Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192161 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ema Rachmawati
"Penelitian ini mengungkapkan sejauh mana pelayanan kegawatdaruratan obstetri memenuhi kebutuhan perempuan sebagai pasien kegawatdaruratan obsteri, melalui pengalaman perempuan yang pernah memanfaatkan pelayanan kegawatdaruratan obstetri di RSUD klas C Suka Maju dan Kalimalang. Untuk melihat hubungan tersebut, digunakan kerangka pikir kesehatan dan kematian maternal menunit konsep kesehatan perempuan, hak dan kesehatan reproduksi, aspek yuridis pelayanan kesehatan reproduksi, konsep pelayanan kesehatan berkualitas menurut perempuan, program aksi safe motherhood dan standar pelayanan kegawatdaruratan obstetri. Metode penelitiannya berpendekatan kualitatif dan berperspektif perempuan. Metode pengumpulan data adalah studi kasus. Subjek penelitian berjumlah 31 orang, terdiri dari subjek utama sebanyak 12 orang, yaitu pasien trias kegawatdaruratan obstetri yang bertahan hidup serta 19 orang subjek pendukung, seperti orang tua/mertua, suami, saudara ipar, teman pasien baik yang meninggal dunia maupun bertahan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan kegawatdaruratan di dua RSUD tersebut belum sesuai dengan standar pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan belum memenuhi kebutuhan perempuan sebagai pasien obstetri. Berdasarkan aspek yuridis, beberapa jenis pelayanan dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hukum kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Kenyataannya, pasien dan keluarganya lebih banyak diam dan pasrah karena superioritas dokter dan rumah sakit. Di samping itu, pasien dan keluarganya tidak memahanu tindakan apa yang bisa mereka lakukan apabila dokter melanggar hukum atau hak reproduksi perempuan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelayanan kegawatdaruratan obstetri dapat ditingkatkan apabila ada komitmen yang kuat dari para dokter dan rumah sakit secara keseluruhan.

This Research revealed how far obstetric emergency service had satisfied woman needs as obstetric emergency patients thought woman experience who had ever gotten Obstetric Emergency Service in Local General Hospital (RSUD) Class C at both Kalimalang and Suka Maju District. To see such relation it had been applied frame of health and maternal mortality think according to woman health concept, reproductive rights and reproductive health, juridical aspect of reproductive medical service, concept of qualified medical service to them, action program of safe motherhood and obstetric emergency service standard. Method of collecting data used case study. Total research subject is 31 person comprising main subject is 12 obstetric emergency patients who has been survive, and 19 supporting subjects such as parents/parent in law, friends and cousin in law either who had passed away or as survivors.
Research result had indicated that emergency service at those two hospital had not suitable with emergency service standard as well as had not satisfied woman needs yet as obstetric patients. In side of juridical aspect some of service types may be categorized as violation on both medical laws and reproductive rights. If fact rather, patients and their family is silent and nothing to do because superiority of physicians and hospital. And patients and their family had not understood what action to do if physicians had violated laws or reproductive rights. Finally, this research may draw conclusion that obstetric emergency service may be increased if physicians and hospital had bound strong commitment totally.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T14631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I.G.L. Roni Supatra
"Pemanfaatan pelayanan bersalin bersifat personal dan dapat dipengaruhi oleh mutu layanan rawat jalan di rumah sakit. Sebanyak 77,5% pasien ibu hamil di unit obstetri rawat jalan RS Risa Sentra Medika tidak memilih bersalin di rumah sakit tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan bersalin pada pasien ibu hamil di unit obstetri rawat jalan Rumah Sakit Risa Sentra Medika. Dengan desaign cross sectional dengan jumlah sampel 104 reponden. Untuk menggali lebih mendalam permasalahan rendahnya pemanfaatan pelayanan bersalin, penelitian dilengkapi dengan pendekatan kualitatif melalui diskusi kelompok terarah dengan pihak manajemen mengenai permasalahan yang ada. Jarak dan waktu tempuh menjadi variabel yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan bersalin dari hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Berbeda dengan hasil pendekatan kualitatif yang memperlihatkan bahwa justru fasilitas yang lebih mempengaruhi pemanfaatan pelayanan bersalin pada pasien ibu hamil di unit obstetri rawat jalan di rumah sakit ini.
Rekomendasi yang dapat diajukan dari penelitian ini diharapkan untuk memperbaiki fasilitas di unit obstetri rawat jalan RS Risa Sentra Medika atau merelokasinya sehingga pasien ibu hamil akan merasa lebih nyaman. Diharapkan manajemen RS Risa Sentra Medika melakukan Customer Relationship Management pada pasien ibu hamil yang melakukan antenatal care di unit obstetri rawat jalan RS Risa Sentra Medika, serta melakukan pendirian klinik rawat inap atau klinik bersalin sebagai jejaring RS Risa Sentra Medika, dengan terlebih dahulu melakukan studi kelayakan.

