Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118068 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Udjian Wahjusuprapto
"Pengaktifan kembali pasar modal di Indonesia dilakukan dengan deregulasi. Di tengah masyarakat yang umumnya masih awam terhadap saham, masalah yang segera muncul adalah seberapa jauh pasar modal Indonesia mampu melakukan koreksi terhadap harga perdana saham yang ditetapkan terlalu tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Koreksi pasar adalah perubahan harga perdana sampai mencapai harga ekuilibrium, yang hanya dapat memberikan imbalan normal. Maka konsep-konsep yang relevan adalah efisiensi pasar dan nilai intrinsik saham. Berdasarkan hasil penelitian terhadap emisi-emisi pertama di pasar modal Amerika Serikat oleh Ibbotson [1975] dan Ritter [1984], koreksi pasar berlangsung dalam waktu kurang dari satu bulan dan berakhir setelah pemodal tidak lagi memperoleh imbalan abnormal. Latar belakangnya adalah kesengajaan emiten dan penjamin emisi melakukan under pricing.
Di pasar modal Indonesia gejala koreksi harga perdana tidak dapat dilihat pada perkembangan imbalan abnormal, karena tidak adanya indeks pasar untuk mengukur imbalan normal. Dalam penelitian ini gejala koreksi pasar terhadap harga perdana akan dilihat pada perkembangan imbalan saham perdana, yaitu imbalan bagi pemodal yang membeli saham di pasar perdana dan menjualnya lagi di pasar sekunder dengan premi saham perdana terhadap peluang-peluang investasi yang tersedia bagi pemodal yaitu saham-saham pendahuluan valuta asing, logam mulia dan deposito berjangka.
Hasil analisis data terhadap 50 saham perdana di Bursa Efek Jakarta mulai Juni 1989 sampai Agustus 1990 menunjukkan bahwa semakin lama saham baru dimiliki pemodal semakin berkurang rata-rata imbalan dan premi saham perdana yang dapat diharapkan pemodal. Namun penurunan rata-rata imbalan dan premi saham perdana itu tidak dapat ditafsirkan sebagai gejala koreksi pasar, karena di samping tidak menimbulkan perbedaan rata-rata yang signifikan, besarnya imbalan saham perdana ternyata tidak berkaitan dengan informasi yang relevan seperti bidang usaha emiten, agio saham dan peningkatan modal saham sebelum emisi, tetapi hanya berkaitan dengan tingkat kegiatan pasar yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama jangka waktu pemilikan (holding period) saham perdana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat pemodal masih sangat awam terhadap saham. Diharapkan peran para pengamat, penulis, komentator, dan para pembentuk opini publik lainnya untuk ikut membina pemahaman masyarakat. Dengan deregulasi pasar modal, bentuk perlindungan terhadap pemodal yang didambakan adalah efisiensi pasar. Dan untuk mencapai efisiensi pasar modal salah satu syarat utamanya adalah kemampuan masyarakat pemodal mencernakan informasi relevan yang tersedia bagi mereka."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Basar D.P.
"Pada bulan November 1996, PT Bank Negara Indonesia, Tbk. (Bank BNI) sebagai bank BUMN menawarkan 25% dari jumlah modal sahamnya (1,085,032,000 lembar saham) ke publik dan ini merupakan privatisasi perbankan yang pertama di Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan permodalan guna mendukung kegiatan operasional dan menjamin kinerja yang sehat dari Bank BNI dalam memasuki abad mendatang.
Seperti diketahui Bank Indonesia selaku Otoritas Moneter telah mengeluarkan beberapa regulasi seperti ketentuan Giro Wajib Minimum dari 2 persen menjadi 3 persen dan kemudian menjadi 5 persen, persyaratan rasio kecukupan modal (CAR), dan Iain-Iain mendorong bank-bank untuk semakin memperkuat daya saingnya.
Pasar modal merupakan salah satu aiternatif sumber dana bagi perusahaan untuk meningkatkan permodalannya, demikian juga halnya di Indonesia. Hai ini tidak terlepas dari kondisi pasar modal Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin menarik dan 'menggairahkan' baik bagi perusahaan pencari modal maupun bagi pihak penanam modal (investor).
