Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96054 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, Carmen M.
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Peneltian: Malnutrisi merupakan gejala yang sering dijumpai pada pasien kanker kolorektal. Pada penderita sering terjadi anoreksia, mual, muntah yang dapat menyebabkan asupan makanan berkurang, disamping adanya peningkatan kebutuhan energi dan gangguan metabolisme. Adanya hubungan berbagai faktor dapat menyebabkan malnutrisi. Transferin merupakan salah satu parameter sensitif untuk menilai adanya perubahan status nutrisi pada pemberian tunjangan nutrisi. Yoghurt merupakan susu yang telah mengalami fermentasi menjadi komponen-komponen yang lebih mudah dicerna, mudah diabsorpsi, mempunyai nilai gizi tinggi dan tidak menimbulkan laktosa intolerans. Telah dilakukan penelitian experimental pada pasien kanker dengan pemberian yoghurt 3 x 160g/hari + gula 3 x 20g/hari dibandingkan dengan tunjangan nutrisi susu 3 x 200 ml/hari + gula 3 x 20 g/hari selama 7 hari. Pada awal dan akhir pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan antropometrik dan kadar transferin serum.
Hasil menunjukkan bahwa :
Prevalensi malnutrisi pada penderita kanker cukup tinggi (76.74%). Dengan pemberian tunjangan nutrisi yoghurt didapatkan kenaikan transferin dan berat badan bermakna (p<0.05). Sedangkan pada kelompok susu kenaikan'transferin dan berat badan tidak bermakna (p > 0.05). Respon penderita kanker terhadap pemberian tunjangan nutrisi tidak selalu lama, tergantung dari_ penyebab malnutrisi. Akan tetapi dapat disimpulkan dengan pemberian nutrisi adekuat pada penderita kanker masih dapat ditingkatkan dan dipertahankan status nutrisi penderita, sehingga status nutrisinya tidak bertambah buruk."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisno Wijanto
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Penderita kanker kolorektal sering mengalami malnutrisi. Untuk memperkecil komplikasi paska bedah, diperlukan tunjangan nutrisi bagi penderita pra bedah kanker kolorektal dengan malnutrisi. Sebagai tunjangan nutrisi, susu lazim digunakan di rumah sakit. Tetapi pemberian susu pada orang dewasa dan keadaan malnutrisi sering menimbulkan intoleransi, sehingga diperlukan bahan makanan lain sebagai penggantl susu. Tempe merupakan sumber gizi tradisional yang memiliki banyak kelebihan karakteristik, diharapkan dapat sebagal pengganti susu.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan pengaruh suplementasi formula tempe dan susu terhadap .perubahan kadar transperin serum penderita kanker kolorektal dengan malnutrisi. Penelitian dilakukan di RSUPNCM, Jakarta. Penderita pra bedah kanker kolorektal yang memenuhi kriteria penerimaan di bagi dua kelompok secara acak. Pada kelompok tempe mendapat suplementasi formula tempe 100 g/hari dan kelompok susu diberikan suplementasi susu full cream 75 g/hari, selama 7hari. Pada awal dan akhir penelitian diperiksa kadar transferin serum sebagai parameter status protein.
Hasil: Terjadi peningkatan kadar transferin serum yaitu dari (200,36 ± 29,10) mg/dL menjadi (250,36 ± 91,00) mg/dL pada kelompok tempe dan dari {195,33 ± 29,70) mg/dL., menjadi (276,13 ± 134,15) mg/dL pada kelompok susu. Peningkatan ini secara statistik bermakna (p < 0,05). Bila dibandingkan kedua kelompok tersebut, kadar transferin serum sesudah suplementasi secara statistik tidak berbeda bermakna (p > 0,05).
Kesimpulan: Suplementasi formula tempe atau susu pada penderita pra bedah kanker kolorektal dengan malnutrisi, dapat meningkatkan kadar transferin serum yang setara. Formula tempe merupakan sumber protein nabati dapat digunakan sebagai pilihan alternatif pengganti susu.

