Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohd. Irwan
"Sebagai pelaksanaan tugas Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia telah mengimplementasikan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Mengingat sampai saat ini belum terdapat ketentuan atau undang-undang yang mengatur transfer dana secara umum, maka dalam pelaksanaan kegiatan transfer dana melalui sistem BI-RTGS masih terdapat beberapa permasalahan hukum antara lain : bagaimana hak dan kewajiban serta perlindungan hukum para pihak dalam sistem pembayaran dengan BI-RTGS.
Metode analisis data bersifat deskritif normatif digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh berupa hasil wawancara dengan narasumber di Bank Indonesia, penelitian dari buku-buku mengenai sistem pembayaran, laporan Studi banding, serta produk hukum yang berkaitan dengan BI-RTGS untuk disajikan secara deskritif.
Hasil atau kesimpulan yang diperoleh dari tesis ini adalah hak dan kewajiban peserta (Bank Indonesia dikecualikan) telah diatur secara rinci dalam Bye Laws, sedangkan hak dan kewajiban nasabah pengguna jasa transfer melalui peserta belum diatur secara jelas serta perlindungan hukum terhadap Bank Indonesia atas resiko kegagalan pembayaran yang disebabkan oleh kesalahan sistem belum diatur. Sedangkan perlindungan hukum bagi para pihak yang berkepentingan dalam transfer dana melalui BI-RTGS masih terdapat ketidakjelasan terhadap proses pembuktian oleh hakim apabila terjadi perkara di pengadilan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002
T16696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Berkatindo MLA
"Penelitian ini membahas mengenai kesesuaian pelaksanaan audit pada BI-RTGS di PT X terhadap standar audit Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank, yang selanjutnya disebut SPFAIB, dan COBIT for Assurance. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan perbandingan antara assurance step pelaksanaan audit pada BI-RTGS di PT X terhadap standar audit SPFAIB dan COBIT for Assurance, sehingga dapat dinilai kesesuaiannya dan ketidaksesuainnya dan dianalisis alternatif perlakuannya apabila tidak sesuai. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melaui kuisioner dan wawancara langsung ke PT X dan studi literatur terkait.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan audit pada BI-RTGS di PT X terhadap standar audit SPFAIB sesuai sebesar 94 persen dan COBIT for Assurance sesuai sebesar 89 persen. Walaupun begitu, masih terdapat sejumlah kecil assurance step yang tidak sesuai dengan pelaksanaan audit pada BI-RTGS di PT X, yang masih perlu disesuaikan dan memiliki risiko yang berdampak signifikan pada teknologi informasi dan pengendalian internal teknologi informasi, bahkan juga terhadap operasional bisnis PT X.

This research discusses about the analysis of audit practices compatibility on BI RTGS in PT X towards SPFAIB and CobiT for Assurance Audit Standards. Researcher used the method of comparison between assurance step of audit on BI RTGS in Company X towards SPFAIB and COBIT for Assurance audit standards, therefore researcher can valued the compatibility or the incompatibility then to analyze the alternative of application if any inconformity existed. This research was done by gathering data from questionnaire, direct interview to Company X, and in depth literature study.
