Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Oding Syafrudin
"Perraulaan datangnya musim hujan tidak bersaiaaan, adanya perbedaan datangnya musim hujan ini akan menimbiilkan perbedaan waktu turun ke sawah. Pada wilayah yang mendapat musira hujan lebih dulu, waktu tanam padi dilafcukan lebih awal jika dibandingkan dengan wilayab. yang mendapat musira hujan berikutnya. Sawah yang sekali ditanarai padi, seterusnya dilanjutkan dengan tanaman serausim lainnya seperti palawija secara bergiliran atau rotasi. Pergiliran tanaman itu bergantung pada air.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui waktu tanam padi dalam tiap ket yang sama di Kab Subang dengan di Kab Pasuruan serta pola pergiliran tanaman di wilayah tersebut, Kasalahnya adalah pertama, Bagaimana pola waktu tanam padi dalara tiap keting gian yang sama di Kabupaten Subang dengan di Eabupaten Pasuruan Jawa tiraur?. Yang ke dua adalah Bagaimana pola per giliran tanaman di wilayah tersebut?.
Hipotesa yang diajukan adalah
1. waktu tanam padi di Subang dan di Pasuruan tidak bersamaan, waktu tanam padi di Subang lebih awal, jika dibandingkan dengan di Pasuruan.
2 Adanya perbedaan waktu menggilir tanaman padi dengan palawija pada tiap wilayah ketinggian.
Yang dimaksud dengan waktu tanam padi ada lah saat petani mulai turun ke sawah untuk menanam padi. Pola pergiliran tanaman adalah sebidang tanah sawah yapg ditanam secara bergantian selama waktu satu tahun. Klasifukasi ketinggian meliputi ketianggian diatas 1000 meter, 1000-500raeter, 500-100meter, 100-25meter dan ketinggian kurang dari 25raeter. Metode analisa yang digunakan yaitu raetode korelasi peta.
Dari hasil analisa dapat disimpulkan
1. Waktu tanam padi di Kabupaten Subang lebih awal dikerjakan dari pada di Kabupaten Pasuruan, dan waktu tanamnya bergeser dari selatan ke utara sejalan dengan pergeseran datangnya musim hujan. Pada wilayah ketinggian 1000-500meter waktu tanam padi di Subang berlangsung padaminggu ketiga bulan oktober, lebih awal empat minggu dari pada di Pasuruan, Pada wilayah ketinggian 500-100meter di Subang berlangsung pada minggu ke empat Oktober dan minggu pertama hovember,lebih awal empat minggu dari kabupaten Pasuruan. Pada wilayah ketinggian 10O-25meter berlangsung pada minggu ke tiga november lebih awal dua sainpai tiga minggu dari Pasuruan. Pada wilayah ketinggian kurang dari 25meter berlangsung pada minggu pertama, ke tiga ke empat desember lebih awal satu-dua minggu dari pada di Pasuruan.
2 Pola tanamnya dalah padi-palawija-palawija dan padi-palawija. Makin tinggi letak tempat waktu tanam palawija lebih awal, waktu tanamnya nergeser dari bagian selatan ke utara yang berlangsung pada bulan maret-april-mei dan bulan juni-juli. Penanaraan palawija dilakukan pada bulan bulan yang curah hujannya rata rata perbulan sekitar 100 milimeter atau lebih."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S33369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naura Asyifa Faizah
"Perempuan Nguter mengalami viktimisasi yang berbeda dibanding dengan laki-laki atau disebut sebagai viktiminisasi lingkungan terhadap perempuan (WGV) akibat kejahatan lingkungan yang dilakukan oleh PT RUM yang difasilitasi oleh negara. Penelitian ini bertujuan menyuarakan pengalaman viktimisasi lingkungan terhadap perempuan Nguter, serta menggali dan menjelaskan bagaimana resistensi yang dilakukan perempuan Nguter dengan kerangka teori Ekologi Politik Feminis (EPF) yang dipadukan dengan pandangan Kriminologi Hijau. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif tipe analitis studi kasus feminis. Hasil analisis menunjukkan bahwa ToP dan ToL dari PT RUM dan negara merupakan kejahatan lingkungan sekaligus kejahatan korporasi yang difasilitasi negara. Kejahatan tersebut menyebabkan viktimisasi lingkungan terhadap perempuan Nguter yang bervariasi karena faktor interseksionalitas pada kelompok perempuan. Resistensi perempuan Nguter merupakan respons terhadap perubahan lingkungan di wilayah lokal mereka. Interseksionalitas berada dalam posisi penting untuk terbentuknya keberagaman pandangan dan akses yang berbeda terhadap sumber daya dan kekuasaan. Resistensi mereka melibatkan pengetahuan, pengalaman, dan minat perempuan yang ditujukkan dalam ekspresi dan aksi, serta dapat bersifat lokal. Bentuk atau strategi resistensi perempuan Nguter terbagi menjadi resistensi terbuka dan resistensi tertutup. Resistensi tersebut berdampak bagi diri perempuan Nguter sendiri dan aktivisme perempuan yang terbentuk.

