Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54004 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsurijal Tan
"The proposes of this study is to analyze the relations between export growth of industrial manufacturing commodities in Indonesia with the following variables (i), relative prices of export commodities to the domestic prices; (ii), value added of manufacturing industries; (iii) devaluation policies; (iv), deregulation polices; (v), exchange rate of Yen per US dollars; (vi), exchange rate of rupiah per US Dollars; and (vi), under utilization capacity. The results of descriptive analyses show a positive relation between export growht of industrial manufacturing commodities with the variables of i,iii,iv, v, and of vi. However, the devaluation policies on March 30th, 1983 (iv) cannot be considered economically as an important variable. For the empirical analyses, the variables above are formulated into the econometric models: "Linear and log-linear". The results of examining these models strengthen the descriptive finding before, and under utilization capacity can't be measured quantitatively."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Puspitowati
"Tesis ini bertujuan untuk ( i ) melihat kontribusi industri manufaktur terhadap pertumbuhan output ( ii) melihat faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan industri manufaktur (iii) melihat efisiensi teknis pada industri manufaktur ISIC tiga digit di Indonesia tahun 1990-1997.
Metode dekomposisi pertumbuhan digunakan sebagai pendekatan untuk melihat kontribusi industri manufaktur terhadap output, karena dapat diperoleh faktor apa yang berperan terhadap pertumbuhan output domestik. Fungsi Produksi Cobb Douglas digunakan untuk melihat faktor -faktor yang menentukan pertumbuhan industri manufaktur. Sementara untuk melihat efisiensi teknis digunakan Data Envelopment Analysis.
Data yang digunakan berasal dari Tabel Input Output 1990 dan 1995 untuk melihat kontribusi industri manufaktur. Untuk melihat faktor penentu pertumbuhan industri manufaktur digunakan data panel yang berasal dari data industri manufaktur tiga digit kecuali minyak dan gas, demikian pula untuk efisiensi teknis.
Studi ini menunjukkan industri manufaktur merupakan penentu utama dalam pertumbuhan output domestik perekonomian Indonesia tahun 1990-1995. Sementara untuk industri manufaktur terlihat pertumbuhan sektor tersebut lebih dipengaruhi oleh permintaan domestik kemudian ekspansi ekspor.
Dalam analisis data panel menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur disebabkan karena pertumbuhan tenaga kerja , pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan kapital.
Dengan menggunakan Data Envelopment Analysis diperoleh hasil bahwa ada kecenderungan beberapa sub sektor menunjukkan efisiensi yang tinggi pada periode penelitian. Dimana hasil tersebut cenderung menunjukkan industri kapital intensif mendorong efisiensi pada industri labor intensif.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eleonora Sofilda
"Tesis ini dibuat untuk mengetahui bagaimana kinerja ekspor manufaktur padat sumberdaya pertanian dengan tiga pendekatan, yaitu Constant Market Share, Revealed Comparative Advantage, dan Trade Specialization Ratio. Periode penelitian yang digunakan mulai dari tahun 1986 sampai dengan tahun 1998. Hasil perhitungan constant market share (CMS) menunjukkan bahwa pada tahun 1986 sannpai dengan tahun 1993 nilai ekspor Indonesia untuk komoditas manufaktur padat sumberdaya pertanian (SITC 611, 612, 613, 634, dan 635) masih mengalami peningkatan, walaupun peningkatan nilai ekspor ini mengalami penurunan yang berfluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai ekspor yang bernilai positif ini lebih disebabkan karena positifnya efek pertumbuhan dunia dan efek Jaya saing. Pada saat negatifnya efek daya saing di pasar internasional, mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1998 terjadi penurunan yang sangat tajam untuk nilai ekspor-Indonesia untuk komoditas manufaktur padat sumber daya pertanian.
Krisis ekonomi yang dimulai pada awal 1997 yang disebabkan depresiasi rupiah ternyata membawa dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Depresisasi rupiah yang terjadi seharusnya mampu meningkatkan nilai ekspor ternyata tidak terjadi, hal ini menunjukkan bahwa daya saing Indonesia untuk komoditas ini sangat lemah di dunia Internasional. Oleh karena itu negara kita harus meningkatkan kualitas dari komoditas yang di ekspor dan memperhatikan aspek-aspek lainnya yang menjadi penyebab lemahnya daya saing Indonesia di pasar Internasional. Perlunya perhatian Pemerintah yang lebih dalam menjalankan roda perekonomian sehingga produksi menjadi lebih efisien dan perlu ditingkatkan peran ekspor komoditas yang padat sumberdaya pertanian karena basis Indonesia dalam produksi ada pada sumberdaya pertanian.

