Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217915 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gandi Kosim
"ABSTRAK
Penelitian ini bersumber dari hasil survei Sub Direktorat Pemberantasan Penyakit Diare DitJen PPM & PLP Departemen Kesehatan di Jawa Barat, Tahun 1990.
Penelitian tersebut dilakukan di Daerah Panduan Pemberantasan Penyakit Diare pada delapan Daerah Tingkat II di Jawa Barat, yaitu Bogor, Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Sumedang, Subang dan Kabupaten/Kodya Bandung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kampanye Upaya Rehidrasi Oral, khususnya oralit di Jawa Barat telah meningkatkan angka penggunaan oralit (use rate) dari 17,4 persen tahun 1985 menjadi 40,2 persen pada tahun 1990.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa perilaku ibu yang berpengaruh terhadap praktek ibu memberikan oralit pada balitanya yang diare adalah tindakan ibu dalam mencari pertolongan pertama kali ke Kader atau Sarana Kesehatan.
Sedangkan jenis tindakan tatalaksana penderita diare balita yang menunjukkan hubungan yang bermakna dengan frekuensi diare dalam 24 jam terakhir adalah oralit, oralit dikombinasi dengan cairan rumah tangga (home fluid) dan oralit yang dikombinasikan dengan makanan.
Pemberian oralit yang dikombinasikan merupakan pilihan terbaik dalam tatalaksana penderita diare balita.
Program Komunikasi, Informasi dan Motivasi dalam rangka penatalaksanaan penderita diare balita di Jawa Barat masih perlu ditingkatkan, baik untuk masyarakat maupun bagi petugas pelayanan kesehatan."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Mirsal Basyar
"Diare masih merupakan penyebab terbesar kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Terapi rehidrasi oral dan pemberian makanan adalah teknologi tepat guna daiam menangani diare. Jika dilaksanakan sesuai anjuran dapat menurunkan angka kematian diatas 90%. Tatalaksana kasus diare akut di rumah tangga diharapkan efektif menurunkan risiko kejadian diare dengan dehidrasi berat.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara tatalaksana di rumah tangga dengan kejadian dehidrasi berat. Penelitian ini dengan disain kasus kontrol dan data dikumpulkan 1 April 1998 - 31 Oktober 1999. Populasi studi adalah balita yang dirawat di rumah sakit Painan dan balita yang berobat ke puskesmas. Sampel kasus yang terkumpui adalah 47 kasus dan 47 sampel kontrol yang dipilih dengan simple random sampling (SRS)Menggunakan anaiisis regresi logistik ditemukan bahwa tatalaksana kasus diare akut di rumah tangga yang tidak sesuai anjuran Depkes RI menyebabkan kejadian diare dengan dehidrasi berat OR 3,13 (95% 1,61;12,45) kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang melaksanakan tatalaksana kasus di rumah tangga yang sesuai anjuran Depkes RI.
Temuan penelitian ini untuk perbaikan upaya terapi rehidrasi oral dan pemberian makanan sebagai pencegahan kejadian dehidrasi berat. Upaya ini dianjurkan sebagai pendekatan yang lebih efektif. "
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim
"Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi penyebab utama kematian, terutama bagi bayi dan anak balita. Tahun 1999 angka insidens nasional mencapai 26,13 per 1000 penduduk dengan laju kematian kasar (CFR) 0,006%, sementara di Kota Solok, Sumatera Barat, insidens dan CFR-nya 22,4 per 1000 penduduk dan 0,012%. Seperti teridentifikasi sebelumnya bahwa diare berhubungan dengan sanitasi dasar yang tidak memadai, status sosio-ekonomi penduduk dan perilaku yang tidak sehat, suatu studi epidemiologi kesehatan lingkungan dilakukan untuk meneliti apakah diare berhubungan dengan kondisi air bersih, sarana pembuangan limbah dan karakteristik balita dan ibu balita.
Suatu studi kasus-kontrol tidak berpadanan dilakukan di Kota Solok, Sumatera Barat dengan 120 orang kasus dan 120 orang kontrol. Kasus adalah bayi dan anak balita dengan gejala diare yang datang berobat ke Puskesmas atau dokter/bidan praktek sedangkan kontrol adalah balita yang bertempat tinggal terdekat/tetangga dengan kasus dan tidak sedang menderita diare selama 2 minggu terakhir. Kondisi sarana air bersih dan pembuangan limbah diamati langsung, sedangkan data karakteristik individu dikumpulkan dengan melakukan wawancara pada Ibu balita dari kasus dan kontrol dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kualitas bakteriologis air bersih dilakukan berdasarkan tingkat resiko pencemaran sesuai hasil pemeriksaan inspeksi sanitasi. Selanjutnya hasil yang didapat dianalisa dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik.
