Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24798 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Agustini Rahayu
"Penelitian terhadap tata ruang publik di seputar Bundaran HI, Jakarta Pusat dengan menggunakan analisis semiotik adalah sebuah wacana untuk mengungkapkan atau melakukan dekonstruksi pemikiran terhadap arti dan fungsi tata ruang publik dalam proses pemaknaan yang diberikan oleh masyarakat pemakai / pengguna.
Dalam konteks produksi budaya, tata ruang publik, salah satu karya arsitektur tidak hanya mampu memenuhi hasrat dasar berkegiatan manusia dalam batas ruang yang dihasilkannya, tetapi juga mampu menyampaikan makna.
Permasalahannya selama ini di dalam proses pemaknaan terhadap tata ruang publik seringkali terdistorsi oleh berbagai kepentingan penguasa yang lebih mendominasi daripada kepentingan publik. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa tata ruang publik, acap kali mengalami pergeseran makna. Padahal secara jelas tata ruang publik itu dilihat dari fungsi tradisionalnya dasar perancangan dan pembentukannya adalah untuk kepentingan publik dengan penonjolan identitas ataupun keunikan ekologinya.
Di tengah permasalahan yang telah terkonstruksi, perkembangan Jakarta sebagai sebuah kota megapolitan telah membawa perluasan terhadap fungsi dan peranan ruang publik. Sebelumnya ruang publik diandaikan sebagai ruang terbuka, kini ruang publik memiliki makna kultural dan politiknya sekaligus. Ruang publik di Jakarta tidak terlepas dari berbagai kepentingan.
Berangkat dari permasalahan yang memiliki kompleksitas tinggi, pertanyaan penelitian yang muncul adalah bagaimanakah masyarakat memaknai tata ruang publik di seputar Bundaran Hotel Indonesia sebagai penentuan identitasnya? Sejauh mana proses pemaknaan tata ruang publik di seputar Bundaran Hotel Indonesia dapat merepresentasikan gaya hidup dan pola komunikasi masyarakat urban? Sejauh mana tata ruang publik sebagai produk kebudayaan yang telah mengalami perubahan ditentukan oleh budaya dominan?
Dengan menggunakan paradigma kritis, lebih spesifik lagi melalui pendekatan post strukturalis peneliti berusaha melakukan dekonstruksi dengan tujuan untuk mengungkap cara-cara pemaknaan masyarakat terhadap tata ruang publik di dalam menentukan gaya hidup dan pola komunikasi para pengunjungnya.
Dari analisis semiatik terhadap ruang publik Plaza Indonesia Entertainment X'nter (Plaza eX) di Jakarta Pusat yang mengasumsikan representasi identitas Masyarakat Urban, maka dapat disimpulkan bahwa :
Bangunan berfungsi sebagai cermin, yang merefeksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Bangunan Plaza eX memiliki nilal intensional, untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap sesuatu.
Masyarakat pengguna terlibat dalam proses pemaknaan, masyarakat masuk pada tahapan kognisi dengan mengkonstruksi makna lewat karya arsitektur melalui gaya hidup dan pola komunikasinya.
Ada perbedaan orientasi nilai yang dianut oleh penguasa di dalam mempengaruhi dan menjelaskan sikap para arsitek dalam menangani suatu bangunan. Menitikberatkan sejarah ruang di atas sejarah waktu dalam merajut kembali hubungan karya arsitektur dengan keadaan politik dan sosiai budaya bangsa dan negara Indonesia, meletakkan bahasannya dalam ruang nyata, serta berucap melalui bangunan dart bingkaiannya. Kehidupan manusia berlangsung dalam ruang sarat raga yang dibingkai oleh arsitektur.
Dengan memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian pembongkaran pemikiran ini, maka dapatlah dipahami bahwa tata ruang publik sebagai tempat masyarakat bertemu, berkumpul dan berinteraksi, di dalam prosesnya mendorong perilaku kehidupan sehari-hari pengunjung sebagai masyarakat urban Jakarta. Sementara proses enkulturasi (pembudayaan) dari nilainilai yang terlembaga melalui pemanfaatan jalan dan fasilitasnya sebagai tata ruang publik, maka di samping fungsi tradisionalnya sebagai tempat pertemuan, melalui ruang publik dapat merepresentasikan para pengguna yang mewakili warga kota ke arah identitas masyarakat urban.