This thesis is made to know how export working heavy agriculture with three approaches, which is Constant Market Share, Revealed Comparative Advantage and Trade Specialization Ratio. Period of research which is in use start from 1986 until 1998. The result of constant market share (CMS) calculation shown that in the year of 1986 until 1993 Indonesian value of export for the commodity of heavy agriculture resources manufacture (SITC 611, 612, 613, 634 and 635) still continuing to improvement, although this value of improvement still decline to reduction from year to year. The value of export which has positive mark is causes more of the positive effect of the world growth and competitive effect. By the time that competitive effect at the International market which have negative, from 1994 until 1998 become decline that so hard of Indonesia export value for the commodity of heavy manufacture agriculture resources.
Economic crisis which is began at the earlier 1997 causes by rupiah depreciation bring the huge side effect of Indonesian economic. Rupiah depreciation should capable to improve export value in fact not happened. This is shown that Indonesian competitive for these commodity very weak at the International world. Because of that our country have to improvement the quality from commodity which is going to export and give full attention of another aspect which is causes weakness of lndonesian competitive at the International market. The government should to give lull attention to continuing economic cycling that production more efficient and to improve commodity of export which is have heavy agriculture because Indonesian base on production exist on agriculture resources."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T 8030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femmy Roeslan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S18090
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syon Syarid
"Prioritas pemerintah pada pertengahan tahun 1980-an untuk meningkatkan peranan ekspor industri dalam perekonomian telah menyebabkan terjadinya peningkatan pesat ekspor industri manufaktur. Walaupun pertumbuhan sektor industri manufaktur Indonesia sebelum tahun 1980-an mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi peitumbuhan industri yang tinggi tersebut bukanlah untuk penibahan struktur industri. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya peranan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia baik terhadap nilai tambah (value added) maupun ekspor industri manufaktur.
Perubahan struktur industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an telah meningkatkan pcranan ekspor industri manufaktur. Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai maksud tersebut adalah merubah strategi perdagangan Indonesia dari strategi substilusi impor ke strategi promosi ekspor dengan mcngurangi rentang tarif barang-barang konsumsi impor yang sennula sangat tinggi, merubah kebijakan dalam bidang investasi dan melakukan penyesuaian dalam bidang moneter yaitu melakukan devalusi mata uang pada tahun 1983 dan tahun 1986 untuk meningkatkan daya saing ekspor industri manufaktur di pasar internasional.
Perubahan kebijakan tersebut telah mampu meningkatkan ekspor industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an. Bahkan ekspor industri manufaktur Indonesia pada pertengahan Eakin I980-an tersebut telah mendaminasi ekspor non¬migas Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dapat dikatakan tidak mempunyai peranan penting terhadap ekspor non-migas Indonesia.
Perkembangan ekspor industri dan penguatan stniktur industri selama pertengahan tahun 1980-an telah mengundang minat penulis untuk mengetahui sejauh mana perubahan struktur industri di Indonesia dan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional. Untuk itu penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut. Apakah perubahan struktur industri yang terjadi di Indonesia telah mampu meningkatkan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional? Apakah komponen-komponen perubahan struktur yaitu produktivitas modal dan tenaga kcrja signifikan mempengaruhi keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia? Apakah Real Exchange Rate yang mencerminkan daya saing ekspor industri manufaktur mempunyai hubungan yang erat dengan pembentukan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia di pasar intemasional.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas penulis telah melakukan penelitian terhadap "sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor yang dibagi ke dalam lima subsektor industri manufaktur yaitu subsektor industri manufaktur padat suinberdaya pertanian, padat sumberdaya mineral, padat kaya, padat teknologi dan padat human capital dengan menggunakan Indeks Perubahan Struktur (IPS) untuk mclihat perubahan struktur industri berdasarkan kepadatan
faktor dan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur ketutggulan komparatif ekspor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor.
dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum dalam sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor telah tercipla perubahan struktur, tetapi belum tercipta keunggulan komparatif di pasaran internasional. Begitu juga subsektor industri manufaktur padat karya, padat teknologi, dan padat human capital telah menunjukkan terjadinya perubahan struktur. Tetapi subsektor industri manufaktur padat teknologi dan padat human capital belum menunjukkan terciptanya keunggulan komparatif kecuali untuk subsektor industri manufaktur padat karya yang telah menunjukan adanya keunggulan komparatif di pasar intemasional setelah tahun 1985.
Sedangkan dalam subsektor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian tcrjadi pergeseran nilai indeks perubahan struktur akan tetapi telah menciptakan terjadinya keunggulan komparatif di pasaran internasional. Hal ini diduga karena keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian Brat kaitannya dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur walaupun telali terjadinya perubahan struktur disebabkan karena perubahan struktur industri manufaktur masih belum terjadi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena nilai indeks perubahan struktur masih sangat kecil dan jauh dari kategori suatu negara yang menunjukan terjadinya perubahan struktur secara penuh.
