Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 220432 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ritonga, Muhammad Arifin
"Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya performance (prestasi kerja) tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi tingkat puskesmas di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat. Adanya gambaran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan performance (prestasi kerja) tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di tingkat puskesmas merupakan tujuan umum dari penelitian ini, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan motivasi, kemampuan dan persepsi peran dengan prestasi kerja tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional dan teknik analisis yang dilakukan adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Selanjutnya dilakukan dengan analisis persentase dengan uji Chi square, uji Fisher dan uji Goodman - Kruskal. Penelitian dilakukan terhadap 191 orang responden yang merupakan tenaga pelaksana program immunisasi pada 18 puskesmas yang ada di wilayah Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan analisis persentase dan dengan hasil uji Fisher serta uji Goodman-Kruskal menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motivasi, kemampuan dan persepsi peran dengan prestasi kerja tenaga puskesmas dalam pencapaian cakupan program immunisasi di tingkat puskesmas. Dengan analisis persentase dan hasil uji Chi square menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara motivasi responden dengan pendidikan, masa kerja dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Dengan uji chi square tersebut juga menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara kemampuan responden dengan masa kerja dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Begitu juga dengan uji Chi square tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara persepsi peran responden dengan pendidikan dan masa kerja responden.
Hasil penelitian, menunjukkan adanya hubungan antara kemampuan responden dan pendidikan responden dan juga adanya hubungan antara persepsi peran responden dan latihan immunisasi yang pernah diperoleh responden. Peneliti mengemukakan beberapa saran yaitu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel dan daerah penelitian yang lebih luas. Yang perlu diperhatikan adalah melibatkan tenaga non teknis medis yaitu mereka yang mempunyai kategori pendidikan SD, SLTP, SLTA, LCPK, SPPH dan APKTS, dalam pelaksanaan program immunisasi perlu dipertimbangkan mengingat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mereka yang mempunyai kategori pendidikan non teknis medis tersebut adalah lebih rendah daripada tenaga yang mempunyai latar belakang pendidikan teknis medis. Sehingga perlu dipikirkan adanya latihan/on the job training untuk menyelaraskan kemampuan petugas dalam pelaksanaan immunisasi. Latihan/on the job training ini dimaksudkan selain untuk meningkatkan kemampuan juga meningkatkan persepsi peran tenaga puskesmas dalam pelaksanaan program immunisasi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ali Muchtar
"Ada masalah pencapaian target program kesehatan yang masih rendah, tingkat disiplin kerja Staf yang belum baik, inisiatif staf yang kurang, penyelesaian pekerjaan yang lambat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat, yang kesemuanya memberikan petunjuk sementara adanya penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat: yang rendah. Untuk meningkatkan pencapaian kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat terlebih dahulu harus diketahui factor-faktor yang mempengaruhi penampilan kerja staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat.
Banyak faktor yang mempengaruhi penampilan kerja, seperti karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi dan lingkungan. O1eh karena penelitian ini dilakukan terbatas pada Staf kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat, dimana karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan dan lingkuagan kerja hampir sama ; maka pada penelitian ini hanya akan dilihat karakteristik individu. Dari karakteristik individu ini yang akan dilihat pengaruhnya terhadap penampilan kerja staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat adalah motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi Staf atas pekerjaannya . Untuk itu perlu diketahui gambaran penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat, pengaruh antara motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat masing-masing terhadap penampilan kerjanya, kemudian pengaruh motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi Staf Dinas Kesahatan Kabupaten Dati II Lahat atas pekerjaannya secara bersama-sama terhadap penampilan kerjanya.
Untuk tujuan tersebut dilakukan penelitian berupa studi deskriptif korelasional dengan pendekatan secara cross-sectional. Populasi adalah seluruh Staf pada kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat, yaitu seluruh pejabat esolon IV dan V yang telah bekerja lebih dari enam bulan. Dengan mengambil seluruh populasi sebagai obyek penelitian, dilakukan pengambilan data primer tentang motivasi kerja, kemampuan kerja, persepsi Staf atas pekerjaannya serta penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat ; dengan instrumen berupa kuesioner dan data sekunder tentang karakteristik responden.