The result of the research suggests that the audit processes of BI RTGS at Company X are 94 percent compatible with SPFAIB and 89 percent compatible with COBIT for Assurance. Despite the aforementioned result, there are still limited assurance steps which are not compatible with the audit process of BI RTGS at Company X. Thus, further alignments are needed. Also, researchers believe some misalignment could cause significant risk to the information technology and internal control of IT. Furthermore, it bears business risk to PT X.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S68186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Aulia
Jakarta: Rajawali, 2011
332.1 POH s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Setiawan
"Masih tingginya tingkat sukubunga kredit perbankan ditengah kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan tingkat sukubunga telah menimbulkan pertanyaan keefektifan sukubunga terhadap proses intermediasi. Disatu pihak perbankan menyatakan masih tingginya spread tingkat sukubunga disebabkan masih tingginya resiko berusaha dari calon debitur, sehingga penurunan tingkat sukubunga sbi tidak dapat langsung di transmisikan ke dalam penurunan tingkat sukubunga kredit. Disisi lain pada laporan tahunan perbankan yang disajikan Bank Indonesia juga terlihat masih besarnya rasio biaya operasi (bopo) terhadap total biaya. Juga kita ketahui pada kelompok bank-bank rekap yang asset produktifnya sebagian besar masih terdiri dari surat utang Negara, maka penurunan tingkat sukubunga sbi akan terasa pada pnurunan pendapatan bunga bank tersebut. Sudah swajarnya bank sebagai suatu entitas bisnis memnpunyai tujuan untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dimana salah satu carany dalah dengan meningkatkan mark-up sukubunga di dalam komponen base lending ratenya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efisiensi perbankan dan memecah tingkat efisiensi dari masing-masing komponen biaya yang digunakan untuk penyaluran kredit sehingga diketahui komponen biaya apakah yang tidak efisien dalam penyaluran kredit perbankan dan bagaimana komponen biaya ini dapat dipebaiki, selain itu penelitian ini juga berusaha menghitung mark-up laba perbankan dari waktu-kewaktu apakah besaran mark-up ini makin membesar ataukah mengecil, juga akan dilihat bagaimana pengaruh penurunan sukubunga terhadap komponen biaya, penerimaan, sumber dana , keuntungan, dan tingkat resiko yang diambil perbankan. Juga akan dilihat apakah terdapat price leadership di dalam perbankan Indonesia . Dalam pnelitian ini akan digunakan beberapa metodologi yaitu DEA untuk menghitung efisiensi perbankan, metode mar-up untuk menghitung mark-up perbankan, Grangger-Causality test untuk melihat adakah price leadership di dalam perbankan, sedangkan untuk melihat perubahan pengeompokan perbankan ketika kebijakan penurunan sukubunga akan digunakan metode cluster analysis. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femalia Indrainy K
"Skripsi ini membahas mengenai penjaminan atas objek rekening bank. Pada skripsi ini akan dibahas mengenai tiga hal. Pertama, pembahasan mengenai objek rekening bank beserta jenisnya dengan keterkaitannya dengan hukum kebendaan. Kedua, pembahasan mengenai penjaminan apakah jenis jaminan yang paling tepat dalam penjaminan rekening bank dilihat dari hukum jaminan Indonesia. Ketiga, membahas mengenai perbandingannya atas penjaminan pada Negara Singapura. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dimana data penelitian ini sebagian besar dari studi kepustakaan yang diperoleh serta beberapa wawancara dengan beberapa narasumber.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa rekening bank termasuk pada klasifikasi benda bergerak yang tidak bertubuh menurut hukum kebendaan. Maka dengan adanya klasifikasi benda bergerak atas rekening bank, penjaminan yang dapat dilakukan atasnya antara lain adalah fidusia serta gadai. Cessie juga merupakan salah satu bentuk dari penjaminan atas rekening bank pada prakteknya di Indonesia. Dari tiga bentuk penjaminan yang ada pada praktiknya di Indonesia, maka yang paling tepat digunakan sebagai penjaminan rekening bank adalah lembaga jaminan fidusia.
Lembaga jaminan fidusia merupakan penjaminan yang paling sesuai digunakan dilihat daripada klasifikasi dan karakteristik rekening bank. Perbandingannya dengan Negara Singapura, dengan penjaminan gadai serta fidusia adalah pledge dan charge. Keduanya mempunyai ciri yang hampir sama dengan gadai di Indonesia. Atas kedua perbandingan antara Indonesia dengan Singapura, atas penjaminan terhadap rekening bank digunakan lembaga jaminan yang mencirikan persamaan sifat yaitu fidusia dengan charge. Maka dapat disimpulkan bahwa atas penjaminan rekening bank.

This thesis is concerning the securities over bank account. This thesis mainly focusing about three problems. First one, the object of the securities also with the characteristic relating to the Law of Property. Second, explaining about which form of securities which suits best for bank account regarding the securities law in Indonesia. Third, comparing the securities over bank account in Indonesia with Singapore. This research is a doctrinal research, which some of the data are based on the related literatures.
