Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74373 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soetardhio
"ABSTRAK
Perdarahan merupakan salah satu penyulit dan penyebab kematian yang sering dijumpai pada penderita gagal ginjal akut maupun kronik. Angka kematian yang disebabkan karena perdarahan pada penderita gagal ginjal sekitar 10 %.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis gangguan hemostasis pada penderita gagal ginjal terminal sehingga usaha untuk mengatasinya lebih terarah. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh hemodialisis terhadap gangguan hemostasis tersebut.
Penelitian dilakukan terhadap 30 penderita gagal ginjal terminal yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam Subdivisi Ginjal dan Hipertensi FKUI-RSCM Jakarta, yang terdiri dari 21 pria dan 9 wanita, berusia antara 33 sampai 62 tahun. Kelompok kontrol terdiri atas 30 orang sehat yang tidak termasuk kriteria tolakan.
Pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini ialah masa perdarahan, hitung trombosit, masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, masa trombin, EDP, PF3 dan agregasi trombosit terhadap ADP 10uH, 5uM dan luM. Pengambilan bahan penelitian untuk penderita ialah sesaat sebelum dilakukan hemodialisis dan segera sesudah hemodialisis, untuk kontrol, pengambilan bahan penelitian segera setelah memenuhi kriteria.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan yang bermakna antara kelompok GGX sebelum HD dengan kelompok kontrol dijumpai pada masa perdarahan, hitung trombosit faktor trombosit 3, MT dan FDP, sedangkan MP, MTPT dan agregasi trombosit tidak berbeda bermakna. Karena rata-rata hitung trombosit pada kelompok GGK masih dalam batas normal, maka disimpulkan penyebab masa perdarahan yang memanjang adalah gangguan fungsi trombosit yaitu aktivitas faktor trombosit 3, MT yang memanjang mungkin disebabkan fungsi atau kadar fibrinogen yang menurun atau mungkin karena adanya inhibitor.
Dari penelitian ini ternyata efek HD tidak terlihat pada masa perdarahan maupun hitung trombosit, sedangkan terhadap tes koagulasi dan faktor trombosit 3 efek HD adalah memperburuk, mungkin ini karena efek heparin.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai gangguan hemostasis pada gagal ginjal terminal, untuk mengetahui penyebab MT memanjang, perlu diperiksa fibrinogen baik kadar, fungsi maupun adanya inhibitor. FDP dilanjutkan dengan D. diner. Faktor von Willebrand dan adhesi trombosit untuk mengetahui fungsi trombosit.
Efek heparin sebaiknya dinetralkan dengan menambah protamin sebelum pengambilan sample sesudah HD.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Sontang
"Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. GGT (Gagal Ginjal Terminal) merupakan bentuk lanjut dari GGK GGT ditetapkan berdasarkan bersihan kreatinin dibawah 5 mL/menit. Salah satu gejala pada GGT adalah terjadinya osteodistrofi renal yang dihubungkan dengan masalah penurunan kadar Ca dan peningkatan kadar fosfat darah. Sehubungan dengan hal ini GGK pada umumnya diberikan terapi kalsitriol, diet rendah fosfat dan pengikat fosfat. GGT memerlukan terapi pengganti, seperti dialisis.
Pengaturan homeostasis Ca dan fosfat darah dilakukan oleh hormon kalsitriol dan hormon paratiroid. Pada pasien GGK homeostasis tersebut terganggu oleh karena berkurangnya sintesis kalsitriol dan timbulnya retensi fosfat. Penurunan kadar kalsitriol menyebabkan penurunan absorbsi Ca dari usus. Retensi fosfat menimbulkan peningkatan kadar fosfat yang akan mengikat Ca. Kedua hal diatas menyebabkan terjadinya penurunan kadar Ca darah. Pada penderita GGT kerusakan masa gnjal menyebabkan penurunan kadar kalsitriol sehingga tetjadi gangguan homeostasis Ca darah terutama kadar ion Ca. Hal iru menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hormon paratiroid. Pada penelitian ini akan dibuktikan bahwa pemberian kalsitriol secara oral dapat menurunkan kadar hormon paratiroid (PTH) dan menormalkan kadar ion Ca darah.
