Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunarto
"Pengelasan adalah salah satu cara untuk menyambung pelat menjadi satu dengan cara fusi. Pada pembangunan kapal peran pengelasan sangatlah- penting, sebab seluruh kerangka badan kapal dihubungkan dengan konstruksi las. Pelat kapal mempunyai klasifikasi tertentu yang disahkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia. Demikian pula pelat baja kapal dari PT Krakatau Steel diklaskan bagai pelat kelas A, dengan kekuatan .tarik minimal 41 kg/mm2, elongasi 22%, bending 130° serta kuat pukul takik 6 kg m/cm2. Pada penelitian pengelasan pelat tersebut di atas dipakai variasi antara posisi pengelasan vertikal, datar, horisontal dengan variasi arus antara 80 Ampere dan 110 Ampere sesuai untuk elektrode Nippon Weld N 26 R yang digunakan dengan las elektrode busur terbungkus (S.M.A.W) oleh tukang las yang telah diakui oleh Biro Klasifikasi bagi pengelasan kapal.
Dari hasil penelitian, sifat mekaniknya bervariasi besarnya sesuai dengan arus las dan posisinya yaitu, untuk tegangan tarik besarnya minimal masih memenuhi syarat demikian pula elongasinya, bending terjadi kegagalan pada posisi horisontal arus 80 Ampere dan vertikal arus 110 Ampere, kuat pukul tarik memenuhi persyaratan. Sedangkan struktur mikro dan kekerasannya mengalami perubahan sesuai masukan panasnya, yaitu pada posisi vertikal mempunyai nilai kekerasan yang tinggi. Dari hasil akhir diketahui bahwa arus las 95 Ampere sampai 110 Ampere baik digunakan pada posisi pengelasan datar dan horisontal namun kurang baik untuk pengelasan vertikal dan sebaliknya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarjito Jokosisworo
"Dalam pembangunan maupun reparasi kapal pekerjaan pengelasan adalah hal yang penting. Kapal rerupakan konstruksi terapung yang harus memiliki kekuatan, kecepatan dan stabilitas. Pada badan kapal bekerja gaya tekan air (hidrostatis), pada waktu berlayar mendapat gaya tekan dan tarik yang silih berganti akibat kapal di puncak gelombang(hogging) dan dilembah gelombang(sagging). Bahkan pada saat kapal bermuatan penuh atau pada saat di dok kapal harus dapat mempertahankan kekuatannya.
Berdasarkan hal di atas maka pengelasan pada badan kapal harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh suatu badan yang disebut biro klasifikasi yang mengeluarkan peraturan tentang badan dan las kapal. Submerged Arc Welding atau las busur rendant adalah salah satu pengelasan yang banyak digunakan di perkapalan saat ini.
Pada pengelasan ini di pakai kawat elektroda tidak terbungkus sedangkan serbuk pelindung(flux) ditaburkan. Pada pengelasan ini busur listrik terbentuk diantara logam inc[uk dengan ujung elektrode. Karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektrode tersebut mencair dan keraudian mecnbeku bersama. Proses pemindahan logam elektrode terjadi pada saat ujung elektrode mencair membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus listrik yang terjadi. Halus kasarnya butiran logam elektrode yang terbentuk, tergantung pada besar kecil arus listrik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Addin Pranowo
"Di lapangan, juru las seringkali menggunakan besar arus listrik yang bervariasi daiam mengelas. Mereka terkadang menggunakan harga arus yang tinggi supaya pekerjaan mereka cepat selesai. Padahal, dengan arus yang berbeda, kualitas sambungan las akan berbeda pula. Dalam penelitian yang menggunakan elektroda ESOJ8-B2L berdiameter 4,0 mm ini, digunakan variabel harga arus 1-10 A, 160 A. dan 180 A dengan metoda pengelasan SA/MW. Saat mengelas dengan arus 140 A, juru las tampak kurang berminat karena tingkat deposisinya rendah dan lumbar. Pada proses pengelasan dengan arus 180 A yang tingkat deposisinya tinggi, tampak elektroda yang dipakai berpijar dan spatter loss-nya berlebihan. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat deposit las berdimensi sama juga berbeda untuk setiap harga arus.
Berdasarkan pengujian radiograf, hasil las untuk ketiga harga arus masih memenuhi syarat meskipun ditemukan adanya cacat inklusi terak. Menurut hasil pengujian kekuatan tarik dari deposit las, perbedaan yang tampak tidak begitu mencolok. Kekuatan tarik paling tinggi diperoleh pada arus 140 A. Kekuatan luluh maksimum, kekuatan tarik minimum dan regangan maksimum diperoleh pada deposit las dengan arus 160 A. Komposisi kimia ketiga deposit Ias memperlihatkan perbedaan, khususnya umuk kadar karbon. Dari pengujian komposisi kimia, diketahui pula bahwa semua deposit las mengandung Cu yang tidak dipersyaratkan oleh standar dalam kadar lebih tinggi daripada karbon."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Firdaus
"Hasil proses pengelasan Busur Rendam sangat tergantung dari pemakaian jenis elektroda dan fluks, arus, tegangan listrik, kecepatan pengelasan dan lain-lain. Pemilihan besar arus dan kecepatan pengelasan yang dipakai dalam pengelasan bahan baja adalah cukup penting, karena faktor tersebut akan menentukan masukan panas (heat input) yang terjadi dan struktur mikro pada daerah las.