The result regarding the research stipulate that bank account is qualified as the form of intangible movable goods according to Law of Property in Indonesia. According to the practical of this transaction, securities over bank account applied inform of pledge, fiduciary and cessie. In the analysis, fiduciary is suits best for secured bank accounts relating the characteristic of the form of goods itself. Comparing to Singapore, charge and pledge is basically nearly the same as in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S43444
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Yurizkanti
"Skripsi ini membahas mengenai pengenaan pajak penghasilan atas deposito mudharabah yang dipersamakan dengan deposito bank konvensional. Bank syariah menggunakan prinsip syariah dan menggunakan akad-akad sesuai syariah dalam produk bank dan proses bisnis. Deposito mudharabah memiliki karakteristik yang berbeda dengan deposito bank konvensional. Deposito mudharabah menggunakan akad mudharabah dan pengembalian berupa bagi hasil sesuai hasil penyaluran dana bank. Sedangkan, deposito bank konvensional pengembalian berupa bunga yang tetap. Perbedaan ini yang menjadi topik dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan kombinasi dari studi literatur dan wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah pengenaan pajak penghasilan untuk deposito mudharabah seharusnya tidak dipersamakan dengan pengenaan pajak penghasilan untuk deposito bank konvensional.

This study discusses the imposition of income tax on the mudharabah deposits equivalent to conventional bank deposits. Islamic banks use Islamic principles and use the sharia contract-agreement in their banking products and business processes. Mudharabah deposits have different characteristics with conventional bank deposits. Mudharabah deposits using mudharabah contract-agreement and the form of return is bagi hasil. Meanwhile, the form of return conventional bank deposits is a fixed interest rate. These differences are the subject of this study. This study is a combination of literature review and interviews. The results of this study is imposition income tax for mudharabah deposits should not be equated with the imposition of income tax for conventional bank deposits."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S45050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya
"Tingkat kredit macet yang tinggi dapat menurunkan profitabilitas dan likuiditas keuangan bank yang berakibat pada penurunan anggapan kesehatan bank di mata masyarakat maupun dunia perbankan. Terhadap kredit macet bank akan melakukan berbagai upaya penyelesaian seperti penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Apabila upaya tersebut tidak berhasil, maka akan dilakukan penghapusbukuan tanpa menghilangkan hak tagih bank terhadap kredit tersebut, yang dapat diikuti dengan dilakukannya penghapustagihan. Pada kenyataannya masih terdapat ketidakjelasan dalam proses pelaksanaan serta dampak kepastian hukum atas dilakukannya tindakan ini. Skripsi ini meneliti lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan penghapusbukuan dan penghapustagihan pada Bank BUMN terutama setelah diberlakukannya PP No. 33 Tahun 2006 yang memberikan banyak perubahan serta dampak yang ditimbulkan. Metode penelitian yang digunakan adalah normatis-yuridis yaitu dengan mengaitkan permasalahan terhadap norma hukum terkait perbankan yang berlaku di Indonesia ditambah dengan peninjauan pada Bank X untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Pada kesimpulannya, proses penghapusbukuan dan penghapustagihan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan internal masing-masing Bank BUMN dan membawa dampak baik positif maupun negatif bagi bank dan debitur.

High level of non-performing loans may decrease the profitability and liquidity of the bank's financial result that may affected the bank's health perception in the eyes of society and the world of banking. Against bad loans the bank will make various efforts to settle such as rescheduling, reconditioning, and restructuring. If these efforts are not successful, it will be done with write-off without removing the bank's right to claim the credit, which can be followed by doing the hair cut. In case there is still a lack of clarity in the implementation process and the impact of legal certainty for commission of these acts. This research further investigates the implementation process of write-off and hair cut on state-owned banks, especially after the enactment of Government Regulation No. 33 on Year 2006 which gives a lot of changes and impacts. The method used in this research is by linking the normative juridical issues related to the legal norms applicable in the Indonesian banking coupled with observation to X Bank to complete the required data. In conclusion, write-off and hair cut process is conducted in accordance with the internal policies of each state-owned bank and bring both positive and negative effects for bank and debtor."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S56453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahyuddin Ramli