Comparison Study Of The Influence Of Tempe Formula And Milk Supplementation Towards The Transferrin Serum Content Of Pre Surgery Colorectal Cancer Patient With Malnutrition.Scope and Method of Study. A colorectal cancer victim often suffers of malnutrition. To reduce complications a colorectal cancer patient with malnutrition requires nutritional support before surgery. Generally in hospitals milk is used as nutritional support. However milk otten causes intolerance to adults and cases of malnutrition, therefore other foodstuff is required to substitute for milk. Tempe represents a traditional source of nutrition with many characteristic advantages and expected useable as a substitute for milk.
The aim of this study is to compare the influence of tempe formula and milk supplementation towards the change of transferrin serum content in colorectal cancer patients with malnutrition. The study is conducted at the RSUPNCM in Jakarta. Pre surgery colorectal cancer patients fulfilling the criteria are divided at random into two groups. The tempe group receives a supplementation of 100 grams per day tempe formula, while the milk group is given supplementation of full cream milk powder of 75 grams per day for 7 days. At the beginning and conclusion of the study the transferrin serum content is examined as a paramenter of the protein status.
Result: An increase of the transferrin serum content has 1 occured, i.e. from (100,36 ± 29,10) mg/dL to (250,36 ± 91,00) 1 mg/dL in the tempe group and from (195,33 ± 20,70) mg/dL to (276,13 ± 134,15) mg/dL in the milk group. Statistically the increase is significant (p < 0,05). When comparing the two groups the transferrin serum content supplementation does not differ significantly statistic-wise (p > 0,05).
Conclusions: The supplementation of either tempe formula or milk to pre surgery colorectal cancer patients with malnutrition equally increases the transferrin serum content. The tempe formula represents a vegetative source of protein and can be used as an alternative option of milk.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T9991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi Bektiwibowo
"Upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal sangat diperlukan dalam menunjang tumbuh kembang seorang anak, sehingga seorang yang profesional dalam pelayanan kesehatan anak perlu memperhatikan dan memahami masalah gizi anak terutama dalam hal diagnosis dan penanganannya.
Dalam keadaan sakit status nutrisi memiliki pengaruh yang sangat bermakna karena selain untuk tumbuh kembang nutrisi juga diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan, mencegah terjadinya malnutrisi dan mempersingkat masa rawat, dengan demikian status nutrisi ikut berperan dalam mempengaruhi perjalanan dan menentukan prognosis suatu penyakit. Malnutrisi yang dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit terjadi akibat pemenuhan zat gizi yang tidak optimal, terutama pada penderita penyakit yang berat. Pearce dkk, melaporkan malnutrisi dapat terjadi pada hampir 40-50 % pasien bedah dan umum yang dirawat di rumah sakit. Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM diketahui bahwa hal yang sama juga telah terjadi terutama setelah perawatan selama 14 hari. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan nutrisi belum diberikan secara memadai kepada pasien yang membutuhkan dan kurangnya perhatian tenaga kesehatan terhadap perbaikan masalah nutrisi.
Pada masa pasca operatif status metabolik akan meningkat 10 %, bila dukungan nutrisi tidak diberikan secara adekuat maka akan menimbulkan proses proteolisis dari otot tubuh secara berlebihan dan pada tahap lanjut akan terjadi proses katabolisme. Akibat trauma operatif pengeluaran energi juga akan meningkat sebagai akibat respons hormonal.
Beberapa penelitian mengenai pentingnya dukungan nutrisi pada masa pasca operatif menunjukkan dukungan nutrisi yang diberikan dapat mengurangi insiden terjadinya komplikasi infeksi pada masa pasca operatif dan memperbaiki proses penyembuhan luka operasi serta dapat memperpendek masa perawatan di rumah sakit, sehingga selain dapat meningkatkan kualitas hidup pasien juga dapat mengurangi beban biaya pasien yang dihubungkan dengan lamanya masa perawatan dan tingkat morbiditasnya.
Nutrisi enteral merupakan pilihan yang utama dalam memberikan dukungan nutrisi pada anak yang sakit, karena lebih mudah melakukannya, biaya lebih murah serta lebih fisiologis dan dapat menghindari komplikasi yang sering terjadi pada nutrisi parenteral. Sebuah meta-analisis yang membandingkan efikasi pemberian nutrisi enteral dan parenteral secara dini pada kasus bedah resiko tinggi menunjukkan bahwa pemberian nutrisi enteral dini lebih efektif dalam mengurangi kejadian sepsis dibandingkan dengan pemberian nutrisi parenteral pada masa pasca operatif.