Hasil analisis Bivariat dengan uji Chi-square memperlihatkan dari kondisi sarana air bersih ada 7 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu : Jenis Sarana Air Bersih (p = 0,00 ; OR = 3,25 ; 95% CI = 1,79 - 5,90), Kepemilikan SAB (p = 0,00; OR = 3,69 ; 95% CI = 2,07 - 6,58), Tingkat Resiko Pencemaran SAB (p = 0,00 ; OR = 3,81 ; 95% CI = 1,91 - 7,62), Kualitas Bakteriologis SAB (p = 0,00 ; OR = 6,03 ; 95% CI = 3,35 - 10,84), Keberadaan Jamban (p = 0,00 ; OR = 3,91 ; 95% CI = 2,03 - 7,54), Kepemilikan Jamban (p = 0,00 ; OR = 2,93 ; 95% CI = 1,61 - 5,33), Jenis Jamban (p = 0,00 ; OR = 4,88 ; 95% CI = 2,22 - 10,71). Juga ada 2 variabel Sarana Pembuangan air Limbah (SPAL) yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu : Keberadaan SPAL (p = 0,00 ; OR = 4,35 ; 95% CI = 2,26 - 8,37) dan Kondisi SPAL (p = 0,00 ; OR = 4,97 ; 95% CI = 2,81 - 8,78), Dari karakteristik individu yang diamati ada 5 variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian diare pada balita yaitu: Pendidikan Ibu (p = 0,00 ; OR = 4,33 ; 95% CI = 2,31 - 8,11), Status pekerjaan Ibu (p = 0,01 ; OR = 2,57 ; 95% CI = 1,33 - 4,97), Pengetahuan Ibu tentang diare (p = 0,00 ; OR = 4,48 ; 95% CI = 2,42 -- 8,31), Sikap Ibu dalam usaha pencegahan diare (p = 0,00 ; OR = 4,48 ; 95% CI = 2,39 - 8,39), Usia bayi dan anak Balita (p = 0,00; OR = 5,50 ; 95% CI = 2,52 - 12,02), dan ASI Esklusif (p = 0,00 ; OR = 4,12 95% CI = 2,28-7,46). Adapun variabel Umur Ibu dan Jenis kelamin Balita tidak berhubungan dengan kejadian diare.
Hasil analisis multivariat (uji regresi logistik) diketahui bahwa Kepemilikan SAB, Usia Balita, Status Pekerjaan Ibu, Jenis SAB, Kualitas Bakteriologis SAB, Sikap Ibu dalam upaya pencegahan diare, Pengetahuan Ibu tentang diare dan ASI Eksklusif merupakan faktor-faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Kota Solok. Tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel.

Association of Clean Water Conditions, Wastewater Disposals, and Individual Characteristics with Diarrhea of Babies and Children under Five Year Old at City of Solok, West Sumatra, 2003Diarrhea is an environmentally based disease and still a major cause of death, particularly of babies and children under five years old. In 1999 the national incidence was 26.13 per 1000 population with CFR 0.006%, whereas at City of Solok, West Sumatra Province, the 2002 incidence and CFR were 22.24 per 1000 population and 0,012%, respectively. As identified previously that diarrhea is associated with inadequate basic environmental sanitation, socio-economic status, and unhealthy behavior, an environmental health epidemiology study has been conducted to investigate whether diarrhea is associated with clean water conditions, wastewater disposals, and individual characteristics of babies, children under five years old, and their mothers.
An unmatched case-control study has been carried out at City of Solok, West Sumatra involving 120 cases and 120 controls. Cases were babies and children under five years old that suffering diarrhea in the last two weeks as treated by doctors or midwives at Puskesmas or private general practices, while controls were the nearest neighbors of the cases with no diarrhea. Clean water conditions and wastewater disposals were observed directly, while individual characteristics data were collected by interviewing mothers of the cases and the controls. Meanwhile, bacteriological quality of clean waters of low and medium risks, as identified by sanitation inspection, was also determined. Further, chi-square and logistic regression were employed to test the association of diarrhea with clean water conditions, wastewater disposals, and individual characteristics.
Chi-square tests show that of the clean: water condition seven variables are associated significantly with diarrhea, i.e. type (p = 0.00; OR = 3.25 ; 95% CI = 1.79 - 5.90), ownership (p = 0.00; OR = 3.69 ; 95% CI = 2.07 - 6.58), pollution risk level (p = 0.00 ; OR = 3.81; 95% CI = 1.91 - 7.62), bacteriological quality (p = 0.00 ; OR = 6.03 ; 95% CI = 3.35 - 10.84), latrine availability (p = 0.00 ; OR = 3.91 ; 95% CI = 2.03 - 7.54), latrine ownership (p = 0.00 ; OR = 2.93 ; 95% Cl = 1.61 -- 5.33), latrine type (p = 0.00 ; OR = 4.88 ; 95% CI = 2.22 --- 10.71). Yet, only two wastewater disposal variables are significantly associated with diarrhea, i.e. disposal availability (p = 0.00 ; OR = 4.35 ; 95% CI = 2.26 - 8.37) and condition (p = 0.00 ; OR = 4.97 ; 95% CI = 2.8I - 8.78). However, five individual characteristic variables are significant, i.e. mother education (p = 0.00 ; OR = 4.33 ; 95% CI = 2.31 - 8.11), status mother occupation (p = 0.01., OR = 2.57 ; 95% CI = 1.33 - 4.97), mother knowledge about diarrhea (p = 0.00 ; OR = 4.48 ; 95% CI = 2.42 - 8.31), mother attitude toward diarrhea prevention (p = 0.00 ; OR = 4.48 ; 95% CI = 2.39 - 839), age of babies and children (p = 0.00; OR = 5.50 ; 95% Cl = 2.52 - 12.02), and exclusive breastfeeding (p = 0.00 ; OR = 4.12 ; 95% CI=2.28 - 7.46). On the other hand, age of mother and babies and children' sexes are not associated significantly with diarrhea.