The Utilization of maternity service are personal and could be influence by the quality of outpatient service in hospitals. As total of 77.5% of pregnant women patients in outpatient obstetric unit at Risa Sentra Medika Hospital choose not to dilivered at this hospital. The goal of this study is to determine the factor affecting the utlization of maternity service for pregnant patients in aoutpatient hospital obstetric unit at Risa Sentra Mediak Hospital. The study was condected with a cross sectional design, the number of samples taken by 104 respondents. To probe about the low utilization of maternity service, this study equipped with qualitative research through focus group discussions with management and a quantitative study. The quantitative study results that distance and time as factors related to service utilization. Through a qualitative approach to the results obtained show a different matter where the facilities is a further factor affecting the utilization of maternity service that may be filed.
Recommendations of the study were expected the Risa Sentra Medika Hospital managemant to improve the facilities on an outpatient obstetric unit or relocated so that the pregnant patient will feel more comfortable. Also encourage Risa Sentra Medika Hospital management to maintain Customer Relationship Management in pregnant patients who did antenatal care in hospital outpatient obstetric unit at Risa Sentra Medika Hospital. Another option is to established inpatient clinic or birthing center as a network for Risa Sentra Medika, by first conducating a feasibility study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31016
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Hamid
"Jasa Pelayanan adalah suatu imbalan atau kompensasi yang diterima oleh pelaksana pelayanan di rumah sakit atas perlakuan yang diberikannya kepada klien atau pasien. Oleh karena belum ada aturan baku yang mengatur pola pembagian Jasa Pelayanan di RSUD Sumatera Barat, khususnya RSUD Kelas C, sehingga dijumpai variasi pola pembagian Jasa Pelayanan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pola pembagian Jasa Pelayanan di Unit Rawat inap RSUD Kelas C dcngan pendekatan kualitatif. Suatu studi komparatif dilakukan pada 3 (tiga) RSUD Kelas C yang hampir sama kinerjanya. Dengan adanya faktor internal dan faktor eksternal yang berhubungan dengan pola pembagian Jasa Pelayanan, dicari dokumen/arsip dan beberapa orang informan yang mengetahui tentang pola pembagian Jasa Pelayanan di RSUD.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Pola Pembagian Jasa Pelayanan di RSUD yang diteliti masih bervariasi, tergantung dari kebijakan Direktur masing-masing dan secara garis besar masih mengacu pada SK Menkes No.66/II/1987. Faktor tenaga profesional terutama Dokter Spesialis mendominasi pola pembagian Jasa Pelayanan di ketiga RSUD. Dokter spesialis mengusulkan pola fee for service, sedangkan lainnya dapat dibuat berdasarkan bobot.
Peneliti menyarankan agar pihak manajemen selalu mensosialisasikan pemahaman tentang kerja tim di rumah sakit sehubungan dengan pembagian Jasa Pelayanan.

The Analysis of Health Service Incentive Patterns at Inpatients Unit of General District Hospital (RSUD) Class C West Sumatra (A Comparative Study) Health services incentive are compensations accept by the administration of services at hospitals for the treatment they give to the client or patients. There have not been any fixed rules regulating the patterns of health services incentive at District Hospital (RSUD) in West Sumatra, especially those categories in Class C.
The research is conducted to obtain some patterns of health services incentive at Inpatients Unit of RSUD Class C by employee qualitative approach. A comparative study was conducted at 3 (three) District Hospitals (RSUD) Class C whose performance are nearly similar. Having some internal and external factors related to health services incentive patterns, some documents/ file and some informants knowing the patterns of health service incentive at RSUD were searched.
The result of this study is found that the patterns of health services incentive at District Hospital (RSUD) investigated is still widely varied, depending on the policy of respective directors. In generally, it still refers to the regulation of health ministry No.66/II/1987. The factor of professional, especially medical specialist, dominates the patterns of health services incentive at the three District Hospital.
It is recommended that the health services incentive for medical specialist is separated based on fee for services, while for the others a pattern of health services incentive can be made based on score system. The conclusion of thus study is that the pattern of health services incentive still varied, medical specialist want to fee for services and there have not been fixed rules regulation the patterns of health services incentive.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T2521
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan
"Masalah ISPA di Indonesia sekarang menyebabkan sekitar 36 % kematian bayi dan 13 % kematian anak balita. (SKRT 1992). Dan dari segi pemanfaatan pelayanan kesehatan, baru sekitar 64,5% balita ISPA yang memanfaatkan fasitas pelayanan kesehatan selebihnya ke dukun, diobati sendiri dan didiamkan (SDKI,1991), pada tahun 1994 proporsi tersebut turun menjadi 62,8% (SDKI, 1994).