Pengkajian status nutrisi harus dilakukan pada setiap anak yang dirawat di rumah sakit sehingga pertimbangan untuk melakukan dukungan nutrisi yang adekuat sudah diprediksi sejak awal. Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. Pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu cara penilaian status nutrisi dapat dipergunakan balk sebagai pemeriksaan penunjang diagnosis, misalnya untuk memastikan adanya defisiensi nutrien yang ditemukan atau diduga masih subklinis pada pemeriksaan klinik, antropometrik maupun dietetik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hengky Prabowo Irianto
"Pendahuluan: Insiden kanker kolorektal di Indonesia mencapai 12,8 setiap 100.000 penduduk usia dewasa dan merupakan penyebab dari 9,5% kematian akibat kanker. 40–80% dari semua pasien kanker kolorektal mengalami malnutrisi. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi status nutrisi pada kanker kolorektal dan hubungan karakteristik klinis kanker kolorektal dengan status nutrisi pada pasien yang akan menjalani operasi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang. Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah pasien kanker kolorektal yang dilakukan tindakan operatif di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dan dilakukan admisi pada September-Desember 2022 dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditentukan. Instrumen yang digunakan adalah Mini Nutritional Assessment (MNA). Analisis data bivariat menggunakan Chi-square dilanjutkan multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Terdapat 71 pasien dengan diagnosis kanker kolorektal di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada periode September-Desember 2022 yang akan menjalani operasi. Karakteristik subjek pada pasien kanker kolorektal sendiri didapatkan sebagian besar pasien memiliki usia 64-78 tahun(57,7%), berjenis kelamin laki-laki (52,1%). Untuk stadium klinis, terlihat sebagian besar pasien memiliki stadium III, IV (78,9%), dengan panjangtumor 1-10,9 cm (76,1%), dan lokasi kanker berada di rectum (59,2%). Untuk hasil kadar CA19-9, terlihat bahwa sebagian besar pasien dengan kadar CA19-9 normal (62,0%) dan kadar CEA meningkat (66,2%). Sedangkan status nutrisi pada kanker kolorektal sebagian besar memiliki status berisiko mengalami malnutrisi (52,1%) diikuti memiliki status malnutrisi (43,7%). Hasil uji bivariat didapatkan karakteristik klinis kanker kolorektal yang bermakna adalah panjang tumor dengan nilai p < 0,05. Hasil multivariat didapatkan variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini hanya memberikan pengaruh sebesar 16,9% terhadap status nutrisi.
Kesimpulan: Kebanyakan kanker kolorektal memiliki risiko malnutrisi dan terdapat hubungan secara statistik dan paling kuat antara panjang tumor dengan status nutrisi pada pasien yang akan menjalani operasi.

Introduction: The incidence of colorectal cancer in Indonesia reaches 12.8 per 100,000 adult population and is the cause of 9.5% of cancer deaths. 40–80% of all colorectal cancer patients are malnourished. This study aims to determine the prevalence of nutritional status in colorectal cancer and the correlation between clinical characteristics of colorectal cancer and nutritional status in patients undergoing surgery.
Methods: This research is an observational study with a cross sectional method. The reachable population of this study were colorectal cancer patients who underwent surgery at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta and admission will take place from September-December 2022 with predetermined inclusion and exclusion criteria. The instrument used is the Mini Nutritional Assessment (MNA). Bivariate data analysis using Chi-square followed by multivariate logistic regression test.
Results: There were 71 patients with a diagnosis of colorectal cancer at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo in the September-December 2022 period who will undergo surgery. Clinical characteristics of colorectal cancer patients themselves showed that most of the patients were 64-78 years old (57.7%), male (52.1%). For clinical stages, it can be seen that the majority of patients have stages III, IV (78.9%), with a large tumor mass of 1-10.9 cm (76.1%), and the location of the cancer is in the rectum (59.2%) ). For the results of CA19-9 levels, it can be seen that most of the patients with normal CA19-9 levels (62.0%) and CEA levels were increased (66.2%). While the nutritional status in colorectal cancer most of them have at risk of malnourished (52.1%) followed by having malnourished(43.7%). The results of the bivariate test showed that the length of tumor was significant a p value <0.05. The multivariate results showed that the independent variables examined in this study only had a 16.9% correlation on nutritional status.