Further, logistic regression tests indicate that clean water facility ownership, age of babies and children, mother occupation, latrine type, bacteriological quality, mother attitude toward diarrhea prevention, mother knowledge about diarrhea, and exclusives breastfeeding are the dominant risk factors of the diarrhea. These variables are statistically not interacted each other.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Supono
"Diare pada anak di bawah lima tahun (balita) hingga saat ini masih menjadi masalah di negara-negara berkembang, demikian pula di Indonesia. Diare masih mempakan penyakit endemis yang terjadi secara tems-menenis di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2002 - 2003 prevalensi diare mencapai 11%. Propinsi yang menduduki prevalensi tertinggi diare pada anak balita adaiah Sulawesi Sclatan (16%) dan Jawa Barat (15%), Meskipun intervensi perubahan pengetahuan pada ibu balira cukup berhasil namun diare pada balita tctap menjadi salah satu dan tiga penyebab mama kemalian bayi. Peningkalan pengetahuan akan oralit dan penggunaannya sebcsar 92%, namun hanya 36% yang konsisten dengan pcngetahuan ilu dalam pengobatan diare (SDKI 2002 - 2003).
Rendahnya persepsi akan keseriusan penyakit diare merupakan kendala dalam menckan angka kesakitan diare. Adanya toleransi yang tinggi terhadap diare disebabkan rcndahnya pcrsepsi kescriusan ibu akan diare balita_ Oleh sebab itu upaya pcrubahan persepsi ibu balita dalam meiihat penyakit diare pada anak balitanya merupakan salah satu kunci untuk mempcrbaiki intewensi. Perrnasalahannya adalah belum tereksplorasi socara intensif falctor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya persepsi ibu balita tentang kcscriusan penyakit diare pada balita tcrsebut.
Dengan desain cross sectional, penelitian ini menguji hubungan antara faktor, pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan tentang diare pada balita dcngan persepsi ibu balita tentang keseriusan diare. Dengan desain cross sectional, penelitian ini menguji hubungan antara faktor, pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan tentang diare pada balita dcngan persepsi ibu balita tentang keseriusan diare.
Populasi penclitian adalah ibu-ibu balita di Kecamatan Bekasi Utara dan diambil sampel secara random sebanyak 175 orang yang tersebar di 6 kelurahan. Penclitian berhasil membuktikan bahwa faktor pengetahuan, pengalaman kontak, dan kepercayaan berhubungan secara bermakna dengan persepsi kcseriusan akan penyakit diare pada balita.
Dalam analisis multivariat (logistik ganda model faktor risiko) diketahui hubungan variabel pengetahuan dan kepercayaan dengan persepsi keseriusan tidak berinteraksi dengan variabel lain. Sedangkan pengalaman kontak berimeraksi dengan variabel pendidikan.
Besaran hubungan variabel independen dengan dependen setelah dilakukan analisis regresi logistik model faktor risiko diperoleh hasil signifikan. Ibu balita berpengetahuan rendah memiliki peluang 2,5 kali untuk berpersepéi diare sebagai penyakit biasa dibandingkan ibu berpengetahuan tinggi (OR: 2,535; 95%CI: 1,321 - 4.866) setelah variabel pendidikan dikendalikan. Ibu balita. yang tidak pernah mcmiliki pengalaman kontak memiliki peluang hampir S kali untuk berpersepsi diare sebagai penyakit biasa dibandingkan ibu balita yang pernah kontak (OR: 4,76l; 95%CI: l,853 - l2,235). Ibu balita dengan kepercayaan rcndah memiiiki peluang hampir 0,5 kali umuk mempersepsikan diare sebagai pcnyakit biasa dibandingkan dengan ibu dengan kepercayaan tinggi setelah variabel jumlah balita dikendalikan (OR: 0392; 95%C1: 0,195 - O,76S).
Upaya memperbaiki persepsi ibu balita tentang penyakit diare dapat dilakukan dengan meningkatkan program promosi kesehatan baik melalui peningkatan pengetahuan, menciptakan pengalaman dengan model simulasi, serta merasionalkan kepercayaan-kepercayaan tentang diare pada balita di masyarakat.