Analisa data memakai metode statistik non parametrik untuk melihat hubungan dan tingkat keeratan hubungan antara motivasi kerja, kerampuan kerja, dan persepsi Staf Dimas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat atas pekerjaannya masing-masing dengan penampilan kerjanya, dilanjutkan dengan analisa korelasi dan regressi ganda untuk melihat pengaruh motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat atas pekerjaannya baik masing-masing maupun secara bersama-sama terhadap penampilan kerjanya. Gambaran tentang penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat didapatkan dengan analisa deskriptif dari data-data tentang penampilan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat atas pekerjaannya baik masing-masing maupun secara bersama-sama terhadap penampilan kerjanya. Motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi staf atas pekerjaannya masing-masing mempunyai korelasi positif terhadap penampilan kerjanya dan secara bersama-sama memberikan pengaruh sebesar 57,51 % sedangkan 42,48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Diantara ketiga variabel bebas tersebut yang paling dominan pengaruhnya adalah motivasi kerja, kemudian persepsi staf atas pekerjaannya dan yang terakhir adalah kemampuan kerja.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang direkomendasikan yaitu penampilan kerja Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II Lahat yang rendah perlu ditingkatkan melalui peningkatan motivasi kerja, kemampuan kerja dan persepsi staf atas pekerjaannya disamping itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor lain terhadap penampilan kerja dalam skala yang lebih luas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziza Aziz
"Perawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan merupakan unsur pelayanan yang penting dilakukan dirumah sakit. Pelayanan rawat nginap sebagai ciri khas rumah sakit merupakan suatu pelayanan yang kompleks dan membutuhkan penanganan yang tepat. Kemajuan teknologi dibidang kedokteran disertai dinamika masyarakat yang tumbuh dan berkembang serta kesadaran masyarakat akan kesehatan membuat permasalahan makin kompleks dan menuntut Perawat untuk lebih meningkatkan penampilan kerjanya sekaligus memperbaiki citranya dimata masyarakat.
Masalah tingkat disiplin kerja yang belum baik, penyelesaian pekerjaan yang lambat, inisiatif Perawat yang kurang dan kesadaran akan pengembangan diri yang kurang pada Perawat Rumah Sakit Dr. Hi. Abdul Moeloek memberi petunjuk sementara adanya penampilan kerja Perawat di Rumah Sakit Dr. Hi. Abdul Moeloek yang rendah. Untuk meningkatkan penampilan kerja Perawat di Rumah Sakit Dr. Hi. Abdul Moeloek perlu ditelaah faktor- faktor yang mempengaruhi penampilan kerja Perawat Rumah Sakit Dr. Hi. Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Banyak faktor yang mempengaruhi penampilan kerja, seperti karakteristik individu, karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan motivasi kerja, kepuasan kerja, gaya kepemimpinan yang diterima Perawat dengan penampilan kerja Perawat di RSAM Propinsi Lampung.
Hipotesis yang diajukan adalah : Penampilan kerja Perawat di RSAM propinsi Lampung berhubungan dengan motivasi kerja, gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja Perawat.
Untuk tujuan tersebut dilakukan penelitian Survey dengan pendekatan secara Cross Sectional dan analisis data menggunakan uji statistik non parametrik. Populasi adalah seluruh Perawat rawat nginap di Rumah Sakit Dr. Hi. Abdul Moeloek, yaitu seluruh Perawat yang telah bekerja.lebih dari 1 tahun.
Dengan mengambil seluruh populasi sebagai obyek penelitian, dilakukan pengambilan data primer tentang motivasi kerja, kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan yang diterima Perawat di Rumah Sakit Dr. Hi. Abdul Moeloek Propinsi Lampung; dengan instrumen berupa kuesioner.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan motivasi kerja dengan penampilan kerja dan ada hubungan kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan yang diterima Perawat dengan Penampilan kerjanya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sulianti
"Local Birocracy Performance on The Controlling and to Meassures Forest and Land Fires (Case Study : at Pontianak and Sambas Districts West Kalimantan Province)
Forestry sectors has been playing important role on economics at West Kalimantan is 23,68% (BPS,2000). Forest in this province is categorized as protection forests, wildlife sanctuary, national park, limited production forest, production forest and converted areas, totally number 9,030 acre. Those natural resources is needs to be maintain and to preserve.