Dari hasil pengujian regresi, belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar intemasional disebabkan karena tidak terjadinya peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur maupun daiann subsektor industri manufaktur kecuali subsektor industri manufaktur padat human capital yang menunjukan hubungan signifikan produktivitas tenaga kerja terhadap pembentukan keunggulan komparatif. Selma periode analisis keunggulan komparatif hanya digerakkan oleh produktivitas modal dan Real &change Rate. Karena selama analisis produktivitas modal dan Real Exchange Rate sangat signifikan tnempengaruhi nilai RCA ekspor industri manufaktur di Indonesia.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiyarti
"Fenomena tentang pertumbuhan ekonomi telah lama menarik untuk diteliti. Beberapa teori pertumbuhan ekonomi muncul untuk mencoba menerangkan mengenai faktor penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi tersebut. Perkembangan terbaru dari teori pertumbuhan ekonomi adalah munculnya teori pertumbuhan baru atau teori pertumbuhan endogen. Salah satu hal yang menarik dari teori pertumbuhan endogen adalah adanya ekstemalitas dalam perekonomian. Ekstemalitas ini merupakan suatu sumber eksternal yaitu sumber lain di luar input yang digunakan, yang turut menjadi faktor panting penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi.
Dalam perekonomian terbuka dimana setiap negara selalu berhubungan dengan negara lain, ekstemalitas dapat muncul dari adanya hubungan perdagangan antar negara. Ketika dua negara mengadakan perdagangan dalam bentuk kegiatan impor dan ekspor barang akhir maupun barang antara, maka akan timbul adanya ekstemalitas yang berupa proses belajar. Proses belajar ini timbul dari pergerakan barang-barang yang secara tidak langsung membawa ide, stok pengetahuan dan teknologi yang terkandung pada barang-barang tersebut. Proses belajar (learning) yang berasal dari kegiatan perdagangan intemasional dikenal dengan istilah economy wide-trade induced learning by doing. Berhasilnya proses belajar tersebut pada sektor industri manufaktur akan menyebabkan meningkatnya tingkat pertumbuhan nilai tambah dan pada akhimya akan meningkatkan proporsi nilai barang yang dapat diekspor. Proses learning dalam hal ini lebih merupakan capital learning, yaitu learning yang terkait dengan penggunaan barang modal. Tesis ini secara khusus akan melihat tentang pengaruh dari sumber eksternal (ekstemalitas) dalam bentuk 'trade induced learning' terhadap pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur Indonesia. Variabel trade induced learning (TL) dalam penelitian ini diwakili oleh rasio dari nilai impor dan ekspor mesin-mesin terhadap nilai tambah industri agregat.
Dengan menggunakan data industri agregat dan dua digit diperoleh beberapa kesimpulan. Pada tingkat industri dua digit diperoleh hasil bahwa baik sumber internal dari input yang digunakan maupun sumber eksternal berupa variabel trade induced learning berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pertumbuhan nilai tambah industri. Kontribusi sumber ekstemal variabel trade induced learning jauh lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi sumber internal. Sementara pada tingkat industri agregat variabel trade induced learning secara statistik tidak signifikan untuk menentukan pertumbuhan nilai tambah. Kesimpulan yang berbeda ini menunjukkan bahwa belum terjadi proses belajar pada industri manufaktur secara umum. Proses belajar mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil dari sub sektor industri dua digit. Belum terjadinya proses belajar inilah yang menyebabkan industri manufaktur masih berada pada tingkat skala hasil yang konstan, baik pada tingkat industri agregat maupun pada tingkat industri dua digit. Ini berarti bahwa pertumbuhan industri manufaktur Indonesia masih bertumpu pada pertumbuhan input yang digunakan. Variabel trade induced learning belum dapat berperan dan menjadi sumber bagi pertumbuhan total factor productivity pada industri manufaktur Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T7493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amril
"Secara umum industrialisasi merupakan bagian dalam proses pembangunan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Secara teoritis ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa akhirnya kebanyakan negara berkembang memilih pengembangan industri (industrial development) sebagai basis utama untuk pembangunan ekonomi. Diantaranya seperti diungkapkan oleh Basri (1991), ketergantungan pada komoditi primer kerap menyebabkan fluktuasi penerimaan devisa. Sifat yang melekat pada sektor primer seperti lemahnya keterkaitan ke hulu dan ke hilir, rendahnya elastisitas permintaan terhadap harga, kekakuan di sector produksi, ketergantungan pada alam. Seperti disebutkan oleh Prebiech-Singer ketergantungan negara-negara sedang berkembang pada ekspor komoditi primer, mengakibatkan keuntungan perdagangan (gains from trade) makin merosot karena harga relatif komoditi primer terhadap industri manufaktur turun."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Risman Hadiyanto
"Penelitian ini bertujuan menganalisis pola perdagangan dan diversifkasi ekspor serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan volatilitas output sektor industri manufaktur di Indonesia periode 2000-2010 menggunakan estimasi Sistem Generalized Methode of Moment (GMM). Diversifikasi ekspor dalam penelitian ini mencakup diversifikasi produk (horizontal dan vertikal) dan pasar ekspor.