Disain penelitian ini adalah cross sectional study dengan analisis case control data SDKI 1994. Tujuan penelitian untuk melihat hubungan keterpaparan media komunikasi ibu balita dengan pemanfaatan pelayanan keschatan untuk balita ISPA, dan yang mempengaruhi hubungan tersebut. Untuk mengetahui besarnya hubungan dilakukan perhitungan Odds ratio melalui analisis multivariat unconditional logistic regression.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaparan media komunikasi berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan, OR = 1,28 (95 % CI= 0,931-1,701), umur ibu tidak berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan OR = 1,06 (umur 25-36 tahun) dan OR=0,84 untuk umur >36 tahun, pendidikan ibu ? SLIP, OR= 2,02 (95% C1;1,58-2,58), status kerja rutin ibu OR= 0,76 (95% CL 0,61-0,93), begitu juga jumlah anak E 3 orang OR = 0,71(95 % CI.0,57-0,88), status sosial ekonomi sedang OR =0,79 (95% CL0,69-0,93), sedangkan sosial ekonomi tinggi, OR = 1,76 (95% CI, 1,49-2,09). Dan faktor anak yang diteliti, umur anak 2-12 bulan OR= 1,16 (95 % Cl. 0,96-1,40), umur > 12 bulan , OR= 1,05 (95% CL4,88-1,26) dan adanya penyakit penyerta, OR =1. Jenis kelamin pria OR=1,30 (95% CI, 1,05-1,30), dan jumlah hari sakit > 3 hari OR = 1,65 (95% C1=I,33-2,05). Tipe daerah urban dengan OR= 1,84 (95% CI,1,41-2,39), wilayah Jawa Bali dengan OR-1,45 (95% CI,1,09-1,92), dan pendidikan suami ? SLIP OR=1,87 (95% CI, I,49-2,36),.
Kesimpulan, hubungan pemaparan media komundcasi ibu balita dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan untuk balita ISPA, dengan analisis multivariat nilai OR murni = 1,2798 (95 % CL0,931-1,701), secara statistik menjadi borderline (hampir bermakna), dan ditemukan fariabel pendidikan ibu, jumlah hari saldt, jenis kelamin anak, dan sosial ekonomi ibu berperan terhadap hubungan keterpaparan media komunikasi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Saran penelitian ini adalah perlunya peningkatan upaya komunikasi informasi dan edukasi tentang manfaat pelayanan kesehatan untuk balita ISPA dalam rangka menekan angka kematian bayi dan balita, melalui media yang dapat dengan mudah dicerna (misalnya ; bahasa setempat) dan dapat dijangkau oleh masyarakat, serta meningkatkan penyuluhan lewat tatap muka khususnya ibu balita atau keluarga yang terhbat langsung dalam perawatan balita terutama di wllayah Luar Jawa-Bali.

Acute Respiratory Infection (ARI) issue in Indonesia has caused of around 36 % of baby mortality and 13 % of children ( SKRT 1992). It is reviewed through medical service utilization , just around 64.5% of ARI in children being utilized a medical service facility, and the rest going to shaman, self treated and ignored (SDKI, 1991), in the year of 1994 such proportion has decreased of 62.8 % (SDKT,1994).
This research design shall mean a cross sectional study through analysis of case control of secondary data of IOBS 1994. The purpose of this research is to observe the relation on exposure of communication media for mother of children through medical service utilization for ARI and the factors there to which may affect such relation. In order to acknowledge how far such relation may be taken into consideration of Odds Ratio through analysis of multivariat unconditional logistic regression.
This research result shows that the exposure of communication media is related to the medical service utilization, OR = 1.28 (95 % CI = 0.931 - 1.701), age of mother is not related to medical service utilization OR = 1.06 ( age of 25 - 36 years), and OR 0.84 for age > 36 years, mother education ? SLIP , OR=2.02 (95 % CI; 1.58-2.58), mother's routine work status OR = 0.76 (95 % C1;0.61-0.93), and also amount of children < 3 person OR = 0.71, middle economic social status OR = 0.79, while high economic status , OR = 1.76 (95% CI; 1.49 - 2.09), pursuant to factor of children being observed, age of children 2 - 12 months OR = 1.16 (95 % CI; 1.96 - 1.40), age > 12 months, OR =1.05 and disease suffered , OR = 1, sex of male OR = 1.30 (95 % CI; 1.05 - 1.30) and amount of sick days OR = L65 (95 % CI; 1.33 - 2.05). Type of urban area OR = 1.84 (95 % CI; 1.41 - 2.39), Java Bale region , OR = 1.45 (95 % CI; 1.09 - 1.92), and husband education ? SLTP OR = 1.87 (95 % CI; 1.49 - 2.36).