Conclusion: Most colorectal cancers are at risk of malnourished and there is a statistically strongest correlation between tumor mass and nutritional status in patients undergoing surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Nurmayanti
"[ABSTRAK
Kanker kolorektal merupakan kanker yang muncul di sekitar kolon dan rektum. Salah satu dampak kanker kolorektal adalah kekurangan nutrisi atau malnutrisi. Padahal asupan nutrisi yang adekuat sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem imun melawan sel kanker dan mempersiapkan jaringan dalam proses penyembuhan pasca pembedahan. Kebersihan mulut dan perawatan bibir dengan madu menjadi salah satu implementasi keperawatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki status nutrisi pasien kanker kolorektal. Hasil implementasi selama kurang lebih dua minggu menunjukkan dampak yang positif terhadap status nutrisi pasien yang ditunjukkan dengan peningkatan nafsu makan dan perbaikan manifestasi klinis yang berhubungan dengan status nutrisi. Kebersihan mulut dan perawatan bibir dengan madu dapat direkomendasikan untuk implementasi keperawatan pada pasien kanker kolorektal terutama yang mengalami malnutrisi.;ABSTRACT Cancer colorectal is cancer that located at around colon and rectum, one of effect cancer colorectal is malnourished. Adequat nutrition is very important to enhance immunity systems to against cancer cells and heal the wound after surgery. Oral hygiene and lip care with honey liquid can be done to repaire the nutritional status. The results of these implementations showed the positive impact which indicated by enhancement of appetite and improvement of clinical manifestations related to nutritional status for two weeks. So, oral hygiene and lip care with honey are recommended to repaire the nutritional status for patient cancer colorectal.;Cancer colorectal is cancer that located at around colon and rectum, one of effect cancer colorectal is malnourished. Adequat nutrition is very important to enhance immunity systems to against cancer cells and heal the wound after surgery. Oral hygiene and lip care with honey liquid can be done to repaire the nutritional status. The results of these implementations showed the positive impact which indicated by enhancement of appetite and improvement of clinical manifestations related to nutritional status for two weeks. So, oral hygiene and lip care with honey are recommended to repaire the nutritional status for patient cancer colorectal.;Cancer colorectal is cancer that located at around colon and rectum, one of effect cancer colorectal is malnourished. Adequat nutrition is very important to enhance immunity systems to against cancer cells and heal the wound after surgery. Oral hygiene and lip care with honey liquid can be done to repaire the nutritional status. The results of these implementations showed the positive impact which indicated by enhancement of appetite and improvement of clinical manifestations related to nutritional status for two weeks. So, oral hygiene and lip care with honey are recommended to repaire the nutritional status for patient cancer colorectal.;Cancer colorectal is cancer that located at around colon and rectum, one of effect cancer colorectal is malnourished. Adequat nutrition is very important to enhance immunity systems to against cancer cells and heal the wound after surgery. Oral hygiene and lip care with honey liquid can be done to repaire the nutritional status. The results of these implementations showed the positive impact which indicated by enhancement of appetite and improvement of clinical manifestations related to nutritional status for two weeks. So, oral hygiene and lip care with honey are recommended to repaire the nutritional status for patient cancer colorectal., Cancer colorectal is cancer that located at around colon and rectum, one of effect cancer colorectal is malnourished. Adequat nutrition is very important to enhance immunity systems to against cancer cells and heal the wound after surgery. Oral hygiene and lip care with honey liquid can be done to repaire the nutritional status. The results of these implementations showed the positive impact which indicated by enhancement of appetite and improvement of clinical manifestations related to nutritional status for two weeks. So, oral hygiene and lip care with honey are recommended to repaire the nutritional status for patient cancer colorectal.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiwati
"Latar Belakang. Prevalensi malnutrisi energi-protein (MEP) tinggi pada pasien penyakit ginjaI kronik yang menjalani hemodialisis (PGK-HD), dan MEP merupakan penyebab meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi MEP pada pasien PGK-HD, antara lain dengan pemberian nutrisi parenteral intradialisis (IDPN). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan basil yang masih kontroversial mengenai manfaat IDPN.