Pada penelitian ini dipelajari pengaruh besar arus dan kecepatan pengelasan terhadap sifat mekanik (sifat kuat tank, tekuk, ketangguhan, kekerasan) dan struktur mikro dari hasil pengelasan dengan menggunakan proses pengelasan Busur Rendam, elektroda dan fluks yang sama terhadap pengelasan dari masing-masing Baja API 5L-X52 dan Baja SS 400. Tegangan listrik konstan digunakan dalam proses pengelasan ini, sehingga perubahan masukan panas yang diberikan hanya tergantung pada besar arus dan kecepatan pengelasan yang divariasikan. Sesuai standar, arus pengelasan yang digunakan sebesar 300 A, 325 A dan 350 A serta kecepatan pengelasan sebesar 8'10 mm/ menit, 830 mm/menit dan 850 mm/menit.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa pengelasan terbaik untuk masing-masing pengelasan Baja API 5L-X52 dan Baja SS 400 tersebut, jika digunakan arus pengelasan 325 A dan kecepatan pengelasan 850 mm/menit.

The result of Submerged Arc Welding (SAW} process depends on the types of electrode and flux, current, voltage, the welding speed, etc. Choosing the welding current and speed which are used on welding of steel material is very important, because of that factors will define the heat input and the micro structure at the welding area.
In this research, it is learned the influence of the welding current and speed at mechanical system (tensile strength, bending, toughness, hardness) and micro structure of the welded result using SAW process at the same electrode and flux on welding with API 5L-X52 steel and 5S 400 steel. The constant voltage is used on this welding process, so that the heat input movement is reached only depending on the various of the current and the welding speed. Based on classification, the welding current and speed are used namely: 300 A, 325 A, and 350 A. 810 mm/minute, 830 mm/minute, and 850 mm/minute.
From this research, the best welding process for APL 5L-X52 steel and SS 400 steel, use welding current of 325 A and the welding speed of 850 mm/minute.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Sumarno Siradj
"ABSTRAK
Pengelasan gas oksi-acetilene pada baja karbon rendah yang biasa digunakan pada pelat mobil atau pelat-pelat yang lain sering menimbulkan banyak masalah. Yaitu terjadinya hasil las-lasan yang tidak rapi pada kampuh las dan juga sering timbul sifat mekanis yang tidak diharapkan.
Bertitik tolak dari hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan baja SPCC. Dimana dalam penelitian ini dilakukan perubahan variabel-variabel yang diduga sebagai penyebab terjadinya masalah yang sudah disebutkan diatas, seperti perubahan tekanan oksigen, logam pengisi. Dengan demikian diharapkan masalah yang terjadi dapat dikurangi atau dihindari.
Dari pengujian tari, kekerasan serta struktur mikro dapat dilihat dengan tekanan oksigen 0.05 kg/mm2 dan tekanan asetilene 0.05 kg/mm2 serta menggunakan logam pengisi dengan CE sebesar 0.28% akan diperoleh kekuatan tarik dan kekerasan yang optimal."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Heri Multi Juliandi
"ABSTRAK
Retak dingin merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada
pengelasan baja tahan aus. Skripsi ini berisi tentang penelitian pengaruh
pemanasan awal dan perbedaan ketebalan pelat Creusabro® 4800 dengan
menggunakan pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Multilayer.
Elektroda yang digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel
yang digunakan terdiri dari delapan buah sambungan pelat baja CREUSABRO®
4800 dengan ketebalan 12 mm dan 16 mm yang dilas dengan variasi elektroda E
7018 dan MG NOX 35 sebagai root atau cap dengan sistem silang . Dua buah
sampel ketebalan 12 mm dan dua buah sampel ketebalan 16 mm diberikan proses
pemanasan awal yang dilakukan dengan menggunakan pemanas listrik dengan
temperatur pemanasan awal 2000C. Kemudian, dua buah sampel ketebalan 12
mm dan dua buah sampel ketebalan 16 mm tidak diberikan perlakuan pemansan
awal. Berdasarkan hasil analisa data, retak dingin tidak muncul pada sampel yang
dilas dengan pengelasan multilayer dengan perlakuan pemanasan awal dan tanpa
perlakuan pemanasan awal. Perlakuan pengelasan multilayer dengan variasi root
elektroda E 7018 dan MG NOX 35 memberikan sifat mekanis yang berbeda .