Dilakukan studi experimental pada pasien GGT yang mengikuti dialisis. Pasien yang diteliti adalah pasien yang tidal( mendapat pengobatan kalsitriol, tapi mengikuti diit rendah fosfat. Pasien GGT dengan hiperparatiroid sekunder diberikan kalsitriol 0,25 ug oral, tiap hari selama 2 minggu. Pada akhir pemberian kalsitriol diperiksa ulang kadar PTH, Ca, fosfat dan alkali fosfatase.
Hasil dan Kesimpulan: Setelah perlakuan terdapat penurunan kadar PTH secara bermakna p<0,015 dari 397 menjadi 149 pg/mL. Peningkatan kadar ion Ca secara bermakna p<0,020, dari 1,08 menjadi 1,16 mMoVL yang dihitung berdasarkan rumus. Penurunan fosfat bermakna dengan p<0,024, dari 4,18 mg/di, menjadi 3,65 mgldL serta penurunan alkali fosfatase bermakna dengan p<0,002, dari 250 menjadi 173 UIL."
2001
T8250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Alida Roswita
"Penyakit ginjal dengan berbagai manifestasinya memerlukan berbagai pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data penderita. Pada umumnya pemeriksaan penunjang ini digunakan sebagai alat bantu diagnostik, untuk melihat hasil penanggulangan/pengobatan penderita, dan untuk mengikuti perjalanan penyakit. Salah satu pemeriksaan penunjang untuk membedakan kelainan ginjal glomeruler dan tubular adalah analisa protein urin menggunakan tehnik sodium dodecyl sulfate polyacrylamid gel electrophoresis (SDS-PAGE). Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan pola ekskresi protein pada kelainan ginjal glomeruler, tubuler, atau campuran keduanya. β-N-acetylglucosaminidase (β-NAG) adalah enzim yang dibentuk oleh lisosom sel tubulus proksimal dan dilepaskan ke dalam urin. Karena itu dianggap lebih spesifik untuk menentukan adanya kelainan tubulus dibandingkan dengan tes lainnya seperti β2-mikroglobulin.
Pada penelitian ini kami mencari hubungan antara pola ekskresi protein dan aktivitas β-NAG dalam urin penderita dengan berbagai kelainan ginjal. Hasil menunjukkan adanya peningkatan β-NAG pada kasus-kasus dengan pola ekskresi protein tubuler dan campuran. Dua kasus (4,17%) dengan pola glomeruler memberikan hasil aktivitas β-NAG yang meningkat; kasus ini adalah sindroma nefrotik dan hipertensi. Pada sindroma nefrotik dengan proteinuria glomeruler non-selektif memang pernah dilaporkan adanya peningkatan β-NAG yang diduga berasal dari serum. Peningkatan β-NAG pads kasus hipertensi pada penelitian ini, tidak diketahui mekanismenya.

Protein Pattern And Β-Nag Activity In The Urine From Patients With Several Different Kidney AbnormalitiesKidney disease and its manifestation require different kind of laboratory tests to complete the data of the patients. In general, these tests are used as a diagnostic aid, and also in monitoring the therapy and the progress of the disease. It is important to differentiate between glomerular and tubular disorders. Sodium dodecyl sulfate polyacrylanude gel electrophoresis (SDS-PAGE) is one of the techniques that can be used to differentiate these abnormalities by looking at the protein excretion pattern in the urine. For renal tubular disorder, the determination of β-N-acetylglucosaminidase (β-NAG) is a useful test to detect the alteration of the tubular apparatus. This test is more specific than the others, such as β2-microglobulin, because β-NAG is produced by the lysosomes of the cells of proximal tubules.
The aims of our study is to find a correlation between urine protein excretion pattern and β-NAG activity, and the abnormalities of the kidney. We found that β-NAG activity was increased in patients with tubular and mixed type pattern of proteinuria. The increased activity of this enzyme was also seen in 2 patients (4.7%) with glomerular pattern; one with nephrotic syndrome and the other with hypertension. In nephrotic syndrome with non-selective proteinuria, it is conceivable that some of the urine β-NAG was plasma origin. In hypertension, the mechanisme of the increasing of β-NAG activity in the urine is still unknown."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bianca Rosa Tanihatu
"Penyakit ginjal merupakan masalah yang besar di seluruh dunia. Permasalahan yang timbul di negara maju berbeda dengan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Jumlah penderita gagal ginjal kronik (GGK) di Indonesia khususnya Jakarta,
cukup banyak dan mempunyai banyak faktor penyebab. Tindakan hemodialisis (HD) merupakan Salah satu pengobatan untuk penderita GGK disamping transplantasi ginjal. Tetapi tindakan ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi antara lain penurunan kadar asam folat dengan segala akibatnya.