Tujuan. Menilai efek IDPN terhadap konsentrasi albumin dan prealbumin serum selama prosedur HD; menilai efek IDPN terhadap indeks masa tubuh (IMT), konsentrasi albumin dan prealbumin serum setelah pemberian IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, dan efek IDPN terhadap konsentrasi albumin dan prealbumin serum 3 minggu setelah pemberian IDPN dihentikan.
Metodologi. Studi intervensional-prospektif selama 9 minggu dilakukan pada pasien PGK-HD usia 20-65 tahun yang telah menjalani HD minimal satu tahun, konsentrasi albumin serum < 3,5 g/dL, tidak menderita penyakit infeksi berat, keganasan, sirosis had, diabetes melitus tidak terkontrol, atau gagal jantung berat, di unit HD RS Ciptomangunkusumo, RS Islam Cempaka Putih, dan RS PGI Cikini Jakarta. Subyek penelitian diberikan IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, dan diukur konsentrasi albumin, prealbumin, c-reactive protein (CRP) sebelum dan setelah HD+IDPN pertama dan HD+IDPN keduabelas. IMT diukur sebelum dan setelah 6 minggu pemberian IDPN. Konsentrasi albumin, prealbumin serum 3 diukur kembali 3 minggu setelah pemberian IDPN dihentikan. Dilakukan uji-t berpasangan atau uji Wilcoxon sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil. Selma periode Februari 2005-Maret 2006 terkumpul 14 subyek, 1 subyek meninggal setelah mendapat IDPN selama 6 minggu. Didapatkan peningkatan tidak bermakna konsentrasi albumin serum (3,24 ± 0,38 menjadi 3,34 ± 0,56 g/dL, P 0,341-dan 3,26 ± 0,40 menjadi 3,47 ± 0,55, P = 0,053), dan peningkatan bermakna prealbumin (18,76 ± 7,92 menjadi 22,37 ± 10,24 mg/dL, P = 0,033 dan 16,94 ± 7,81 menjadi 23,16 + 17,21 mgldL, P = 0019), berturut-turut setelah HD+IDPN pertama dan keduabelas. Setelah HD+IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, didapatkan peningkatan tidak bermakna IMT (21,75 + 2,98 menjadi 21,95 ± 3,27, P = 0,139), konsentrasi CRP serum (38,46 + 54,92 menjadi 60,04 ± 86,54 mg/L, P = 0,826), konsentrasi albumin serum, baik dibandingkan sebelum HD+IDPN pertama dengan keduabelas (3,24 ± 0,38 menjadi 3,26 ± 0,40 gldL, P = 0,795), maupun dibandingkan setelah HD+IDPN pertarna dengan keduabelas (3,34 ± 0,56 menjadi 3,47 ± 0,55 gldL), tetapi didapatkan penurunan tidak bermakna prealbumin jika dibandingkan sebelurn HD+IDPN pertarna dengan keduabelas (18,76 ± 7,92 menjadi 16,94 ± 7,81 mg/L, P = 0,109), dan peningkatan tidak bermakna jika dibandingkan setelah HD+IDPN pertama dengan keduabelas (22,37 + 10,24 menjadi 23,16 + 17,21 mgfL). Tiga minggu setelah IDPN dihentikan, didapatkan peningkatan tidak bermakna konsentrasi albumin serum (3,26 ± 0,40 menjadi 3,30 ± 0,31, P = 0,699), penurunan tidak bermakna prealbumin (16,94 ± 7,81 menjadi 16,65 ± 6,72, P = 0,552).
KesimpuIan. Pemberian IDPN dapat meningkatkan konsentrasi prealbumin serum dan mencegah menurunnya albumin dalam setiap sesi HD. Pemberian IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu dapat menstabilkan kecenderungan menurunnya IMT dan konsentrasi albumin serum, tetapi tidak dapat menstabilkan prealbumin, dan konsentrasi albumin serum dapat bertahan selama 3 minggu setelah IDPN dihentikan.