Sebagai rekomendasi akademis, bahwa konsep tata ruang publik yang menjadi perhatian dari displin arsitektur, di dalam masyarakat memiliki fungsi, tidak sekedar struktur fisik sebagai tanda yang memiliki makna tertentu. Tanda ini menyiratkan sikap dan perilaku, bahkan ekspresi dari seseorang. Dari elaborasi ini, maka secara kontekstual proses perubahan kognisi, sikap dan perilaku seseorang sangat terkait dengan disiplin komunikasi khususnya dalam mewujudkan representasi identitas masyarakat urban. Dengan demikian usaha untuk melihat bahwa ilmu komunikasi yang merupakan bagian dari disiplin yang berpijak pada persoalan sosial atau bagian ilmu sosial, bisa didekati melalui kajian budaya, sebagai sesuatu yang melekat dalam diri manusia sebagai mahluk sosial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14267
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redidzia Hernandi
"Penelitian ini membahas dinamika politik identitas dan persepsi sense of place masyarakat di Kelurahan Petamburan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan mengelaborasi landasan teori sense of place, konsep sistem religi dan kategorisasi politik identitas. Hasil penelitian ditemukan politik identitas di Petamburan dipengaruhi oleh sistem religi masyarakat terkait sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan dan penganut keagamaan yang kuat. Kultur masyarakat yang religius membuat pimpinan keagamaan mendapatkan peran dominan dalam penyebaran pandangan politik keagamaan di Petamburan. Faktor pendukung lainnya persepsi sebagai pihak yang terdampak secara langsung dari kebijakan BP terkait aturan hewan kurban dan digencarkannya program pembangunan rumah susun yang menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Dua faktor tersebut menumbuhkan emosi keagamaan yang mengarah ke politik identitas. Selanjutnya, dimensi sense of place masyarakat di Kelurahan Petamburan merasakan adanya sense of place dengan faktor yang paling dominan adalah place attachment, place dependence dan place identity. Sense of place yang dirasakan para informan sangat kuat yang membuat mereka memilih untuk tetap bermukim di Petamburan.

This research discusses the dynamics of identity politics and perceptions of the sense of place community in Petamburan Village. The research method used is descriptive qualitative by elaborating the theoretical basis sense of place, the concept of a religious system, and the categorization of identity politics. The results of the study found that identity politics in Petamburan was influenced by the community's religious system related to belief systems, religious ceremonial systems, and strong religious adherents. The religious culture of society makes religious leaders get a dominant role in spreading religious-political views in Petamburan. Another supporting factor is the perception of being a party directly affected by BP's policy regarding the rules for sacrificial animals and the intensification of the apartment development program which has raised public concern. These two factors foster religious emotions that lead to identity politics. Next, dimensions of sense of place The people in the Petamburan Village feel this sense of place with the most dominant factor being place attachment, place dependence, and place identity. The sense of place that the informants felt was very strong which made them choose to stay in Petamburan."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pawestri Apriliani
"Secara alami, masyarakt penghuni sangat besar keterlibatanya dalam mengorganisasikam ruang tempat mereka bermukim. Dari pengorgsnisasian yang mereka lakukan, akan terbentuk pola spasial tertentu pada suatu permukiman yang dihuni oleh komumitas tertentu. Pada masyarakt Jakarta, yaitu maasyarakat urban yang terdiri dari kumpulan kommitas yang kompleks, salah satu bentuk komunitas dapat dilihat pada Pecinan Glodok Pecinan, sebagai salah satu permukiman yang terdapat di kota Jakarta, memiliki karakteristik lingkungan sosial budaya yang unik. Hal ini tentu tidak lepas dari keterlibatan komunitas yang mengbuni Pecinan tersebut. Skripsi ini mengkaaji pola spasial dan esensi ruang urban di Pecinan Glodok sebagai suatu ruang urban dengan ciri khasya yang unik. Untuk mengkaji ruang urban di Pecinan Glodok, maka saya menggunakan pendekatan morfotipologi dengan kajian dalem aspek geografi dam anthropologi sebagai pendukung. Di dalam skripsi ini diuraikan juga elemen-elemen permukiman yapg menjadi identitas perkampumgan Cina di Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48162
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Dewi Hartati
"Tesis ini pada dasarnya mengkaji bagaimana perubahan identitas orang Tionghoa di Jakarta dilihat dari penggunaan nama marga. Dalam hal ini fokus penelitian penulis adalah penggunaan nama marga di kalangan masyarakat Tionghoa di Jakarta sebagai suatu identitas , perubahannya yang disebabkan oleh peraturan pemerintah, fungsinya bagi masyarakat Tionghoa dan jenis jenis identitas yang terdapat dalam masyarakat Tionghoa di Jakarta berdasarkan penggunaan nama marga.