Nguter women experience different victimization compared to men or referred to as women’s green victimization (WGV) due to green crimes committed by PT RUM facilitated by the state. This research aims to voice the experience of green victimization against Nguter women, as well as explore and explain how resistance is carried out by Nguter women with the theoretical framework of Feminist Political Ecology (EPF) combined with the views of Green Criminology. The research was conducted using a qualitative approach of feminist case study analytical type. The results of the analysis show that ToP and ToL from PT RUM and the state are green crimes as well as state-facilitated corporate crime. These crimes led to green victimization of Nguter women, which varied due to intersectionality in women's groups. Nguter women's resistance is a response to environmental changes in their local area. Intersectionality is crucial to the formation of diverse views and different access to resources and power. Their resistance involves women's knowledge, experiences and interests that are expressed and acted upon, and can be localized. The form or strategy of Nguter women's resistance is divided into public transcript and hidden transcript. This resistance has an impact on Nguter women themselves and the women's activism that is formed."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Betsy Rautoy
"Tanah kering (tegalan, kebun campuran, pekarangan) mempunyai potensi untuk pemanfaatan pertanian, mengingat jumlah rumah tangga pertanian yang terlibat dalam usaha tani di pekarangan dan kebun campuran relatif besar (9,3 ,juta rumah tangga). Pekarangan dan kebun campuran di sekitar kota besar pada umumnya diusahakan untuk tanaman hortikultura. Produk dari hortikultura (khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan) yang bersifat segar dan tidak tahan lama, banyak dikonsuinsi oleh penduduk kota besar. Agar produk tersebut dapat tiba di tangan konsumen selain keadaan segar, pengusahaannya dilakukan di tempat-tempat yang tidak jauh dan pusat konsentrasi penduduk. Kemudian Sandy (1985:127) mengatakan bahwa arti ekonomi pekarangan di daerah pedesaan sekitar kota besar, ternyata sangat besar. Faktor yang menentukan besar kecilnya pendapatan petani adalah banyaknya produksi dan harga jual komoditi. Di samping itu ,jarak yang memisahkan dari konsumen akhir mempengaruhi harga, kalau jarak dari kota jauh harga akan berkurang sejalan dengan adanya tambahan ongkos transpor (Bishop & Toussant,1979:272,terj.)
Adapun masalah yang akan dibahas yaitu:
- Bagaimana keintensifan usaha pekarangan dan kebun campuran untuk tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan) di sekitar Tangerang ?
- Faktor-faktor apa yang mempengaruhi derajat keintensifan tersebut?
Hipotesa yang diajukan ialah diperkirakan tingkat keintensifan usaha hortikultura dipengaruhi oleh faktor produksi, harga jual dan ongkos transpor."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Misjihadiah
"Homegarden Ecology : The Structure, Pattern of Homegarden and Correlation Between Economic - Social Factors of People Community Around Lembah Harau Nature Reserve West Sumatra and Plant Diversity. A research has been done on the structure and pattern of homegarden and correlation between economic - social factors of people community and plant diversity. The research was conducted in two villages around the Lembah Harau Nature Reserve (LHNR), Harau subdistrict, the regencies of Lima Puluh Kota, West Sumatra. The villages are Desa Harau, located in the north side of LHNR, and Desa Tarantang Lubuk Limpato, located in south side and the west side of LHNR. The data were collected from October 2000 up to January 2001.
