compared with the result of analysis among the existing three disciplines, the environmental design discipline subjects in curricula need to be improved to support its alumni, because the students of this discipline have a high heterogeneity in their job background. The curricula implementation for the three disciplines according to alumni perception was still need to be improved.
Based on the results of hypotheses testing in Programme Study in Environmental Sciences specifically the curricula analysis, it is summarized that several education which used multidisciplinary and interdisciplinary approach have the following characteristics:
The higher the heterogeneity of the students, the higher the possibility of the difference in their perception: to curricula relevant level (either subject or implementation) ender their job field.
The high relevance of curricula with job needs is not affected only by curricula implementation, because the students have a different S-1 discipline and job, thus causing a different potential between one and another.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI Publishing, 2022
378.12 MER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Nugroho Setiyadi
"ABSTRAK
Nama : Ari Nugroho SetiyadiNPM : 1406505494Program Studi : Ilmu GeografiJudul : Pola Spasial Tingkat Kebisingan Di Lingkungan Pendidikan Studi Kasus: SMA Negeri 24 Jakarta dan SMA Negeri 35 Jakarta Kebisingan merupakan bagian dari kondisi lingkungan yang perlu mendapatkan perhatian serius karena dapat mempengaruhi keseimbangan kehidupan antara manusia dan lingkungannya. Kebisingan di lingkungan pendidikan yang berada di Kecamatan Tanah Abang bersumber dari lalu lintas yang berdekatan dengan SMA Negeri 24 Jakarta dan SMA Negeri 35 Jakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola spasial tingkat kebisingan dan membandingkan nilai kebisingan di SMA Negeri 24 Jakarta dan SMA Negeri 35 Jakarta, berdasarkan faktor-faktor fisik seperti: kendaraan bermotor, fasilitas umum, dan karakteristik bangunan sekolah. Penentuan tingkat kebisingan melalui pendekatan spasial dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis GIS dan analisis statistik. Hasil penelitian menunjukan tingkat kebisingan di SMA Negeri 24 Jakarta melebihi ambang batas baku >55 dB yang telah ditetapkan untuk lingkungan pendidikan. Untuk tingkat kebisingan di SMA Negeri 35 Jakarta, masih sesuai dengan batas baku yang ditetapkan

ABSTRACT
Name Ari Nugroho SetiyadiNPM 1406505494Major GeographyTitle Spatial Pattern Noise in Environmental Education Case Study SMA Negeri 24 Jakarta and SMAN 35 Jakarta Noise is part of the environmental conditions that need serious attention because it could affect the balance between human life and the environment. The noise in the educational environment is in Tanah Abang sourced from traffic adjacent to SMA Negeri 24 Jakarta and SMAN 35 Jakarta. The purpose of this study to determine the spatial patterns and comparing the value of the noise level of noise in SMA Negeri 24 Jakarta and SMAN 35 Jakarta, based on physical factors such as motor vehicles, public facilities, and the characteristics of the school building. Determining the level of noise through the spatial approach by utilizing Geographic Information Systems GIS and statistical analysis. The results showed noise levels in SMA Negeri 24 Jakarta exceed standard limits 55 dB that have been assigned to the educational environment. For noise levels in SMA Negeri 35 Jakarta, still in accordance with the specified standard limits "
2017
T47292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Soerjani
"