Pemanasan awal memberikan efek menurunkan kekerasan tetapi menambahkan
keuletan material. Laju keausan ditetukan oleh jenis elektroda yang digunakan.
Dalam hal ini laju keausan elektroda E7018 lebih rendah. Karakteristik HAZ yang
terbentuk oleh pengelasan multilayer ini sangat berbeda, dimana luas HAZ yang
terbentuk ketika pengelasan root lebih luas daripada ketika pengelasan cap. Fasa
yang terbentuk sepanjang daerah HAZ adalah fasa martensit. Begitu juga dengan
inti las elektroda E 7018 dan MG NOX 35 yang terbentuk setelah pengelasan
sangat berbeda ketika pengelasan root dan cap. Hal ini jugalah, yang berpengaruh
terhadap sifat mekanis material hasil lasan.

Abstract
Cold cracking is one of the problems that often occur in the welding of wear
resistant steel. This thesis contains a study about the influence of preheating and
the difference in thickness of the plate Creusabro ® 4800 using the Shielded
Metal Arc Welding welding (SMAW) Multilayer. The electrodes used were
electrode E 7018 and NOX MG 35. The sample used consisted of eight pieces of
steel plate joint CREUSABRO ® 4800 with the thickness 12 mm and 16 mm are
welded to the variation of the electrode E 7018 and NOX MG 35 as a root or a
cap with cross-system. Two samples of thickness 12 mm and two samples of
thickness 16 mm given preheating is performed using an electric heater with
preheating temperature of 200 oC. Then, two samples of thickness 12 mm and
two samples of 16 mm thickness are not given preheating treatment. Based on the
results of data analysis, cold cracks do not appear on the welded samples with
multilayer welding with preheating treatment and without pre-heating treatment.
Treatment with a variety of root multilayer welding electrodes E 7018 MG NOX
35 provide different mechanical properties. Preheating gives effect to reduce the
hardness but adds ductility of the material. Wear rate is influenced by the type of
electrodes used. In this case the E7018 electrode wear rate is lower.
Characteristics of the HAZ is formed by a multilayer welding is very different,
where the wide HAZ is formed when welding root wider than cap. Phase formed
along the HAZ was martensitic phase. Core welding electrodes E 7018 and NOX
MG 35 is formed after the welding is very different when weld root and cap. It is
also likely, which affects the mechanical properties of the weld material."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43575
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Pratama
"Retak dingin merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan aus. Skripsi ini berisi tentang penelitian pengaruh preheat dan perbedaan kawat las terhadap ketahanan retak dan sifat mekanis dari baja tahan aus CREUSABRO® 4800 dengan menggunakan pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Elektroda yang digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel yang digunakan terdiri dari 6 buah pelat baja CREUSABRO® 4800 yang dilas dengan elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Proses preheat dilakukan dengan menggunakan burner pada pelat baja dengan variasi temperatur preheat, diantaranya tanpa preheat, preheat 1300C, preheat 230°C.
Berdasarkan hasil analisa data, retak dingin muncul pada sampel yang dilas dengan elektroda E 7018 tanpa perlakuan preheat. Perlakuan preheat pada temperatur 130°C dan 230°C tidak mengakibatkan adanya retak dingin pada hasil lasan. Penggunaan elektroda MG NOX 35 dapat mencegah terjadinya retak dingin pada hasil sambungan baja tahan aus meskipun tanpa pelakuan preheat.
Selain itu, penggunaan elektroda yang memiliki perbedaan komposisi kimia menghasilkan sifat mekanis yang berbeda pula pada hasil lasan. Perlakuan preheat dan pemilihan elektroda memberikan pengaruh signifikan terhadap terjadinya retak dingin dan sifat mekanis pada hail lasan baja tahan aus CREUSABRO® 4800.

Cold crack is one of the problem that often occurs on welding of wear resistance steel plate. On this final project, the reseach is focus on the effect of preheating treatment and kind of welding electrode in crack resistance and mechanical properties of CREUSABRO® 4800 wear resistance steel with SMAW process. Welding electrodes that is used are E 7018 and MG NOX 35. Samples consist of 6 CREUSABRO® 4800 wear resistance steel plates that is joined with E 7018 and MG NOX 35 electrode. The process of preheat is done on steel plate with variation of preheat temperature, they are without preheat, preheat 130°C, and preheat 230°C.
Based on the results of data analysis, cold cracking were detected in the specimen welded with E 7018 electrode in no preheat condition. Cold crack is not occurs on samples that are preheated at 130°C and 230°C. The using of MG NOX 35 electrode can avoid cold crack phenomenon even in no preheat condition.