Tujuan penelitian ini untuk menentukan prevalensi defisiensi Serta perubahan kadar asam folat dan vitamin B12 pada kelompok GGK dan GGK pasca HD dengan pemberian asam folat 20 mg/bari. Selain itu juga menentukan klasifikasi anemia pada GGK
berdasarkan morfologi eritrosit dan melihat efektivitas pemberian aaam folat sebanyak 20 mg/hari pada penderita GGK pasca HD.
Penelitian ini dilakukan terhadap 50 penderita GGK tanpa tindakan HD, 20 penderita GGK pasoa HD dengan suplementasi asam folat sebanyak 20 mg/hari dan vitamin B12 2 ug dalam tablet Unioap-M selama 24 - 36 minggu. Sebagai kelompok kontrol dipakai 20 penderita penyakit ginjal tampa gagal ginjal. Terhadap ketiga kelompok ini dilakukan pemeriksaan kadar asam folat eritrosit dan serum Serta vitamin B12 dengan cara CPB menggunakan kit Vitamin B12/falaf dual count Amersham CT_301_ Pemeriksaan parameter Hb, Ht, hitung eritrosit, VER, HER dan KHER dilakukan
dengan penghitung sel darah otomatis. Hitung Rt dilakukan dengan pulasan vital Brilliant cresyl blue, sedangkan sediaan hapus darah tepi dipulas dengan pewarnaan Wright.
Pada penelitian ini belum dapat dipastikan adanya defisiensi asam folat pada kedua kelompok GGK (dibandingkan kontrol). Kadar asam folat eritrosit kelompok GGK (nt= 208 ng/mL) lebib rendah dari pada kontrol (nt= 504 ng/mL)(p <0,05). Hal yang sama dijumpai pada kelompok GGK pasca HD (nt= 407 ng/mL). Kadar aaam folat serum kelompok GGK (nt = 4,2 ng/mL) sama dengan kadar asam folat serum GSK pasca HD. Kadar asam folat serum pada kelompok GGK tampa HD maupun GGK pasca HD,
lebih tinggi dari kelompok kontrol (nt = 2,9 ng/mL)(p > 0,05).
Kadar vitamin B12 serum pada kelompok GGK (865 pg/mL) dan GGK pasea HD (1043 pg/mL} lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (351 pg/mL).
Enam puluh persen penderita GGK, 65% GGK pasca HD- dengan suplementasi asam folat dan 90% kelompok kontrol memberikan gambaran anemia normositik normokrom. Pemeriksaan hematologi seperti Hb, Ht dan hitung eritrosit pada kedua kelompok yang
diteliti memberikan basil lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hipersegmentasi pada kedua kelompok GGK tidak disebabkan defisiensi asam folat dan /vitamin B12, tetapi mungkin disebabkan proses degenerasi leukosit.
Kadar Hb, Ht dan hitung eritrosit pada kedua kelompok GGK lebih rendah dibandingkan kontrol (p < 0,05). Tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna pada pemeriksaan nilai eritrosit rata-rata, dan indeks produksi Rt antara kedua kelompok GGK
dibandingkan kontrol.
Hitung leukosit kelompok GGK tanpa HD lebih tinggi dibandingkan kontrol (p >0,05) dan GGK pasea HD (p <0,05). Hitung trombosit kelompok GGK tampa HD lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (p > 0,05}, tetapi lebih tinggi dibandingkan kelompok GGK pasca HD (p <0,05).
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan nilai rujukan asam folat eritrosit dan serum, Serta vitamin B12 serum untuk orang Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novi Aprilia Kumala Dewi
"Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) dengan pendekatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan dalam seting Keperawatan Medikal Bedah. Gagal ginjal kronis merupakan kondisi ketidakmampuan ginjal melakukan fungsinya. GGK dipicu oleh berbagai faktor antara lain gaya hidup misalnya dengan mengkonsusmsi minuman beralkohol, maupun obat-obatan; kurang minum air putih; riwayat penyakit sebelumya; serta kurangnya olahraga. Gagal ginjal kronis dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung dan berujung kematian. Perawat melakukan berbagai upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif serta resosiliatif kepada sasaran sebagai asuhan keperawatan untuk mencegah kenaikan kasus gagal ginjal. Kesadaran untuk menjaga kesehatan ginjal dengan edukasi dapat mencegah individu untuk sakit gagal ginjal kronis ataupun komplikasi dari gagal ginjal kronis. Penatalaksanaan gagal ginjal kronis meliputi pembatasan cairan, diet rendah protein, kalium dan natrium. Praktikan merekomendasikan untuk melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada pasien GGK untuk untuk meningkatkan derajat kesehatan klien.