"Keberadaan lembaga perbankan yang eisien tidak hanya penting artinya bagi industri perbankan tetapi juga bagi perekonomian nasional secara keseluruhan. Dari sudut pandang mikro, sebuah bank harus efisien agar bisa hidup dan berkembang dalam suasana persaingan yang sangat ketat. Sementara dari sudut pandang makro, industri perbankan yang efisien akan dapat membawa dampak positif yang kuat terhadap perkembangan sektor-sektor lain mengingat peran yang sangat strategis sebagai lntermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Sehubungan dengan pentingnya aspek efisiensi tersebut, maka sejak awal dekade 90an terlihat timbul perhatian yang semakin besar mengenai hal ini, khususnya dari para peneliti.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang dikenal dengan "two-step approach". Step pertama yaitu pengukuran tingkat efisiensi bank, sedangkan step kedua adalah pengkajian variabel-variabel penjelas (explanatory variables) yang mempengaruhi tingkat efisiensi bank tersebut. Step pertama menggunakan model Data Envelopment Analysis (DEA), sementara step kedua memakai dua model analisa regresi, yaitu model regresi Tobit dan model regresi Translog Bentuk-S.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata tingkat efisiensi bank komersial di Indonesia berkisar antara 70-80 % dari kondisi optimal. Terdapat tiga variabel penjelas yang cukup kuat pengaruhnya terhadap tingkat efisiensi bank, yaitu size, CAR, dan NPL. Ketiga variabel ini memperlihatkan hubungan yang sangat signifikan dengan tingkat efisiensi meskipun bentuk hubungannya tidak sama. CAR memperlihatkan hubungan positif, sementara NPL memperlihatkan hubungan negatif. Berbeda dengan CAR dan NPL, size memperlihatkan hubungan yang agak unik, yaitu berbentuk kuadratik dengan nilai maksimum. Pada tahap awal peningkatan size cenderung berdampak positif terhadap peningkatan efisiensi, tetapi pengaruh positif tersebut tidak dapat berlansung selamanya. Melewati suatu tingkat tertentu (titik maksimum) peningkatan size tidak lagi berpengaruh positif tetapi sebaliknya cenderung mengakibatkan penurunan tingkat efisiensi.
Agak diluar dugaan, kelompok bank pemerintah temyata lebih efisien dibandingkan dengan kelompok bank swasta nasional, khususnya dalam tiga tahun terakhir (2000-2002). Kelompok bank pemerintah kelihatannya diuntungkan oleh adanya hubungan yang kuat dengan lembaga-lembaga pemerintahan dan sesama BUMN yang hingga saat ini masih merupakan sumber-sumber bisnis patensial industri perbankan. Dalam pada itu, sesuai dugaan, kelompok bank yang sudah go public terbukti lebih efisien dari pada kelompok bank yang belum go public. Namun, temuan yang menarik yaitu perbedaan tingkat efisiensi di antara kedua kelompok bank ini tampaknya tidak disebabkan oleh status go public tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor size karena kelompok bank go public pada umumnya terdlri dari bank-bank berskala besar.
Tingkat efisiensi kelompok bank pmerintah pada tiga tahun setelah krisis terlihat mengalami perbaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi dua tahun sebelum krisis. Namun, pada waktu yang sama tingkat efisiensi kelompok bank swasta nasional belum memperlihatkan kemajuan, bahkan terlihat sedikit lebih rendah dari keadaan sebelum krisis. Secara keseluruhan, tingkat efisiensi industri perbankan Indonesia setelah krisis belum mengalami perbaikan yang berarti dibandingkan dengan keadaan sebelum krisis."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
D655
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufikurrahman
"Memasuki era pemerintahan baru pasca pemilu 2004 yang dianggap cukup demokratis, indikator-indikator kinerja perbankan Indonesia relatif membaik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Membaiknya profitabilitas bank-bank di Indonesia terlihat pada Net Interest Income (NII), Net Interest Margin (NIM) dan Return on Assets (ROA) yang cenderung meningkat sebagai akibat dari meningkatnya spread antara suku bunga kredit dan dana. Disamping itu, Capital Adequacy Ratio (CAR) juga terus membaik, mencapai di atas 20%, jauh di atas persyaratan minimum yang ditetapkan Bank Indonesia (Sarjito, 2004). Perkembangan perbankan yang membaik tersebut mencakup pula sub-sektor perbankan syariah. Dengan menerapkan sistem bagi hasil yang relatif baru di Indonesia dibandingkan dengan sistem perbankan konvensional, perbankan syariah di Indonesia berhasil meraih perkembangan aktiva yang pesat. Pasar bank syariah di Indonesia diperkirakan masih terbuka luas dan belum jenuh. Pada tahun 2005 diperkirakan masih 20 bank (empat bank swasta nasional dan 16 bank pembangunan daerah) akan membuka divisi syariah. Saat ini sudah 19 bank yang diberi izin beroperasi secara lslami. Tahun 2006 diperkirakan bahwa hampir semua bank sudah punya divisi syariah.