The research was non experimental with a Stratified Random Sampling Method. Data of plant density, frequency, and dominance were used to calculate Important value index, Shannon diversity index (H), Jaccard similarity index (ISJ), and Shannon equitability index (E). The community economic - social factors data, as independent variables, and the plant diversity, as a dependent variable, were analyzed using the multiple regression analysis to produce the regression equality model.
This research found 270 species of plants from 76 family. The plants were grouped into 11 categories. There were 33 species of fruit plants, 23 species of industrial plants, 29 species of vegetable plants, 60 species of traditionally medicinal plants, 3 species of food plants, 21 species of flavor plants, 62 species of ornamental plants, 5 species of plants for spiritual events, 8 species of traditional cosmetic plants, 55 species of weeds, and the remaining 47 species grouped into miscellaneous plants. The patterns of homegarden usage were different in two villages. In Desa Tarantang Lubuk Limpato the tree level was dominated by industrial plants and the belta level was dominated by fruit plants.
On the other hand, in Desa Harau the tree level was dominated by fruit plants and the belta level was dominated by industrial plants. Artocarpus dadah, Artocarpus elasticus, Ficus ampelas, Ficus annulata, Ficus auranticea, Ficus benjamina, Ficus glandulifera, Ficus parietalis, Ficus caulocarpa, and Ficus aurata from Moraceae family were grown and spread surround the homegarden and their bennefit are still unknown by the local society. The pattern of plant stratification showed the stratification pattern was similar to a forest. Based on the formation of canopy coat, there were five strata, i.e. stratum A (>20m), stratum B (15-20m), stratum C (10-15m), stratum D (5-10m), dan stratum E (0-5m).
The diversity of plant species at homegarden for tree level were strongly correlated with size of homegarden and income of respondent (R2=0,601)_ At belta level, besides of size of homegarden and income of respondent, long period of resident also had a strong correlation (R2=0,721) with the diversity of plant. At seedling level and ground cover there were weak correlations of the plant diversity with size of house (R2=0,073).
Plant species which dominated homegarden was probably caused by the change of homegarden function. Increase of economic condition of people may cause decreasing in plant diversity at homegarden, especially indiginous plant species."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T4569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudartinah
"Peningkatan angka Umur Harapan Hidup suatu negara merupakan salah satu ukuran kemajuan suatu bangsa. Dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup secara otomatis akan menambah jumlah lansia. Penambahan jumlah lansia akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat, yaitu penyakit menular mengalami penurunan sedangkan penyakit tidak menular cenderung mengalami peningkatan. Salah satu penyakit tidak menular yang perlu diwaspadai adalah penyakit hipertensi. Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain : pola makan, gaya hidup, status gizi dan riwayat penyakit keluarga. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kejiwan Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo dimana terdapat jumlah pralansia dan lansia mencapai 23 % dari jumlah penduduk dan kasus hipertensi sekitar 27 %. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif, cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada pralansia dan lansia di Kelurahan Kejiwan sebesar 53,3 %. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum kopi (p = 0,469), aktifitas fisik (p = 0,622), kebiasaan merokok (p = 0,708) dan juga status gizi (p = 0,301) dengan kejadian hipertensi. Namun untuk aktifitas fisik dan status gizi memiliki kecenderungan lebih besar untuk terjadinya hipertensi. Hanya satu variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dari kelima variabel yang dihubungkan yaitu hubungan riwayat penyakit keluarga (p = 0,025) dengan kejadian hipertensi.

Life Expectancy Increased numbers of a country is one measure of the progress of a nation. With the rise of Life Expectancy will automatically increase the number of elderly. The addition of the number of elderly will have an impact on the shifting patterns of disease in society, namely infectious diseases has decreased, while noncommunicable diseases tend to increase. One noncommunicable diseases to watch is the disease of hypertension. Risk factors that can cause hypertension include: diet, lifestyle, nutritional status and family history. The research was conducted in the village district Kejiwan Wonosobo Wonosobo district where there are number of elderly pre-elderly and reached 23% of the population and about 27% of cases of hypertension. This research was conducted with quantitative methods, cross sectional.