Seperti pengalaman sebelumnya, going public dari perusahaan BUMN yang selalu menarik minat para investor di pasar modal, demikian juga dengan penawaran umum dari saham Bank BNI, dimana hal ini tidak terlepas dari faktor harga perdana saham yang dilepas, yaitu Rp 850 saja.
Beberapa pendekatan teoritis dalam penentuan harga saham perdana dibahas daam Karya Akhir ini, seperti: Dividend Discount Model dan Earnings Approach dengan beberapa model. HasiInya, ternyata terdapat 'diskon harga perdana' apabila hasil perhitungan (teoritis) tersebut dibandingkan dengan model Present Value of Earnings yang digunakan oleh pihak penjamin emisi.
Terlepas dari terlalu rendah atau tidaknya harga perdana saham Bank BNI, ada beberapa pertimbangan non-teknis yang mungkin mendasari ditetapkan harga perdana tersebut, seperti: pertimbangan kesuksesan kinerja harga saham di pasar sekunder, pemerataan bagi investor kecil, dan Iain-lain. Akan tetapi, esensi tujuan dari suatu go public khususnya bagi kepentingan stakeholders harus ditempatkan pada prioritas utama.
Dalam Karya Akhir ini juga dilakukan sedikit analisa pergerakan harga saham Bank BNI di pasar sekunder untuk kurun waktu 6 (enam) bulan pertama seterah dicatatkan. Diharapkan, ulasan dalam Karya Akhir ini dapat memberikan acuan dan masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan go public di masa mendatang."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramina Mersiana
"Penelitian ini menyelidiki keberadaan contrarian profit dan sumber-sumber dari profit tersebut pada Bursa Efek Jakarta. Analisa empirisnya menjelaskan tentang dekomposisi dari contrarian profit yang bersumber dari reaksi common factor, overreaction pada firm specific information, dan profit yang tidak berhubungan dengan kedua hal tersebut. Hai ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Jegadesh dan Titman (1995).
Dalam penelitian ini, yang akan diamati adalah: (i) sub-sampel yang diurutkan berdasarkan ukuran yang telah disesuaikan setiap tahunnya, serta (ii) mencari sumber dari penelitian apakah contrarian profit berhubungan dengan musim Januari (January Effect).
Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketika komponen Januari di keluarkan dari penelitian, kontrarian profit di BEJ lebih terpengaruh pada sumber common factor daripada reaksi firm specific overreaction. Hal ini menunjukan adanya reaksi fenomena yang tertunda di BEJ terbatas pada pengaruh komponen januari.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menemukan bahwa: (1) Contrarian profit lebih bereaksi terhadap current return. (2) overreaction/ underreaction terhadap firm specific overreaction common factor lebih banyak memberikan kontribusi contrarian profit kepada kelompok saham besar. (3) Kelompok saham besar dilihat dari nilainya yang paling besar menunjukkan bahwa kelompok saham ini undefined terhadap contrarian profit.
Hasil penelitian ini akan lebih kuat apabila peneliti diberikan kesempatan untuk mengembangkan variasi waktu dalam faktor sensitifitas."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan
"Aktivitas pasar modal sebagai salah satu potensi perekonomian nasional semakin menampakkan peranannya dalam penumbuhkembangkan perekonomian nasional. Dukungan sektor swasta di pasar modal merupakan kekuatan nasional yang berperan sebagai dinamisator aktivitas perekonomian nasional. Harga saham-saham di bursa selalu berfluktuasi, dapat bergerak naik atau turun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar menawar. Bursa saham menggolongkan perubahan harga saham dalam dua kategori yaitu persentase perubahan harga saham tertinggi tergolong dalam kategori perusahaan top gainer dan persentase perubahan harga saham terendah tergolong dalam kategori top looser. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Dalam penelitian ini, membahas tingkat profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio, kepemilikan saham asing, segmen usaha, dan umur perusahaan mempengaruhi terhadap perubahan harga saham pada perusahaan kategori top gainer dan top looser.