Forest and land fires is one of the cause of deforestation, often resulting in loss on several dimensions:such as economics, environmental, ecological, and social. According to Directorate Protection of Forestry Department (1998) in 1997 26.590,36 acres forest and land were on fires.This number included production forest 23.811 acres, ,wildlife sanctuary 1,378 acres. At national level West Kalimantan was on the third rank largest areas loss due to fire.
Local birocracy issued a policy in controlling and to measure forest and land fires. The policy carried out through institutions that were inter-related local birocracy. Institutions whose have responsibilities and duties in solving and handling the fires problems. Nonetheles, those institutions have not perform optimal yet in controlling and to measures, as much as expected. Therefore we need to study the main cause of non optimal performance institutions on local birocracy in controlling and to measure forest and land fires.This problem emerges research quoctions:
In which inter-related local birocracy to performed a role in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan?
How does local birocracy perform in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan?
What are the component to support local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan?
The aim of this research are:
Inter-related local birocracy to performed a role in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan.
Local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan.
The component to support local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan.
This study refered to organizational structure, human resources, budgets, programmes, and facilities as supporting element on local birocracy performance.
Input elements are organizational structure, human resources, budgets, programmes and facilities. Those inputs later on became variables, which indicate local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires.
This research used survey method by using secondary data. Generally,this research used analytical descriptive methods and using ex post facto. In order to analyze raw data, this research used scaling techniques. Refers to goal achivement on each variables, the point of view of analysis is to know about performance of local birocracy at two districts; Pontianak and Sambas.
The conclusions could be drawn from this research are:
Inter-related local birocracy to performed a role in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan, are: Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan and Dinas Kehutanan dan Perkebunan and Dinas Pertanian dan Kehutanan.
Local birocracy performance at Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan and Dinas Pertanian dan Kehutanan in Pontianak districts categorized less succes; whereas at Sambas districts, performance at Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan categorized not success and at Dinas Pertanian and Kehutanan less success in in controlling and to measures forest and land fires
3_ Component to support local birocracy performance in controlling and to measure forest and land fires at both districts Pontianak and Sambas West Kalimantan, are: organizational structure, human resources, budgets, programmes and facilities.
There are no decreasing number in forest and land fires and hotspots on 2002 mean vulnerability for forest and land fires in West Kalimantan province still high.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 12563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hisyam Ma`sum
"IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebuah Perguruan Tinggi Islam berstatus negeri di bawah Departemen Agama. Kampus IAIN menempati lahan seluas 18 Ha, terdiri atas kampus I (7Ha), kampus II (4 Ha) dan perumahan (7Ha). Kini memiliki 13.146 mahasiswa S1, S2 dan S3, 365 dosen tetap, 342 dosen tidak tetap dan 358 pegawai administrasi.
Pegawai administrasi di IAIN sebagaimana layaknya pegawai negeri mempunyai hak dan kewajiban yang diatur dalam Undang-undang No.8 tahun 1974 yang dalam implementasinya dijabarkan lebih lanjut oleh PP No.30 tahun 1980 dan KMA No.400 tahun 1984 tentang status IAIN serta Keputusan Rektor No.28 tahun 1983 tentang Job Description.
Dalam pelaksanaan tugas di lapangan banyak hal yang dijumpai ketidak sesuaian antara konsep peraturan dengan implementasi sehingga tidak diperoleh hasil optimal. Permasalahan yang ada adalah lemahnya kinerja pegawai administrasi yang disebabkan oleh kurangnya dorongan motivasi kerja dan kondisi lingkungan yang kurang kondusif. Sebab dengan motivasi kerja yang tinggi dari lingkungan kerja yang kondusif akan diperoleh kinerja yang baik dan produktifitas yang tinggi.
Ketiga aspek inilah yaitu kinerja, motivasi kerja dan lingkungan kerja yang menjadi sasaran penelitian yang mencoba diukur pengaruh ketiga variabel tersebut dengan konstelasi: Hubungan Motivasi Kerja (variabel Xl) dan Lingkungan Kerja (X2) terhadap Kinerja (Y).
Penelitian mengunakan metode survai dengan analisis statistik deskriptif eksploratif. Uji coba dilakukan pada 32 orang pegawai dan pada saat penelitian dilakukan pada 80 orang responden pegawai golongan II, III dan IV sebagai sampel Disproportionate Random Sampling dan tidak bermaksud untuk generalisasi. Data dijaring dengan menggunakan kuesioner menurut keadaan yang sebenarnya, dan setelah itu data ditabulasi dan diolah menggunakan komputer program SPSS versi 10.01.