Writing scientific papers aims to analyze nursing care to patients of chronic kidney disease (CKD) with approach the Urban Community Health Nursing in Medical Surgical Nursing setting. Chronic kidney disease is the inability of the kidney to perform its function. CKD triggered by various factors such as lifestyle such as alcohol, or drugs consume; less drinking water; history of previous illness, and lack of exercise. Complication of CKD can lead to heart failure and lead to death. Nurses perform a variety of promotive, preventive, curative, rehabilitative and resosiliatif to target as nursing care to prevent a rise in cases of kidney failure. Education can prevent from CKD or the complications, so we have to maintain kidney health awareness. Management of CKD include fluid restriction, a diet low in protein, potassium and sodium. Practician recommend to perform a comprehensive nursing care to patients for the CKD to improve client's health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melati
"Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pasien dengan Gagal Ginjal Kronis (GGK) melalui pendekatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP). World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2050, 70% penduduk dunia akan tinggal di perkotaan. Padatnya penduduk yang tinggal di satu kota mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan seperti konsumsi makanan olahan, kurang aktivitas, merokok, penggunaan alkohol, dan obat-obatan yang meningkatkan risiko hipertensi dan diabetes melitus. Kedua masalah tersebut merupakan penyebab utama terjadinya Gagal Ginjal Kronis (GGK).
Analisis dilakukan terhadap asuhan keperawatan pada tingkat individu pada pasien dengan masalah kesehatan Gagal Ginjal Kronis di rumah sakit. Asuhan keperawatan pasien dengan GGK di rumah sakit berada pada tingkat perawatan kesehatan tersier dimana pasien mengalami kondisi patologis yang luas dan disertai komplikasi.
Manajemen keperawatan yang dilakukan adalah modifikasi gaya hidup melalui diit dan aktivitas. Ketidakpatuhan pasien terhadap manajemen GGK karena kurangnya pengetahuan merupakan masalah keperawatan yang diintervensi. Perubahan gaya hidup pasien yang dipengaruhi oleh keyakinan-kesehatan pasien berkaitan dengan karakteristik pasien sebagai masyarakat perkotaan.
Praktikan merekomendasikan perawat memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan KKMP untuk dapat memahami dan memperkirakan perilaku pasien terhadap kesehatan mereka dan bagaimana mereka mematuhi terapi yang diberikan.

The aims of this paper was to describe the practice of nursing care of patients with CKD with Urban Public Health Nursing approach. World Health Organization (WHO) estimates at 2050, 70% of world population will live in cities. Dense population living in one city resulted a change of lifestyle such as consumption of processed foods, less activity, smoking, alcohol use, and medications that increase the risk of hypertension and diabetes mellitus. Both problems are a major cause of Chronic Kidney Disease (CKD).
Analysis was performed on nursing care at the individual level at the hospital. Nursing care of patients with CKD were hospitalized at a tertiary level of health care that patients have pathological conditions accompanied by complications.
Nursing management of patient with CKD are diet and activity modification. Noncompliance patient due to lack of knowledge is a matter of nursing intervention. Changes in the patient's lifestyle is influenced by the patient's health beliefs related to patient characteristics as urban communities.