Hasil penelitian dengan menggunakan Multiple Regression menunjukan bahwa profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio, kepemilikan saham asing, segmen usaha, dan umur tidak berpengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan kategori top loose. Berbeda pada kategori top gainer dimana kepemilikan saham asing memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham sementara profitabilitas, debt to assets ratio, debt to equity ratio segmen usaha, dan umur kepemilikan saham asing tidak memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham.
Berdasarkan hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan independent t test menunjukan bahwa rata-rata DAR, segmen usaha, dan umur perusahaan kategori top gainer lebih besar dibandingkan top looser. Sedangkan rata-rata profitabilitas, DER, dan kepemilikan saham perusahaan kategori top gainer lebih rendah dibandingkan top looser, dengan hasil statistik yang menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan atas rata-rata profitabilitas, DAR, DER, kepemilikan saham dan segmen antara perusahaan top gainer dan top looser. Sedangkan terdapat perbedaan pada rata-rata umur antara perusahaan top gainer dan top loose."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faruq Rohma Suha
"Suatu pasar modal dinyatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga segera mencerminkan nilai perusahaan secara akurat berdasarkan informasi relevan yang tersedia. Berdasarkan informasi yang tersedia di pasar modal, Fama membagi tingkat efisiensi pasar menjadi tiga kategori yakni : Weak form,Semi strong, Strong form market. Pembedaan pasar disini dilakukan berdasarkan asumsi tentang jumlah dan jenis informasi yang masuk ke pasar dan cepat atau lambatnya informasi tersebut berpengaruh pada pasar, seperti tercermin dari adanya perubahan harga. Semakin cepat informasi sampai ke pasar dan semakin cepat informasi tersebut berpengaruh pada pasar, semakin mendekati ciri efisiensi pasar bentuk kuat. Semakin lengkap dan merata informasi tersebar ke semua pelaku pasar, semakin mendekati ciri efisiensi pasar bentuk kuat.
Penelitian mencoba meneliti dari sudut pandang pasar dan tidak mengamati struktur yang mendasarinya. Uji yang dilakukan adalah uji kerandoman(runs test) dan uji autocorrelation lest dengan nilai statistik Ljung Box(LB). Penelitian mengambil renlang return harian, return mingguan, return bulanan. Hasil kedua uji dapat menyimpulkan apakah BEJ sudah mencapai random walk untuk bisa dikategorikan pasar yang efisien.
Uji kerandoman dan autocorrelation test dengan daily return menunjukkan bahwa THSG dan indeks LQ45 dalam kurun waktu 1999-2004, bergerak tidak random dan tidak independen dengan data sebelumnya untuk lag 1-10, sedangkan uji runs test dan autocorrelation test dengan data weekly return menunjukkan IHSG dan LQ45 bergerak secara random dan tidak berkorelasi dengan data sebelumnya(lag 1-10, kecuali lag5&6) dan didukung oleh sampel sebanyak 4I saham(91,2%). Jika menggunakan data monthly return IHSG dan LQ45 bergerak random dan tidak berkorelasi dengan data sebelumnya yang didukung oleh 43 saham(95,6%). Menurut hipotesa efisien market dengan data daily return maka bursa saham di BEJ dapat dikategorikan sebagai pasar yang tidak efisien dalam bentuk lemah.

Jsx Indeces reached his top of his history at 815,17 on 21 April 2004. This moment show that Jakarta Stock Exchange git high interest of investor to invest his money. So absolutely each investor must try to get highest his return to beat the market. And each investor compete to get abnormal return and increase his wealth. This Excellent moment should be point of view as opportunity to have optimal return.
Capital Market is categorized as efficient if price of securities reflect all available information immediately. So each any changes in information should be reflect on changing price of securities.
Behind of information which available on market, Fama classified market efficiency on three categories : Weak, Semi Strong, Strong Market. Any categorizing here based on assumption quantity and kind of information that available on market and reflect to the market, as happen on changing on price of securities. Information reflect changes on price quickly, it's capital market more efficient. All information its became complete and distribute on wide range, it's closely to efficient market.