Besides that, the using of different chemical composition welding electrode leads to different mechanical properties on weld joint. Preheat treatment and selection of welding electrode provides a significant influence on cold cracking phenomenon and mechanical properties on the weld joint of CREUSABRO® 4800 wear resistance steel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1744
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Suryo Cahyono
"Retak dingin merupakan salah satu kendala yang sering terjadi pada pengelasan baja tahan aus. Skripsi ini berisi tentang penelitian pengaruh preheat dan perbedaan kawat las terhadap ketahanan retak dan sifat mekanis dari baja tahan aus CREUSABRO® 8000 dengan menggunakan pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Elektroda yang digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel terdiri dari 6 buah plat CREUSABRO® 8000 yang dilas dengan elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Proses preheat dilakukan dengan menggunakan burner pada hasil sambungan dengan varibel tanpa preheat, preheat 150°C, preheat 250°C.
Berdasarkan hasil analisa data, penerapan perlakuan preheat pada temperatur 150°C dan 250°C tidak mengakibatkan adanya retak dingin pada hasil lasan. Selain itu, perlakuan preheat dan penggunaan elektroda MG NOX 35 mampu meningkatkan sifat mekanis pada hasil lasan. Perlakuan preheat dan pemilihan elektroda memberikan pengaruh signifikan terhadap terjadinya retak dingin dan sifat mekanis serta dapat dijadikan salah satu metode pengendalian retak dingin pada pengelasan baja tahan aus CREUSABRO® 8000.

Cold cracking is the one of problem on wear resistance plate welding. On this project consist of reseach on influence preheating treatment and welding electrode in crack resistance and mechanical properties of CREUSABRO® 8000 wear resistance steel with SMAW process. Welding electrodes that be used are E 7018 and MG NOX 35. All of sample consisted of 6 CREUSABRO® 8000 wear resistance steel plates that be joined with E 7018 and MG NOX 35 electrode. The process of preheat is done by using burner with 3 joining for each variable consisting of without preheat, preheat 150°C, dan preheat 250°C.
Based on the results of data analysis, cold cracking is not consist to the application of preheat at 150°C and 250°C. Application of preheat and MG NOX 35 electrode also can improve mechanical properties of weld area. Application preheating and selection of welding electrode provides a significant influence on cold cracking and mechanical properties as well as can be used as a method of controlling cold cracking in welding of CREUSABRO® 8000 wear resistance steel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1727
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Khairol Pratama
"ABSTRAK
Pengelasan baja tahan aus memiliki masalah serius yang harus ditangani,
yaitu terjadinya retak dingin. Sehingga dengan latar belakang tersebut maka
lahirlah skripsi ini yang berisi tentang penelitian pengaruh pemanasan awal dan
perbedaan ketebalan pelat terhadap ketahanan retak dan sifat mekanis baja tahan
aus CREUSABRO® 8000 dengan pengelasan smaw multilayer. Elektroda yang
digunakan adalah elektroda E 7018 dan MG NOX 35. Sampel terdiri dari 8
pasang plat CREUSABRO® 8000 dimana 4 pasang sampel dilas dengan
elektroda E 7018 sebagai root dan MG NOX 35 sebagai cap, dan untuk 4 pasang
sisanya dilakukan sebaliknya. Proses pemanasan awal dilakukan dengan
menggunakan electrical preheater pada 4 hasil sambungan dengan varibel tanpa
pemanasan awal, dan pemanasan awal 2000C. Berdasarkan hasil analisa data,
penerapan pengelasan SMAW multilayer pada perlakuan pemanasan awal 2000C
dan tanpa pemanasan awal tidak mengakibatkan adanya retak dingin pada hasil
lasan. Selain itu, perlakuan pemanasan awal dapat meningkatkan sifat mekanis
pada hasil lasan, lalu logam yang lebih tebal memiliki kekerasan yang lebih
tinggi, dikarenakan laju pendinginannya yang lebih cepat.

Abstract
Wear resistance steel on welding have problem is that occurance of cold
cracks. So with this background is made this project which consist of reseach on
effect of preheating and different thickness plate on crack resistance and
mechanical properties of CREUSABRO® 8000 wear resistance steel welded by
multilayer SMAW process. Welding electrodes that be used are E 7018 and MG
NOX 35. All of sample consisted of 8 pieces CREUSABRO® 8000 wear
resistance steel plates, where 4 pieces of plates that be joined with E 7018
electrode as root and MG NOX 35 electrode as cap, and 4 pieces plates other do
otherwise. The process of preheat is done by using electrical preheater with 4
joining for each variable consisting of without preheat and preheat 2000C. Based
on the results of data analysis, cold cracking is not consist to the application of
SMAW multilayer in without preheat and preheat 2000C. Application of preheat
also can improve mechanical properties of weld area, and than metal which more
thickness have more hardness, it?s cause of cooling rate is faster."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43610
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>