Conclusion, relation on exposure of communication media for mother of children under five through medical services utilization for ARI in children under five through analysis of multivariate 5nds OR adjust value = 1.2798 (95 % CI; 0.931 - 1.701), statistically being borderline (almost meaning), and then it is found that variable of mother education, amount of sick days, sex of children and mother social economy may affect to relation on exposure of communication media through medical service utilization.
In this agreement, it is suggested that the improvement effort of communication, information and education concerning medical service utility for ARI in children in the framework of decreasing baby mortality, through media which is easy to understand are required (local language) and may be reached out by public, and also by providing information fare to face particularly with mother of children under five or family being directly involved in taking care of children particularly outside of Java- Bali.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Soleh
"ABSTRAK
Di Kabupaten DT II Bekasi jumlah sarana pelayanan kesehatan swasta berkembang dengan pesat. Telah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/Per/XII/86, Peraturan Pemerintah No.7/1987, dan Peraturan Daerah Tingkat II Bekasi No. 2 Tahun 1996 untuk pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal).
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan langkah-langkah/proses penyempurnaan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan swasta.
Penelitian dilakukan secara Cross Sectional dengan analisis deskriptif di 49 Puskesmas dari 55 Puskesmas yang ada di Kabupaten DT II Bekasi.
Dari hasil penelitian ternyata pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tidak berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku di atas. Hal ini disebabkan keterbatasan sumber daya di Seksi Pemulihan Kesehatan yang selama ini diberi beban tugas Binwasdal di samping itu dalam SOTK Dinas Kesehatan tugas Binwasdal tidak tercantum secara eksplisit Untuk mengatasi hal ini disepakati untuk membentuk Tim Binwasdal baik di tingkat Kabupaten maupun di tingkat Puskesmas dengan perhatian kepada " 5 M ' (man, material, method, money, dan market ).

ABSTRACT
The amount of the private health services instrument in Bekasi Regency are growing very fast. The Government Regulation of Minister of Health Number 920/Menkes/Per/?CII/86, The Government Regulation Number 7/1987 and Bekasi Regency Regulation Number 2/1996 for establishing, and controlling have been produced.
The objective of this research was to refine the activities of establishing and controlling the private health service facilities.
A cross sectional study was used, with descriptive analysis in 49 health center among 55 health center in Bekasi Regency. For the sample, one private health service facility was randomly chosen in each Health Center.
This research showed that the establishing and controlling did not carry out appropriately with the government regulation. It was caused by the responsibility for this duty. While the job description for this duty was not clearly explicit.
To overcome this problem it was agreed to form a team for establishing and controlling in regency level and health center level with special attention to the "5 M" (man, material, method, money, and market) .
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Hamzah Taslim
"Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1994, Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup dari Angka Kematian Perinatal adalah 40 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, maka angka kematian ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi dari pada Thailand atau 5 kali lebih tinggi dari pada Filipina. Salah satu daerah di Indonesia yang angka kematian ibu (AKI) hamilnya masih cukup tinggi yaitu Kota Ternate. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Ternate, angka kematian ibu hamil di Kota Ternate pada tahun 2003 meneapai 14 orang dari 2.560 ibu hamil yang memeriksakan diri pada pusat-pusat kesehatan atau 5,3 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun penyebabnya secara medic disebabkan oleh sepsis, gangguan pembekuan darah, eklampsia dan pendarahan. Selain itu, AKI yang tinggi di Kota Ternate juga disebabkan oleh berbagai hambatan secara individu-sosial yang menyebabkan akses ibu hamil dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan kurang optimal.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif yang berlatar alamiah sebagai suatu keutuhan yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian dan analisis data secara induktif serta lebih mementingkan proses daripada hasil dan membatasi studi dari pada fokus. Metode penelitian ini dipilih dengan pertinbangan bahwa melalui penelitian kualitatif diharapkan akan mampu mengkaji masalah penelitian secara mendalam sehingga dapat diperoleh penjelasan yang bermakna tentang pelayanan publik, khususaya pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.
Adanya tradisi dan kepercayaan pada masyarakat Kota Ternate bahwa pada masa kehamilan dan pasca persalinan, seorang ibu hamil dan calon anak harus dibantu untuk dijaga dari gangguan mahluk halus oleh seorang dukun (biang). Selain ltu, perlunya ibu hamil selama proses kehamilan maupun. pasta persalinan untuk diurut dan diasapi (dirahu) agar kondisi dan staminanya tetap terjaga. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Kota Ternate yang hanya 49,5%hingga 73,2% dan sisanya sekitar 27 - 511 % ditolong oleh tenaga dukun (biang). Lingkungan sekitar ibu hamil juga ikut mempengaruhi terhadap rendahnya proses pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Pusat pelayanan kesehatan yang masih terkonsentrasi di pusat kota juga mempengaruhi ibu hamil dalam mengakkses pelayanan kesehatan. Waktu tunggu yang lama, waktu tempuh yang bertambah akibat jarak yang jauh, kenyamanan mereka dan biaya yang membengkak merupakan faktor penting yang bisa menjelaskan kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan di Kota Ternate, Selain itu, sistem pelayanan kesehatan yang standar menurut dimensi kesehatan yang diterapkan di Kota Ternate ternyata belum bisa disebut memadai dan sesuai dengan keinginan masyarakat di sana. Pelayanan kesehatan yang telah diterapkan belum memenuhi keinginan masyarakat Kota Ternate. Hal tersebut mempengaruhi pendekatan baik secara fisik maupun sosial masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang selama ini dijalankan.