Hasil uji analisis korelasi dan regresi menunjukkan ada hubungan yang kuat dan positif antara variabel Xl dengan variabel Y (0.56) dan variabel X2 dengan variabel Y (0.53). Sedangkan pengaruh variabel Xl terhadap Y (0.54) dan variabel X2 terhadap Y (0.28) dan jika secara bersama pengaruh variabel X1 dan variabel X2 terhadap variabel Y (0.42 dan 0.22). Dari variabel bebas tersebut yang mempunyai hubungan paling kuat terhadap variabel terikat (kinerja) adalah motivasi kerja."
2002
T4744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meirince
"Objektif: Pelaksanaan program pemberantasan penyakit TBC, prioritas utama ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan dengan mempertahankan kualitas pelaksanaan program, untuk itu perlu diketahui kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja tersebut.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain "Cross Sectional" , untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau Tahun 2002. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner, dan untuk pengukuran kinerja digunakan pengukuran dirt sendiri (selfassesmeni) yang dikontrol dengan penilaian atasan dan rekan sekerja dengan menggunakan check list. Analisis bivariat dilakukan dengan uji statistik "Chi square" dan analisis akhir menggunakan analisis multivariat.
Hasil: Kajian data menunjukan bahwa kinerja pengelola program TBC puskesmas masih kurang baik, dengan kinerja buruk yaitu 54,8 %. Ada hubungan yang bermakna antara kinerja dengan variabel umur (p=0,014), masa kerja (p= 0,040) ,pelatihan (p=-0,034), pengetahuan (p = 0,010) dan supervisi.
Dari hasil analisis multivariat ada tiga variabel yang masuk menjadi model yaitu umur, motivasi, dan pengetahuan. Dengan menggunakan persamaan regresi logistik dan nilai eksponensial (B) atau Odds Ratio dapat dilihat bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel umur sebesar 4,528 (95 % Cl : 1,808 - 11,339) artinya bahwa kinerja pengelola program TBC yang berumur tua (≥36 tahun) berpeluang berkinerja baik 4,528 kali di bandingkan dengan pengelola program TBC yang berumur muda (< 36 tahun) setelah dikontrol variabel motivasi, dan pengetahuan.
Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan kinerja pegelola program TBC Puskesmas (faktor individu) yaitu umur, masa kerja, pelatihan dan pengetahuan, sedangkan (faktor organisasi) yaitu supervisi. Faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kinerja adalah variabel umur setelah dikontrol motivasi, dan pengetahuan.
Saran: Untuk meningkatkan kinerja pengelola program TBC Puskesmas di Propinsi Riau, perlu dilakukan pembinaan secara berkesinambungan, peningkatan pengetahuan, supervisi yang baik, dan mutu pelatihan perlu ditingkatkan dalam rangka penunjang pelaksanaan program pemberantasan tuberkulosis.

Objective: Quality of services is one of the important issue of the National TB Control Program workers were occupying an important contribution to increase it quality. Therefore, it is necessary to know the determinant factors of the performance of TB worker in Health Centers in the Province of Riau.
Design: This study used primary data arrayed in take a look at the determinant of TB worker in Health Center in the Province of Riau, year 2002. Self-assessment which was controlled by the superiors' and colleagues' assessment were developed, using the questionnaire for collecting primary data. Chi square statistical examination was apply to bivariate analysis and after wards, the equation of logistic regression for multivariate analysis.
Result: Data analysis showed that the performance of TB worker in Health Center is not good enough, which bad performance take 54.9%. The result of analysis showed that the significant determinant factors related to the performance were age (p=1.014), working period (p-0.040), training (p=0.034), knowledge (p=0,010) and supervision (p=0.024). The multivariate analysis, show that were three variables becoming models as, age, motivation, and knowledge. The equation of logistic regression and exponential value (B) or Odds Ratio, showing that the most dominant variable was age, 4.528 (95%CI:1.808 -11.339), which meant that the performance of TB worker in.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Jusuf Armon
"Pembinaan ketenagaan Rumah Sakit Bhakti Yudha yang sulit dikendalikan akan menjadi beban pimpinan rumah sakit dalam pemanfaatan sumberdaya manusia. Dengan pelaksanaan penilaian prestasi kerja (P2K), Direktur Rumah Sakit dapat melakukan intervensi pada proses fungsi manajemen rumah sakit, sehingga dapat diperoleh pemanfaatan tenaga yang ada dengan efektifitas dan produktifitas tenaga yang optimal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan penilaian prestasi kerja tenaga non medik dan apa peranan laporan hasil penilaian prestasi kerja terhadap proses fungsi operasional manajemen rumah sakit. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, sebelumnya dibuat suatu model yang memperagakan posisi penilaian prestasi kerja dan peranannya pada langkah-langkah manajemen ketenagaan rumah sakit.