Backgrounds. In chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis (CKDHD), prevalence of protein-energy malnutrition (PEM) is high, and it is associated with increased morbidity and mortality. Many interventions to improve PEM in CKD-HD patients have been conducted, one of them is intradialytic parenteral nutrition (IDPN). Data from many studies showed that beneficial effect of IDPN to improve PEM in CKD-HD patients is still controversial.
Objectives. To assess effect of IDPN on serum albumin and prealbumin concentration during each HD procedure, effect of IDPN on body mass index (BMI), serum albumin and prealbumin concentration after administration twice a week for 6 weeks, and effect of IDPN on serum albumin and prealbumin concentration 3 weeks after IDPN was discontinued.
Methods. Prospective-interventional study for 9 weeks was conducted in CKD patients undergoing maintenance HE) at least for 1 years, age 20-65 years old, not suffering severe infection disease, malignancy, cirrhosis hepatis, severe heart disease, acute coroner syndrome, and serum albumin concentration < 3.5 gldL, at HD unit Ciptomangunkusumo hospital, Islamic Cempaka Putih hospital, and PGI Cikini hospital, Jakarta. The subjects received IDPN consisting of 9% essential and non essential amino acids, 40% glucose, and 20% fat emulsion, twice a week for 6 weeks. Before and 2 hours after the HD+151 IDPN and HD+12th IDPN, serum albumin, prealbumin, c-reactive protein (CRP) concentration were measured. BMI was measured before and after subjects received IDPN for 6 weeks. Serum albumin, prealbumin were measured again 3 weeks after IDPN discontinued. Dependent sample t-test or Wilcoxon test was used to analyse the data.
Results. During February 2005 - March 2006, 14 patients were included into subjects of this study. There were no significant increase in serum albumin concentration (3.24 ± 0.38 to 3.34 ± 0.56 g/dL, P = 0.341 and 3.26 + 0.40 to 3.47 ± 0.55, P = 0.053), and significant increase in prealbumin (18.76 + 7.92 to 22.37 + 10.24 mg/dL, P = 0.033 and 16.94 + 7.81 to 23.16 + 17.21 mgldL, P = 0.019), respectively after the HD+15tIDPN and HD+12thIDPN. After IDPN administration twice a week for 6 weeks, there were no significant increase in BMI (21.75 + 2.98 to 21.95 + 3.27, P = 0.139), serum CRP (38.46 + 54.92 to 60.04 + 86.54 mg/L, P = 0.826), and albumin concentration, when it was compared before the HD+15`IDPN and HD+12tIDPN (3.24 ± 0.38 to 3.26 + 0.40 gldL, P = 0.795), and when it was compared after the HD+1$`IDPN and HD+12thIDPN (3.34 ± 0,56 to 3.47 + 0.55 g/dL,), but there was no significant decrease in prealbumin when it was compared before the HD+15`IDPN and HD+12'hIDPN (18.76 + 7.92 to16.94 + 7.81, P = 0.109), and there was no significant increase when it was compared after the HD+15tIDPN and HD+12thIDPN (22,37 + 10,24 to 23,16 + 22,10 mg/L). Three weeks after IDPN discontinued, there were no significant increase in serum albumin concentration (3.26 + 0.40 to 3.30 + 0.31 gldL, P = 0.699), but no significant decrease in prealbumin (16.94 + 7.81 to 16.65 + 6.72 mgldL, P = 0.552).