Sewaktu manusia diciptakan oleh Maha Penciptanya sebagai satu di antara hampir dua juta jenis makhluk hidup lainnya, maka habitat hidupnya bersifat alamiah, sama dengan makhluk hidup lainnya. Seluruh interaksi masih diatur oleh proses-proses homeostasis, sehingga berbagai kegiatan manusia dalam mendinamisasi kesembangan alam masih dapat diabsorbsi oleh sistem kelentingan yang 'fail-safe" (Tisna Amidjaja 1982: 3). Jadi pada saat itu seluruh kehidupan berlangsung secara seimbang dalam habitat alamiah. Seluruh jenis makhluk hidup dari lulu sampai saat ini selalu membina hubungan yang sangat erat dengan habitat: (tempat tinggal) bahkan dengan relungnya (tempat berfungsi). Habitat ikan adalah air, yang dengan insang untuk bernafas dan sirip untuk bergerak, hubungannya dengan air sedemikian erat, sehingga apabila terpisahkan dengan air, ikan akan mati. Rusa mempunyai organ tubuh (gigi dan saluran pencernaan) yang memastikannya hidup di habitat padang rumput. Hal itu diperkuat dengan naluri alaminya yang sangat sempurna, sehingga dapat mengenal perubalian lingkungan dengan cepat. Setiap rangsangan atau informasi yang timbul, berupa warna, bau, angin, arus, dsb. akan memperoleh tanggapan yang pasti dan tidak keliru. Hal ini menyebabkan hubungan makhluk hidup dengan lingkungan yang pasti, bersifat stabil, tetapi juga terikat dan tidak bebas. Seekor rasa tidak bebas untuk memakan sesuatu yang lain kecuali rumput atau daun. Bahkan Koala (beruang pohon Australia: Phascolarctos chinereus) hanya makan daun jenis minyak kayu putih (Eucalyptus sp.) tertentu. Demikian pula Panda (Ailuropoda melanoleuca) yang hanya makan daun bambu (Bainbusa sp. dan sejenisnya). Oleh karena itu apabila habitatnya rusak (baik oleh alam maupun - terutama oleh manusia), maka punahlah makhluk hidup itu.

Sebaliknya secara fisik manusia adalah jenis yang paling lemah dan paling labil dan tidak pasti hubungannya dengan lingkungan. Dengan topangan kemampuan untuk berfikir serta mengembangkan lima pengetahuan dan teknologi, maka keadaan tidak pasti ini memberinya kebebasan untuk menentukan berbagai pilihan. Oleh karena itu terciptalah oleh akal fikiran manusia habitat dan relung yang bersifat buatan (man-made habitat). Jadi dari kehidupan yang bermula di gua-gua, manusia mencatat sejarah sebagai pengubah habitatnya secara drastik dengan habitat pencakar langit, terowongan di bawah laut, satelit di angkasa luar dan seterusnya. Jadi dari sudut lingkungan, kebudayaan manusia adalah latar belakang dan perwujudan dari upayanya untuk mengubah lingkungan alam (ekosistem) menjadi lingkungan buatan atau binaan manusia.

Dalam tata pergaulan sesamanya manusia juga mengembangkan tatanan dan norma-norma sosial yang ikut menentukan tingkah laku dan kegiatan manusia secara keseluruhan. Jadi tercipta pula lingkungan hidup sosial dalam lingkungan hidup manusia. Sesungguhnya Tuhan menciptakan:manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya mereka saling berkenalan (Surat Al- Hujarat 49:13). Jadi agama mewarnai secara pasti masyarakat bangsa dan masyarakat sosial yang diridhoi Tuhan. Oleh karenanya orang-orang yang beriman karena pengaruh aqidahnya akan mempunyai pandangan yang tajam dan benar terhadap makna saling berkenalan dalam kelompok suku dan kelompok bangsa (lihat Soerjani 1984: 11-12). Gambar 1 menunjukan bagaimana bumi (A) sebagai benda ruang angkasa yang harus berinteraksi dengan kehidupan di dalamnya agar memungkinkan berlangsungnya kehidupan itu sendiri secara berlanjut (sustainable), sementara habitat alami (B) dan habitat buatan manusia (C) yang menunjukkan kontras yang tajam serta bagaimana manusia dengan berbagai kegiatannya seringkali dengan sadar atau tidak merusak habitat makhluk hidup lainnya .(D) yang pada hakekatnya secara langsung dan tidak langsung juga menopang eksistensi manusia sendiri. Gambaran tentang hubungan antara lingkungan hidup alam, lingkungan hidup buatan dan lingkungan hidup sosial ditunjukkan oleh Gambar 2. Selama ketiga bagian lingkungan hidup manusia itu berada dalam keseimbangan maka selama itu lingkungan hidup masih baik dan sehat (untuk seluruh kehidupan).

Khususnya seperti yang ditunjukkan oleh bertambahnya C02 yang dihasilkan oleh kegiatan manusia hendaknya masih dapat diasimilasi oleh pepohonan, sedang pepohonan (termasuk tumbuhan air) masih diharapkan mampu menghasilkan 02 yang dibutuhkan secara meningkat karena meningkatnya kebutuhan manusia akan 02 tersebut untuk berbagai kegiatan.