Diarrhea on toddlers under 5 years old currently is still a major problem in developing countries such as Indonesia. Diarrhea is still endemic in all areas, including both municipal and rural regions. Indonesian Health Demographic Survey at 2002-2003 showed that prevalence of diarrhea reached up to 11%. Provinces with the highest prevalence were South Sulawesi (I 6%) and West Java (15%).
Although intervention to improve the awareness of mothers with toddler under 5 years old was quite successful, diarrhea was still one of the three major causes of infant death. Even though the improvement ofthe awareness of oralit and its usage was 92%, only 36% was consistent with that knowledge in diarrhea recovery (SDK1 2002-2003). The low perception to the seriousness of diarrhea, which leads to high tolerance of mothers towards diarrhea, is one ofthe obstacles in decreasing the diarrhea frequency.
Hence, the effort to change the perception of mothers with toddlers under S years old towards diarrhea is one of the key to improve the intervention. However, factors that influence the perception of mothers towards the seriousness of diarrhea have never been exploited intensively.
Using cross sectional design, this research aims to ind the relation between knowledge, contact experience, and belief about diarrhea on toddler under 5 years old with the perception of mothers towards the seriousness of diarrhea.
The research population is mothers with toddlers under 5 years old in the district of Bekasi Utara, and |75 subjects are selected randomly across 6 regions (kelurahan). The research population is mothers with toddlers under 5 years old in the district of Bekasi Utara, and 175 subjects are selected randomly across 6 regions (kelurahan). This research showed that knowledge, contact experience and belief have signiticant relation with the perception towards the seriousness of diarrhea on toddler under 5 years old.
Multivariate analysis (logistic regression multivariate with risk factor model) showed that relation between knowledge and belief variables to the perception do not interact with other variables, while contact experience interacts with education variable.
After conducted risk factor model logistic regression analysis, the relation between independent variable and dependent variable showed significant result. Mothers with toddler under 5 years old who had limited knowledge had chance 2,5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had wide knowledge (OR: 2,535; 95%CI: 1,32I) after education variable was controlled.
Mothers with toddler under 5 years old who had experience with diarrhea had chance almost 5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had experience (OR: 4_76l; 95%CI: 1.853 - l2.235)- Mothers with toddler under 5 years old who had low belief had chance 0.5 times to percept that diarrhea was not serious more than mothers who had high belief (OR: 0392; 95%Cl: 0.195 - 0_765) after the number of toddler under 5 years old was controlled.
The effort to improve the perception of mothers with toddlers under 5 years old towards diarrhea can be conducted by improving the program to promote the health, such as enhancing the knowledge/awareness, creating contact experience by simulation model, and by rationalize belief about diarrhea within the people.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamsul
"Penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang adalah penyakit diare. Penyakit ini sering menimbulkan KLB dan penyebab kesakitan serta kematian pada balita. Diperkirakan di seluruh negara berkembang setiap tahun terdapat 1,3 milyar penderita dengan 3,2 juta kematian pada balita akibat diare.
Dari SKRT 1992, penyakit diare sebagai penyumbang kematian kedua pada bayi dan balita, dengan proporsi 11% kematian pada bayi dan 23% pads anak balita. Sedangkan SKRT 1995, disebutkan penyakit ini penyebab kematian ketiga pada balita yaitu sebesar 13,9%, untuk luar Jawa dan Bali penyebab kematian 16,4% pads bayi dan 20,6% pada anak balita.
Di Propinsi Sumatera Selatan Tahun 1998 tercatat angka kesakitan diare 18,38/1000 penduduk (CFR 0,003%), Tahun 1999 meningkat menjadi 21,19/1000 penduduk (CFR 0,001%) dan Tahun 2002 meningkat lagi menjadi 22,97/1000 penduduk dengan CFR 0%. Pada tahun 2000, jumlah kasus diare yang berobat ke Puskesmas di propinsi ini sebanyak 36.557 kasus, 40,8% diantaranya (14.913 kasus) adalah kasus diare pada golongan balita.
Untuk Kota Palembang, data Tahun 2002 dilaporkan kasus diare 28,7/1000 penduduk (26,4% dari jumlah kasus di Prop. Sumatera Selatan), angka tersebut juga sudah meningkat dari tahun sebelumnya (2001) yang tercatat sebesar 24,55/1000 penduduk dengan CFR 0%.
Beberapa penelitian mengatakan diare tidak terlepas dari kondisi sanitasi dasar yang tidak baik, seperti sarana air bersih, jamban dan lain-lain, disamping faktor status gizi, perilaku atau faktor lainnya. Berdasarkan data dan informasi tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian serupa di tempat berbeda dengan tujuan ingin mengetahui hubungan sanitasi dasar yang meliputi penggunaan sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kondisi jamban keluarga, kondisi saluran pembuangan air limbah, kondisi tempat pembuangan sampah sementara, dan kondisi rumah dengan insiden diare pada balita di Puskesmas Wilayah Kota Palembang Tahun 2001-2003.