Random test and autocorrelation test based on historical data1999-2004, which used daily return show that IHSG and LQ 45 move correlated and not random. So BEJ and LQ 45 can be categorized as uneficient in Weak Form."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harries Hidayat
"Salah satu peran pasar modal adalah sebagai lembaga yang dapat melakukan pemupukan modal dan mobilisasi dana secara produktif. Menurut Fama (1970) dan Ferguson (1983), pasar modal akan mewujudkan hal tersebut dengan efektif apabila pasar modal itu efisien. Makna yang terkandung dalam pasar modal efisien adalah harga-harga sekuritas di pasar modal telah mencerminkan seluruh informasi yang tersebar luas. Dengan demikian dapat lebih mendukung perkembangan ekonomi karena adanya alokasi dana dari sektor yang kurang produktif ke sektor yang lebih produktif dan akan mempermudah para pelaku pasar modal dalam melakukan kebijakan dan pengambilan keputusan.
Tujuan pokok penelitian ini adalah menguji asosiasi laba tahunan dengan harga saham di BEJ. Penelitian ini didasarkan pada pendekatan bahwa pasar modal telah efisien dalam bentuk setengah kuat yang menyatakan dengan tersebarnya informasi baru (informasi earnings, dividend dan lain-lain) maka harga sekuritas seharusnya bereaksi dengan menyesuaikan ke tingkat harga yang baru.
Selain tujuan pokok tersebut, juga diamati asosiasi laba tahunan dengan harga saham berdasarkan ukuran perusahaan dan perubahan Debt Equity Ratio (DER). Ukuran perusahaan didasarkan pada nilai kapitalisasi setiap saham, sedangkan perubahan DER didasarkan pada perbandingan DER tahun ini dengan DER tahun sebelumnya.
Data yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dari BEJ. Data tersebut meliputi harga harian saham dan Index LQ-45 tanggal 9 sampai dengan 29 Desember 1997 untuk perhitungan expected return setiap saham (ERj), laporan keuangan perusahaan tahun 1996 dan 1997 yang telah diaudit untuk perhitungan tingkat perubahan laba (% earnings change) dan perubahan DER, nilai kapitalisasi saham untuk menentukan ukuran perusahaan, serta harga harian saham dan Index LQ-45 selama 15 hari setelah laporan keuangan tahun 1997 dipublikasikan untuk perhitungan cumulative abnormal return (CAR).
Berdasarkan hasil uji statistik, terdapat asosiasi yang signifikan antara laba dengan cumulative abnormal return (CAR). Selanjutnya dilihat seberapa besar variasi perubahan harga saham dipengaruhi oleh variasi perubahan laba, dengan melihat nilai R_ Square. Dan hasil uji statistik terlihat tingkat asosiasi laba dengan harga saham sebesar 18,62%. Koefisien slope (beta) sebesar +0,0041 menunjukkan bahwa setiap perubahan (kenaikanlpenurunan) laba I% maka investor memperoleh kenaikan/penurunan abnormal return sebesar 0,0041%.
Selanjutnya, sampel dibagi menjadi dua kelompok portofolio berdasarkan nilai kapitalisasi saham, yaitu kelompok perusahaan besar dan kelompok perusahan kecil, dengan batas pemisah nilai kapitalisasi saham Rp. 1 Trilyun. Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi secara nyata (signifikan) oleh ukuran perusahaan. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi kemungkinan karena investor BEJ memandang ukuran perusahaan bukanlah informasi lain (second inrformation) yang relevan dalam membaca informasi laba.
Berikutnya, sampel dibagi menjadi dua kelompok portofolio berdasarkan perubahan DER, yaitu kelompok perusahaan dengan DER yang meningkat dan kelompok dengan DER yang menurun. Hasil pengujian menunjukkan asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi secara nyata (signifikan) oleh perubahan DER perusahaan emiten. Hubungan yang tidak signifikan ini terjadi kemungkinan karena investor BEJ tidak memandang perubahan proporsi hutang sebagai informasi lain (second information) yang relevan ketika mengamati informasi laba tahunan.
Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat asosiasi informasi keuangan dengan harga saham. Hal ini membuktikan bahwa investor pasar modal Indonesia telah memperhatikan faktor fundamental perusahaan emiten. Untuk itu diperlukan regulasi dari Bapepam dan pengelola PT. Bursa Efek Jakarta agar emiten lebih terbuka, murni dan jujur dalam penyampaian informasi keuangan yang merupakan indikator perkembangan perusahaannya. Dengan demikian pasar modal Indonesia dapat lebih sehat, dipercaya oleh investor dan menguntungkan semua pihak.
Untuk penelitian selanjutnya perhitungan expected return dapat dimodifikasi misalnya dengan CAPM. Selain itu dapat dikembangkan parameter yang lain seperti laba triwulanan, laba semesteran ataupun informasi lain misalnya stock dividend, stock split, cash dividend, penjualan saham borongan, dan right issue."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2368
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nursi Julastri
"Berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan banyaknya perusahaan yang menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta. Sejalan dengan itu, semakin banyak perusahaan yang membagikan dividen dalam bentuk saham.
Tulisan mi memberikan gambaran tentang pembagian dividen saham yang dilakukan perusahaan-perusahaan dalam tahun 1990 - 1991, dan melihat pengaruh kejadian tersebut terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan.
Penelitian pengaruh pembagian dividen saham terhadap harga saham dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik terhadap datadata harga sejak 4 (empat) minggu sebelum pengumuman pembagian dividen saham (tanggal RUP ) hingga 4 (empat ) minggu setelabRUPS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan harga saham akibat pembagian dividen saham, adanya korelasi antara ranking besarnya dividen saham yang dibagikan (% saha ) dengan % penurunan harga saham.
Pembagian dividen dalam bentuk saham dapat dilakukan apabila
kesempatan investasi baik, menjaga agar dividen dapat dipertahankan stabil meskipun perusahaan tidak memiliki kas, atau pembagian dividen saham juga dapat dilakukan untuk mengaktifkan jual beli saham perusahaan yang sudah lama pasif ( tidak terjadi transaksi jual beli saham ).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lediana Sufina
"Pasar modal merupakan bagian dari pasar financial, yang meghubungkan supply dan demand dana. Sifat khusus dari pasar modal adalah adanya ketidakpastian kualitas produk yang ditawarkan, baik dari segi harga, pembayaran bunga dan deviden. Untuk mengurangi ketidakpastian ini, maka investor perlu informasi yang antara lain didapat dari informasi akuntansi, untuk menilai risiko yang melekat pada investasinya dan juga untuk memperkirakan return yang akan diperoleh dari investasi tersebut.
Informasi akuntansi ini dapat diperoleh dari laporan keuangan, antara lain terdiri neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Earning merupakan pengukuran yang paling dominan di pasar sehingga penelitian tentang keterkaitan antara return dan earning telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Tapi, pada earning dapat menimbulkan informasi yang asimetri antara manajemen dart penanam modal, karena yang membuat pengukuran kinerja adalah manajemen. Manajemen mempunyai kebijaksanaan untuk menentukan akrual dan kebijaksanaan ini dapat saja digunakan untuk memberikan signal terhadap informasi yang sifatnya memanipulasi earning untuk tujuan tertentu. Dengan demikian signal ini, dapat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan laba dalam kinerja perusahaan dengan asumsi manajemen memiliki informasi yang superior mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas.
Untuk menghindari hal ini dapat menggunakan arus kas sebagai alternatif atau informasi tambahan. Tapi arus kas dibatasi oleh masalah timing dan maching, dan masalah ini dapat dihindari apabila jangka waktu penelitian diperpanjang.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara return saham dengan accounting earning dalam hal ini adalah Iaba bersih per lembar saham, serta hubungan antara return dengan arus kas dari aktifitas operasi, arus kas dari aktifitas investasi dan arus kas dari aktifitas pendanaan.
Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang telah tercatat pada Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1993, karena dalam penelitian ini mcnggunakan interval waktu penelitian selama 8 tahun. Penelitian ini mcnggunakan model regrei linier, dengan data per lembar saham kemudian diskalakan dengan harga awal. Data diperolch dari Indonesian Capital Market Directory. JSX Montly, JSX Quarter dan Laporan Arus Kas masing-masing perusahaan. Pengujian regresi dilakukan dengan menggunakan pooling data. Sebagai pelengkap dari pengujian ini dilakukan pengujian ekonometrik yaitu uji multikolinieritas uji heterokedastisitas.
Dari hasil pengujian ekonometrik dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak terdapat gejala multikolinieritas dan gejala heterokedastisitas. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, maka dari persamaan regresi yang diperoleh, menunjukkan koefisien yang positif untuk earning dan arus kas operasi, dan hubungan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya interval waktu penelitian. Hal ini berarti semakin besar return yang diterima maka earning dan arus kas operasi akan semakin besar pula.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan untuk satu tahun interval, dua tahun dan empat tahun interval antara return dengan arus kas investasi. Sedangkan hubungan yang terjadi untuk satu tahun interval adalah positif 6.3%. Ini artinya apabila terjadi kenaikan return sebesar 1% maka investasi yang dilakukan akan meningkat menjadi 6.3%. Untuk hubungan pada interval dua tahunan dan empat tahunan, adalah negatif yang berarti apabila terjadi kenaikan return untuk jangka waktu dua dan empat tahun, maka investasi yang akan dilakukan akan semakin menurun sebesar 1.1% dan 3.6 %.
Koefisien yang negatif untuk dua tahun interval dan empat tahun interval pengukuran konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dechow (1 994) begitu juga juga tingkat signifikansi yang tidak signifikan untuk setiap interval waktu pengukuran.
Terdapat hubungan yang signifikan untuk satu dan empat tahun dan hubungan yang tidak signifikan untuk dua tahun interval, dengan tingkat signifikansi untuk satu tahun interval adalah 0.002, 0.201 untuk 4 tahun interval adalah 0.0476. Dui tabel 4.5.3. dapat kita lihat bahwa Pearson Correlation untuk interval satu tahun , interval dua tahun dan empat tahun adalah : 31.1%. 13.0% dan 36.6%. Berarti hubungan antara return dengan arus kas investasi untuk interval 1 tahun mengalami pcnurunan dari 31.1% menjadi 13.0% (interval 2 tahun) dan mengalami naik untuk interval 4 tahun menjadi 36.6%. Hubungan yang terjadi adalah positif, sehingga apabila terdapat kenaikan return yang diterima maka kegiatan untuk pendanaan juga semakin meningkat.
Hubungan return dengan earning, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara bersama-sama untuk satu tahun interval, adalah positif dan hubungan yang paling kuat adalah antara return dengan anus kas operasi (42.7%), kemudian hubungan antara return dengan arus kas pendanaan (31.1%) dan hubungan return dengan earning (17.1%) dan hubungan return dengan arus kas investasi (6.3%). Hal ini berarti menolak hipotesis nol untuk hubungan return dengan earning, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan , yang berarti memang terdapat hubungan yang positif antara return dengan earning, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan sehingga apabila terjadi kenaikan return maka akan diiringi dengan kenaikan earning, arus kas operasi, arus kaas investasi dan arus kas pendanaan.
Hubungan return dengan earning, arus kas operasi. dan arus kas pendanaan secara bersama-sama untuk dua tahun interval, adalah positif dan hubungan yang paling kuat adalah antara return dengan arus kas operasi (54.7%). kemudian hubungan antara return dengan earning (31.1%) dan hubungan return dengan arus kas pendanaan, sedangkan untuk hubungan return dengan arus kas investasi adalah -1.1%. Hal ini berarti menolak hipotesis nol untuk hubungan return dengan earning, arus kas operasi dan arus kas pendanaan dan ini membuktikan memang terdapat hubungan yang positif antara return saham dengan earning, arus kas operasi dan arus kas pendanaan, tapi untuk hubungan antara return dengan arus kas investasi mempunyai hubungan yang negatif dan ini berarti bahwa semakin besar return yang diterima maka akan semakin kccil arus kas yang akan dikeluarkan untuk investasi.