Namun perbankan syariah di Indonesia diperkirakan tidak dapat terus menikmati perkembangan pesat tersebut, jika hanya mengandalkan pasar loyalis, yaitu golongan umat Islam yang mengharamkan riba. Telah tiba waktunya bank-bank syariah mulai menggarap pasar rasional, yang umumnya mempunyai kemampuan financial menengah ke atas dan dapat diharapkan untuk senantiasa aktif dalam kegiatan penyimpanan dana dan pembiayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rasionalitas dan kepercayaan pasar akan kinerja bank merupakan kunci sukses pengembangan perbankan syariah di masa yang akan datang. Terlebih lagi jika bank-bank syariah hendak berekspansi, sudah tentu kepercayaan investor sangat diperlukan untuk memperoleh tambahan modal. Untuk dapat mempertahankan investor yang telah ada dan menarik investor baru, bank syariah harus menunjukkan kinerja yang meyakinkan, profitabilitas, dan nilai tambah ekonomis (economic value added) terhadap investasi mereka. Untuk mencapai tujuan strategis tersebut, sebagaimana pada perusahaan-perusahaan di sektor lainnya, pada bank syariah diperlukan antara lain adanya piranti ukur kinerja yang dapat secara cukup akurat menunjukkan seberapa tinggi profitabilitas dan nilai tambah bagi pemodal yang diciptakan dari kegiatan bisnis perbankan yang dilakukan bank tersebut. Salah satu konsep yang dapat diajukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut analisis profitabilitas produk perbankan dengan menggunakan gabungan konsep ABC (Activity-Based Costing) dan EVA (Economic Value Added).
Secara umum, dapat dikatakan bahwa kinerja suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh kualitas sistem informasi biayanya. Semakin andal informasi biaya yang tersedia, makin andal pula pijakan untuk pengambilan keputusan, dan pada akhirnya berimbas pada makin tepatnya pengambilan keputusan bisnis serta makin baik pula kinerja perusahaan secara keseluruhan (Roztocki, 2001). ABC adalah sistem pengukuran biaya produk (costing system) yang dianggap lebih andal dari sistem biaya tradisional, yang telah banyak diterapkan pada perusahaan-perusahaan manufaktur selama lebih dari satu dekade yang lalu (Cooper, 1988). Dalam banyak kasus, implementasi ABC telah banyak menunjukkan kontribusi yang positif terhadap efisiensi penggunaan biaya overhead perusahaan (Cooper & Kaplan, 1991). Di samping sektor manufaktur, ABC juga telah banyak diterapkan di perusahaan jasa, termasuk perbankan (Mays & Sweeney, 1994; Lambert & Whithworth, 1994; Krupnicki & Tyson, 1997; Garrison & Noreen, 1997).
ABC dapat dikatakan andal dalam menelusuri biaya overhead untuk mengukur profitabilitas produk secara lebih akurat, namun sayangnya tidak mempertimbangkan biaya modal (capital cost). ABC hanya berfokus pada data laporan biaya perusahaan, dan tidak memperhatikan informasi pada neraca (Roztocki & Needy, 1999). Guna menghasilkan analisis biaya yang lebih lengkap dan lebih andal lagi, beberapa ahli menganjurkan untuk menggabungkan sistem ABC dan EVA (Hubbell, 1996; Roztocki & Needy, 1998; Cooper & Slagmulder, 1999). EVA (Economic Value Added) merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Stern Stewart & Co., yang mengklaimnya sebagai ukuran kinerja.yang paling dapat mencerminkan profit ekonomis perusahaan yang sebenarnya, dan dapat mengkaitkannya dengan penciptaan nilai tambah terhadap kekayaan pemilik modal (Stewart, 2005). Dalam gabungan konsep ABC dan EVA, komponen ABC sebagai sistem biaya digunakan untuk menelusuri biaya overhead secara akurat dan lebih banyak menggunakan informasi dari laporan laba rugi, sedangkan komponen EVA digunakan untuk menghitung estimasi biaya modal.