Dengan desain penelitian ekologi, dan unit analisis data laporan triwulan insiden diare pada balita dan sarana sanitasi dasar di 34 Puskesmas di Kota Palembang selama 3 tahun (2001-2003) serta menggunakan analisis regresi linier ganda maka disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kondisi jamban keluarga, kondisi saluran pembuangan air limbah dan kondisi rumah dengan insiden diare pada balita. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan insiden diare pada balita adalah kondisi saluran pembuangan air limbah.
Untuk mengantisipasi insiden diare pada balita dimasa mendatang hendaknya dilakukan upaya perbaikan sarana sanitasi dasar dengan memprioritaskan pada faktor yang berhubungan secara signifikan dengan insiden diare yaitu kondisi SP.AL, rumah dan jamban keluarga yang dapat dilakukan secara bertahap melalui kegiatan proyek percontohan, pemberian dana atau material stimulan untuk perbaikan rumah dan pembuatan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat.
Disisi lain guna meningkatkan pengetahuan masyarakat, perlu juga dilakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan di posyandu, pertemuan di kelurahan, RT atau RW serta kegiatan pemantauan rumah yang dilakukan secara berkala dalam waktu 3 bulan sekali. Disisi lain, sebaiknya perlu juga dilakukan penelitian lanjutan dengan melihat faktor-faktor lain yang berhubungan dengan insiden diare sehingga hasil penelitian yang ada akan lebih komprehensif untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi diare.

The Relation Between the Base Sanitation and the Diarrhea Incident on Under Kindergarten at Polyclinic in Palembang City Region of Year 2001-2003The contagious disease that is still being a health problem factor of the growth country is diarrhea disease. This disease often brings about KLB, painful and death on under kindergarten. On predict, in all of growth country every years there are 1.3 billions sufferers with 3.2 millions deaths on under kindergarten caused by diarrhea.
From SKRT 1992, the diarrhea disease is the second death contributor of baby and under kindergarten, with proportion 11% death on baby and 23% death on under kindergarten. Meanwhile, in SKRT 1995 was said that this disease is the third death agent on under kindergarten that is as big as 13.9%, for outer of Java and Bali is the death agent 16.4% on baby and 20.6% on under kindergarten.
In Province of Sumatera Selatan in year of 1998 was recorded the number of diarrhea sufferer 18.38/1000 inhabitant (CFR 0.003%), in year of 1999 was increased became 21.19/1000 inhabitant (CFR 0.001%) and year of 2002 was increased again became 22.97/1000 inhabitant with CFR 0%. In year of 2000, the amount of diarrhea cases which got medical treatment at polyclinic in this province was as many as 36,557 cases, 40.8% among of them (14,913 cases) were diarrhea cases on under kindergarten group.
In Palembang City, data of year of 2002 was reported that the diarrhea cases 28.7/1000 inhabitant (26.4% number of cases in Province of Sumatera Selatan), the number had increased from previous year (2001) which was recorded as big as 24.5511000 inhabitant with CFR 0%.
Several researches assert that diarrhea is not regardless with bad condition of the base sanitation, such as pure water supply, lavatory, and so on, besides nutrient status factor, behaviors or another factors. Based on the data and such information, I am interesting to perform similar research in different place with objective is to determine the relation of sanitation base which is consist of pure water utilizing, risk level of water supply pollution, family's lavatory, drainage of waste water, temporary dump and house condition, with diarrhea incident on under kindergarten at polyclinic in Palembang City Region of year 2001-2003.
With ecology research design, analysis unit of three-months data report of diarrhea incident on under kindergarten and base sanitation facility in 34 polyclinics in Palembang City during 3 years (2001-2003), and using double analysis of linear regression, so having a conclusion that there is significant correlation between family's lavatory condition, waste water drainage. condition and house condition with diarrhea incident on under kindergarten. The most dominant factor which has correlation with diarrhea incident on under kindergarten is waste water drainage condition.
To anticipate the diarrhea incident on under kindergarten in the future, ought to effort restoration of sanitation base facility by taking priority on factors which have significant relation with diarrhea incident, that is SPAL condition, house and family's lavatory that could do gradually through model project activities, donation, or stimulant material for house restoration and developing qualify base sanitation facility.
In another side for upgrading public knowledge, also need to take elucidation toward public through posyandu activities, confluence in kelurahan, RT or RW, and houses monitoring activity, that are performed periodically once of 3 months. Additionally, preferable that needs to do the advance research by consider another factors which have correlation with diarrhea incident, thus the available research result would more comprehensive for describing the factors which have diarrhea influence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ace Yati Hayati
"Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang menguntungkan maka penyakit menular masih merupakan masalah dari kesehatan masyarakat. Penyakit yang mendapat prioritas untuk diadakan upaya pemberantasan adalah penyakit yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama yang menyerang golongan anak-anak dan golongan usia produktif yang diantaranya adalah penyakit diare. Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor air bersih dan jamban yang berpengaruh terhadap kesakitan diare pada balita.
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dengan pengumpulan data secara "cross-sectional" di Kabupaten Belu Prop. NTT. Desain penelitiannya adalah "case-control".