Lucas (1979: 68) dalam disertasinya di Ohio State University tahun 1972 menulis bahwa eksistensi (sebagian) komponen biotik (makhluk hidup) buaan-manusia adalah untuk menentukankesejahteraan manusia. Saya kurang sependapat dengan pendapat ini. Manusia memang mempunyai hak asasi manusia (human right) sehingga berhak untuk melakukan apa yang dikehendakinya. Tetapi kehendaknya itu bukan tidak ada batasnya.

"
Jakarta: UI-Press, 1988
PGB 0441
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Rajawali, 1989
300 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Zulkifli
Jakarta: Salemba Teknika, 2014
628 ARI d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hadjar
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2019
310 IBN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Aliuddin
"Jaringan, hanya ada dan dilaksanakan oleh para remaja laki laki dan wanita, duda serta janda di desa desa dalam Iingkungan komunitas Parean. Parean yang berada di jalur jalan raya pantai utara pulau Jawa,merupakan bagian dari Kecamatan Kandanghaur, yang terdiri dari tiga belas desa serta termasuk Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat.
Acara jaringan atau disebut juga dengan "pasar jodoh" adalah sesuatu yang hanya ada di Iingkungan komunitas Parean tidak diketahui secara pasti kapan di mulai. Acara jaringan tersebut telah berlangsung secara turun temurun sebagai suatu tradisi bagi para remaja Iaki Iaki dan wanita, duda serta janda untuk mencari pasangan hidup.
Setelah berjalan beberapa lama, acara jaringan memperlihatkan berbagai perubahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Paul B Horton dan Chester L Hunt mengatakan bahwa folkways atau tradisi yang ada dalam masyarakat akan terus berlangsung dan sifatnya berbeda beda pada masing masing jaman.
Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah untuk memperkaya kajian empirik tentang perubahan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya perubahan fungsi intitusi jaringan sebagai sarana untuk mencari jodoh menjadi sarana mencari pasangan untuk kencan dengan adanya indikasi hubungan seks sebelum menikah.
Perubahan awal yang terlihat dari para peserla jaringan adalah terlihat dari Cara berpakaian, yang disesuaikan dengan kemajuan jaman. Namun perubahan itu membawa dampak terhadap symbol symbol yang ada dalam jaringan itu sendiri, terutama untuk membedakan antara remaja laki Iaki dengan duda dan remaja wanita dengan janda. Perubahan-perubahan yang terjadi pada akhirnya merubah fungsi sosial jaringan dari tempat memilih jodoh menjadi tempat kencan atau pacaran bagi para remaja desa desa yang berada dalam Iingkungan Parean, terutama bagi mereka yang bekerja sebagai buruh nelayan dan buruh tani. Bagi mereka yang bersekolah, kedatangan ke acara janngan, pada umumnya hanya untuk iseng saja karena mereka tidak ingin memperoleh pasangan melalui jaringan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan melihat berbagai perubahan yang terjadi di kalangan remaja dalam Iingkungan komunitas Parean dengan mencari berbagai informasi dari berbagai lapisan masyarakat yang ada di keempat desa yang ada dalam Iingkungan komunitas Parean yaitu , desa llir, desa Bulak, desa Parean Girang dan desa Wirapanjunan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini bahwa acara jaringan yang semula bersifat tertutup hanya untuk masyarakat yang ada dalam komunitas Parean dan perkawinan yang bersifat endogamy, berubah karena berbagai faktor, seperti mobilitas penduduk desa dan kota kota besar seperti Jakarta, Semarang terutama bagi mereka yang bekerja sebagai buruh nelayan. Kemiskinan, yang membuat para remaja tidak ingin melaksanakan semua tata cara yang ada dalam pemilihan jodoh dan pelaksanaan perkawinan, karena dianggap akan membebani mereka yang tidak mampu. Disamping adanya keinginan dari orang tua pihak wanita, ingin menikahkan segera anak wanitanya dengan harapan dapat mengurangi beban hidup keluarga. Apabila keinginan tersebut tidak tercapai maka orangtua juga berperan dalam proses perceraian.
Secara keseluruhan tesis ini nantinya akan menyajikan diskripsi mengenai fenomena sosial yang terjadi dan sebagian lagi memberikan analisa tentang mengapa teljadi perubahan fungsi institusi Jaringan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
300 ILM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
JIPP 1:3 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>