Berdasarkan uji F, didapat F hitung sebesar 5.284 untuk interval satu tahun dengan tingkat signifikansi .001 yang berarti tebih kecil dari .005 maka model satu tahun, dapat dikatakan bahwa earning satu tahun, arus kas operasi satu tahun, arus kas investasi satu tahun dan arus kas pendanaan satu tahun secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham satu tahun.
Untuk jangka waktu penelitian dua tahun, diperoleh F hitung sebesar 5.904 dengan tingkat signifikansi .001..001 ini lcbih kecil dari .005 maka model dua tahun dikatakan bahwa earning dua tahun, arus kas operasi dua tahun, arus kas investasi dua tahun dan arus kas pendanaan dua tahun secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham dua tahun.
Untuk penelitian empat tahun, diperoteh nilai F hitung sebesar 2.849 dengan tingkat signifikansi .056, maka dapat dikatakan bahwa pada tingkat signifikansi .056 earning empat tahun, arus kas operasi empat tahun, arus kas investasi empat tahun dan arus kas pendanaan empat tahun secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham empat tahun.
Hubungan return dengan earning, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara bersama-sama untuk empat tahun interval, adalah positif dan hubungan yang paling kuat adalah antara return dengan ants kas operasi (46.6%), kemudian hubungan antara return dengan earning (38.8%) dan hubungan return dengan arus kas pendanaan (36.6%), sedangkan untuk hubungan return dengan arus kas investasi adalah -3.6%. Hal ini berarti menolak hipotesis not untuk hubungan return dengan earning, arcs kas operasi dan terbukti bahwa terdapat hubungan yang positif antara return dengan earning, arus kas operasi dan arus kas pendanaan tapi untuk hubungan antara return dengan ants kas investasi adalah negatif yang berarti apabila return yang diterima lebih besar maka arus kas yang akan dikeluarkan untuk berinvestasi akan semakin kecil.
Berdasarkan data-data di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa arus kas operasi dapat juga digunakan sebagai penentu return, karena sama-sama mempunyai hubungan yang positif dengan earning, terlebih untuk interval jangka pendek (satu dan dua) tahun sebaiknya menggunakan arus kas operasi karena hubungan antara return dengan arus kas operasi lebih besar dari pada hubungan return dengan earning."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Hendrawan
"Sejak pertengahan 1970-an, banyak bermunculan penelitian empiris yang membahas anomali-anomali imbal hasil saham. Salah satunya adalah hadirnya imbal hasil yang tinggi sebelum hari libur. imbal hasil indeks saham di pasar modal U.S. telah diteliti oleh praktisi keuangan selama periode waktu tertentu seperti yang dilakukan oleh Merrill (1965) yang menemukan adanya ketidakproporsionalan Dow .Zones Industrial Average periode perdagangan sebelum hari libur selama periode waktu 1897 hingga 1965 sedangkan Fosback (1976) juga melaporkan imbal basil sehari sebelum hari libur yang tinggi pada index S&P 500. Fenomena holiday effect ini kemudian diteliti lebih lanjut oleh para akademisi lainnya seperti Lakonishok & Smidt (1988), Pettengill (1989), dan Ariel (1990) yang melaporkan imbal hasil yang lebih tinggi selama masa waktu perdagangan pada saat sebelum hari libur, yang diteliti di pasar modal Amerika, sedangkan penelitian Cadsby & Ratner (1992) dilakukan di pasar modal U.K, Kanada, Jarman Barat, Swiss dan Australia juga menunjukkan terjadinya fenomena yang sama, meskipun di setiap negara memiliki hari libur dan pengaturan pasar yang berbeda. Di Indonesia sendiri, indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan terakhir menjelang libur panjang 24-28 November 2003 Idul Fitri 1424 H, naik 11,279 poin pads level 617,084, atau naik 1,86 persen, sedangkan indeks LQ 45 naik 2,465 poin pads level 135,768, Jakarta Islamic Index (II) naik 1,849 poin pads level 102,845, Indeks Papan Utama (MBX) naik 3,589 poin pada level 163,993 serta Indeks Pagan Pengembangan (DBX) naik 1,704 poin pada level 146,403.