Conclusions. IDPN administration during each HD session could increase serum prealbumin concentration and prevent the decrease of albumin, whereas IDPN administration twice a week for 6 weeks could stabilize the downward trend in BM1 and serum albumin concentration, but couldn't stabilize prealbumin, the serum albumin concentration could be stabilized for 3 weeks after IDPN administration discontinued."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Supandi
"Latar belakang: Kehilangan dukungan gigi yang melibatkan dukungan oklusal baik pada satu atau kedua sisi rahang merupakan faktor risiko terjadinya Gangguan Sendi Temporomandibula. Tidak adanya dukungan gigi posterior dapat mengganggu mastikasi dan mempengaruhi asupan serta status nutrisi pasien pra lansia dan lansia. Pembuatan gigi tiruan lepasan diharapkan dapat memperbaiki fungsi mastikasi dan merawat gangguan sendi temporomandibula sehingga asupan dan status nutrisi meningkat. Tujuan: Penelitian ini menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan, gangguan sendi temporomandibula, asupan serta status nutrisi. Metode: Studi kuasi eksperimen pada 28 partisipan (≥45 tahun) dengan kehilangan gigi posterior indeks Eichner B2 sampai C2 yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling, kemudian dibuatkan gigi tiruan di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Indonesia. Pemeriksaan klinis dilakukan dan digunakan DC/ TMD untuk mendiagnosis gangguan sendi temporomandibula, Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengukur asupan nutrisi (Kkal), dan Mini Nutritional Assessment Short Form(MNA-SF) digunakan untuk menilai status nutrisi saat sebelum dan setelah 4, 8, dan 12 minggu pemakaian gigi tiruan.Hasil Penelitian: Terdapat pengaruh pada lama pemakaian gigi tiruan terhadap asupan nutrisi pra lansia dan lansia dengan gangguan sendi temporomandibula. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan nutrisi partisipan dengan gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula. Uji Repeated ANOVA digunakan untuk mengukur asupan nutrisi seiring dengan lama pemakaian gigi tiruan dan signifikan secara statistik (P<0.05). Terdapat perbedaan bermakna pada status nutrisi antara kelompok gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula sebelum pemakaian gigi tiruan. Status nutrisi partisipan signifikan secara statistik pada 4 dan 12 minggu setelah pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan meningkatkan asupan dan status nutrisi pra lansia dan lansia pasien gangguan sendi temporomandibula.

Background: Missing posterior teeth that resulted in the loss of occlusal support on one or both side of dental arch were found to be risk factors for TMD (Temporomandibular Disorder). Posterior tooth loss can cause disruption of mastication as well as affect nutrition intake and nutritional status of pre-elderly and elderly patients. Denture replacement may improve mastication, as a TMD therapy, and improve nutrition. Objectives: The aim of this study was to analyze the relationship between effect of denture wearing, TMD, nutrition intake, and nutritional status. Methods: Quasi experimental study was conducted on 28 patients (≥45 years old) with missing posterior teeth index Eichner classification B2 until C2 who will be treated with dentures at the Dental Hospital Faculty of Dentistry Universitas Indonesia using a consecutive sampling technique. Oral examination was done. DC/ TMD was used to diagnose Temporomandibular Disorder (TMD), the Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) was used to measure nutrition intake (Kcal), and Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF) was used to measure nutritional status at baseline and after 4, 8, and 12 weeks of denture wearing. Results: There was significant difference of nutrition intake on TMD groups before and after denture wearing. There is no significant difference between nutrient intake of TMD and non TMDgroups. Repeated ANOVA to measure nutrition intake with period of denture wearing was significant statistically (P<0.05). There was significant difference in nutritional status between TMD and non TMD groups before denture wearing. Nutritional status all subjects was significant statistically at 4 and 12 weeks after denture wearing. Conclusions:Denture wearing improves nutrition intake and nutritional status of pre- elderly and elderly TMD patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Puspitasari Firdaus
"Saat ini profesi keperawatan telah mengalami perkembangan. Munculnya seorang perawat spesialis diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam bidang kekhususannya, salah satu bidangnya yaitu keperawatan digestif. Program pendidikan spesialis keperawatan diadakan untuk memenuhi harapan tersebut. Penulisan KIAS bagi mahasiswa residen peminatan digestif, berisi tentang pengalamannya merawat 30 pasien dengan masalah sistem pencernaan menggunakan pendekatan teori model adaptasi Roy, penerapan intervensi keperawatan berdasarkan bukti ilmiah (evidence based practice), serta pelaksanaan proyek inovasi. Melakukan studi kasus dengan 30 pasien kelolaan menggunakan pendekatan teori model adaptasi roy, sesuai untuk digunakan pada pasien dengan kanker kolorektal. Penerapan evidence based nursing aromatherapy massage cukup efektif menurunkan kecemasan dan peningkatan kualitas tidur pasien pra-operasi kolorektal. Penerapan video edukasi efektif meningkatkan pengetahuan pasien pra-operasi kolostomi. Perawat yang berkompetensi massage diperlukan, agar ada alternatif intervensi keperawatan yang berkaitan dengan kecemasan dan kualitas tidur. Pemberian video edukasi stoma, diharapkan menjadi satu paket perawatan pasien stoma.

