Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148928 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christine Natalia
"Keinginan untuk mempunyai anak adalah naluri manusia, tetapi kadang-kadang takdir Ilahi menentukan lain. Sehingga berbagai usaha dilakukan untuk mempunyai anak, antara lain dengan cara mengangkat anak. Pada masa pemerintahan Belanda dahulu, penduduk Indonesia dibagi atas 3 golongan, yang diatur dalam Pasal 163 ayat (1) Indische Staatsregeling. Pemerintah Belanda memberlakukan Staatsblad 1917 Nomor 129 yang mengatur tentang anak angkat untuk WNI keturunan Tionghoa. Staatsblad tersebut sekarang ini tidak lagi diperhatikan oleh Pengadilan di Indonesia karena tujuan pengangkatan anak adalah demi kepentingan kesejahteraan anak. Penulis ingin mengetahui pengangkatan anak dan kedudukan anak angkat menurut Penetapan Pengadilan Negeri, hak mewaris anak angkat setelah tidak diterapkannya Staatsblad 1917 nomor 129 oleh pengadilan, dan sikap notaris terhadap pengangkatan anak dan hak mewaris anak angkat tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Dalam pengumpulan datanya ditunjang dengan wawancara dengan beberapa narasumber yang terkait. Pengangkatan anak untuk WNI keturunan Tionghoa sudah tidak menggunakan Staatsblad 1917 Nomor 129 lagi karena pada saat ini sudah tidak ada penggolongan penduduk dan ketentuan dalam staatsblad tersebut bersifat diskriminasi, hal ini terlihat dalam Penetapan Pengadilan Negeri yang lebih menitikberatkan pengangkatan anak pada kesejahteraan anak tanpa perbedaan anak laki-laki atau perempuan. Kedudukan anak angkat adalah sebagai anak kandung dari orang tua yang mengangkatnya, maka anak angkat berhak mewaris dari orang tua yang mengangkatnya. Terhadap pengangkatan anak, para notaris masih mempunyai perbedaan sikap, yaitu ada yang menggunakan staatsblad tersebut dan ada yang sudah tidak menggunakannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T14585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hasanudin
"Dengan adanya lembaga pengangkatan anak bagi suatu keluarga atau seseorang yang tidak mempunyai anak atau ingin menambah anaknya dapat melakukan pengangkatan anak sebagai salah-satu jalan keluarnya. Orang-orang keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia menurut peraturan yang ada bagi mereka berlaku BW dalam lapangan hukum perdata tapi sehubungan dengan tidak terdapatnya pengaturan mengenai pengangkatan anak dalam BW, maka bagi mereka diberlakukan Staatsblad 1917/129. Sehubungan dalam Staatsblad 1917/129 tidak mengatur mengenai kewarisan maka timbul permasalahan yakni apakah anak angkat dapat saling mewaris dengan orang tua angkatnya, sedangkan hubungan saling mewaris antara anak angkat dengan orang tua angkatnya sudah terputus. Dengan dianggapnya anak angkat dianggap sebagai keturunan atau anak kandung dari orang tua angkatnya maka ketentuan mengenai kewarisan bagi seorang anak kandung dalam BW dapat diberlakukan juga terhadap seorang anak angkat dalam hal mewaris dari orang tua angkatnya. Menurut Hukum Islam yang berlaku bagi umat Islam yang dalam hal ini mengenai peraturan tentang pengang-katan anak mengatur bahwa dengan adanya pengangkatan anak pada dasarnya tidak menyebabkan terputusnya hubungan darah serta akibat-akibatnya terutama dalam lapangan hukum kewarisan dan hukum perkawinan. Walaupun dalam lapangan hukum Kewarisan anak angkat bukanlah merupakan ahli waris dari dari orang tua angkatnya namun seorang anak angkat masih dapat menerima harta peninggalan dari orang tua angkatnya, melalui lembaga wasiat. Dengan adanya keanekaragaman hukum mengenai pengangkatan anak sudah seharusnyalah dilakukan pemikiran-pemikiran ke arah pembentukan UU mengenai pengangkatan anak. Dimana UU tersebut haruslah memperhatikan hukum-hukum yang hidup dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1997
S20693
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Wawan
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2008
S21401
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ridha Rizkiyah
"Untuk sebagian pasangan yang telah menikah mengharapkan kehadiran anak ditengah-tengah mereka. Anak diharapkan menjadi kebahagiaan orangtuanya dan menjadi penerus harta orang tuanya, namun tidak semua pasangan diberikan dapat memiliki anak. Oleh karena hal tersebut lahirlah lembaga pengangkatan anak/adopsi, namun dalam praktiknya masih banyak dijumpai hak-hak anak angkat yang tidak dipenuhi karena tidak dilaksanaannya pengangkatan anak secara yuridis. Skripsi ini akan membahas mengenai mengenai pengaturan kedudukan anak angkat yang diangkat tanpa melalui penetapan pengadilan dan akibat hukumnya dalam hal mewaris. Penulisan skripsi ini difokuskan untuk menganalsisi putusan Nomor 324/Pdt/2020/PT MDN. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yuridis normatif. Hasil penelitian ini adalah bahwa anak angkat yang diangkat berdasarkan hukum adat tanpa penetapan pengadilan adalah anak angkat sah dan berhak mewaris dari orang tua angkatnya sepanjang pengangkatan secara adat itu dapat dibuktikan kebenarannya.