Dengan demikian, analisis profitabilitas produk yang dibuat dengan gabungan konsep ABC dan EVA akan menghasilkan angka profit yang dihasilkan setiap produk, yang telah memperhitungkan pembebanan biaya overhead atau biaya umum yang lebih akurat ke setiap produk, sekaligus mencerminkan berapa nilai tambah (added-value) yang dihasilkan setiap produk terhadap modal yang ditanam oleh investor. Integrasi ABC dan EVA telah berhasil diterapkan dibeberapa perusahaan manufaktur (Roztocki, 200O), namun sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah diimplementasikan untuk perbankan, apalagi syariah yang memiliki karakteristik operasional yang cukup unik. Oleh karena itulah dalam karya akhir ini penulis hendak mencoba menyajikan model analisis profitabilitas untuk produk-produk perbankan syariah dengan menggunakan integrasi konsep ABC dan EVA. Untuk mempermudah penyajian model analisis, dalam karya akhir ini penulis menggunakan alat bantu kalkulasi kuantitatif dan analisis kualitatif dengan dasar informasi biaya dan keuangan Bank Syariah ?X? untuk periode akuntansi yang telah berlalu (data historis). Bank Syariah ?X? adalah sebuah Bank Syariah yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia.
Tujuan penelitian dan penulisan karya akhir ini adalah untuk mengajukan model alternatif untuk melakukan analisis profitabilitas produk pembiayaan untuk suatu bank syariah, mengingat masih sangat jarang praktisi manajemen yang menaruh perhatian besar pada pengembangan konsep-konsep pengendalian dan manajemen biaya untuk sub-sektor perbankan syariah. Diharapkan bahwa meskipun masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan, model analisis yang disajikan dalam karya akhir ini dapat menjadi referensi bagi pengembangan model analisis sejenis yang lebih baik lagi dan menggunakan variabel serta data yang lebih lengkap, khususnya untuk bank-bank syariah.
Penelitian ini merupakan analisis deskriptif, dan berusaha mengaitkan analisis dan perhitungan kuantitatif serta informasi kualitatif dengan gagasan model analisis alternatif yang relatif baru dalam artian ketiadaan contoh aplikasi nyata, namun sebenarnya didasarkan pada model-model yang telah dibuat oleh para ahli sebelumnya, terutama penelitian dan tulisan tentang ABC, EVA, dan model integrasi ABC dan EVA. Modifikasi atas beberapa bagian data dilakukan untuk mempermudah, memperjelas, dan mencapai tujuan analisis. Penggunaan data kuantitatif tersebut tidak dimaksudkan untuk mempublikasikan detail kinerja bank syariah yang menjadi sumber data, oleh karena itu penulis tidak menyebutkan nama bank tersebut secara eksplisit. Tiadanya penyebutan nama bank juga dimaksudkan agar model analisis dalam karya akhir ini jauh dari kesan asosiatif terhadap satu bank syariah tertentu saja, namun dapat menjadi gambaran yang seoptimal mungkin dapat merepresentasikan sistem operasional bank syariah secara umum.
Dari hasil analisis dalam karya akhir ini diketahui bahwa produk pembiayaan Bank Syariah "X" yang paling profitable dan memberikan nilai tambah (EVA) yang terbesar bagi pemodal adalah produk BBA (Bai Bithaman Ajil). Produk tersebut memberikan keuntungan (bagi hasil) yang sangat besar, sementara biaya operasinya (hasil kalkulasi ABC) relatif sangat kecil dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh. Setelah dibebankan biaya modal yang sebanding dengan proporsi dana yang diserap, produk pembiayaan ini masih memberikan nilai EVA yang terbesar. Hal ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi manajemen dan pemilik modal perusahaan bahwa produk pembiayaan BBA sangat menguntungkan untuk terus dipertahankan karena memberikan profit bagi perusahaan sekaligus potensi nilai tambah yang sangat besar bagi penanam modal.
Dengan melihat volume dana yang diserap oleh produk ini (58,66% dari total dana pembiayaan), dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang besar juga diperoleh berkat tingginya minat para nasabah pembiayaan (peminjam) dalam mempergunakan fasilitas pembiayaan BBA. Tingginya minat nasabah akan produk ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, misalnya menariknya paket pembiayaan (nisbah bagi hasil, periode pinjaman, dan sebagainya), konsep dan strategi pemasaran yang tepat, ataupun kemungkinan tingkat kompetisi yang belum terlalu tinggi untuk produk sejenis dalam industri perbankan syariah. Sedangkan tingkat biaya operasi (hasil kalkulasi ABC) yang relatif sangat rendah dibandingkan dengan tingkat penjualan dan keuntungan produk menunjukkan bahwa secara umum biaya aktivitas yang dilakukan untuk mengelola produk ini sangat efisien.