Kasus adalah rumah tangga yang ada balita sakit diare, sedangkan kontrol adalah rumah tangga yang ada balita tidak sakit diare di daerah yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada 49 kasus dan 260 kontrol, dengan 11 variabel independen dan 1 variabel dependen, yaitu diare balita. Dari analisis regresi logistik multivariat diketahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor lain yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko diare pada balita, yaitu, kuantitas air, kondisi jamban dan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi yaitu jumlah anggota rumah tangga dan kekayaan yang dimiliki.
Penelitian ini berrnaksud untuk mempelajari dampak penyediaan air bersih dan jamban terhadap diare balita daiam Skala terbatas di daerah pedesaan. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa hubungan antara air bersih dan kejadian diare balita merupakan "Water Washed Mechanism" disamping itu, ada kemungkinan lain yang dapat diungkapkan yaitu "Water Borne Mechanism", namun hal ini masih perlu ditegaskan dengan pemeriksaan bakteriologis air.
Dengan demikian disarankan kepada masyarakat setempat untuk mengupayakan dalam pengadaan air bersih yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari disamping memiliki serta memelihara sarana jamban.

Diseases which require the greatest attention are those that lead to high rates of morbidity and mortality, especially among children and people at productive age. A typical example is diarrhea.
Research is therefore needed to identify factors which influence diarrhea in children under five years of age such as water supply and excreta disposal.
This research uses secondary data from Puslitbang, Ministry of Health, and "cross sectional" data collected in Kabupaten Belu, NTT Province. It is designed as a "case control" study.
The case study involves households where child diarrhea is present and the control group consists of households in the same area where child diarrhea is not present.
The data analysis involved 49 eases of child diarrhea and 260 control samples. There were 11 independent variables and 1 dependent variable that was child diarrhea.
Logistic regression multivariate analysis was used to determine the magnitude of influence the risk factor variables on the dependent variable.
Using bivariate analysis it is shown that there are factors which can increase the diarrheal risk in children. These factors include water quality, the condition of latrines and indirect factors such as the number of household members and the level of household prosperity.
This research intends to investigate the impact of water supply and excreta disposal on child diarrhea on a village scale. From this research, it can be shown that the connection between water supply and child diarrhea is "water washed mechanism" as well. However, the latter needs to be proven by water bacteriological analysis.
It is therefore suggested that the local community provide a potable water storage capacity sufficient to meet their daily needs and that latrines are properly maintained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Tony Lopolisa
"Diare merupakan penyebab kematian kedua pada balita di seluruh dunia, dengan presentase sekitar 17 %. Satu dari lima balita meninggal akibat diare setiap tahunnya yang diakibatkan kurangnya cairan tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang berperan terhadap insiden diare balita. Pengumpulan data berlangsung dari 1 Maret 2011 sampai 1 April 2012, metode polygonal random sampling digunakan untuk mencari sampel. Dari 2401 responden yang mengisi kuisioner dengan lengkap dan 466 keluarga memiliki anak balita, sebanyak 73 balita (15,7%) terkena penyakit diare selama dua minggu terakhir. Mayoritas ibu memberikan oralit sebagai tindakan pengobatan utama diare. Terdapat hubungan yang bermakna (p=0,001) antara tingkat pendidikan ibu dan kebiasaan mencuci tangan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu (p=0,649), tingkat pengetahuan ibu (p=0,124), kebiasaan memberi ASI (p=0,031), pengetahuan akan oralit (p=0,000), kebiasaan mencuci tangan ibu (p=0,529) dan antara tingkat pendidikan kepala keluarga (p=0,708) dengan insiden diare balita. Semakin tinggi pendidikan ibu, akan merubah pola pikir agar menjadi lebih sehat. Pendidikan dan pengetahuan orangtua yang tidak didukung kebiasaan baik, serta cara mencuci tangan yang tidak benar mempunyai sedikit peran untuk.

Diarrhea has been the second top leading cause of death among infants around the world, for about 17%. One of five children dies because of diarrhea, due to the loss of body fluid. The goal of this research is to know the relationship between factors that counts with diarrhea incidence of infants. Data collection had started from March 1st until April 1st, 2012, polygonal random sampling method was used to get the sample. From 2401 respondent that fills the questionare 466 families are having infants in their home, and as many as 73 infants (15,7 %) had diarrhea for the last two weeks. Majority of the mother are giving the QRS (36,69%) for the main treatment for diarrhea. Significant result showed up between the mother’s knowledge and the handwashing behaviour (p=0,001). Furthermore, no significant relation between mother’s formal educational level (p=0,649), mother’s knowledge (p=0,124), breastfeed behaviour(p=0,031), knowledge about the oral rehydrate solution(p=0,000) and the householder’s educational level (p=0,708) with the diarrhea incidence. Mother’s formal educational level counts for a change in the way of thinking, to become more healtier. Education and the knowledge without a change of a good lifestyle, and right way of handwashing have so little effects in decreasing the diarrhea incidence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahmud Yunus
"Penyakit diare merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. lni disebabkan angka kesakitan dan kematiannya masih menduduki rangking atas.