Penelitian ini bersifat analitik deskriptif. Informasi dikumpulkan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada tenaga non medik yang ada dalam lingkungan rumah sakit. Daftar pertanyaan yang dibuat untuk mengeksplorasi pelaksanaan penilaian prestasi kerja ini ditujukan kepada kelompok atasan langsung (appraiser) dan bawahan yang dinilai (appraisee). Daftar pertanyaan juga dipakai untuk melakukan eksplorasi pada metoda dan prosedur yang digunakan serta pada peranan laporan hasil penilaian prestasi kerja yang dibuat oleh atasan langsung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metoda penilaian prestasi kerja tenaga non medik labih banyak menggunakan unsur nilai yang lebih banyak berhubungan dengan kualitas tenaga dari pada yang berhubungan dengan produktifitas tenaga.
Penentuan hasil nilai hanya dilakukan oleh atasan langsung, sedangkan penilaian dilakukan melalui pengamatan penilai tanpa memperhatikan dokumen catatan hasil kerja karyawan, dan kurang melibatkan pihak atasan lain. Pelaksanaan P2K sudah mulai dilaksanan sejak Ease orientasi dan pengenalan, yang merupakan langkah awal pembinaan karyawan rumah sakit. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa penggunaan laporan hasil penilaian prestasi kerja belum ditunjang dengan ketentuan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan rumah sakit.
Atas dasar temuan dalam penelitian ini disarankan adanya ketegasan akan pentingnya penilaian prestasi kerja tenaga non medik. Selain itu juga disarankan agar dalam penilaian prestasi kerja tersebut digunakan metoda penilaian yang menggunakan unsur nilai yang berhubungan dengan produktifitas dan kualitas tenaga dengan seimbang. Disarankan juga dikembangkannya peran aktif para penilai dan bawahan dalam pembinaan karyawan rumah sakit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Kusumo Inten Pamastri
"Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji hubungan antara Motivasi Kerja, Komunikasi Interpersonal dengan Keinovativan Kerja Karyawan baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Penelitian menggunakan metode survei di Kantor Pusat PT. Barito Pacific Timber Tbk Jakarta dengan menggunakan 75 responden sebagai sampel dan diseleksi dengan menggunakan simple random sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan instrumen yg mengukur Keinovatifan Kerja Karyawan, Motivasi Kerja dan Komunikasi Interpersonal. Uji validitas butir dengan koefisien product moment dari Pierson dan uji reliabilitas dgn koefisien Alpha Cronbach. Adapun analisis data menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi jamak
Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian ini menemukan bahwa hubungan antara Motivasi Kerja dengan Keinovatifan Kerja Karyawan adalah positif dan teruji benar. Motivasi Kerja memberikan kontribusi yang cukup besar dan secara konsisten berhubungan searah dengan Keinovatifan Kerja Karyawan. Kontribusi tersebut dapat diukur melalui dorongan instrinsik yang ada pada dirinya, dorongan ekstrinsik yang mempengaruhi dirinya dan dorongan untuk mendapat penghargaan, Dengan demikian makin tinggi Motivasi Kerja Karyawan makin tinggi pula Keinovatifan Kerja Karyawan.
Kedua, seiring dengan temuan tersebut, juga ditemukan bahwa hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Keinovatifan Kerja Karyawan adalah positif dan teruji benar. Komunikasi Interpersonal terbukti dapat memberikan kontribusi cukup besar dan secara konsisten berhubungan searah dengan Keinovatifan Kerja Karyawan. Kontribusi tersebut dapat diukur melalui kemampuan meyakinkan, kemampuan menjalin hubungan, kemampuan menerima perubahan dan kemampuan mengontrol diri. Dengan demikian makin tinggi Komunikasi interpersonal , maka makin tinggi pula Keinovatifan Kerja Karyawan.