Nowadays the nursing profession has developed. The emergence of a specialist nurse is expected to improve the quality of nursing services in their specialty areas, one of the fields being digestive nursing. Nursing specialist education programs are held to meet these expectations. The writing of KIAS for digestive resident students contains the experience of treating 30 patients with digestive system problems using Roy's adaptation model theory approach, the application of evidence-based nursing interventions, and the implementation of innovation projects. Conducted a case study with 30 patients under management using a theoretical approach to the Roy adaptation model, suitable for use in patients with colorectal cancer. The application of evidence based nursing aromatherapy massage is quite effective in reducing anxiety and improving sleep quality in colorectal preoperative patients. The application of educational videos effectively increases the patient's knowledge of pre-colostomy surgery. Nurses with competence in massage are needed, so that there are alternative nursing interventions related to anxiety and sleep quality. Providing stoma education videos, is expected to be a package of stoma patient care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Roza Mulyana
"ABSTRAK
Latar Belakang.Ophiocephalus striatus berpotensi meningkatkan kadar IGF-1 dan albumin karena mengandung asam amino, asam lemak, vitamin, dan mineral. Belum ada penelitian menggunakan ekstrak Ophiocephalus striatus khusus pada pasien usia lanjut dengan malnutrisi.Tujuan. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Ophiocephalus striatus terhadap kadar IGF-1 dan albumin pasien usia lanjut dengan malnutrisiMetode. Uji klinis acak tersamar ganda dilakukan pada pasien rawat inap yang telah melewati kondisi akut dan dibolehkan pulang, berusia ge; 60 tahun dengan skor Mini Nutritional Assessment le; 23,5 dan kadar albumin < 3,5 g/dL. Dilakukan randomisasi untuk mendapatkan ekstrak Ophiocephalus striatus 10 gram sehari atau plasebo selama 14 hari. Kadar IGF-1 dan albumin diperiksa sebelum dan sesudah perlakuan. Pengaruh pemberian ekstrak OS dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan atau uji Mann-Whitney. Hasil. Randomisasi dilakukan terhadap 109 subjek, sebanyak 90 subjek menyelesaikan penelitian hingga 14 hari masing-masing kelompok45 orang . Median usia 69 64;75 tahun dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 2 : 3. Didapatkan perubahan kadar IGF-1 dan albumin sesudah perlakuan pada kelompok ekstrak OS vs plaseboberturut-turut 14,70 0,30;31,50 ng/mL vs 1,00 -6;13,15 ng/mL p = 0,002 dan 0,50 0,15;0,70 g/dL vs 0,10 0,0;0,50 g/dL p = 0,003 . Simpulan. Ekstrak Ophiocephalus striatus dapat meningkatkan kadar IGF-1 dan albumin pasien usia lanjut dengan malnutrisi

ABSTRACT
Backgound.Supplementation with Ophiocephalus striatus is potential to increase IGF 1 and albumin levels in elderly malnourished patients beacause of the contents of amino acids, fatty acids, vitamins, and minerals.Objective.This study was conducted to confirm the effect of Ophiocephalus striatusextract on levels of IGF 1 and albumin in elderly malnourished patients. Method.The study design is a double blind randomized controlledtrial involving hospitalizedmalnourished ge 60 years old patientsin acute ward before discharged, with Mini Nutritional Assessment score le 23.5 and albumin level 3.5 g dL.A total of 109 subjects were randomly divided into two groups including one group received Ophiocephalus striatus extract 10 g per day and another group received plasebo for 14 days. Albumin and IGF 1 levelswere obtained before and after intervention. Results.Ninety subjects completed the study extract group 45 subjects plasebo goup 45 subjects for 14 days. Median of age was 69 64 75 years, with male to female ratio were 2 3. The delta differences of IGF 1 and albumin levels between extract group and placebo group were 14.7 0.30 31.5 ng mL vs 1.00 6 13.15 ng mL p 0.002 and 0.50 0.15 0.70 g dL vs 0.10 0,0 0.50 g dL p 0.003 , respectively. There were significant differences between extract and placebo group. Conclusions. Supplementation with Ophiocephalus striatus extract was associated with a significant increase in IGF 1 and albumin levels."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>