Perlu untuk dipikirkan ke depan mengkombinasikan antara pelayanan kesehatan secara medis-modern dengan pelayanan kesehatan secara tradisional. Perlu di berikan pendidikan dari pelatihan secara berkala kepada para dukun bayi yang ada di Ternate dan meningkatkan peran mereka sebagai pendamping ibu hamil. Dan juga dukun bayi di sini adalah untuk mengkomunikasikan dengan ibu hamil dan menjembatani secara langsung antara ibu hamil, dan rumah sakit dalam proses pemeriksaan maupun persalinan secara medis-modern. Dukun bayi juga dapat dijadikan sebagai media penyuluhan dari sosialisasi yang intensif tentang pentingnya kesehatan yang layak agar dapat merubah pemahaman masyarakat Ternate tentang proses kehamilan dan persalinan secara medis-modern tersebut.
Perlunya meningkatkan sarana dan pra sarana pelayanan kesehatan secara medis-modem seperti puskesmas yang ada agar ditingkatkan statusnya dari non perawatan menjadi perawatan dan juga dilengkapi dengan fasilitas PONEK sehingga memberikan pelayanan yang menyebar secara merata ke seluruh wilayah agar dapat menjangkau masyarakat sampai ke pelosok kota di Kota Ternate. Dengan melihat budaya paternalistik yang masih begitu kuat dalam masyarakat Ternate, perlu untuk memberi kesempatan kepada ibu hamil baik dalam kondisi normal ataupun darurat untuk bisa mengambil keputusan secara cepat dan tepat dalam memperoleh pemanfaatan pelayanan kesehatan secara medis-modem yang mudah dijangkau dan dicapai oleh mereka. Pendekatan terhadap tokoh agama maupun adat agar mau memberikan pemahaman kepada masyarakat supaya tidak terlalu percaya dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegaiban."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ramdan
"Awalanya Rumah Sakit berfungsi sebagai institusi sosial yang membantu masyarakat miskin, kemudian rumah sakit berusaha untuk merubah dari institusi sosial menjadi sosial-ekonomi. Dengan demikian organisasi rumah sakit dalam pengelolaanya saat ini mengunakan prinsip ekonomi dengan maksud mempertahankan keberlangsungan dalam usahanya. Namun Rumah Sakit tidak dapat meninggalkan fungsi sosialnya. Kondisi inilah yang mengakibatkan timbulnya permasalahan bagi Rumah Sakit Haji Jakarta. Satu sisi fungsi sosialnya bertujuan baik bagi kehidupan masyarakat, namun di sisi lainnya menimbulkan persoalan, baik terhadap etika medis maupun permasalahan mencari keuntungan bagi rumah sakit.
Oleh karenanya walaupun Rumah Sakit Haji Jakarta berkeinginan melaksanakan pelayanan kesehatan yang optimal dengan menentukan tariff pelayanan kesehatannya, namun hendaknya Rumah Sakit Haji Jakarta Juga Harus mengetahui beban yang ditanggung oleh masyarakat miskin sebagai pengguna pelayanan kesehatan, antara lain:
· Harus membeli obat Paten;
· Membeli bahan dan barang habis pakai untuk tindakan diagnostik maupun pengobatan;
· Biaya transport kerumah sakit;
· Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan akibat sakitnya.
Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin yang dilakukan oleh Rumah Sakit Haji Jakarta. Dengan tipe penelitiannya adalah yuridisnormatif. Pengumpulan data diperoleh dari (1)data sekunder, yang ditemukan dalam literature, dan (2) data primer yang diperoleh langsung dari tempat penelitian melalui observasi dan wawancara di Rumah Sakit Haji Jakarta. Adapun dalam menganalisa data digunakan teknik diskriptif kualitatif.

The first hospitals as a social institution is helping the poor people, but they are forced to change their principle to be social economy. It means that the hospitals are organized economically in order to survive but they don't leave their social functions. The condition as stated above has multiple effect in Hospital Haji Jakarta, one side it is good for human life but in other sides it causes a lot of dilemmas of medical norms and commercialization of health services.