Ketiga, penelitian juga menemukan bahwa hubungan antara Motivasi Kerja dan Komunikasi interpersonal secara bersama-sama dengan Keinovatifan Kerja Karyawan adalah positif dan teruji benar. Motivasi Kerja dan Komunikasi Interpersonal secara bersama-sama terbukti memberikan kontribusi cukup besar terhadap Keinovatifan Kerja Karyawan, sedangkan kontribusi sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.
Implikasi dari hasil penelitian adalah Keinovatifan Kerja Karyawan dapat ditingkatkan dengan upaya melakukan peningkatkan Motivasi Kerja dan peningkatan Komunikasi Interpersonal.

The objective of this research are to investigate the relationship between work motivation, interpersonal communication with the inovativeness of job employee.
The study was conducted using a survey method at PT. Barito Pacific Timber Tbk Jakarta with n = 75 selected randomly. The data was analyzed using simple regression and multiple regression.
The research reveals that there are positive correlation between:
First. work motivation and the inovativeness of job employee.
Second, interpersonal communication and the inovativeness of job employee. Third, the research moreover found a positive correlation between work motivation and interpersonal communication with the inovativeness of job employee.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12205
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Baidoeri
"Kinerja perawat merupakan cerminan mutu pelayanan rumah sakit dimana perawat mnerupakan SDM yang paling dominan dan berperan penting dalam memberikan dan menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sebagian besar kontak pasien dilakukan dengan perawat dengan memberikan pelayanan penuh dan mendampingi pasien selama 24 jam sehari.
Dari karakteristik perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Asshobirin (RSIA) Tangerang didapatkan bahwa 62% perawat berpendidikan SPK. Jumlah perawat di Rumah Sakit Asshobirin (RSIA) Tangerang sebanyak 68 orang untuk melayani 100 tempat tidur dengan BOR 78%, dirasakan kurang. Beban kerja yang tinggi dan tidak berjalannya SOP yang sedikit banyak dapat mempengaruhi motivasi kerja, merupakan faktor yang berpengaruh dalam memacu kinerja seseorang.perawat dalam bekerja. Dengan latar belakang kepala ruangan yang semuanya adalah SPK, perlu dilihat lebih lanjut hubungan kepemimpinan kepala ruangan karma peran sentral seorang pemimpin dalam memberikan dukungan dan bimbingan perlu dicermati sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam meneerminkan kinerja seseorang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran kinerja perawat di ruang rawat inap RSIA Tangerang serta melihat hubungan karakteristik individu yaitu umur, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan, dan status perkawinan; motivasi kerja perawat yaitu persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja, pengembangan karir dan imbalan; dan kepemimpinan atasan yaitu kredibilitas, komunikasi dan supportive terhadap kinerja perawat. Desain penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan kuesioner melalui pendekatan cross sectional terhadap seluruh 61 orang perawat pelaksana di ruang rawat inap dengan tidak mengikutsertakan 7 orang kepala ruangan.
Dari hasil penelitian didapatkan 51% perawat yang mempunyai kinerja buruk. Lebih lanjut penelitian memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara dua karaktersitik individu yaitu umur dan pendidikan; semua komponen motivasi kerja (persepsi peran, desain pekerjaan, kondisi kerja, pengembangan karir dan imbalan) dan kepemimpinan atasan (kredibitlitas, komunikasi dan supportive) dengan kinerja perawat.
Persepsi peran dan supportive merupakan variable yang berpengaruh terhadap kinerja perawat. Namun dari kedua variable tersebut, variable supportive merupakan paling berpengaruh.
Disarankan agar rumah sakit lebih memberdayakan perawatnya dengan memberikan pelatihan dan membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan melalui pendidikan formal. Struktur organisasi keperawatan perlu ditinjau ulang untuk menghindari rankap jabatan. Posisi Kepala rawat inap yang dipegang rangkap oleh seorang kepala ruangan harus lebih jelas digambarkan dalam struktur besar organisasi RSIA. Struktur organisasi keperawatan sebaiknya dipisahkan dari pelayanan medis sehingga dapat berdiri sendiri dan lebih otonom dengan menunjuk seorang perawat yang kompeten sebagai pimpinan. Sistem imabalan dapat diberikan dalam bentuk lain selain materi seperti pelatihan, penghargaan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan kondisi fisik kerja yang lebih menyenangkan sehingga dapat lebih memotivasi perawat dalam bekerja. Sistem penilaian kinerja yang baku perlu disusun sebagai pedoman dan standard kompetensi dalam penyusunan jenjang karir dan sistem imbalan. Disamping masa kerja, tingkat pendidikan dan ketrampilan perlu diperhitungkan dalam penyusunan jenjang karir.