Penelitian lebih lanjut tentang akar penyebab (root causes} fenomena ini akan sangat membantu manajemen, terutama untuk mengetahui mengapa produk-produk lain mengkonsumsi biaya aktivitas yang sangat besar jika dibandingkan dengan volume produk dan tingkat keuntungannya. Misalnya, untuk produk pembiayaan mudharabah, keuntungannya sangat tipis dibandingkan dengan biaya operasi (hasil kalkulasi ABC), sehingga ketika dibebani biaya modal, nilai EVA-nya menjadi negatif. Keuntungan yang kecil mungkin terutama disebabkan oleh rendahnya tingkat penjualan produk pembiayaan ini, yang bisa berarti sangat kurangnya minat masyarakat terhadap produk tersebut. Alokasi dana yang dikeluarkan untuk produk pembiayaan ini hanyalah 6,13% dari total dana pembiayaan, sehingga keuntungan bagi hasil yang diperolehpun sangat kecil.
Biaya aktivitas (hasil kalkulasi ABC) yang sangat besar dibandingkan dengan rendahnya volume pembiayaan menjadi pertanyaan yang harus diselidiki lebih lanjut oleh manajemen, apakah terdapat banyak aktivitas yang tidak bernilai tambah dalam pengelolaan operasional produk tersebut. Misalnya terlalu banyaknya waktu menganggur para staf marketing yang ditugaskan untuk memasarkan produk tersebut. Karena ternyata biaya operasi produk mudharabah hampir sama dengan biaya produk BBA yang volume pembiayaan dan keuntungannya jauh lebih besar. Rendahnya minat masyarakat terhadap pembiayaan mudharabah dapat pula disebabkan oleh kurang menariknya paket pembiayaan tersebut. Hal yang hampir sama juga berlaku untuk produk musyarakah. Keuntungan produk ini sangat kecil sehingga hanya dapat menutupi biaya operasi (hasil kalkulasi ABC) namun tidak dapat menutupi biaya modal, sehingga nilai EVA-nya negatif.
Model analisis dalam karya akhir ini belumlah sempurna karena berbagai keterbatasan, namun kiranya dapat dimanfaatkan oleh manajemen bank-bank syariah sebagai bekal konseptual guna merancang model yang lebih definitif dan menggunakan variabel yang lebih aktual. Analisis demikian akan sangat bermanfaat sebagai piranti pengendalian manajemen dan pengelolaan kinerja produk. Tindakan manajemen dalam merespon hasil analisis profitabilitas tersebut akan sangat menentukan respons dan minat penanaman dana (pemodal) untuk menginvestasikan dananya ke bank syariah, baik berupa tabungan, deposito, maupun dalam bentuk pemilikan surat berharga perusahaan (saham, obligasi, dan sebagainya). Semakin banyak produk-produk yang dilaporkan memiliki EVA negatif, akan memberikan warning kepada investor bahwa manajemen bank tersebut kurang baik dalam mengelola dan memasarkan produk-produknya.
Bagi pemilik dana tabungan atau deposito, informasi tersebut berguna untuk mempertimbangkan keputusan berikutnya untuk mempertahankan atau menambah penanaman dana di bank bersangkutan terkait dengan kemungkinan nisbah bagi hasil yang dapat diperoleh, karena bagi hasil untuk penabung akan sangat bergantung pada kinerja produk pembiayaan. Sebaliknya bagi manajemen, nilai EVA per produk dapat dijadikan landasan keputusan untuk menerapkan strategi produk selanjutnya, apakah harus mempertahankan produk tertentu, memompa pemasaran produk tertentu, atau mengeliminasi produk tertentu, sehingga kinerja perusahaan secara keseluruhan menjadi lebih baik. Analisis profitabilitas yang menghasilkan nilai EVA per produk seperti di atas dapat menyelaraskan tindakan dan upaya manajemen dalam mengelola usaha bank dengan keputusan dan harapan pemilik dana (pemegang saham, penabung, dan kreditor). Jika tercapai keselarasan tersebut, bank-bank syariah akan dapat lebih besar lagi memperoleh kepercayaan dari para pemodal dan pemilik dana, dan meraih pasar yang lebih luas lagi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Priyatno Hendroyuwono
"Krisis ekonomi yang telah dialami perbankan Indonesia pada dasarnya disebabkan oleh lemahnya permodalan yang dimiliki. Hal ini menjadi ancaman serius terutama dalam menghadapi era pasar bebas dunia yang sudah semakin dekat. Mengantisipasi masalah ini, pemerintah Indonesia menghendaki agar perbankan nasional memperkuat permodalannya sendiri dengan salah salu jalan melakukan penawaran saham ke pasar modal. Pasar modal yang berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendapatkan sumber dana yang besar. Di samping itu pasar modal juga dapat menjadi alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan dananya karena dapat memberikan keuntungan. Semakin besar keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor, semakin tinggi pula resiko yang harus dihadapinya. Untuk itu diperlukan analisis yang matang sebelum investor mengambil keputusan membeli, menahan atau menjual suatu saham. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukannya adalah analisis fundamental.