The results showed that the prevalence of hypertension in the elderly in the village pre-elderly and Kejiwan of 53.3%. There is no significant association between coffee drinking habits (p=0,468), physical activity (p=0,622), smoking habits (p=0,708) and nutritional status (p=0,301) with the incidence of hypertension. But for physical activity and nutritional status have a greater tendency for the occurrence of hypertension. Only one variable that has a significant relationship of the five variables, namely the relationship associated (p=0,025) with the incidence of family history of hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marly Susanti
"Pemberian ASI masih belum sesuai target yang diharapkan, berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2012, pemberian ASI Eksklusif pada bayi 4-5 bulan sebesar 27,1%, demikian halnya dengan data Riskesdas 2013 yang menunjukkan pemberian ASI Eksklusif hanya 30,2%. Sedangkan data pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Bekasi pada tahun 2012 sebesar 68,6%, sementara cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Wanasari hanya 37,3%, padahal target yang diharapkan adalah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan sebesar 80%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah ibu yang mempunyai bayi umur 6- 12 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Wanasari. Variabel dependen adalah perilaku pemberian ASI Eksklusif, sedangkan variabel independen meliputi faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode interview, serta dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Proporsi pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Wanasari sebesar 15,2%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan PR 6,8 (95% CI 2,72-16,95) dan sikap PR 4,8 (95% CI 2,41-9,55) , .Faktor pemungkin yang berhubungan yaitu IMD PR 3,2 (95% CI 1,56-6,61). Faktor penguat yang berhubungan yaitu dukungan keluarga PR 15 (95% CI 3,68-61,2), dukungan petugas 4,7 (95% CI 2,01-10,8), promosi susu formlua PR 4,2 (95% CI 2,11-8,42), keterpaparan informasi PR 4,3 (95% CI 1,07-17,4), penyuluhan saat ANC PR 2,2 (95% CI 1,17-4,27), dan perilaku merokok PR 2,2 (95% CI 1,17-4,28). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Proporsi perilaku pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah, dan faktor yang paling banyak berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif adalah faktor penguat, yaitu dukungan keluarga, dukungan petugas, keterparan informasi, penyuluhan saat ANC dan perilaku merokok di keluarga. Adapun sarannya yaitu melakukan peningkatan upaya sosialisasi Eksklusif dengan keterlibatan banyak pihak dan meningkatkan kualitas konseling yang melibatkan keluarga ibu, baik dilakukan oleh Dinas maupun Puskesmas.
Breastfeeding is still on target to be expected, based on data from Demographic and Health Survey of Indonesia in 2012, exclusive breastfeeding in infants 4-5 months is 27.1%, so with the data Riskesdas 2013 that showed exclusive breastfeeding only 30.2% . While data of exclusive breastfeeding in Bekasi in 2012 amounted to 68.6%, while the coverage of exclusive breastfeeding in Puskesmas Wanasari only 37.3%, whereas the expected target exclusive breastfeeding for 6 months is 80%. The purpose of this study are to describe and to know factors that related with exclusive breastfeeding. This type of research is an observational study with cross sectional design. The population are mothers with infants aged 6-12 months who live in area of Wanasari health center. The dependent variable is the behavior of exclusive breastfeeding, while the independent variables are include predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors. Data was collected by interview method, and analyzed by univariate and bivariate. The results of this study showed that the proportion of exclusive breastfeeding in the health center Wanasari is 15.2%. Bivariate analysis showed that predisposing factors associated with exclusive breastfeeding are the knowledge, PR 6.8 (95% CI 2.72-16.95) and the attitude, PR 4.8 (95% CI 2.41- 9.55). enabling factors which related is IMD PR 3.2 (95% CI 1.56-6.61). Reinforcing Factors that associated are family support PR 15 (95% CI 3.68-61.2), support personnel PR 4.7 (95% CI 2.01-10.8), the promotion of milk formula PR 4.2 (95% CI 2.11- 8.42), information exposure PR 4.3 (95% CI 1.07-17.4), the ANC counseling PR 2.2 (95% CI 1.17- 4.27), and smoking behavior in the family PR 2.2 (95% CI 1.17-4.28). From the results of this study concluded that the proportion of exclusive breastfeeding behavior is still very low, and the factor most associated with exclusive breastfeeding is the reinforcing factors such as family support, support personnel, information exposure, ANC Counseling, and smoking behavior in the family. As for the suggestion that increased its efforts to socialize Exclusive breastfeeding with involvement of many parties and improve the quality of ANC counseling involving the family of mother, both conducted by the Department and Community Health Center."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mieke Miarsyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Putri
Yogyakarta: Sinar Ilmu Publishing, 2011
633.88 MAH t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>