Hasil penelitian menunjukkan:
Pertama, terjadi pergeseran tujuan ekspor produk manufaktur di mana tujuh dari sepuluh negara tujuan ekspor utama, telah mengadakan perjanjian dagang dengan Indonesia.
Kedua, terjadi penurunan tingkat diversifikasi pasar dan produk horizontal ekspor, sedangkan diversifikasi produk vertikal ekspor mengalami peningkatan.
Ketiga, peningkatan diversifikasi pasar dan produk horizontal ekspor berkorelasi negatif dengan pertumbuhan sedangkan diversifikasi produk ekspor vertikal berkorelasi positif terhadap pertumbuhan output.
Keempat, diversifikasi pasar ekspor dapat menurunkan volatilitas output.
Kelima, diversifikasi produk horizontal ekspor berkorelasi positif dengan volatilitas output. Hal ini terjadi seiring meningkatnya peranan penerimaan ekspor bagi industri sehingga menurunnya permintaan ekspor akan mengurangi volume ekspor, mengurangi keuntungan produsen, menurunkan harga dan memperburuk Term of Trade (ToT) sehingga volatilitas output meningkat.
Terakhir, diversifikasi produk vertikal ekspor tidak berpengaruh terhadap volatilitas output karena lemahnya struktur industri dan integrasi vertikal dalam sektor industri manufaktur Indonesia.

The objective of this research is to analysis the trade and export diversification pattern and its impact on output growth and volatility of manufacturing industry sector in Indonesia on period of 2000-2010 use System Generalized Method of Moment (GMM) estimation. Export diversification consists of export product (horizontal and vertical) and market diversification.
The result shows that:
First, there were markets shifting of manufacture product which is dominated by seven countries which had having trade agreement with Indonesia.
Second, market and product horizontal export diversification were decreasing but product vertical export diversification was increase.
Third, export market and horizontal product diversification negatively correlated with output growth whereas vertical product diversification positively correlated.
Fourth, export market diversification has negative impact on output volatility.
Fifth, diversification of product horizontal export positively correlated with output volatility.
Finally, export vertical product diversification has no impact on output volatility because of weakness of vertical integration and manufacturing industry structure.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
D1995
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Akbar Wijaya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi kondisi learning by exporting pada industri manufaktur di Indonesia. Kondisi tersebut menunjukkan pengaruh yang positif dari kegiatan ekspor produk manufaktur terhadap pertumbuhan produktivitas industri yang diukur dari produktivitas tenaga kerja dan produktivitas faktor total (TFP). Selain itu, penelitian ini juga menganalisis dampak produktivitas industri dari ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk memperkuat strategi program promosi ekspor Indonesia, sekaligus meningkatkan daya saing industri nasional. Periode penelitian diambil mulai kurun waktu tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 dengan menggunakan data panel dari Survei Industri Besar dan Sedang, dan data ekspor Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa kegiatan ekspor berpengaruh positif terhadap produktivitas tenaga kerja dan produktivitas faktor total (TFP) dari industri manufaktur Indonesia, serta terdapat heterogeneitas pengaruh negara tujuan ekspor terhadap produktivitas perusahaan/industri. Penelitian ini juga menunjukkan dampakyangsaling bertolakbelakang akibat implementasi perjanjian kawasan perdagangan bebas (FTA) ASEAN-China terhadap kedua produktivitas tersebut.

This study aimed to analyze whether the condition of learning by exporting are happened in the manufacturing industry of Indonesia. This condition indicate a positive influence on the export of manufactured products to the growth of industrial productivity as measured by labor productivity and total factor productivity (TFP). In addition, this study also analyzes the impact of industrial productivity of exports to several countries of Indonesia's major trading partners. The results of this analysis are expected to be used as a basis for policy making to strengthen Indonesia's export promotion program strategy, while enhancing the competitiveness of the national industry. The study took a period from 2003 to 2008 by using panel data from the Survei Industri Besar dan Sedang (Survey of Large and Medium Enterprises), and Indonesian export data. The result of estimation indicate that exporting gives a positive effect to labor productivity and total factor productivity (TFP) of the Indonesian manufacturing industry, and there is heterogeneity of the effect of export destinations to the industrial productivity. This study also demonstrates the contradicting impact of the free trade area agreement ( FTA ) between ASEAN and China to the productivity of Indonesian manufacturing industry.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S17926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>