Analisis fundamental dengan metode top down approach dimulai dengan analisis perekonomian makro, analisis industri dimana perusahaan berada dan analisis perusahaan. Termasuk ke dalam analisis ekonomi makro adalah analisis terhadap variabel-variabel perekonomian makro, seperti kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintah, pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga dan lain-lain. Sedangkan analisis industri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis five forces (Porter), yaitu melihat kekuatan-kekuatan yang akan mengancam profitabilitas perusahaan. Sementara itu analisis perusahaan adalah melihat kondisi dan kinerja perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang, Yang dilakukan dalam analisis perusahaan antara lain adalah analisis terhadap strategi perusahaan, laporan keuangan, dan penghitungan nilai wajar atau intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan model penilaian free cashflow to equiry dan P/E multiple.
Penulisan Karya Akhir ini menerapkan analisis fundamental pada sebuah perusahaan Negara atau BUMN yang telah melakukan go public tanggal 14 Juli 2003. Diharapkan dengan analisis ini dapat diketahui perkiraan nilai wajar sahamnya pada saat IPO dilaksanakan dan selama tahun 2004. Perusahaan yang dipilih PT. Bank Mandiri (Persero).
Analisis fundamental yang terdiri dari analisis terhadap ekonomi makro, diketahui kondisi perekonomian Indonesia menunjukkan masih terus berlangsungnya. Proses pemulihan ekonomi, dengan terjadinya peningkatan aktifitas ekonomi meskipun masih terus dibayangi oleh tekanan inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah. Dan krisis industri, diketahui kondisi industri perbankan mulai menunjukkan perbaikan walaupun kondisinya secara umum masih belum pulih. Perkembangan tersebut tercermin pada peningkatan penghimpunan dana, profitabilitas, membaiknya kualitas kredit serta peningkatan jumlah bank yang telah memenuhi ketentuan minimum Capital Adequacy Ratio (CAR). Disamping itu, fungsi intermediasi bank yang sempat terganggu selama berlangsungnya krisis telah menunjukkan pemulihan, yang tercermin dari adanya ekspansi kredit walaupun masih dalam skala kecil.
Bank Mandiri terus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabahnya, disamping terus menciptakan keunggulan baru dibanding pesaingnya. Bahkan Bank Mandiri sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi era baru dalam bisnis perbankan yaitu telepon banking dan internet banking yang didukung dengan penggunaan teknologi canggih. Kecanggihan teknologi inilah yang membedakan Bank Mandiri dalam pelayanan menjadi lebih maju dari bank lain di Indonesia. Strategi Bank Mandiri mempertahankan dan meningkatkan bisnis corporate banking, meningkatkan pangsa pasar untuk nasabah komersial dan consumer, memperkuat pengelolaan risiko, meningkatkan penggunaan teknologi dan meningkatkan kinerja keuangan.
Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan pendekatan FCFE model dan P/E multipie, diperoleh nilai intrinsik saham sebesar Rp.1.618 per saham dan Rp.1.996,62, yang dapat dijadikan penimbangan bagi investor apakah nantinya harga yang terjadi di pasar adalah harga yang undervalued atau Overvaluead. Sehingga dengan diketahuinya nilai wajar dari saham ini investor dapat mempertimbangkan memutuskan untuk membeli atau tidak membeli saham tersebut. Tetapi dengan berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan adanya ketidakpastian, kesimpulan tersebut dapat berubah. Apabila terjadi perubahan kondisi yang tidak sesuai dengan proyeksi yang telah dibuat maka kesimpulan akhir yang diperolehpun dapat berubah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>