Berdasarkan latar belakang itulah, penulis mengadakan penelitian di bursa efek Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi anomali holiday effect terhadap imbal hasil saham di bursa efek Jakarta (BEJ). Agar lebih terfokus dan menjurus maka holiday effect dalam penelitian kali ini akan mengambil hari libur nasional. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara imbal hasil rata-rata untuk preholiday dan other day, maka terbukti bahwa di BEJ juga terjadi holiday effect. Selanjutnya penelitian ini juga sekaligus untuk melihat apakah pasar modal BEJ telah efisien sesuai dengan hipotesa pasar efisien. Menariknya dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metodologi untuk menguji keberadaan fenomena ini. Penggunaan regresi berganda dengan variabel babas boneka akan diperkuat hasil penelitiannya dengan menggunakan uji sampel independen agar di dapat basil penelitian yang meyakinkan. Dengan menggunakan indeks LQ-45 ternyata hasil yang didapat jauh berbeda. Pengujian yang dilakukan tidak memberikan indikasi bahwa return dipengaruhi oleh preferensi hari sebelum hari libur nasional atau sesudah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa. Perbandingan itu juga dilakukan terhadap mean return dan variansnya. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan baik pada mean return maupun varians antara return sebelum hari Lour nasional dan mean return sesudah hari libur nasional terhadap hari perdagangan biasa.

Since the mid-1970s, there has been an explosion of empirical studies documenting anomalous regularities in security rates of return. One of the empirical findings reported is the presence of abnormally high stock returns on the day before holidays. Abnormal preholiday returns on U.S. stocks have been documented by finance practitioners for a long period of time, Merrill (1965) finds disproportionate advances of the Dow Jones Industrial Average (DMA) on the trading day prior to the holidays for the period from 1897 to 1965. Fosback (1976) reports high preholiday returns in the S&P 500. Recently has the holiday effect been investigated in the academic literature by Lakonishok and Smidt (1988), Pettengill (1989), and Ariel (1990). In his comprehensive analysis of the holiday effect, Ariel (1990) documents that the average preholiday return is higher than the mean return on the remaining days. He also reports that the high preholiday returns are not a manifestation of other calendar anomalies. While Cadsby & Ratner (1992) also finds that on other stocks market such as in U.K, Canada, West Germany, Swiss and Australia reports the holiday effect eventhough these institusional factors are different across countries. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) on the final trading days before Idul Fitri 1424 H holidays on November 24-28, 2003, raises 11.279 point on the level 617.084, or 1.86 percent increased, while index LQ 45 raises 2.465 point on the level 135.768, Jakarta Islamic Index (M) raises L849 point on the level 102.845, Indeks Papan Utama (MBX) raises 3.589 point on the level 161993 and Indeks Papan Pengembangan (DBX) raises 1.704 point on the Ievel 146.401
According to those empirical results, I conduct research holiday effect on stocks market in Jakarta (BEJ). Defining holidays are all national holidays on Indonesia Calendar. When there are some significant differences between preholiday mean return or postholiday mean return and other day, so that it documents that BEJ experiences holiday effect. This research also shows that whether this stocks market follows market efficient hypothesis weak form. The differences between other research, It uses dummy multiple regression that uses dummy variable to explain those phenomena. If the coefficient for each dummy variable is significant, it finds that there is holiday effect on BEJ or there is significant different between mean return pre or post holiday and other days. By using LQ-45 index, it uses, to confirm this result, another methodology. It uses independence sample test to compare between mean return preholiday and other days, the same tools is used to test mean return post holidays. The final result is that there is no any differences mean return between pre holiday or post holiday and other trading days in another word BEJ does not experience holiday effect, it means that BEJ follows efficient market hypothesis weak form.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>