Dalam mengkaji masalah ini penulis menggunakan teori interaksionis yang menitikberatkan pada pandangan bahwa manusia adalah produk dari proses interaksi sosial. Pemilihan pada teori ini adalah didasarkan pada asumsi bahwa dalam teori interaksionis ini terdapat simbol-simbol dalam identitas kesukubangsaan yang salah satu di antaranya adalah nama marga. Di dunia saat ini nama marga digunakan sebagai salah satu simbol dari identitas kesukubangsaan.
Pengkajian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, yang memusatkan perhatian pada penggunaan nama marga di kalangan masyarakat Tionghoa sebagai suatu identitas. Metode pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara mendalam, dan penggunaan literatur yang relevan.
Hasil penelitian yang penulis lakukan pada orang Tionghoa di Jakarta dari berbagai macam marga memperlihatkan bahwa mereka tetap menggunakan nama marga sebagai suatu identitas karena nama marga merupakan warisan leluhur yang digunakan dalam lingkup terbatas dan juga dalam interaksinya dengan sesama orang Tionghoa meskipun pada masa Orde Baru penggunaan nama marga. dan juga nama Tionghoa dilarang oleh pemerintah. Dalam mempertahankan penggunaan nama marga Tionghoa, orang Tionghoa juga tidak menolak untuk mengubah nama Tionghoanya menjadi nama Indonesia karena peraturan pemerintah.
Dengan cara yang tidak berbenturan langsung dengan pemerintah ataupun dengan orang-orang non-Tionghoa, orang Tionghoa berupaya mempertahankan nama marga dengan melakukan. resistensi pasif. Yang dimaksud dengan resistensi pasif adalah suatu penolakan untuk menyerah pada lingkungan yang berubah, kekuasaan, pemaksaan atau kekerasan tanpa memperlihatkan perlawanan (secara lisan atau lainnya) terhadap orang yang melakukan pemaksaan tersebut atau lingkungan yang berubah. (Horace B & English, 1958 : 460). Orang Tionghoa menolak untuk menyerah pada suatu keadaan yang berubah dan juga berbagai peraturan yang bersifat diskriminatif yang diterapkan pemerintah kepada golongan ini. Mereka tetap berupaya untuk mempertahankan nama marga karena nama marga merupakan suatu warisan dari leluhur yang harus dipertahankan. Namun juga tidak memperlihatkan perlawanan baik secara lisan atau lainnya.
Dengan seperangkat pengetahuan atau set of knowledge yang dimiliki orang Tionghoa akan konsep datong yang berarti satu dunia atau universal harmony dan juga konsep chuantong yang berarti tradisi sangat membantu orang-orangTionghoa berkompromi dan menggunakan kebijaksanaan yang praktis dalam memecahkan kesulitan yang mereka hadapi. Hal ini juga merupakan strategi adaptasi yang dilakukan oleh orang Tionghoa untuk mempertahankan budayanya dalam hal ini nama marganya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12245
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Varerina Harviona
"Terdapat 10 Karakter Konsumen Indonesia, salah satunya adalah karakter "Tidak Terencana". Salah satu bentuk perilaku konsumen yang tidak terencana adalah terjadinya Impulse Buying. Industri ritel berkembang seiring dengan perubahan di masyarakat dan dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh orientasi kultur (individualis dan kolektivis), geografis, demografis (jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan dan usia), serta store atmosphere terhadap pembelian impulsif (tendensi dan frekuensi). Penelitian ini menggunakan T-test, One-way ANOVA, serta analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orientasi kultur, demografis (pekerjaan dan penghasilan), serta store atmosphere memiliki pengaruh yang positif terhadap tendensi pembelian impulsif. Orientasi kultur, demografis (jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan dan usia), serta store atmosphere juga memberikan pengaruh yang positif terhadap frekuensi pembelian impulsif.. Penghasilan dan Store Atmosphere adalah variabel yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap pembelian impulsif.