Insiden diare di Kabupaten Bekasi Tahun 2000 adalah 19,4 per seribu penduduk dan menyerang 63 % usia Balita. Pada Tingkat Kecamatan insiden diare tertinggi terjadi di Kecamatan Kedung Waringin yaitu 56,7 per seribu penduduk (semua golongan umur), pada usia Balita mencapai 294,1 per seribu Balita. Insiden ini melebihi insiden diare nasional yaitu 26,1 per seribu penduduk. Cakupan sanitasi masih rendah yaitu 55,1 % untuk air bersih; 38,4 % jamban sehat; dan 39,4 % rumah sehat.
Kejadian diare pada Balita dipengaruhi banyak faktor terutama perilaku dan lingkungan fisik (sanitasi dasar). Mengingat informasi tentang hal ini belum banyak diketahui maka penelitian perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kejadian diare di wilayah tersebut berhubungan dengan kondisi sanitasi dasar dan perilaku ibu.
Disain penelitian menggunakan kasus kontrol dengan populasi Balita yang tinggal di wilayah puskesmas Kedung Waringin Kecamatan Kedung Waringin Kabupaten Bekasi. Sampel penelitian adalah 80 Balita yang menderita diare yang datang berobat ke puskesmas sebagai kasus, dan 80 Balita tetangga yang tidak diare pada saat disurvei sebagai kontrol yang dipilih secara random (Simple Random Sample). Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengunjungi rumah keluarga Balita untuk melakukan wawancara dan pengamatan dengan menggunakan kuisioner.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian .diare Balita yaitu sarana air bersih, jamban, SPAL dan perilaku ibu dalam upaya pencegahan diare. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian diare Balita adalah kualitas air bersih, sampah, dan rumah. Dari ke empat Variabel yang berhubungan tersebut yang paling dominan berisiko terhadap kejadian diare Balita adalah perilaku ibu dalam upaya pencegahan diare.
Sehubungan dengan itu upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah penyuluhan kesehatan lingkungan kepada masayarakat agar terfokus pada wanita dan Balita dalam rangka perilaku hidup bersih dan sehat, pemantauan sarana sanitasi (sarana air bersih, jamban, dan SPAL) secara kontinyu dan berkesinambungan, perbaikan sarana sanitasi (sarana air bersih, jamban, dan SPAL) perlu dilaakukan pada sarana yang dianggap sudah tidak memenuhi syarat tetapi masih dipakai masyarakat dengan menggunakan dana pemerintah maupun swadaya masyarakat serta penelitian lanjutan pada faktor risiko lainnya baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kejadian diare Balita.

Basic Sanitation, Maternal Behavior, and Diarrhea Incidence of Children Under-five at the Health Center Catchment Area in Kedung Waringin, Sub-District of Kedung Waringin, District of Bekasi, 2003Diarrhea disease is one of communicable diseases, which is currently still becoming a public health problem in Indonesia.
In 2000, the incidence rate of diarrhea disease in District of Bekasi was reported 19.4 per 1,000 population which attacked 63% children under-five. The highest incidence rate of diarrhea disease for all age groups was 563 per 1,000 population in Sub-District of Kedung Waringin. The incidence rate among children under-five reached 294.1 per 1,000 population. This figure had exceeded the national incidence rate of diarrhea disease, 26.1 per 1,000 population. The sanitation coverage of the population in Kedung Waringin was considered low. Of the total population, 55.1% had access to clean water supply, 38.4% adequate sanitary latrines, and 39.4% healthy housing.
The incidence of diarrhea among children under-five is influenced by several factors including maternal behavior characteristics and basic environmental sanitation. This study was to provide information on their relationships, which can be used for developing better strategy for diarrhea disease -control in the sub-district. The objectives of the study were to identify basic sanitation conditions, maternal behavior characteristics, and its relationship with diarrhea! diseases incidence in Kedung Waringin.
A case control study design was employed in the study. The study population was children under-five who are living in the catchments area of Kedung Waringin Health Center, Sub-District of Kedung Waringin, District of Bekasi. A total sample of 80 cases of children under-five was selected from those having diarrhea whom came to the Health Center for medical treatment. In addition, a total of 80 neighboring children under-five without diarrhea disease were selected through simple random sampling method as the control group. Data were collected by interviews the selected mothers through a combination of opened and closed questionnaires. Moreover, home visits and observation were completed to identify environmental sanitation conditions and maternal behavior characteristics.
There were four variables significantly associated with the incidence of diarrhea, including clean water, latrine, wastewater disposal facilities, and maternal behavior. On the other hand, the variables which were not associated with the incidence of diarrhea among children under five included clean water quality, solid waste, and housing. Of the four associated variables, maternal behavior was the highest risk of diarrheal incidence among children under-five.