For numerous couples, it is run-off-the-mill to expect a child once they are married. It is assumed that children will bring joy to the lives of their parents and inherit wealth from them, but some individuals may not be able to give birth to a child. As a result, many adoption centers are established, but there are still many occasions where, due to the judicial system, these foster children are not granted their legal rights. This dissertation will examine issues relating to the status of the adopted child in a family without any court order and its legal implications for their inheritance rights. This dissertation is writen to concentrate on the ruling of the Number 234/PDT/2020/PT MDN. This research uses the method of normative juridical. The results of this study are that children who are adopted without court orders based on customary law are entitled to inherit the wealth of their adoptive parents as long as the adoption can be substantiated."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ani Aprianingsih
"Salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk memperoleh keturunan. Keinginan untuk mempunyai keturunan merupakan suatu hal yang manusiawi, tetapi tidak semua orang mempunyai keturunan. Pasangan suami istri yang tidak mempunyai keturunan, biasnya menempuh cara pengangkatan anak atau adopsi. Tetapi alasan melakukan adopsi tidak hanya karena tidak mempunyai keturunan, masih banyak alasan lainnya, misalnya karena alasan kemanusiaan. Seperti tindakan hukum lainnya, adopsi juga mempunyai akibat hukum, terutama bagi anak angkat dalam hal kewarisan dan perkawinan. Menurut hukum Islam, adopsi hanya bertujuan untuk pemeliharaan anak yang diangkat saja, sehingga tidak memutuskan hubungan darah antara anak angkat dengan orang tua asalnya (adoptio minus plena). Sedangkan menurut Hukum Perdata Barat (dalam hal ini Staatsblad 1917 No. 129), adopsi bertujuan untuk meneruskan keturunan sehingga memutuskan hubungan darah antara anak angkat dengan orang tua asalnya (adoptio plena). Mengingat tidak adanya keseragaman mengenai peraturan-peraturan yang mengatur tentang adopsi dan belum adanya Undang-undang khusus tentang adopsi, maka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat alangkah baiknya jika pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) segera membentuk Undang-undang khusus yang mengatur masalah adopsi secara lengkap dan sempurna."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001
S21029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Skripsi ini membahas mengenai keabsahan pengangkatan anak yang dilakukan
tanpa melalui penetapan pengadilan serta akibatnya terhadap hak kewarisan anak
angkat. Penelitian difokuskan pada analisis yang dilakukan terhadap Putusan
Nomor 27 K/Pdt/2009/ dan Putusan Nomor 2052 K/Pdt/2010. Kedua putusan
tersebut memiliki inti permasalahan yang sama, akan tetapi menghasilkan putusan
yang berbeda, khususnya terkait hak kewarisan anak angkat yang diangkat tanpa
melalui penetapan pengadilan. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian
yuridis normatif dengan tipologi penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan betapa pentingnya pengangkatan anak dilakukan
dengan penetapan pengadilan guna memberikan suatu jaminan kepastian hukum,
khususnya terkait hak kewarisan., This thesis discusses about legality of adoption that is done without decree of
court and the implications for the inheritance rights of the adopted child. The
focus of this study is to analyze Court Decision Number 27 K/Pdt/2009 and Court
Decision Number 2052 K/Pdt/2010. Both court decision has the same core issue,
but resulted a different decision, particularly about inheritance rights of adopted
children who are adopted without decree of court. This research is normative
juridicial with descriptive typology and qualitative approach. The result of this
research shows how important an adoption be done by decree of court in order to
provide a law assurance of the inheritance rights of adopted child.]"
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S58363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rizky Ramadhanti
"ABSTRAK
Dalam setiap perkawinan semua orang menginginkan keturunan akan tetapi pada kenyataannya tidak semua keluarga mendapatkannya, untuk itu dapat dilakukan
suatu perbuatan hukum yaitu dengan mengangkat anak. Pengangkatan anak
dilakukan dengan mengajukan permohonan penetapan pengadilan sesuai dengan
persyaratan dan tatacara yang diatur dalam perundang-undangan, yang
mengakibatkan timbulnya hak dan kewajiban antara anak angkat dan orang tua
angkat. Namun, bagaimana dengan hak-hak anak angkat tersebut jika terjadi
pembatalan penetapan pengangkatan anak, mengingat tujuan pengangkatan anak
selain untuk mendapatkan keturunan juga untuk mensejahterakan kehidupan anak
serta melindungi hak-hak anak. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai
persyaratan dan tatacara pengangkatan anak sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku serta hak-hak anak dalam hal terjadi pembatalan
penetapan pengangkatan anak. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dan
menggunakan metode kepustakaan dan analisis kasus dengan mengumpulkan data
sekunder. Analisa kasus dilakukan terhadap Putusan Pengadilan Nomor
239/Pdt.G/2013/PN.BTM Tentang Pembatalan Pengangkatan Anak, dimana
akibat dari tidak terpenuhinya persyaratan dan tatacara pengangkatan anak yang
diatur dalam perundang-undangan dapat dimintakan pembatalan, selain itu hakhak
dan jaminan masa depan anak angkat juga menjadi pertimbangan hakim
dalam memutuskan perkara tersebut serta akibat dari pembatalan penetapan
pengangkatan anak tersebut mengakibatkan hak dan kewajiban yang timbul antara
anak angkat dan orangtua angkat menjadi hapus dan beralih ke orangtua yang
diangkat oleh hakim sebagai wali melalui putusan pengadilan tersebut.