Pimpinan keperawatan perlu menyusun kembali dan merevisi SOP yang sudah ada secara rinci dan jelas sehingga perawat mempunyai acuan dan pedoman yang jelas dalam bekerja serta mensosialisasikannya. Untuk mengatasi beban kerja yang tinggi terutama di bangsal Mina dan Namira, perlu diadakan penambahan jumlah perawat sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.

Nurse performance represents the service quality of a hospital. Nurses themselves are the dominant human resource that plays an important role in delivering and maintaining the quality of health service. Most patients rely on nurses' services 24 hours.
A condition that can influence the work performance is the fact that 62% nurses are graduated from nursing high school With the capacity of 100 bed and 70% bed occupancy rate, 68 nurses employed by the hospital is considered not enough. Heavy workload and less implementation in SOP can more or less influence the work motivation, which is one of the factors that can increase the nurse's work performance. Since the background of the entire nurse head are nursing high school graduate, the central function of a leader in providing support and guidance should be noticed as an inseparable part in reflecting work performance
The aim of this research is to give a description of the overall nurse performance in inpatient service in Asshobirin Islamic Hospital and to look at the relationship of individual characteristic such as age, gender, length of work, education and marital status; nurse's work motivation which consist of role perception, work design, working condition, career development and reward; and nurse head leadership which comprise of credibility, communication and supportive towards nurse performance, The research surveys 61 nurse in inpatient department and excluding 7 head nurse using a questionnaire in a cross sectional approach.
The result shows that 51% of the nurse has bad work performance. The research also shows that there have been significant relationships between 2 components of individual characteristic, which are age, and education with nurse performance. All of the components of nurse's work motivation (role perception, work design, working condition, career development and reward) and head nurse leadership (credibility, communication, supportive) with nurse performance.
Role perception and supportive are considered as the influential factors towards nurse performance and the most influential factor between both of them is supportive.
It is advisable that the hospital empowered the nurses with trainings and opportunities to upgrade their skills and knowledge through formal education. To maximize the role of leadership, the organizational structure should be reorganized to avoid double position that can interfere good Leadership implementation. Furthermore the position of the head of inpatient department which is also head by a head nurse should be clearly stated in the hospital's organization structure. On the other hand nursing department should stand separately from medical service department to give a more autonomy and appoint a competent nurse as the head of the department. Reward system can be given in other forms like training, merit, opportunity for self-actualization and a more conducive work condition, all of which can increase work motivation. A standardized performance appraisal has to be made as a guidance and standard of competence in developing career path and reward system.
The head of nursing department must improve and socialize the SOP in a vivid and clear document for nurses in their daily work. To deal with high workload especially in Mina and Namira, additional number of nurses is necessary.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenny Bros
"ABSTRAK
Karya kedua dari Panca Karya Husada ialah pengembangan tenaga kesehatan. Karya ini bertujuan untuk meningkatkan upaya pemabangunan dan pembinaan tenaga kesehatan, dimana salah satu programnya adalah pendidikan dan latihan tenaga kesehatan.
Untuk melaksanakan semua kegiatan diwilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan tenaga pelaksana terutama Dokter Puskesmas yang rela bekerja dengan penuh pengabdian dan dedikasi tinggi, karena Puskesmas sebagai ujung tombak Pembangunan kesehatan Masyarakat, mempunyai peranan penting dalam upaya pelayanan kesehatan secara merata pada seluruh lapisan masyarakat, untuk menaikan status kesehatan penduduk umumnya dan kelompok rentan khususnya yaitu bayi, anak balita, ibu hamil dan ibu menyusui .