Even that Hospital Haji Jakarta have a mind to execute the service in an optimal but other side shall hospital also have to know the charges to be accounted by a patient also very heavy:
· Have to buy the drug Paten;
· Buy the materials and goods (used up/finished) wear for action diagnostic and medication;
· Transportation charge to Hospital;
· Loss of opportunity to obtain earnings of illness effect
This research concern want to know about the problems of social functions for helping the poor people in hospital Haji Jakarta. The type of this research is normative-juridis. The sources of data are: (1) secondary data; this data is found from the literature, and (2) primary data; this data is found from the locations of the research by observation and communication. The locations of the research is hospital of Haji Jakarta'. The technique of data analysis is descriptive qualitative.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nowo Retno
"Persaingan yang semakin ketat pada industri perumahsakitan menuntut rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan unggulan yang mempunyai daya saing tinggi dalam memanfaatkan peluang. Rumah Sakit Bhakti Yudha sejak tahun 1998 telah menetapkan rencana strategi pengembangan rumah sakit dengan pelayanan unggulan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Penetapan ini didasarkan karena faktor historis yang berawal dari Rumah Bersalin dan menjadi market leader di Kota Depok. Pelayanan unggulan diharapkan menjadi pelayanan yang lebih unggul dibanding yang lain dan dapat memberikan kontribusi pendapatan yang menguntungkan bagi rumah sakit.
Dengan terjadinya perubahan lingkungan eksternal dan internal. Rumah Sakit Bhakti Yudha dituntut untuk selalu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya. Namun sejak ditetapkan pelayanan unggulan tahun 1998 sampai tahun 2002 belum pernah dilakukan evaluasi terhadap pelayanan unggulan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dan bertujuan untuk menganalisis pelayanan Kesehatan lbu dan Anak sebagai pelayanan unggulan. Data sekunder yang digunakan adalah dari data kegiatan rumah sakit dan Dinas Kesehatan Kota Depok. Analisis situasi lingkungan dilakukan baik terhadap lingkungan eksternal dan internal pelayanan KIA dengan menggunakan matriks IE dan matriks BCG. Implementasi pelayanan KIA dianalisis dari tahun 1998 sampai 2002 dengan wawancara mendalam dengan jajaran direksi Rumah Sakit Bhakti Yudha. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemetaan pelayanan unggulan KIA saat ini dengan menggunakan matriks IE berada pada sel VI, sedang dalam matriks portofolio BCG yang diperluas berada pada kuadran Faithful Dog. Strategi yang direkomendasikan adalah penciutan. Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa pelayanan unggulan KIA tahun 1998-2002 belum dimplementasikan secara konsisten terhadap strategi yang telah ditetapkan.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh Rumah Sakit Bhakti Yudha adalah melakukan penghematan dan efisiensi produksi, pengendalian biaya yang ketat, memfokuskan pada segmen yang lebih sempit, dan meningkatkan kualitas pelayanan. Disarankan agar rumah sakit melakukan analisis terhadap unit-unit lain secara menyeluruh untuk mendapatkan unit unggulan utama sebagai antisipasi apabila unggulan MA prospeknya makin memburuk dan harus dilikuidasi.
Daftar Pustaka: 31 (1989-2002)

High competitions in the hospital industry pursuit hospitals to provide the superior services, which have competitive advantage in seize the opportunities. Since it was established in 1998, Bhakti Yudha Hospital has developed Strategic Planning of Hospital Development to come up with the decision that the Maternity and Child Service is considered as the hospital's superior service. This decision was based on the fact that Maternity and Child clinic was initially dominate as market leader is the background of this decision. The superior service is prior to other services in gaining the benefit of hospital business.
The environmental changing, both external and internal, forces the hospitals to adapt and adjust to survive. Nevertheless Bakti Yudha Depok Hospital hasn't made any evaluation to their superior services yet.
This research is designed as a descriptive study and the purpose is to analyze the maternity and child health service as a superior service of Bhakti Yudha Hospital. The data used is secondary data from hospital activities and district health officer document. Environment situation analyze is made to both external and internal environment, using IE and BCG matrix. Implementation analyze of this service during 1998-2002 is conducted by in depth interview toward the director and management related.
The summarize of this research is that from mapping, by IE matrix, the maternity and child health service of Bhakti Yudha Hospital is located in cell VI, and by advanced BCG portfolio this service is in Faithful Dog Quadrant. The strategy recommended is retrenchment. In addition, this study shows that this service hasn't been implemented consistently against the strategies decided.
Therefore, recommended efforts may be: efficient in production and operational budget, specifies market segmentation, and improved the quality of services. Hospital management needs to execute the comprehensive study about the other services unit to establish the alternative superior service when the prospect of current superior service is bad and being liquidated.