ABSTRACT
In every marriage everybody wants to have children but in reality, not all families can have it, in order to have it, one may take legal actions which is adopting achild.
Adoption is done by applying for a court decision in accordance with the
requirements and procedures established in the legislation, which resulted in the
emergence of rights and obligations between the adopted child and the adoptive
parents. However, what about the rights of the adopted child in case of adoption
cancellation, given the purpose of adoption in addition to get a descent also for the
welfare of a child's life as well as protecting the rights of children. In this research
will be discussed about the requirements and procedures for adoption in
accordance with the legislation, and also about the rights of the child in case of
adoption cancellation. This study is juridicial normative and using literature and
analysis methods over a case by collecting secondary data. Analysis of the case
conducted from Court's verdict No. 239 / Pdt.G / 2013 / PN.BTM About Adoption
Cancellation, where the effect of the non-fulfillment of the requirements and
procedures for adoption set out in legislation may be requested cancellation, judge
in deciding the case also considered about the rights and guarantee the future of
the adopted child, as well as a result of the adoption cancellation of the
determination resulting in rights and obligations between the adopted child and the adoptive parents be removed and redirected to a parent who was appointed by the judge as a trustee by the court's verdict."
2016
T46615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Eunike Mangi
"Fakta yang sering terjadi dalam masyarakat adalah akibat hukum karena tidak
didaftarkannya jaminan fidusia oleh lembaga pembiayaan, serta sering terjadi penarikan paksa dari lembaga pembiayaan terhadap barang jaminan fidusia yang ada pada konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akibat hukum jaminan fidusia yang tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia dan upaya perlindungan hukum konsumen ketika PT.ASF sebagai Lembaga jaminan fidusia menggunakan pihak ketiga (debt collector) dan menarik paksa barang jaminan fidusia terhadap Tuan H. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif dengan tipologi penelitian yang ditinjau dari sudut penerapannya yang berfokus masalah (problem focused research), jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder dengan metode analisis data kualitatif. Berdasarkan kajian ini, disimpulkan bahwa pembebanan jaminan fidusia yang dibuat dengan akta notaris dan didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia adalah sama kuatnya dengan putusan pengadilan dan mempunyai kekuatan eksekutorial. Terhadap penarikan paksa barang jaminan fidusia yang menggunakan pihak ketiga adalah perbuatan melawan
hukum dan bertentangan dengan PMK No.130/PMK.010/2012 Pasal 4 yang menyatakan bahwa Penarikan benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor oleh perusahaan pembiayaan wajib memenuhi ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam undang-undang mengenai jaminan fidusia dan telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor. Apabila terjad pengambilan paksa barang yang menjadi objek jaminan ditengah jalan, konsumen harus menolak dan dapat melaporkan ke pihak kepolisian.

Facts that often occur in society are legal consequences due to the absence of fiduciary collateral by financial institutions, also frequent forced withdrawals from financing institutions of fiduciary collateral goods which is belong to the consumers. This study
aims to determine the legal consequences of fiduciary collateral that are not registered at
the Fiduciary Registration Office and consumer legal protection efforts when PT. ASF as
a fiduciary collateral institution uses a third party (debt collector) and forcibly withdraws
fiduciary collateral against Mr. H. This study uses normative juridical method with the
typology studied in terms of its application which focuses on problems (problem focused
research), the type of data used is secondary data with qualitative data analysis methods.
Based on this research, the key is that the imposition of fiduciary collateral made with a
notary deed and at the fiduciary registration office is as strong as the court decision and
has executive power. Forcing parties to guarantee a fiduciary using a third party is an act
against the law and contrary to PMK No. 130/PMK.010/2012 Article 4 which states that
the withdrawal of objects guaranteeing a fiduciary in the form of a motor vehicle by a
finance company must fulfill the provisions and requirements as stipulated in the law
regarding fiduciary collateral and has been agreed upon by the parties in the motor vehicle
financing agreement. If forcibly taking goods that are the object of collateral in the middle
of the road, the consumer must refuse and can report it to the police.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>