In line with the preventive efforts of diarrhea, it is recommended that the community health education and promotion activities should be focused on women or mothers as the main target groups. The intervention priorities should include a hygienic and healthy behavior, regular monitoring of sanitation facilities such as clean water, latrine, wastewater disposal facilities. In addition, the sanitation facilities improvement especially for those, which do not meet sanitary standard, should become the responsibility of the local government as well as community and also follow up research for the other risk factor of diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaini
"ABSTRAK
Penyakit diare di Indonesia yang mempunyai angka kesakitan sekitar 40% pertahun, terutama menyerang anak-anak balita sekitar 70-80% dan angka kematian balitanya 20-40% dari seluruh kematian.
Penyakit diare pada SKRT 1992 menduduki urutan kedua setelah infeksi saluran pernafasan. Penyakit diare tidak hanya dipengaruhi oleh lingkup pelayanan air bersih dan jamban saia, ternyata sikap dan tingkah laku manusia yang menggunakan sarana air bersih dan jamban keluarga dengan baik juga menentukan penurunan angka kejadian diare di masyarakat.
Selain faktor-faktor di atas faktor-faktor lainnya yang juga mempengaruhi kejadian diare, seperti faktor kepadatan penduduk, faktor sosial ekonomi, dan sebagainya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kejadian diare serta hubungannya dengan faktor sumber air minum, kepadatan, dan pengetahuan tentang kejadian diare.
Penelitian ini merupakan analisa lebih lanjut terhadap data sekunder yang berjudul Community Development for Rural Sanitation di kecaxnatan Sliyeg Indramayu tahun 1994 oleh Pusat Penelitian Kesehatan UI. Desain yang digunakan cross sectional study, dengan jumlah populasi sekaligus sebagai sampel ada 184 rumah tangga. Analisis ini dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat dengan SPSS.
Kejadian diare yang didapatkan hanya 9,2%. Dari hasil uji bivariat faktor kepadatan yang terdiri dari jumlah anggota keluarga dan jumlah balita di rumah berhubungan secara bermakna dengan kejadian diare, sedangkan sumber air minum dan pengetahuan tidak bermakna dengan kejadian diare.
Disarankan dalam melakukan suatu intervensi dibidang kesehatan tidak hanya dalam satu aspek, tetapi harus semua aspek supaya intervensi yang telah dilakukan bermanfaat bagi masyarakat dan perlunya menggalakkan NKRBS, karena jumlah anggota keluarga terbukti berperanan dalam peningkatan kejadian diare.

abstract
The incident of diarrhea in Indonesia which have 40% of morbidity rate per year severe children under five year old with mortality rate among the children severity of about 20-40% out of all number of death.
The diarrhea disease at SKRT 1992 are in the second rank after respiratory infection. The diarrhea disease only affected by scope of water supply and family privy, attitude and behavior of people who use water supply and family privy facility in appropriate way also affect decreasing of diarrhea in society.
Out of the factors above other factors that also affecting of the incident of diarrhea are family income, social economy, etc.
Objective of this research are to know the description of the incident of diarrhea and its associated to the factors of water sources, density of family members and respondent knowledge of diarrhea.
This research are further analysis to secondary data under the title IT Community Development for Rural Sanitation, in Kecamatan Sliyeg Indramayu in 1994" which were held by Pusat Penelitian Kesehatan UI.
Design which applied to the research was cross-sectional study with total population 184 householders, and way of analysis operated was univariate and bivariate by SPSS.
The incident of diarrhea among population only 9.2% . And from bivariate test, density factor significant to the incident of diarrhea, while factors of water source and knowledge of respondent are not significant to the incident of diarrhea.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Sukandar
"Diare merupakan salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada balita di Desa Urug Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor. Desain penelitian ini merupakan deskriptif korelasi dengan pendekatan potongan lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita sebanyak 89 orang dengan sampel yang dipilih dengan teknik acak secara sederhana (simple random sampling). Data dikumpulkan dengan penyebaran kuesioner dan analisis yang digunakan melalui dua tahap yaitu univariat untuk melihat distribusi frekuensi, dan bivariat untuk melihat hubungan antara variabel dengan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang PHBS dengan kejadian diare pada balita, p = 0,112 (p<0,05). Kesimpulan penelitian ini: tidak adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan keluarga dengan kejadian diare.

The Diarrhea is one of the causes of high morbidity and mortality of children in Indonesia. This study was aimed to identify the relationship between family knowledge of hygiene and healthy practices with the incidence of diarrhea in infants in the Village District of Sukajaya Urug Bogor Regency. This research used a descriptive correlation with cross-sectional study. The sample size was using 89 mothers who had children with random techniques (simple random sampling). Data were collected by questionnaires and analyzed by two stages, an univariate test to see the frequency and distribution of resapondent and a bivariate test to identify relationships between variables that used Chi Square test. The results showed that there was not relationship between family knowledge of hygiene and healthy practices with the incidence of diarrhea in infants, p = 0.112 (p <0.05). The conclusion of this study: the absence of a significant association between knowledge family with the incidence of diarrhea."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>