There are 10 characters of Indonesian consumers, one of the character is "Unplanned Buyers". Impulse buying is one form of unplanned consumer behavior. Retail industry evolves with changes in society and in recent years has expanded rapidly in many parts of the world, including Indonesia. This research tried to see how is the influence of cultural orientations (individualistic and collectivist), geographic, demographic (sex, occupation, income and age), and store atmosphere affect to impulsive buying (frequency and tendency). This research is using T-test, One-way ANOVA and multiple regression analysis.
The results of this research also showed that culture orientation, demographics (occupation and income), and store atmosphere have positive effect on impulsive buying tendency. The results of this research also indicate that culture orientation, demographics (gender, occupation, income, and age), and store atmosphere have significant effect on impulsive buying frequency. Income and Store Atmosphere are the most significant influence variables on impulsive buying."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28284
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fakhran Al Ramadhan
"Tesis ini membahas tentang konstruksi identitas Skinhead di dalam komunitas Skinhead di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan penelitian kualitatif deskriptif analitis serta dampak pada praktik komodifikasi yang terjadi dalam bidang industri budaya Jakarta, era 1996 hingga 2014, dimana narasi besar dari kekuatan modernitas yaitu teknologi, perubahan ekonomi dan sosial budaya menjadi landasan global yang mempengaruhi proses tersebut. Hasil dari kesimpulan bahwa konstruksi identitas Skinhead di Jakarta dan sekitarnya serta praktik komodifikasi yang dilakukan tidak dapat dilepaskan dari tujuan dan cita-cita komunitas dan individu Skinhead dalam melakukan pemasaran identitas dan subkultur yang berproses melalui dua cara yaitu eksploitasi dan eksistensi dengan mengalihfungsikan menjadi entitas ekonomi dan mereproduksi kesadaran ideologis demi keberlangsungan generasi Skinhead. Selain itu, peneltian ini juga akan menunjukan keberadaan komunitas subkultur Skinhead di tengah-tengah banyaknya identitas di dalam kota urban yang merespon dominasi budaya berupa negosasi sebagai alternatif diluar sekolah dan pekerjaan dengan mempertahankan nilai lokal Indonesia.

This thesis discusses the Skinhead subculture identity construction in Jakarta and its sorrounding and the impact on commodification practices by using qualitative descriptive analitic research that occur in various areas of cultural industries era of 1996 ? 2014, in which grand narrative of modernity, including technology, economic and sociocultural change, become a global platform that affect the process. The conclusion indicates that the Skinhead subculture construction and the practice of commodification which conducted in various arena of cultural industries can not be separated from the aims and ideals of the Skinhead's subculture's identity project in attempt to do marketing identities and subcultures that proceeds through a two-way, namely exploitation and existence by converting to economic entity and reproduce the ideological consciousness for the sake of Skinhead regeneration. Beside that, this research is to show the existence of Skinhead subculture community amongs many other identities in the urban city that responds the culture domination by negotiating as the alternative activity outside the school and occupation by maintaining the local value owned by the parents culture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatus Sholihah
"Tesis ini membahas representasi masyarakat urban dalam puisi-puisi Wahyu Prasetya yang terdapat dalam kumpulan puisi Wahyu Menulis Puisi melalui unsur-unsur puitik yang dikembangkan oleh Terry Eagleton, konsep representasi dari Stuart Hall, dan konsep produksi ruang sosial dari Henri Lefebvre. Penelitian ini berupaya membongkar wacana terkait representasi masyarakat urban melalui pemahaman tentang gambaran ruang urban Jakarta, serta melihat pemosisian masyarakat di dalam ruang sosial Jakarta. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana puisi-puisi tersebut mengkritik kapitalisme di dalam kehidupan urban yang menempatkan masyarakat miskin dalam posisi marginal. Gambaran tentang ruang urban Jakarta menunjukkan adanya relasi dan interaksi masyarakat terhadap dominasi kota. Keberadaan kota yang merepresi masyarakat kampung kota pada dasarnya dikendalikan oleh sistem kapitalisme yang berperan dalam kebijakan pembangunan, modernisasi, dan globalisasi untuk membentuk citra kemajuan kota sebagai representasi negara. Hasil analisis menunjukkan bahwa masyarakat urban Jakarta direpresentasikan melalui unsur-unsur puitik sebagai masyarakat yang terdikotomi ke dalam kelas masyarakat kota dan masyarakat kampung kota. Marginalisasi masyarakat kampung kota menimbulkan adanya praktik spasial, representasi ruang, dan ruang representasi Jakarta sebagai wacana identitas. Pemosisian diri masyarakat kampung kota melalui adanya sikap mengembalikan persoalan pada Tuhan dan menempati ruang absurd menunjukkan bahwa strategi teks menjadi bentuk resistensi masyarakat miskin di perkotaan. Selain itu, sikap eskapisme yang mengembalikan sesuatu ke hal-hal yang bersifat transenden dapat dimaknai sebagai gambaran perjuangan kelas yang paradoks. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selain menghadirkan representasi masyarakat yang terdikotomi, terdominasi, serta berada dalam wacana marginal, puisi-puisi Wahyu Prasetya juga menunjukkan kritik terhadap kapitalisme yang mendominasi kehidupan urban melalui produksi ruang sosial

This research discusses the representation of urban society in Wahyu Prasetya’s poems which is contained in Wahyu Menulis Puisi through poetic elements from Terry Eagleton, the concept of representation from Stuart Hall, and the concept of social space production from Henri Lefebvre. This research investigates the discourse of urban society representation through an understanding of Jakarta’s urban spatial background and the positioning of the people in Jakarta’s social space. It aims to describe how the poems present a critique of capitalism in Jakarta’s urban life that places the poor in a marginal position. The depiction of Jakarta’s urban space shows the society relation and interaction that socially and spatially are dominated by the city. The existence of the city that represses urban village communities is controlled by a capitalist system that plays a role in development policies, modernization and globalization to form an image of urban progress. The results of the analysis indicates that urban Jakarta society is represented through poetic elements as a dichotomized society into the urban community and urban village community class. The marginalization of the urban village community has led to the practice of spatial, spatial representation, and space representation of Jakarta as a discourse on identity. The self-positioning of the community, which is shown through the attitude of returning problems to God and occupying an absurd space, indicates that the text strategy is a form of resistance for the urban poor. Moreover, the attitude of escapism which returns things to transcendent things is possibly interpreted as a paradoxical class struggle. It can be concluded that besides presenting a dichotomous, dominated, and marginal discourse, Wahyu Prasetya’ poetry also indicates criticism of capitalism which dominates urban life through the social space production."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Agung Riyaldi
"Perilaku informasi kini telah berkembang untuk menggambarkan manusia berinteraksi dengan informasi. Termasuk di dalamnya perilaku informasi dalam menghadapi bencana oleh berbagai kalangan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku informasi yang dilakukan masyarakat urban di kelurahan Kebon Baru, Jakarta Selatan dalam menghadapi bencana banjir. Pendekatan penelitian yang dilakukan menggunakan kualitatif dengan metode studi kasus pada Juni-November 2019. Penelitian ini menghasilkan pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan masyarakat, sumber informasi yang didapatkan, perilaku pencarian informasi, dan pengolahan dan pemanfaatan informasi mengenai bencana banjir. Hasil penelitian menunjukkan perilaku informasi berupa perhatian pasif. Masyarakat telah terpapar informasi tanpa mencari informasi. Sumber informasi yang didapatkan berasal dari ketua RT dan RW secara lisan. Hal tersebut menunjukkan budaya lisan dan paternalistik yang kuat di tengah masyarakat.

Information behavior is being developed to describe many ways in human interaction with information. Information related to interaction with the community. This study discusses how to identify the information behavior during on the flood disaster occurred in urban society of Kebon Baru, Jakarta Selatan. This research conducted using qualitative approach with case studies method in June-November 2019. The result of the research consists of technological information usage in the environment of society, sources of information obtained, information seeking behavior, and information processing and usage about floods disaster. The results showed information behavior in the form of passive attention. The society is exposed to information without doing information seeking. The information source obtained came from ketua RT dan RW verbally. This shows a strong oral and paternalistic culture in the society"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Indra Murti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>