References : 31 (1989-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Hasudungan
"Yang dimaksud dengan Kebijaksanaan Kartu Sehat di sini adalah Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1122/Menkes/SK/XI/1994 Tentang Kartu Sehat.
Analisis kebijaksanaan terhadap kebijaksanaan Kartu Sehat dilakukan dengan menganalisis pelaksanaan kebijaksanaan Kartu Sehat di lapangan maupun isi kebijaksanaan itu sendiri. Jenis penelitian ini adalah suatu studi kasus dengan pendekatan metode kualitatif yang berorientasi kepada proses.
Proses analisis kebijaksanaan dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah-masalah potensial yang mungkin timbul serta menetapkan faktor penyebabnya, untuk selanjutnya dirumuskan alternatif-alternatif pemecahannya.
Alternatif-alternatif pemecahan tersebut kemudian dinilai berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi alternatif pilihan. Alternatif pilihan ini diusulkan dalam bentuk rekomendasi sebagai masukan/saran bagi pemerintah dalam menindaklanjuti kebijaksanaan Kartu Sehat yang ada.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kebijaksanaan Kartu Sehat yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1122/Menkes/SK/XI/1994 Tentang Kartu Sehat temyata belum terlaksana di RSUD Koja dan Puskesmas Kali Baru sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diketahui dari timbulnya berbagai masalah potensial dalam pelaksanaan kebijaksanaan Kartu Sehat.
Timbulnya berbagai masalah potensial dalam pelaksanaan kebijaksanaan Kartu Sehat dikarenakan 2 (dua) hal yaitu :
1. Belum mantapnya persiapan pemerintah dalam melaksanakan program Kartu Sehat di lapangan.
2. Terdapat kelemahan pada isilmateri kebijaksanaan Kartu Sehat yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1122/Menkes/SK/X1/1994 Tentang Kartu Sehat itu sendiri.
Untuk mengatasi berbagai masalah potensial yang timbul disarankan agar pemerintah segera mengambil langkah untuk menetapkan kebijaksanaan baru dengan melakukan perubahan terhadap isi/materi kebijaksanaan Kartu Sehat yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1122/Menkes/SK/XI/1994 Tentang Kartu Sehat sehingga mampu mengantisipasi segala permasalahan yang timbul. Dalam melakukan perubahan terhadap isi/materi Keputusan Menteri Kesehatan tersebut perlu melibatkan semua instansi yang terkait dalam program agar dalam pelaksanaan program di lapangan diharapkan semua pihak memberikan dukungan optimal.
Kebijaksanaan baru tentang Kartu Sehat tersebut yang nantinya akan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI ditindak lanjuti dengan membuat Petunjuk Pelaksanaannya dalam bentuk Surat Keputusan Bersama ( SKB ) antara Departemen Kesehatan dengan Departemen terkait meliputi hal- hal yang berkaitan dengan bidang tugas Departemen bersangkutan. SKB ini kemudian dijabarkan oleh Departemen terkait dengan membuat Petunjuk Teknis (JUKNIS). Petunjuk Teknis ini dapat diterbitkan dalam bentuk Keputusan Menteri/Instruksi Menteri ataupun Surat Edaran Departemen bersangkutan untuk selanjutnya disebarluaskan kepada masing-masing aparatnya di Daerah sebagai pedoman dalam menunjang pelaksanaan program Kartu Sehat di lapangan.

The Kartu Sehat policy in this study is documented in the Minister of Health decree number 1122/Menkes/SK/XI/1994 about Kartu Sehat.
A policy analysis on Kartu Sehat is conducted by analyzing both the implementation of the policy and the content of Minister Of Helth decree on Kartu Sehat. It is a case study with qualitative approach focused on the process.
Policy analysis is performed by identifying potential problems, and determining causal factor, to formulate alternative solutions. These alternatives are evaluated using predetermined criteria. The selected alternative is proposed as a recommendation and input for the government to review up Kartu Sehat policy.
The study concluded that Kartu Sehat policy has not been properly implemented in RSUD Koja and Puskesmas Kalibaru. The study also identified two major potential problem as follows:
1. Lack of preparation by the government to implement Kartu Sehat program.
2. Minister of Health decree on Kartu Sehat contains some weak points.
To overcome these potential problems it is proposed that the government take immediate action to review the Minister of Health decree Number 1122/Menkes/SK/XI/1994 about Kartu Sehat. It is important to involve all related sectors in the review to obtain support needed for smooth implementation.