Provide nursing care with Urban Public Health Nursing approach makes nurses understand and predict the behavior of the patients on their health and how they adhere to the therapy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Rhismawati Djupri
"ABSTRAK
Analisis Praktik Residensi Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien Gangguan Sistem Perkemihan Dengan Kasus Gagal Ginjal Kronik Stage V Menggunakan Pendekatan Model Keperawatan Adaptasi Roy Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Diana Rhismawati Djupri2017 AbstrakPraktek klinik Ners Spesialis Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan adalah untuk mampu melakukan dan menganalisa asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal Kronik Stage V dan 30 pasien lain yang mengalami gangguan pada sistem perkemihan. Selain itu mampu menerapkan Evidence Based Nursing Practice EBNP dan sebagai inovator di ruang perawatan maupun di ruang rawat jalan. Peran pemberi asuhan keperawatan menggunakan Model Adaptasi Roy. Perilaku adaptasi fisiologi yang banyak mengalami gangguan adalah cairan dan masalah keperawatan yang banyak muncul adalah hipervolemia, sehingga intervensi yang diberikan adalah pencatatan secara akurat intake dan output, edukasi pembatasan cairan. Penerapan EBNP yang dilakukan adalah dengan melakukan identifikasi tingkat fatigue pada pasien Gagal Ginjal Kronik Stage V dengan menggunakan instrumen FACIT-F, sehingga dapat diketahui tingkat fatigue pasien dan dapat dilakukan asuhan keperawatan yang komprehensif. Program inovasi yang dilakukan adalah Range of Motion pada pasien intrahemodialisis untuk meningkatkan adekuasi hemodialisis dikaitkan dengan tingkat fatigue menggunakan instrumen FACIT-F Kata Kunci : fatigue, ROM exercise, gagal ginjal kronik, hemodialysis, FACIT-FABSTRACT
Analysis of Medical Surgical Nursing Residency Practice on UrinarySystem Disorders with Chronic Kidney Disease CKD STAGE V Cases Using Roy Adaptation Model Approach at Cipto Mangunkusumo Hospital in Jakarta Diana Rhismawati Djupri2017 Abstract Ners Specialist Urinary System is to be able to perform and analyze nursing care in patients with Chronic Kidney Desease CKD Stage V and 30 other patients with urinary system disorders. It is also capable of implementing Evidence Based Nursing Practice EBNP and as an innovator in the treatment room as well as in the outpatient room. The role of nursing care providers uses the Roy Adaptation Model. Behavioral adaptation of many disordered physiology is fluid and nursing problems that many appear is hypervolemia, so that intervention given is accurate recording intake and output, fluid restriction education. Implementation of EBNP is done by identifying fatigue level in patients with Chronic Kidney Desease CKD Stage V using FACIT F instrument, so that can know fatigue level of patient and can be done comprehensive nursing care. The innovation program performed was the Range of Motion in intrahemodialysis patients to improve the hemodialysis adequacy associated with fatigue levels using the FACIT F instrument. Keywords fatigue, ROM exercise, Chronic Kidney Desease, hemodialysis, FACIT F"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Dwi Putri
"ABSTRAK
Latar Belakang. Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS) jarang ditemukan pada anak. Kesintasan kehidupan anak SNRS pada umumnya baik. Akan tetapi, anak SNRS sering mengalami penurunan fungsi ginjal dan pada perjalanan penyakitnya dapat mengalami end stage renal disease (ESRD). Tujuan. Mengetahui kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal anak SNRS pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5. Mengetahui pengaruh usia, fungsi ginjal, dan hipertensi saat awitan serta tipe resistensi terhadap kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal anak SNRS.
Metode. Penelitian kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder berupa rekam medis anak SNRS yang datang berobat ke Poliklinik Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak dan praktik swasta konsultan Divisi Nefrologi dalam periode Januari 2000-Januari 2011. Kesintasan fungsi ginjal yang dinilai pada penelitian ini adalah kenaikan kreatinin ≥2 kali dan ESRD.
Hasil. Sebanyak 45 anak SNRS diikutsertakan dalam penelitian. Lama sakit adalah 24 (rentang 3-95) bulan. Sebanyak 20% anak meninggal dunia, 31,1% anak mengalami kenaikan kreatinin ≥2 kali, dan 13,4% anak menjadi ESRD pada akhir penelitian. Kesintasan kehidupan anak SNRS pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 93, 84, 80, 72, dan 61%. Kesintasan anak SNRS terhadap terjadinya kenaikan kreatinin ≥2 kali pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 92, 72, 56, 42, dan 34%. Kesintasan anak SNRS terhadap terjadinya ESRD pada tahun ke-1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut adalah 97, 88, 81, 70, dan 58%. Usia, fungsi ginjal, hipertensi saat awitan dan tipe resistensi tidak berpengaruh terhadap kesintasan kehidupan, kenaikan kreatinin ≥2 kali, maupun terjadinya ESRD (semua nilai p>0,05).
Simpulan. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa anak SNRS rentan untuk mengalami kenaikan kreatinin ≥2 kali dan ESRD. Faktor-faktor prognostik yang dipikirkan mempengaruhi kesintasan kehidupan dan fungsi ginjal seperti usia, fungsi ginjal dan hipertensi saat awitan serta tipe resistensi tidak terbukti berperan dalam kesintasan.