Oleh sebab itu diperlukan pimpinan Puskesmas yang profesional dan tangguh sehingga mampu mengusai tehnologi kesehatan untuk mengelola program kesehatan sesuai tugas dan tanggung jawabnya. Untuk mencapai hal itu salah satu caranya adalah melalui pelatihan, yaitu pelatihan "Teknis Fungsional terpadu bagi Dokter Puskesmas".
Apakah ada pengaruh pelatihan tersebut terhadap kinerja Dokter Kepala Puskesmas, apakah ada perbedaan kinerja Dokter Kepala Puskesmas tersebut dalam mengelola program Puskesmas sebelum dan sesudah pelatihan.
Penelitian ini merupakan studi analitik terhadap data sekunder dari evaluasi pelatihan "TF terpadu bagi Dokter Puskesmas tahun 1993/1994".
Disainnya adalah pre test - post test satu group (praeksperimen), tidak memakai kontrol dengan yang tidak mendapat pelatihan, analisis dilakukan dengan analisis persentase dan uji Mc Nemar.
Penelitian dilakukan terhadap 37 Dokter Kepala Puskesmas yang telah mendapat pelatihan TFT bagi Dokter Puskesmas peride 1993/1994 yang tersebar di 6 propinsi (Sumut, Lampung, Jatim, Kalsel, NTB dan Sultra).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan analisis persentase dan uji Mc Nemar ada perbedaan yang bermakna kinerja Dokter Kepala Puskesmas dalam mengelola Puskesmas setelah mendapat pelatihan baik dalam perencanaan, penggerakan pelaksanaan pada staf Puskesmas utaupun pencapaian target cakupan program KB-kes, walaupun tidak ada perbedaan yang bermakna dalam penggerakan kerjasama lintas sektoral, cakupan akseptor KH aktif dan cakupan akseptor menggunakan metode ,kontrasepsi efektif terpilih (MKET) setelah mendapat pelatihan.
Peneliti mengemukakan beberapa saran yaitu masih perlu diadakan pelatihan manajemen bagi Dokter Puskesmas karena ini merupakan modal berharga juga untuk meningkatkan kinerja Puskesmas. Dan masih perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan kerangka konsep yang sama, yang dilengkapi rancangan memakai kontrol dengan yang tidak mendapat pelatihan, sampel dan daerah penelitian lebih luas untuk menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kinerja Dokter Puskesmas selain darifaktor pelatihan.

ABSTRACT
The second karya of Panca Karya Husada in developing on health manpower. This karya aims to promote the effort of building and train health manpower, where one of its program is education and training on health manpower.
For implementing all of these activities in its work areas, health center needs manpower especially Medical Doctor of health center who is ready to work and high dedication, because health center and atop of spear of developing of public "health, has an important role on the effort of giving service on health spreadly for all of the degrees of public to raise the status of health of population in general and group of sensitive especially baby and infant wades five years old, pregnant woman and maternal breastfeeding.
There for it needs leader of health center which is professional and strong. So that capable with health technological for implementing health program in line with its duty and responsibility. In order to get all of those above one of the way is through the training that is training on technical of integrated functional for medical doctor of health center.
Is in either there is an influence of the training to the performance improvement planning for Medical Doctor of health of health center, on there is a difference about the performance improvement planning of the Medical Doctor of head of health center in carrying out the program on health center before and after the training.
This research is analysis study to the secondary data of evaluation of the training technology of functional 93/94. The design is pre-post test one group (pra experiment) not using control with one which has not yet been trained, analysis is done with analysis percentage and Hc.Nemar.
The research is done to the 37 Medical Doctor of Head of Health center who have trained of that training in the period of 1993/94 spread through the 6 provinces (North Sumatra, Lampung, east Java, South Kalimantan, West Nusa Tenggara and South East Sulawesi). The result of research concludes that by using percentage analysis and McNemar. There is a meaningful) of difference of Performance Improvement Planning for Medical Doctor of Head of Health Center in carrying out Health Center after They have been mained in planning, encouraging The implementation to the staff of Health Center and getting the coverage target of Health Family Planning Program, although there is a meaningful difference in the encouraging of working together in the Lintas Sektoral, coverage of examined pregnant woman and coverage of acceptor by using method of selected effective contraception of ten they have been trained.
Researcher suggest that is steel needed the advance research by using the several scheme of concept, to equip the planning with whom have not been trained yet, sample and research area which is larger in order to get more about the factors related with Performance Improvement Planning of Doctor of Health Center except other of training factor.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>