It is considered necessary to formulate a joint decree on Kartu Sehat between Ministry of Health and other related ministries ( Ministry of Internal Affairs , Ministry of Finance, etc) to be followed by technical guidelines. Dissemination of the new decree and its guidelines to all providers is essential for better implementation."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isi Mularsih Sumarno
"Pelayanan rumah sakit mempunyai peran yang sangat strategis baik dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat maupun sebagai cermin keberhasilan pelaksanaan tugas Departemen Kesehatan. Menjelang tahun 2000 permintaan pelayanan kesehatan akan semakin meningkat seiring meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pelayanan kesehatan. Kenyataannya saat ini masih banyak sarana pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit yang belum dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari rendahnya BOR sebagian Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji seberapa besar pengaruh beberapa variabel input dan proses pelayanan rumah sakit terhadap BOR dan menentukan faktor utama yang paling berpengaruh terhadap BOR.
Penelitian dilakukan pada enam Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C di Jawa Tengah yang mempunyai sebaran BOR dari rendah sampai tinggi (purposive sample), yaitu: RSUD Demak, RSUD Kendal, RSUD Salatiga, RSUD Jepara, RSUD Purwodadi, RSUD Boyolali. Variabel pada penelitian ini terdiri dari: (1) input meliputi 2 unsur yaitu unsur rumah sakit (sarana umum, sarana medis, sarana penunjang medis, tarif, ketersediaan pelayanan) dan unsur provider (tenaga); (2) proses yang terdiri dari: waktu pelayanan, dan kesinambungan proses pelayanan. Penelitian juga dilengkapi dengan profil pasien yang meliputi sosial ekonomi, jarak transportasi dan perilaku pasien. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metoda survai pada semua bangsal yang ada di rumah sakit dan wawancara terhadap individu sampel yang terdiri dari: kepala bang-sal dan pasien. Data sekunder diperoleh dari bagian rekam medis. Data pelengkap diperoleh dari wawancara mendalam terhadap direktur rumah sakit atau yang mewakili. Analisis data secara statistik menggunakan analisis univarian, korelasi, dan regresi. Khusus untuk data mengenai pasien hanya dilakukan analisis deskriptif.
Pada penelitian ditemukan: (1) faktor input yang berkorelasi. paling kuat dengan BOR adalah sarana umum (r=0,784), sarana penunjang medis (r=0,917), tenaga (r=0,789), dan tarif (r.0,900); (2) faktor proses pelayanan yang berkorelasi paling kuat dengan BOR adalah kesinambungan proses pelayanan (r=0,768) (3) uji regresi BOR dengan lima variabel yang mempunyai korelasi >0,75 dengan koefisien regresi yang bermakna adalah sebagai berikut: sarana umum (b=27,52), sarana penunjang medis (b=23,20), tarif (b=12,84), tenaga (b=23,35), kesinambungan proses pelayanan (b=9,21) semuanya pada alfa= 0,10. Hipotesis penelitian setelah melalui uji statistik adalah benar, bahwa BOR berkaitan secara bermakna dengan faktor input dan proses pelayanan; sedangkan faktor utama yang paling berperan adalah faktor input pelayanan.
Agar dapat meningkatkan BOR disarankan kepada rumah sakit untuk memperbaiki faktor input dan proses pelayanan, mengadakan rekayasa sosial terhadap masyarakat serta mulai melakukan upaya pemasaran rumah sakit.

Hospital health care plays strategic role in improving health status of Indonesian people. Many studies found that due to increased awareness on the importance of health, health care demand will also increased in the coming years. Nevertheless, at present this trend is not always true. Many hospitals especially the type C district hospital are still underutilized which is shown by the low percentage of BOR.
This study aims to seek the affect of input and process on the utilization of type C district hospital. Purposive sample technique is used to select six hospitals (Demak, Kendal, Salatiga, Jepara, Purwodadi, Boyolali). Main variables in this study are: 1) input factors (hospital facilities, medical equipment, medical support services, tariff, availability of services, professional man power) ; 2) services process factors (time of delivery and continuity of services) which is sought through primary source (interview and investigation) and secondary source using medical records. Data was analyzed using univariate, bivariate used correlation and regression statistical technique. Patients characteristics is sought through interview with selected sample and analyzed descriptively.
This study found: (1) variables of input factor which have strong correlation with bed occupancy ratio are hospital facilities (r=0,784), medical support services (r=0,917), professional manpower (r=0,789) and tariff (r=0,900); (2) variable of process services which have strong correlation with bed occupancy ratio are continuity of services (r=0,768); (3) bivariant regression analysis showed that hospital facilities (b = 27,52), medical support services (b = 23,20), tariff (b = 12,84), professional man power (b = 23,35), and continuity of services (b = 9,21 ) have significant effect on bed occupancy ratio. Statistical examination has proved that the research hypothesis was right, i.e.: that bed occupancy ratio had significant correlation with services input and services process factors; and that the most influential factor was services input factors.
To improve bed occupancy ratio it is recommended that the hospitals improve the services input and services process factors, provide social engineering to the community and initiate hospital marketing effort.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>