ABSTRACT
Background: Steroid resistant nephrotic syndrome (SRNS) is seldom found in children. Children with SRNS generally have good survival although during the course of the disease may develop decreased kidney function, leading to end stage renal disease (ESRD). Data on survival of children with SRNS is still scarce. Objective: To determine survival in children with SRNS on the first, second, third, fourth and fifth year; to study the effect of age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance towards the survival of children with SRNS.
Method: A retrospective cohort is performed using secondary data obtained from medical record of outpatient and inpatient clinic from Division of Nephrology, Department of Child Health, Cipto Mangunkusumo Hospital as well as private clinic of the Pediatric Nephrology consultant from January 2000-January 2011. Kidney survival was determined as doubling of base creatinine levels and ESRD.
Results: This study includes 45 children with SRNS. Median time of illness was 24 (range 3-95) months. Twenty percent died due to various reasons; 31.1% had a doubling of base creatinine levels and 13.4% develop ESRD. Survival on the first, second, third, fourth and fifth year are 93, 84, 80, 72 and 61% respectively. Kidney survival on the first, second, third, fourth and fifth year towards doubling of base creatinine levels are 92, 72, 56, 42 and 34%, whereas towards ESRD are 97, 88, 81, 70 and 58% respectively. Age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance does not affect the survival of children with SRNS (all P>0.05).
Conclusion: Children with SRNS is prone to develop a doubling of base creatinine levels and ESRD. Factors such as age at onset, initial kidney function, hypertension and type of resistance does not affect the survival of children with SRNS."
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Febriyeni
"[ABSTRAK
Batu ginjal merupakan penyakit urologi yang banyak ditemukan di wilayah
perkotaan. Diet yang tidak sehat dan kurangnya asupan cairan merupakan
penyebab terbentuknya batu ginjal. Berulangnya penyakit sering terjadi pada klien
batu ginjal. Intervensi keperawatan berupa edukasi diet dan cairan perlu diberikan
kepada klien dengan batu ginjal. Hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan
yang sering terjadi pada klien dengan batu ginjal karena ketidakpatuhan terhadap
pola diet dan asupan cairan setelah dilakukan pengangkatan batu. Rekomendasi
dari tulisan ini adalah pemberian edukasi khususnya terkait diet dan cairan dengan
menggunakan media edukasi dan prosedur yang jelas dapat dijadikan intervensi
rutin di rumah sakit untuk klien dengan batu ginjal untuk mencegah kekambuhan.

ABSTRACT
Kidney stones are urologic diseases commonly found in urban areas. Unhealthy
diets and lack of fluid intake are the cause of kidney stones formation. Recurrence
of the disease is common in clients with kidney stones. Nursing interventions
such as diet and fluid intake education should be given to clients with kidney
stones. This is done to prevent a recurrence that often occurs in clients with
kidney stones because of poor adherence to diet and fluid intake after the removal
of the stone. This paper recommend to provide education, especially related to
diet and fluid by using educational media and a clear procedure can be used as a routine intervention in the hospital for clients with kidney stones to prevent
recurrence.;Kidney stones are urologic diseases commonly found in urban areas. Unhealthy
diets and lack of fluid intake are the cause of kidney stones formation. Recurrence
of the disease is common in clients with kidney stones. Nursing interventions
such as diet and fluid intake education should be given to clients with kidney
stones. This is done to prevent a recurrence that often occurs in clients with
kidney stones because of poor adherence to diet and fluid intake after the removal
of the stone. This paper recommend to provide education, especially related to
diet and fluid by using educational media and a clear procedure can be used as a
routine intervention in the hospital for clients with kidney stones to prevent
recurrence., Kidney stones are urologic diseases commonly found in urban areas. Unhealthy
diets and lack of fluid intake are the cause of kidney stones formation. Recurrence
of the disease is common in clients with kidney stones. Nursing interventions
such as diet and fluid intake education should be given to clients with kidney
stones. This is done to prevent a recurrence that often occurs in clients with
kidney stones because of poor adherence to diet and fluid intake after the removal
of the stone. This paper recommend to provide education, especially related to
diet and fluid by using educational media and a clear procedure can be used as a
routine intervention in the hospital for clients with kidney stones to prevent
recurrence.]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>